Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FILSAFAT LOGIKA

“Pengertian Dasar Logika sebagai Sarana Berfikir Ilmiah”

Dosen Pengampu : Dr. Yonathan Ramba, S.Pd. S.Ft. Physio. Msi


Disusun Oleh :
Khairunizah - PO.71.4.241.22.1.021

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FISIOTERAPI
DIPLOMA IV
2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Logika dengan judul
“Pengertian Dasar Logika sebagai Sarana Berfikir Logis”
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata semoga makalah ilmiah tentang Pengertian Dasar Logika sebagai Sarana Berfikir
Logis ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, 23 Januari 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ..................................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 2
A. KEGUNAAN LOGIKA .................................................................................................................. 2
B. BERBAGAI CORAK LOGIKA .................................................................................................... 3
C. HUKUM BERFIKIR ...................................................................................................................... 4
D. LOGIKA FORMAL........................................................................................................................ 4
E. DEFINISI ......................................................................................................................................... 5
F. PENGERTIAN TERM ................................................................................................................... 5
G. PROPOSISI ................................................................................................................................. 6
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................................... 7
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................... 7
B. SARAN ............................................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 8

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemahaman dasar logika sebagai alat berfikir logis membentuk pondasi penting
dalam proses berpikir manusia. Logika, sebagai cabang filsafat, memberikan kerangka
untuk penalaran yang sistematis dan memainkan peran integral dalam pengambilan
keputusan sehari-hari, penyelesaian masalah, dan pengembangan pemikiran kritis. Seiring
perkembangan sejarah filsafat, konsep-konsep logika telah berkembang dari karya-karya
klasik seperti "Organon" Aristoteles hingga teori modern Frege dan Russell. Sejarah ini
menggambarkan evolusi pemikiran logis manusia. Logika bukan hanya abstraksi filsafat;
ini adalah alat praktis dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan untuk menyusun argumen
yang baik dan menghindari kesalahan logika mendukung komunikasi efektif dan
pengambilan keputusan yang rasional.
Logika bukan sekadar aturan matematis; ini mencerminkan pemahaman tentang
cara berpikir. Melibatkan deduktif dan induktif, logika memungkinkan pengembangan
argumen yang kuat dan pemecahan masalah yang kreatif. Meskipun memberikan kerangka
kerja yang solid, logika juga menghadapi tantangan dan kontroversi. Pertanyaan tentang
batasan-batasan logika dan sifat kebenaran logika menciptakan perdebatan filosofis yang
menarik.
Makalah ini bertujuan menjelaskan pengertian dasar logika sebagai sarana berfikir
logis. Dengan menyelidiki konsep-konsep logis, perkembangan sejarah, dan relevansinya
dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat memahami cara logika membentuk dasar
pemikiran manusia dan memperkaya kemampuan berpikir kita.

B. RUMUSAN MASALAH
 Kegunaan Logika
 Berbagai Corak Logika
 Hukum Berfikir
 Logika Formal
 Definisi
 Pengertian Term
 Proposisi
BAB II PEMBAHASAN

Dalam dunia Islam, ilmu logika mulai dikenal sejak diadakannya penerjemahan
buku-buku Yunani di masa Bani Umayyah ataupun masa Bani Abbasiyah tepatnya di era
Khalifah Abu Ja’far al-Mansyur. Ilmu logika dirintis oleh para Kaum Sofis, Socrates dan
Plato. Logika lahir sebagai ilmu atas prakarsa Aristoteles, Theoprostus dan kaum Stoa
(Bertrand Russell, 1974). Ilmu Logika juga merupakan mukaddimah dari semua disiplin
ilmu. Ini dapat membuktikan bahwa logika dapat dijadikan alat atau metodologi untuk
semua ilmu berbentuk teoretikal, seperti ilmu ushul fiqh dan ilmu kalam. Dalam ilmu
kalam, terdapat beberapa Mutakalimin selain al-Ghazali yang memberikan pemaparan
singkat terkait kaedah mantiq dalam karya ‘ilmu kalam yang dihasilkannya. Seperti halnya
Fakhruddin Ar-Razi (Muhassal Afkar al-Mutaqaddimin wa alMutaa’akhirin), Imam al-
Baydawi (Tawali’ alAnwar min Matali al-Anzar) dan Imam al-Iji (alMawaqif fi ‘ilm al-
Kalam). Kecenderungan para ulama ini dalam membahas karya ilmu kalamnya dengan
kaedah mantiq menunjukkan bahwa tokoh tersebut telah terpapar pengaruh metode filsafat
Aristotles yang dibawa oleh al-Ghazali (Mohd Fauzi bin Hamat, 2002).

