Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FILSAFAT EKONOMI ISLAM

Dosen Pengampu : Sri Wahyuni, SE.,M.E

Disusun oleh :

1. Rini Dwi Putri

2. Hajra Nurul Aswad

3. Regita Putri Cahyani

4. Agung Maulana

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan menyebut nama Allah
SWT yang Maha pengasih
lagi Maha
penyayang, kami panjatkan
puji syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah,
dan Inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah
ini tentang “Filsafat Sebagai
Hakikat Kebiaksanaan
Manusia”. Shalawat serta
salam kami sanjungkan
kepada Rasulullah beserta
keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya hingga hari akhir.
Dengan terselesainya makalah
ini, kami mengucapkan terima
kasih kepada
bapak M. Sultan Mubarok,
S.E, Sy., MM selaku dosen
mata kuliah Filsafat
Ekonomi Islam dan kepada
semua pihak yang telah
membantu dalam proses
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih
terdapat
banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami
mengharapkan kritik dan
saran yang
membangun demi perbaikan
dan penyempurnaan makalah
kami. Dan semoga
makalah yang kami buat ini
dapat bermanfaat dan
menambah keilmuan bagi
pembacanya.
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Pekalongan, 9 September 2021
Penulis
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan menyebut nama Allah SWT


yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan Inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang “Filsafat Ekonomi Islam”. Shalawat serta
salam kami sanjungkan kepada Rasulullah beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya
hingga hari akhir.

Dengan terselesainya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Sri
Wahyuni, SE.,M.E selaku dosen mata kuliah Filsafat Ekonomi Islam dan kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan dan penyempurnaan makalah kami. Dan semoga makalah yang kami
buat ini dapat bermanfaat dan menambah keilmuan bagi pembacanya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Makassar, 10 Oktober 2023

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………...……..…………….…...
Daftar Isi…………………………………………………………………….…………….

BAB I.....................................................................................................................................
PENDAHULUAN.................................................................................................................
A. Latar belakang................................................................................................................
B. Rumusan masalah..........................................................................................................
C. Tujuan penulisan............................................................................................................
BAB II....................................................................................................................................
PEMBAHASAN....................................................................................................................
BAB III……………………………………………………………………………………..

PENUTUP………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA………….……………………………………………………..……
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat merupakan ilmu yang sudah sangat tua. Bila kita membicarakan
filsafat maka pandangan kita akan tertuju jauh ke masa lampau di zaman Yunani
Kuno. Pada masa itu semua ilmu dinamakan filsafat. Filsafat dapat diartikan
sebagai suatu pendirian hidup (individu) dan dapat juga disebut sebagai pandangan
masyarakat. Filsafat sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berusaha mencari kebenaran
telah memeberikan banyak pelajaran, misalnya tenttang kesadaran, kemauan, dan
kemampuan manusia sesuai dengan posisinya sebagai makhluk individu, makhluk
sosial dan makhlukTuhan untuk diaplikasikan dalam kehidupan.
Sumber dari filsafat adalah manusia, dalam hal ini akal dan kalbu manusia yang
sehat yang berusaha keras dengan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran dan
akhirnya memperoleh kebenaran. Manusia dianugerahi akal pikiran yang tidak
diperoleh oleh makhluk lain. Karena itulah seyogyanya dipergunakan semaksimal
mungkin untuk kemampuan berpikir. Karena berpikir adalah daya yang paling
utama dan merupakan ciri khas yang membedakan manusia dan hewan. Aktivitas
berpikir sangat diperlukan dalam kehidupan manusia yang pada akhirnya akan
menentukan hasil yang dicapai, sama halnya dengan pentingnya perencanaan sebelum
bertindak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu filsafat ekonomi islam?
2. Jelaskan sumber – sumber filsafat islam ?
3. Bagaimana prinsip-prinsip ekonomi islam dipraktikkan dalam kehidupan sehari-
hari?
4. Apa dampak ekonomi islam dalam lingkungan ekonomi global?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu filsafat ekonomi islam
2. Untuk mengetahui sumber – sumber filsafat islam
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip ekonomi islam dalam kehidupan sehari-hari
4. Untuk mengetahui dampak ekonomi islam dalam lingkungan ekonomi global
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Filsafat Ekonomi Islam


