Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH FILSAFAT EKONOMI

PANDANGAN PARA TOKOH AHLI FILSAFAT MENGENAI


EKONOMI

DISUSUN OLEH :
ANDI NURUL TARIZA PARAJA BASLAN
( 191130075)
DOSEN PENDAMPING
Dr. H. Suhardi M. Anwar, Drs., MM

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALOPO
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu! Puji syukur kehadirat


Allah SWT yang dengan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah Filsafat Ilmu Ekonomi tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam juga semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, sang
manajer sejati Islam yang selalu becahaya dalam sejarah hingga saat ini.

Dalam pembuatan makalah ini, tentu tak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada Dosen Pengampu yaitu Bapak DR. H. Suhardi M. Anwar
Drs.,MM. yang telah membimbing penulis selama ini. Tentunya makalah ini,
masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu penulis senantiasa mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Amiin Yaa Robbal „Aalamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palopo, 01 January 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . ……………………………………………………… i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1. LatarBelakang ...................................................................................... 1
1.2. RumusanMasalah ................................................................................. 1
1.3. Tujuan................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2

2.1. Analisis Pemikiran Plato MengenaiEkonomi ...................................... 2

2.2. Anaslisis Aristoteles MengenaiEkonomi ............................................. 4

2.3. Analisis Adam Smith MengenaiEkonomi............................................ 6

2.4 Analisis David RichardoMengenaiEkonomi ...................................... 8

2.5 Analisis John Maynard Keynes MengenaiEkonomi ............................ 10

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 14

3.1. Kesimpulan........................................................................................... 14

3.2. Saran ..................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak pernah
puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari kebenaran yang
sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan jawaban. Namun setiap jawaban-
jawaban tersebut juga selalu memuaskan manusia. Ia harus mengujinya dengan metode
tertentu untuk mengukur apakah yang dimaksud disini bukanlah kebenaran yang bersifat
semu, tetapi kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu kebenaran yang bisa diukur dengan cara-
cara ilmiah.

Perkembangan pengetahuan yang semakin pesat sekarang ini, tidaklah menjadikan


manusia berhenti untuk mencari kebenaran. Justru sebaliknya, semakin menggiatkan manusia
untuk terus mencari dan mencari kebenaran yang berlandaskan teori-teori yang sudah ada
sebelumnya untuk menguji sesuatu teori baru atau menggugurkan teori sebelumnya.
Sehingga manusia sekarang lebih giat lagi melakukan penelitian-penelitian yang bersifat
ilmiah untuk mencari solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya. Karena itu bersifat
statis, tidak kaku, artinya ia tidak akan berhenti pada satu titik, tapi akan terus berlangsung
seiring dengan waktu manusia dalam memenuhi rasa keingintahuannya terhadap dunia.

Untuk itulah setiap manusia harus dapat berfikir filosofis dalam menghadapi segala
realitas kehidupan ini yang menjadkan filsafat harus dipelajari. Filsafat merupakan sebuah
disiplin ilmu yang terkait dengan perihal kebijaksanaan. Kebijaksanaan merupakan titik ideal
dalam kehidupan manusia, karena ia dapat menjadikan manusia untuk bersikap dan bertindak
atas dasar pertimbangan kemanusiaan yang tinggi (actus humanus), bukan asal bertindak
sabagaimana yang biasa dilakukan manusia (actus homoni). Kebijaksanaan tidaklah dapat
dicapai dengan jalan biasa, ia memerlukan langkah-langkah tertenu, khusus, istimewa.
Beberapa langkah menuju kea rah kebijaksanaan itu antara lain: 1) membiasakan diri untuk
bersikap kritis terhadap kepercayaan dan sikap yang selama ini sangat kita 2junjung tinggi, 2)
Berusaha untuk memadukan (sintesis) hasil bermacam-macam sains dan pengalaman
kemanusian, sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam semesta beserta

1
isinya, 3) mempelajari dan mencermati jalan pemikiran para filsuf dan meletakkannya
sebagai pisau analisis untuk memecahkan masalah kehidupan yang berkembang dalam
kehidupan konkrit, sejauh pemikiran itu memang relevan dengan situasi yang kita hadapi, 4)
menelusuri hikmah yang terkandung dalam ajaran agama, sebab agama merupakan sumber
kebijaksanaan hidup manusia.