A. KEGUNAAN LOGIKA
Dalam realitas kehidupan manusia, setiap orang hampir selalu dihadapkan dengan
problem yang membuatnya harus berpikir mendalam untuk mendapat solusi terbaik.
Disinilah diperlukan peran logika untuk mengarahkan akal agar berpikir secara logis
sehingga mudah untuk dipahami dan memahami. Terkadang kita juga dihadapkan dengan
pemikiran yang tidak logis dan untuk menghadapi sekelumit persoalan seperti ini, kita
harus arif menyikapinya. Peran logika disini sangatlah dibutuhkan, supaya kita dapat
mengetahui kapan saatnya kita harus berpikir logis, karena setiap tempat dan waktu ada
logikanya dan setiap logika ada waktu dan tempatnya (Mukhtar Latif, 2014). Dengan
mempelajari ilmu logika, kita akan diarahkan untuk berpikir secara sistematik, terukur dan
mendalam. Dimana kita dituntut untuk dapat berpikir sebelum berbicara, merenung
sebelum bertindak, dan menelaah sebelum menghakimi orang yang berbeda pemahaman
(Nuruddin, 2019).
Logika yang baik sangat mendukung pemikiran yang baik. Dengan berpikir secara
logis, secara tidak langsung manusia akan mempertimbangkan segala bentuk tindakan
yang akan dia lakukan. Apakah tindakan tersebut banyak membawa manfaat ataupun
mudharatnya. Keselamatan dalam berpikir inilah yang perlu mendapat perhatian khusus.
Dimana manusia zaman ini sangatlah mudah mengikuti paham-paham yang menimbulkan
kerusakan maupun perpecahan. Dengan berpikir logis yang disandarkan oleh wahyu,
manusia akan menciptakan kedamaian dan kemananan di muka bumi (Shalahuddin, 2019).
Dari penjelasan diatas bisa ketahui bahwa peran logika sangatlah urgent. Seperti halnya
ketika kelak menjadi orangtua, tentunya harus mempunyai logika yang jernih untuk bisa
menjawab pertanya si buah hati. Begitu juga disaat kondisi berdiskusi dengan teman
2
sejawat apalagi dengan orang liberal. Tentunya kita harus memiliki logika yang baik untuk
menjelaskan dan memahamkan orang-orang yang tidak mempercayai dalil kecuali yang
aqli itu.
Ilmu Mantik yang bertujuan membimbing manusia ke arah berfikir benar, logis,
dan sistematis mempunyai manfaat yang banyak. Di antaranya dapat dikemukakan sebagai
berikut :
1. Membuat daya fikir menjadi lebih tajam dan berkembang melalui latihan-latihan
berfikir. Oleh karenanya akan mampu menganalisis serta mengungkap permasalahan
secara runtut dan ilmiah.
2. Membuat seseorang berfikir tepat sehingga mampu meletakkan sesuatu pada
tempatnya dan mengerjakan sesuatu tepat pada waktunya (berfikir efektif dan efisien).
3. Membuat seseorang mampu membedakan alur pikir yang benar dan alur pikir yang
keliru, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang benar dan terhindar dari
menarik kesimpulan yang keliru.
4. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren. Filsafat Berpikir
5. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
6. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan
mandiri.
7. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-
asas sistematis
8. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir,
kekeliruan serta kesesatan.
9. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.