Secara etimologis istilah filsafat berasal dari kata philein dan sophos yang
artinya cinta kebijaksanaan. Ia mencakup banyak bidang bahasan antara lan tentang
manusia, alam pengetahuan, etika, logika. Dalam usaha mencari kebijaksanaan,
manusia memiliki berbagai macam cara maupun motivasi untuk melaksanakan
filsafat. Kegiatan berfilsafat merupakan usaha mencari kebijaksanaan, sehingga
filsafat tidak termasuk jajaran khayalan bebas, namun merupakan pemikiran bebas
yang memiliki disiplin yang ketat.
Berfilsafat diartikan sebagai kegiatan berpikir sehingga filsafat merupakan
landasan dari praktik setiap kegiatan manusia dalam hidupnya. Hasil dari kegiatan
berfilsafat adalah pengetahuan. Salah satu jenis pengetahuan adalah ilmu sehingga
pada akhirnya filsafat menjadi landasan atau fondasi pengembangan setiap ilmu.
Setiap ilmu mempunyai filsafatnya masing-masing, yaitu melalui filsafat, ilmu
dibangun, dilahirkan, dikritisi, didiskusikan, dipertanyakan, dan dikembangkan.
Tidak berlebihan bila filsafat disebut induk atau ibu dari semua ilmu pengetahuan.
Filsafat adalah akar-akar pohon sedangkan ilmu adalah cabang dan rantingnya.
Dengan berpikir, kita mencoba mencari jawaban dari gejala-gejala alam dan
menghasilkan hal baru sebagai wujud kreativitas berpikir. Berpikir adalah esensi
perintah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Allah SWT selalu mengajak manusia
menggunakan akal pikiran untuk membaca (memahami) tanda-tanda-Nya yang
tersebar dalam berbagai ciptaan: hewan, tumbuhan, manusia, benda mati, bumi, dan
alam semesta raya Sedangkan menurut Aulia (2015), berfikir secara filsafat
diartikan sebagai berfikir secara mendalam sampai pemahaman secara hakikat,
maka dari itu bisa dikatakan filsafat adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari
tentang metode berfikir secara komprehensif sehingga bisa disimpulkan bahwa
guna belajar filsafat adalah untuk bisa menganalisa dan mencari solusi dari
permasalahan yang ada sesuai dengan realita, serta solusi itu bisa direalisasikan.
Filsafat juga memiliki ciri pemikiran yang tidak boleh terlewatkan dalam
melakukan perenungan.
Ada tiga ciri utama hingga upaya itu dapat dikatakan filsafat.
1. Universal (menyeluruh), yaitu pemikiran yang luas dan tidak aspek tertertentu saja.
2. Radikal (mendasar), yaitu pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental
dan essensial.
3. Sistematis, yaitu mengikuti pola dan metode berpikir yang runtut dan logis meskipun
spekulatif.
Beberapa penulis menambahkan ciri-ciri lain, yaitu:
1. Deskriptif, yaitu suatu uraian yang terperinci tentang sesuatu,menjelaskan mengapa
sesuatu berbuat begitu.
2. Kritis, yaitu mempertanyakan segala sesuatu (termasuk hasil filsafat) dan tidak
menerima begitu saja apa yang terlihat sepintas, yang dikatakan dan yang dilakukan
masyarakat.
3. Analisis, yaitu mengulas dan mengkaji secara rinci dan menyeluruh sesuatu,
termasuk konsep-konsep dasar yang dengannya kita memikirkan dunia dan kehidupan
manusia.
4. Evaluatif, yaitu dikatakan juga normatif, maksudnya upaya sungguh-sungguh untuk
menilai dan menyikapi segala persoalan yang dihadapi manusia. Penilaian itu bisa
bersifat pemastian kebenaran,kelayakan dan kebaikan.
5. Spekulatif, yaitu upaya akal budi manusia yang bersifat perekaan,penjelajahan dan
pengandaian dan tidak membatasi hanya padarekaman indera dan pengamatan lahiriah.
2.2 Sumber Filsafat
1). Wahyu
Ilmu pengetahuan Islam menempatkan wahyu Tuhan di tempat tertinggi,
bahkan rasio berada di bawahnya. Wahyu merupakan sumber dari segala sumber
sehingga ia ditempatkan pada posisi tertinggi. Kebenaran mutlak wahyu Tuhan
merpakan status abadi dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan.10 Hal ini
memberikan konsekuensi bahwa menurut pandangan Islam indera dan akal harus
tunduk kepada petunjuk wahyu.
Islam memandang bahwa kecerdasan manusia tidak sebanding dengan petunjuk
wahyu yang berasal dari sisi Tuhan. Akan tetapi dalam hal ini Islam tidak berarti
meremehkan atau tidak menghormati keberadaan pikiran manusia sebagai karunia dari
Allah swt. Terdapat hubungan sifat dalam pandangan yang harus kita terima
kenyataannya meskipun masih banyak sekali kontroversi yang rumit:
a. Wahyu Tuhan diterima jika akal menunjukkan pada keyaninan yang benar.
b. Wahyu Tuhan berupa pembicaraan eksternal yang dibungkus ke dalam makna
sehingga masuk dalam perasaan dan pendengaran pembaca sebelum mereka percaya dan
mengimani.
c. Wahyu memberikan petunjuk dan arahan yang benar menurut Tuhan tentang alam
dan manusia, manusia dengan akalnya pun berusaha mencari petunjuk