Pengetahuan dalam filsafat dibahas dalam epistemologi. Dari epistemologi, lahirlah


dua madzhab besar sumber pengetahuan yang sangat terkenal, yaitu rasionalisme dan
empirisme. Dalam tulisan ini, secara panjang akan diuraikan madzhab yang pertama, yakni
rasionalisme. Latar belakang munculnya rasionalisme adalah adanya keinginan untuk
membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional(scholastic), yang pernah diterima, tetapi
ternyata tidak mampu mengenai hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Pada tokoh
aliran Rasionalisme diantaranya adalah Descartes (1596- 1650 M). Tema yang kerap kali
muncul dalam filsafat adalah hubungan antara pikiran kita dan dunia. Yakni para filosof yang
pandangannya saling berbeda, Descartes dan John Locke, telah setuju bahwa alam pikiran
kitalah yang membedakan manusia dari binatang, dan sebagian besar filsafat berkaisar pada
persoalan yang muncul didalam fikiran yang demikian itu ketika mereka memikirkan
bagaimana wilayah pemikiran itu berkerja .

Aliran filsafat yang berasal dari Descartes ini di sebut dengan rasionalisme, karena
aliran ini sangat mementingkan rasio. Dalam rasio terdapat ide-ide dengan itu orang dapat
membangun suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan realitas di luar rasio. Dalam
memahami aliran rasionalisme, kita harus memerhatikan 2 masalah 1 Rizal Mustansyir dan
Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet.

2
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penulisan makalah ini, maka dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud Filsafat Ekonomi ?
2. Apakah Devinisi Ekonomi Menurut Para Ahli ?
3. Bagaimana Pemikiran Pemikiran Para Ahli Mengenai Ekonomi?

C. TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan mempelajari apa itu filsafat ilmu ekonomi


2. Untuk Membandingkan Pendapat Para ahli mengenai ekonomi

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.2 ANALISIS PEMIKIRAN PLATO TENTANG EKONOMI

Pada zaman yunani kuno pembahasan tentang ekonomi masih merupakan


bagian dari filsafat, khususnya filsafat oral, dan sering diartikan dengan rasa keadilan
serta kelayakan yang perlu diperhatikan yang perlu diperhatikan dalam rangka
penciptaan suatu masyarakat yang adil dan makmur secara merata.Gagasan Plato
tentang ekonomi timbul secara tidak sengaja dari pemikirannya tentang keadilan
dalam sebuah negara ideal.
Menurut Plato dalam sebuah negara ideal kemajuan tergantung pada
pembagian kerja yang timbul secara alamiah dalam masyarakat, Plato juga
membedakan 3 jenis pekerjaan yang dilakukan oleh manusia yaitu, pekerjaan sebagai
tentara, pekerjaan sebagai pengatur, dan pekerjaan sebagai pekerja.

Plato juga mengatakan bahwa lapisan masyarakat yang berhak untuk


mengejar laba dan mengumpulkan harta adalah kelompok pekerja. Sedangkan
kelompok pengatur dan tentara mereka bekerja bukan untuk mengumpulkan harta dan
kekayaan, tetapi hanya mengabdi dan memikirkan pekerjaan mereka. Dengan
pembagian kerja dan pembatasan waktu tersebut maka hawa nafsu manusia untuk
memperoleh barang dan harta yang sebesar-besarnya dapat dikendalikan, sehingga
diharapkan akan tercipta suatu masyarakat yang adil dan makmur.

Gagasan Plato tentang ekonomi timbul secara tidak sengaja dari


pemikirannya tentang keadilan dalam sebuah negara ideal. Menurut Plato, dalam
sebuah negara ideal kemajuan tergantung pada pembagian kerja yang timbul secara
alamiah dalam masyarakat. Karena manusia diciptakan berbeda, meraka juga
memiliki sifat dan kecenderungan yang berbeda, dan akhirnya jenis pekerjaan yang

4
diminati juga berbeda. Plato menyadari bahwa produksi merupakan basis suatu
negara dan penganekaragaman (diversivikasi) pekerjaan dalam masyarakat
merupakan keharusan, karena tidak seorang pun yang dapat memenuhi sendiri
berbagai kebutuhannya.