B. BERBAGAI CORAK LOGIKA


Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif.
 Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan
yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian
diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam logika ini yang terutama ditelaah adalah
bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai dengan pertimbangan akal yang
dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain karena proses penyimpulannya adalah tepat
dan sah. Logika deduktif karena berbicara tentang hubungan bentukbentuk pernyataan
saja yang utama terlepas isi apa yang diuraikan karena logika deduktif disebut pula
logika formal. Penalaran deduktif kadang disebut logika deduktif adalah penalaran
yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif
jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-
premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau
salah.

3
 Logika induktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan
yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat
boleh jadi. Logika ini sering disebut juga logika material, yaitu berusaha menemukan
prinsip-prinsip penalaran yang bergantung kesesuaiannya dengan kenyataan, oleh
karena itu kesimpulannya hanyalah keboleh-jadian, dalam arti selama kesimpulannya
itu tidak ada bukti yang menyangkalnya maka kesimpulan itu benar, dan tidak dapat
dikatakan pasti.

C. HUKUM BERFIKIR
Berikut adalah beberapa prinsip umum yang sering terkait dengan hukum berfikir:
1. Hukum Identitas, ini menyatakan bahwa sesuatu adalah dirinya sendiri, atau dalam
kata lain, A sama dengan A. Ini adalah dasar untuk memastikan konsistensi dan
kejelasan dalam berfikir.
2. Hukum Nonkontradiksi, ini menyatakan bahwa tidak mungkin sesuatu untuk memiliki
karakteristik yang bertentangan secara bersamaan. Sebagai contoh, tidak mungkin
untuk mengatakan sesuatu adalah "A" dan "non-A" pada saat yang sama.
3. Hukum Eksklusi Tertentu, ini menyatakan bahwa suatu pernyataan tidak dapat benar
dan salah pada saat yang sama. Suatu klaim harus benar atau salah, tidak ada alternatif
lain.
4. Hukum Sebab dan Akibat, ini menyatakan bahwa setiap peristiwa memiliki penyebab,
dan setiap peristiwa memiliki konsekuensi atau akibatnya. Ini membantu dalam
memahami hubungan sebab-akibat dalam proses berpikir.
5. Hukum Analogi, ini mengizinkan kita untuk menggunakan persamaan atau kesamaan
antara dua situasi atau objek untuk mengambil kesimpulan tentang sesuatu yang belum
kita ketahui sepenuhnya.
6. Hukum Parsimoni (Ockham's Razor), ini mengatakan bahwa dalam hal yang sama,
penjelasan yang paling sederhana atau paling sedikit asumsi biasanya lebih baik
daripada penjelasan yang lebih rumit.
7. Hukum Tidak Menarik Kesimpulan Terlalu Jauh, ini menekankan hati-hati dalam
menarik kesimpulan, memperingatkan agar tidak membuat inferensi yang lebih jauh
dari bukti yang ada.

D. LOGIKA FORMAL
Logika formal adalah sesuatu yang dipikirkan sebagai logika yang kuno atau logika
filosofis. Logika formal (juga disebut kalkulus logis) dipergunaan untuk meluncurkan satu
mimik (kesimpulan) dari satu atau banyak mimik lainnya (premis). Premis-premis ini dapat
berupa basisbasis (proposisi yang terbukti dengan sendirinya, dapat begitu saja) atau
postulat (diturunkan dengan menggunakan desain norma dan postulat inferensi yang pasti,
tanpa pandangan tambahan tambahan). Formalisme adalah teori filosofis bahwa penjelasan
formal (logis atau matematis) tidak memiliki kegunaan intrinsik tetapi makna simbol yang
dipandang sebagai sesuatu wujud