2.) Akal

Secara bahasa, akal merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab,‘aqala yang
berarti mengikat dan menahan. Namun, kata akal sebagai kata benda (mashdar)
dari‘aqala tidak terdapat dalam al-Qur’ân, akan tetapi kata akal sendiri terdapat dalam
bentuk lain yaitu kata kerja (fi’il mudhari’) Kata ‘aqala bermakna mengikat dan
menahan. Kata ‘iqal berarti tali yang digunakan orang Arab untuk mengikat surban
sedangkan i‘taqala sebutan bagi orang yang ditahan dalam penjara dan mu‘taqal adalah
tempat penjara untuk para tahanan. al-Ghazali berpendapat bahwa akal memiliki
beberapa definisi, diantanya: akal merupakan pembeda antara manusia dan hewan,
dengan akal manusia dapat memahami dan menguasai berbagai pengetahuan. Makna
selanjutnya, ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia akan memengaruhi
akhlak/sikapnya. Terakhir, dengan akal dan pengetahuannya manusia mampu mengontrol
hawa nafsunya. Kesempurnaan dan keistimewaan manusia terdapat pada akalnya, hal ini
pula yang membedakan manusia dengan makluk lain baik jin dan malaikat. Kebahagiaan
manusia bersumber dari pengelolaan akalnya sehingga melahirkan sikap dan akhlak
mulia. Sehingga melahirkan perdamaian dan ketentraman. Nikmat besar dari Tuhan ini
merupakan anugerah yang sangat istimewa, dengannya manusia akan diantarkan pada
kebahagiaan abadi.

3.) Indera
Dalam Bahasa Arab disebut dengan Hawas merupakan salah satu sumber filsafat
Islam yang tidak dapat dihindari. Indera sebagai sarana sekaligus sumber filsafat ilmu
sangat berperan sebagai penunjang wahyu dan akal. Melalui indera sebuah pertanyaan
tentang objek kajian filsafat muncul. Kadang kala ia merupakan proses awal yang
merangsang akal manusia untuk berpikir. Menurut al-Farabi terdapat beberapa jenis
indera yang ada dalam diri manusia diantaranya: indera eksternal, indera internal.
Pertama, Indera Eksternal merupakan bagian-bagian luar indera yang mana organnya
dapat dilihat dengan kasat mata. Indera eksternal atau yang disebut dengan al-hawas al-
zhahiriyah terdiri atas lima unsur: penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan
pengecap. Demikian hawas mempunyai kesalahan-kesalahan dalam memaknai objek
yang ditangkap.

1. Prinsip prinsip Ekonomi Islam dalam kehidupan Sehari Hari-hari

Prinsip ekonomi Islam merupakan kaidah-kaidah pokok yang membangun struktur


atau kerangka ekonomi Islam yang bersumber dari Alquran dan hadis. Prinsip ini
berfungsi sebagai pedoman dasar bagi setiap individu dalam berperilaku ekonomi, namun
agar manusia dapat menuju falah, perilaku manusia perlu diwarnai dengan spirit dan
norma ekonomi Islam yang tercermin dalam nilai-nilai ekonomi Islam.