Oleh karena itu, Plato membedakan tiga jenis pekerjaan yang dilakukan oleh
manusia yaitu :
a). Rakyat jelata, pekerja, Mereka dasar ekonomi masyarakat.
b). Penjaga dan pembangun urusan Negara yang tidak mempunyai kepentingan
sendiri, dan tidak boleh memiliki keluarga.
c). Penjabat tinggi Negara dan filosof, tugas mereka membuat dan mengawasi UU;
pejabat ini harus memperdalam filosof dan ilmu pengetahuan.
Tiga golongan yang ada dalam polis ini adalah cerminan dari tiga bagian
jiwa manusia. Masing-masing mempunyai keutamaan yang identik supaya dapat
mencapai tujuannya: hidup yang baik, negara yang baik. Karena keadilan adalah
keutamaan umum moral manusia, maka keadilan adalah karakter dari negara yang
baik. Proses spesialisasi inilah yang kemudian dikembangkan oleh John Locke dan
Adam Smith.
Teori Division of Labour yang dikembangkan oleh Adam Smith berasal dari
pandangan Pato, perbedaannya Smith memaksudkan Division of Labour untuk
memacu pertumbuhan output dan pembangunan ekonomi, sedangkan Plato
memaksudkan untuk pembangunan kualitas kemanusiaan.
Teori Plato tentang fungsi uang yang dijelaskan dalam bukunya Politika,
menyatakan bahwa fungsi uang adalah sebagai alat tukar, alat pengukur nilai, dan alat
penimbun kekayaan Plato menganggap bahwa uang tidak dapat dan tidak layak
dikembangkan (melalui bunga).

Menurut penilaian saya gagasan plato adalah gagasan yang hanya terdapat
dalam pikiran saja, yang bersifat subyektif. Ide ini bukan gagasan yang dibuat oleh

5
manusia, yang ditemukan manusia, sebab ide ini bersifat objektif, artinya berdiri
sendiri,, lepas dari pada subyek yang berfikir, tidak tergantung pada pemikiran
manusia, akan tetapi justru sebaliknya, idelah yang memimpin pikiran manusia. Tiap
orang berbeda dengan orang lain, tidak ada dua orang yang persis sama, akan tetapi
keduanya adalah sama-sama manusia. Hal ini disebabkan karena tiap manusia
mendapat bagian daripada ide manusia. Tiap manusia mengungkapkan dengan cara
masing-masing ide manusia yang bersifat umum itu. Ide manusia ini kekal dan tidak
berubah. Akan tetapi ide ini tidak bisa diungkapakan secara sempurna pada tiap
manusia. Segala sesuatu yang kita ketahui, melalui pengamatan, yang beraneka ragam
dan serba berubah itu dalah pengungkapan ide-idenya. Jadi tiap pengamatan
mengingatkan kita kepada ide-ide yang diamati itu.
Kelebihan teori plato, mengenai negara dalam kaitanya dengan realitas sosial adalah
Plato merancang negara dimana kepentingan umum diutamakan. Ia merancang
negara dimana keadilan (sesuai dengan Politeia) akan tercapai secara sempurna. Hal
tersebut tentunya adalah sesuatu yang sangat diidam-idamkan oleh semua warga
negara. Karyanya,The Republic merupakan bukti upaya kerasnya untuk
mendefinisikan keadilan, dengan membayangkan kemungkinan adanya negara
terbaik yang harus direalisasikan untuk mewujudkan nilai keadilan dan kemanusiaan.
Menurut kami, Kelebihan lainnya adalah adanya syarat tertentu yang harus dipenuhi
oleh seorang calon pemimpin dimana syarat-syarat itu kembali pada kualitas manusia
yang disandarkan kepada jiwa atau akal manusia yang nantinya menuntun pemimpin
dalam empat kebajikan pokok yang sepanjang masa terus dibutuhkan oleh rakyat,
yakni memiliki pengendalian diri, keberanian, kearifan dan keadilan. Poin-poin yang
menjadi prasarat tersebut tentunya sangat bermanfaat bagi kita dalam memilih
seorang pemimpin yang baik. Kriteria pemimpin yang diajukan plato ini sangat tepat.
Selain itu menurut kami, spesialisasi bidang pekerjaan yang ditawarkan dalam teori
Plato bisa menjadi nilai lebih dengan pertimbangan bahwa manusia mempunyai
keterbatasan waktu dan daya kekuatan serta memiliki kemampuan masing-masing.
Sehingga dengan adanya spesialisasi pekerjaan ini kami rasa manusia akan benar-