4
E. DEFINISI
 The Liang Gie dalam bukunya Dictionary of Logic (Kamus Logika) menyebutkan:
Logika adalah bidang pengetahuan dalam lingkungan filsafat yang mempelajari secara
teratur asas-asas dan aturan-aturan penalaran yang betul (correct reasoning).
 Menurut Mundiri dalam bukunya tersebut Logika didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran
yang betul dari penalaran yang salah.
 Menurut Fion[2] Kata logis yang sesuai juga diartikan dengan masuk akal. Logika
secara umum dapat dipersepsikan sebagai bahan untuk berlogika secara valid. Logika
dapat disistematisasikan dalam bebebrapa hal terrgantung dari perspektif mana
dipandang sesuai dari mutunya sehingga, logika dapat dibagi menjadi dua yakni logika
naturalis (logika alamiah) dan logika artifisialis (logika ilmiah).
 Menurut Suhartono[3] Manusia mempunyai kemampuan menalar, artinya berpikir
secara logis dan analitis. Kelebihan manusia dalam berlogika karena mempunyai
bahasa sebagai alat mengkomunikasikan hasil pandangan yang abstrak, maka manusia
tidak hanya mempunyai akal, melainkan dapat mengembangkannya dengan logika.

F. PENGERTIAN TERM
Dalam logika, term adalah kata atau sekumpulan kata yang membuat konsep dan ide
menjadi nyata (merupakan ekspresi verbal dari suatu pengertian). Term adalah pernyataan
lahiriah dari konsep dan ide. Sebagai ungkapan lahiriah, term berupa rangkaian kata, baik
tunggal maupun jamak, yang berfungsi sebagai subyek atau predikat dalam suatu kalimat
(keputusan). Kata yang bisa termasuk dalam term adalah kata-kata yang memiliki
pengertian sendiri. Misalnya meja, orang, mahasiswa, pohon, kambing, keadilan,
kebenaran, adalah kata-kata yang memiliki pengertian sendiri dan karenanya merupakan
term. Jadi dalam logika, hanya kata atau kesatuan kata-kata yang menyatakan konsep atau
ide saja yang dapat disebutkan sebagai ‘term logika’. Terdapat term tunggal, seperti:
kijang, kuda, belajar, membeli, arloji, dll. Ada pula term majemuk, seperti: jam tangan,
sepatu roda, sate ayam, dsb. Dengan demikian, tidak semua kata dapat menjadi term logika,
kendatipun setiap term logika pasti terdiri atas satu kata atau lebih (Rapar Hendrik Jan,
1996).
Itu sebabnya, selain berfungsi sebagai subyek atau predikat, term juga berfungsi
sebagai penghubung antara dua proposisi yang disebut premis dalam silogisme. Karena
term memiliki pengertian sendiri, maka term dapat berfungsi sebagai subyek dan predikat
dalam suatu kalimat. Misalnya, koruptur adalah maling. Koruptor (term) berfungsi sebagai
subyek, dan maling (term) berfungsi sebagai predikat. Tetapi sering dipertanyakan jika
kalimatnya berbunyi:“saya sakit”, dimana saya berfungsi sebagai subyek dan sakit
berfungsi sebagai predikat. Bukankah sakit adalah sin-kategorimatis? Bagaimana kata bisa
menjadi term predikat? Karenanya, kalimat “saya sakit” perlu distandarisasi menjadi
kalimat: “saya adalah orang sakit”. Term subyek di sini adalah saya (punya pengertian
sendiri) dan term predikatnya adalah orang sakit (punya pengertian sendiri). Dengan
demikian maka term dapat dirumuskan sebagai verbalisasi atau ungkapan lahiriah dari
pengertian dalam bentuk kata atau rangkaian kata (Molan Benyamin, 2012).
5
G. PROPOSISI
Proposisi adalah istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki
arti penuh dan utuh. Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat dipercaya, disangsikan,
disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. Singkatnya, proposisi adalah pernyataan
mengenai hal-hal yang dapat dinilai benar atau salah.Proposisi adalah suatu tutur atau bisa
juga disebut sebuah pernyataan yang digunakan untuk melukiskan keadaan yang belum
tentu benar ataupun salah di dalam bentuk sebuah kalimat berita. Proposisi sendiri
merupakan istilah yang digunakan di dalam analisis logika.