Ekonomi Islam didasarkan atas ideologi yang memberikan landasan dan tujuannya
di satu pihak, dan aksioma-aksioma serta prinsip-prinsipnya di pihak lain. Ekonomi Islam
membuat kerangka di mana suatu komunitas sosial eknomi dapat memanfaatkan sumber-
sumber alam dan manusiawi untuk kepentingan produksi dan mendistribusikan hasil-
hasil produksi itu untuk kepentingan konsumsi.

Validitas ekonomi Islam dapat diuji dengan konsistensi internalnya, kesesuaiannya


dengan berbagai sistem yang mengatur aspek-aspek kehidupan lainnya, dan
kemungkinannya untuk berkembang dan tumbuh. Ekonomi Islam mendasarkan setiap
aktivitas ekonomi pada ketentuan dan sumber ajaran Islam. Nilai-nilai yang terkandung
dalam sumber ajaran itu yang menjadi pertimbangan dalam setiap aktivitas ekonomi.
Sumber-sumber tersebut adalah Al-Qur’an, Sun- nah, ijma, qiyâs, ‘urf, istihsan, dan
mashlahah mursalah.

Indonesia merupakan Negara terbanyak yang warganya beragama Islam. Hal ini
yang menimbulkan Indonesia menerapkan ekonomi syariah. Namun banyak warga
Negara Indonesia yang tidak mengetahui apa ciri-ciri dan contoh kegiatan ekonomi
syariah yang sedang dijalankan di Indonesia saat ini. Karena ekonomi syariah
mempunyai tujuan di dunia dan di akhirat seperti memberikan peluang yang sama untuk
semua individu, mengurangi kemiskinan, memperkuat ekonomi. Sedangkan pada
ekonomi konvensional mempunyai tujuan yaitu pada keuntungan.

Pada ekonomi islam tidak mengenal riba karena riba merupakan hal yang
diharamkan dan dibenci oleh Allah SWT; tidak diperbolehkan untuk menerapkan gharar
atau sering disebut dengan penipuan, resiko kehilangan asset pada kegiatan jual beli
saham dan perjudian.

Di dalam kegiatan sehari-hari kita bias menerapkan ekonomi Islam seperti:

 Menghindari bunga yang biasa disebut dengan tambahan beban biaya. Karena
bunga atau tambahan beban biaya sifatnya memaksa dan dapat merugikan pihak
yang membayar bunga.
 Tidak menimbun barang seperti ketika harga sembako murah kalian membeli
sembako dengan jumlah yang sangat banyak agar suatu sata harga sembako naik
kalian tidak perlu membeli dengan harga yang mahal. Hal ini dilarang karena
dapat membuat sulit orang yang berada di sekitarnya.
 Hidup hemat atau tidak menghamburkan uang untuk membeli sesuatu yang tidak
diperlukan. Seperti mendahulukan kebutuhan daripada kemauan. Contohnya
makan makanan yang cukup tidak berlebihan sesuai dengan porsi keluarga.
 Rajin menyisihkan uang untuk ditabung. Hal ini dianjurkan di ekonomi syariah
karena orang yang dapat mengelola keuangannya dengan baik maka ia akan
mendapatkan pahala dan hidupnya akan diuntungkan.
 Tidak melakukan hutang berhutang. Hal ini dilarang di ekonomi syariah karena
dapat merugikan kedua belah pihak dan orang yang berhutang akan diberatkan di
akhirat nanti.
 Rajin untuk memberi sedekah kepada orang yang membutuhkan. Hal ini
dianjurkan karena semakin kita sering bersedekah maka semakin banyak juga
rezeki yang kita terima.

Nilai-nilai ekonomi Islam yang telah dijelaskan sebelumnya, dengan didasari oleh
fondasi akidah, akhlaq dan syariat (aturan/hukum) dapat disarikan lebih lanjut dan
diformulasikan menjadi 6 (enam) prinsip dasar ekonomi dan keuangan syariah.

1. Pengendalian Harta Individu


Harta individu harus dikendalikan agar terus mengalir secara produktif. Harta
individu tidak boleh ditumpuk, namun keluar mengalir secara produktif ke dalam
aktivitas perekonomian. Aliran harta yang dikeluarkan tersebut dapat berupa investasi
produktif pada sektor rill dalam bentuk zakat, infak, sedekah, dan wakaf. Dengan
mengalirnya harta secara produktif, kegiatan perekonomian akan terus bergulir secara
terus menerus.

2. Distribusi Pendapatan yang Inklusif


Pendapatan dan kesempatan didistribusikan untuk menjamin inklusivitas
perekonomian bagi seluruh masyarakat. Berdasarkan prinsip ini distribusi pendapatan
dari masyarakat dengan harta melebihi nisab disalurkan melalui zakat kepada 8
(delapan golongan yang berhak menerima (mustahik) yaitu :

1) Fakir, mereka yang hampir tidak memiliki sesuatu sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidup.
2) Miskin, mereka yang memiliki harta, namun tidak cukup memenuhi kebutuhan
dasar untuk hidup.
3) Amil, mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
4) Mualaf, mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menguatkan dalam tauhid dan syariah.
5) Hamba sahaya, budak yang ingin memerdekakan dirinya.
6) Ghorimin, mereka yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam
mempertahankan jiwa dan kehormatannya (izzah).
7) Fiisabilillah, mereka yang berjuang dijalan Allah SWT dalam bentuk kegiatan
dakwah, jihad, dan sebagainya.
8) Ibnus sabil, mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan kepada
Allah SWT.

3. Optimalisasi Bisnis (Jual Beli) dan Berbagi Risiko


Ekonomi syariah menjunjung tinggi keadilan dan menekankan berbagi hasil dan
risiko (risk sharing). Kebebasan pertukaran; kebebasan untuk memilih tujuan dan
rekan dagang sesuai prinsip syariah; pasar sebagai tempat pertukaran; campur tangan
dalam proses penawaran (supply); tidak ada batasan area perdagangan; kelengkapan
kontrak transaksi; dan kewenangan pihak otoritas dan penegak hukum untuk menjaga
kepatuhan atas aturan maupun kontrak.

4. Transaksi Keuangan Terkait Erat Sektor Riil


Ekonomi syariah mensyaratkan bahwa setiap transaksi keuangan harus berdasarkan
transaksi pada sektor riil. Menurut prinsip dasar ini, transaksi keuangan hanya terjadi
jika ada transaksi sektor riil yang perlu difasilitasi oleh transaksi keuangan. Aktivitas
atau transaksi ekonomi bersinggungan dengan sektor riil, usaha manusia, manfaat,
harga atas barang dan jasa maupun keuntungan yang diperoleh. Dalam perspektif
Islam, aktivitas ekonomi senantiasa didorong untuk berkembangnya sektor riil seperti
perdagangan, pertanian, industri maupun jasa. Di sisi lain, ekonomi syariah tidak
mentolerir aktivitas ekonomi nonriil seperti perdagangan uang, perbankan sistem
ribawi, dan lain-lain.

5. Partisipasi Sosial untuk Kepentingan Publik Ekonomi


Islam mendorong pihak yang memiliki harta untuk berpartisipasi membangun
kepentingan bersama. Misalnya, mewakafkan tanah untuk pembangunan rumah sakit,
membeli Sukuk untuk pembangunan jembatan atau tol dan sebagainya. Dalam
ekonomi Islam pencapaian tujuan sosial diupayakan secara maksimal dengan
menafkahkan sebagian hartanya untuk kepentingan bersama sebagaimana firmanNya:
“Berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya dan nafkahkanlah sebagian dari
hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang
beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh
pahala yang besar.” (QS Al Hadid (57): 7). Implementasi dari prinsip dasar ini jika
dikelola secara optimal dan produktif akan menambah sumber daya publik dalam
kegiatan aktif perekonomian.

6. Transaksi Muamalat
Sejalan dengan nilai-nilai ekonomi Islam yang menjunjung tinggi keadilan serta kerja
sama dan keseimbangan, setiap transaksi muamalat khususnya transaksi perdagangan
dan pertukaran dalam perekonomian, harus mematuhi peraturan yang telah ditetapkan
dalam syariat. Aturan yang lebih khusus dalam mengatur transaksi perdagangan, telah
ditetapkan langsung oleh Rasulullah SAW pada saat Rasulullah SAW mengatur
perdagangan yang berlangsung di pasar Madinah yang esensinya masih terus berlaku
dan dapat diterapkan sampai sekarang.