Proposisi merupakan kalimat logika yang mana pernyataan tentang hubungan


antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah. Ada juga yang
mengartikan proposisi sebagai ekspresi verbal dari putusan yang berisi pengakuan atau
pengingkaran sesuatu (predikat) terhadap sesuatu yang lain (subjek) yang dapat dinilai
benar atau salah. Proposisi merupakan istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan
yang memiliki arti penuh dan utuh. Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat dipercaya,
disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. Singkatnya, proposisi adalah
pernyataan mengenai hal-hal yang dapat dinilai benar atau salah.

Secara umum proposisi terdiri atas empat unsur yang dua di antaranya adalah
materi pokok Proposisi sementara dua yang lain sebagai hal yang menyertai proposisi ini
sendiri. Proposisi – atau pernyataan adalah ekspresi atau pernyataan di mana kita bisa ragu,
menyangkal atau percaya, dan kita dapat membuktikan bahwa itu benar atau tidak. Proporsi
sendiri terbentuk dari tiga elemen: subjek, organisasi dan ligamen. Proposisi terdiri dari
empat elemen, dua di antaranya adalah subjek dari proposal, dan dua lainnya terkait. Empat
elemen diasumsikan:

1. istilah sebagai subjek,


2. istilah sebagai predikat,
3. konektif, dan kuantifier.

6
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Filosofi hukum yang melandasi akal manusia menawarkan perspektif ini
Keadilan diwujudkan dalam hukum. Filsafat hukum berusaha untuk memecahkan
masalah, ciptakan hukum yang lebih baik dan buktikan bahwa hukum itu mampu
memberikan solusi untuk masalah yang ada dan berkembang secara internal,
masyarakat mengadopsi sistem hukum yang berlaku pada suatu waktu. Tugas
filsafat hukum masih mementingkan penciptaan kondisi hukum yang aktual, karena
tugas filsafat hukum adalah menjelaskan nilai-nilai yang menjadi dasar hukum
fisiologi dan sifat dasar yang ideal untuk dapat menegakkan keadilan hukum ideal
sebagai objek filsafat hukum tentu saja menimbulkan pertanyaan sebagai dasar
hukum. Pertanyaan tentang sifat hukum pada dasar pengikatan hukum adalah
contoh dari pertanyataan yang bersifat mendasar itu. Dengan demikian, filsafat
hukum dapat berhadapan dengan ilmu hukum positif. Meskipun keduanya
berurusan dengan materi hukum, tetapi semua orang menerimanya sudut pandang
yang sama sekali berbeda. Ilmu hukum positif hanya berurusan dengan memiliki
tatanan hukum tertentu dan mempertanyakan konsistensi logis dari prinsip-prinsip,
peraturan, domain dan sistem hukum sendiri.
B. SARAN
Saran pada makalah filsafat logika sebagai sarana berfikir logis dapat
mencakup pentingnya memahami konsep-konsep dasar logika, seperti deduksi dan
induksi, serta penerapannya dalam menganalisis argumen-argumen. Selain itu, juga
dapat disarankan untuk mempertimbangkan peran logika dalam memahami struktur
penalaran dan kebenaran proposisi. Hal ini dapat membantu dalam
mengembangkan kemampuan berfikir secara kritis dan logis.

7
DAFTAR PUSTAKA

Iu Rusliana. Filsafat Ilmu. Bandung: Refika Aditama: 2015


http://repository.iainmadura.ac.id/65/1/FILSAFAT%20LOGIKA%20LENGKAP%20DENGAN%
20COVER.pdf
https://abdybusthan.blogspot.com/2019/11/pengertian-dan-term-dalam-logika.html#more
https://raharja.ac.id/2020/11/06/proposisi/
Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011
http://library.unh.ac.id/index.php?id=3200&p=show_detail

Anda mungkin juga menyukai