2.3 Dampak ekonomi islam dalam lingkungan ekonomi global

Ketika suatu negara menerapkan ekonomi dan keuangan syariah, perlu adanya 3 hal
penting yang harus diperhatikan sebagai karakteristik dasar yang harus ada dan
diterapkan dalam sistem ekonomi yang dijalankan:

1. Perhatian terhadap aktivitas yang dilarang, yaitu MAGHRIB (Maysir, Gharar,


Riba)
 Maysir : transaksi spekulatif
 Gharar : tidak transparan
 Riba : transaksi basis bunga

2. Perhatian terhadap aktivitas yang dibolehkan, seperti bagi hasil, jual beli, titipan
dan jasa, dan aktivitas yang ditujukan untuk social (pemberian ZISWAF; Zakat,
Infaq, Shadaqah, Wakaf)

3. Objek transaksi harus halal dan thayyib, no khamar, no pornografi, no


pencemaran lingkunga

Tiga hal tersebut apabila diterapkan secara baik dan benar akan memiliki implikasi yang besar
dalam perekonomian makro. Ketika transaksi-transaksi yang ada jauh dari MAGHRIB, maka
dampak yang ditimbulkan adalah terjadinya stabilitas sistem keuangan. Mengapa demikian?
Maysir, gharar dan riba adalah penyebab terkonsentrasinya kekayaan yang menyebabkan aliran
uang menjadi terpusat (terutama di golongan atas) dan tidak terdistribusi secara merata di semua
lapisan masyarakat. Tidak hanya itu, sector riil dan sector keuangan akan terjadi ketimpangan
dan sulit untuk berjalan seiringan karena adanya money creation dalam sector keuangan.

Dampak lain yang ditimbulkan apabila bagi hasil, jual beli, pengelolaan ZISWAF diterapkan
dengan baik adalah pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, dan penciptaan lapangan
kerja. Hal tersebut dikarenakan adanya keterlibatan ekonomi golongan dhuafa dan adanya
dukungan penuh terhadap sector riil, serta transaksi berbasis bagi hasil berdasarkan prinsip saling
mengenal dan memahami dapat menekan resiko moral hazard. Implikasi lain apabila setiap
transaksi yang ada menggunakan objek yang halal dan tidak merusak lingkungan yaitu stabilitas
social serta kelestarian alam dan lingkungan. Begitulah keindahan ekonomi syariah, dimana itu
semua akan terjadi ketika 3 hal sederhana tersebut dapat diterapkan dengan baik dan menjadi
karakteristik dasar perekonomian suatu negara. Perlu adanya inisiatif dan peran pemerintah
secara dominan demi kemaslahatan umat dengan sistem ekonomi yang diterapkan.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anjani, S. R. (2021). Makalah Ekonomi Islam. Retrieved october 11, 2023, from studocu.com:
https://www.studocu.com/id/document/institut-agama-islam-negeri-pekalongan/sharia-
economy-21/kel-1-makalah-filsafat-ekonomi-islam/44980187

Dadang Muljawan (Bank Indonesia), P. S. (2020). Ekonomi Syariah. In P. S. Dadang Muljawan


(Bank Indonesia), Buku Pengayaan Pembelajaran Ekonomi Syariah (pp. 6-112). Jakarta,
Jl. MH Thamrin No 2: Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia.

Moh. Fauzi, S. M. (n.d.). Filsafat Ekonomi Islam. Retrieved october 11, 2023, from scribd.com:
https://www.scribd.com/doc/102574014/Filsafat-Ekonomi-Islam

Muhammad Sultan Mubarok, M. (2022, january). FILSAFAT EKONOMI ISLAM. In M.


Muhammad Sultan Mubarok, FILSAFAT EKONOMI ISLAM (pp. 1-305). Makassar:
Mitra Ilmu.

UGM, K. d. (2014, MAY 23). Karakteristik Dasar dan Dampak Penerapan Ekonomi dan
Keuangan Syariah dalam Sistem Ekonomi. Retrieved OCTOBER 11, 2023, from
sef.feb.ugm.ac.id: https://sef.feb.ugm.ac.id/karakteristik-dasar-dan-dampak-penerapan-
ekonomi-dan-keuangan-syariah-dalam-sistem-ekonomi/

Anda mungkin juga menyukai