6
benar mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya sesuai kemampuan
yang dimilkinya.
Kelemahan teori plato, Dari semua kelebihan-kelebihn teori Plato yang
mungkin sangat diharapkan oleh seluruh warga negara dipenjuru dunia terwujud di
dalam realitas sosial di era modern ini, terbesit beberapa pertanyaan yang muncul
yaitu apakah idea hanya menjadi sebatas idea belaka? Menurut saya, sia-sia saja
membicarakan mengenai idea yang mulia tapi tidak menjadi nyata dalam realitas
sosial ini. Dalam hal ini adalah mengenai pemikiran negara ideal Plato yang
menggunakan ciri komunis ekstrem (milik pribadi dan keluarga). Memang hal itu
sulit untuk diungkapkan dalam hal yang nyata. Idea Plato dalam hal ini adalah negara
ideal ini terbatinkan dalam diri orang lain sehingga negara ideal itu terwujud sedikit-
sedikit. Tapi kenyataannya sampai sekarang, berarti sudah 20 abad ini, proses
pembatinan idea ini tidak berjalan secara semestinya. Apakah ada negara-negara di
dunia ini yang MENJADI-kan ADA-nya negara ideal Plato ini? Barangkali mereka
tahu dan mengerti namun tidak berbuat. Untuk apa berbuat? Bukankah lebih baik
tidak berbuat dan mendapatkan keuntungan? Kesadaran individual sangat kurang
yaitu manusia mempunyai akal yang dengannya ia dapat berusaha memilih dan
menentukan hidup dan kehidupannya.. Dalam keadaan ini teori plato tidak dapat
berlaku pada setiap realitas konkrit di masing-masing kelompok sosial dan sebatas
menjadi teori yang terbentuk lantaran realitas kehidupan yang ia alami saja dan sulit
untuk diterapkan secara umum.
Kelemahan lainya menurut kami adalah pendapatnya tentang Undang-
undang yang dibuat sejauh dirasakan perlu menurut keadaan konkret. UU secara
umum harus dianggap sebagai The second best. Karena alasan praktis undang-undang
harus dipandang sebagai instansi tertinggi dalam negara dan negarawan yang
menyimpang dari undang-undang harus dihukum mati. Hal ini kami rasa bukan solusi
tepat dimana peraturan ini semestinya dibuat jangan hanya ketika diperlukan saja
tetapi semestinya peraturan atau undang-undang pun saya rasa layak dibuat untuk
mencegah kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi kapan saja. Sebagai

7
contoh, undang-undang tentang hukuman bagi pencuri. Meskipun keadaan konkrit
membuktikan tidak ada pencurian “SAAT INI”, tapi tidak ada salahnya membuat
undang-undang tentang pelaku pencurian sehingga kalau ada yang mencuri maka
akan mendapatkan sangsi sesuai dengan hukum atau undang-undang yang berlaku.
“Ingat kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat pelakunya, tapi juga karena ada
kesempatan”. Waspada dan mencegah lebih baik daripadamengobati.
Keadilan dimiliki oleh semua golongan karena keutamaan ini
memungkinkan setiap golongan dan setiap warga negara untuk melaksanakan tugas
masing-masing tanpa campur tangan urusan orang lain (menciptakan
keseimbangan).Sekilas tidak ada yang salah dari teori ini. Tetapi lagi-lagi menjadi
masalah ketika ditekankan pada kata “melaksanakan tugas masing-masing tanpa
campur tangan urusan orang lain”. Manusia yang punya keterbatasan ini meskipun
juga punya keahlian khusus, saya rasa disadari atau tidak pada suatu saat pasti akan
memerlukan bantuan oranglain dalam melesaikan pekerjaannya, meskipun dia lebih
ahli dibandingkan dengan orang lain.

8
2.2 ANALISIS PEMIKIRAN ARISTOTELES TENTANG EKONOMI

Sejarah Perkembangan Teori Ekonomi adalah suatu


pemikiran kapitalisme yang terlebih dahulu yang harus dilacak melalui sejarah
perkembangan pemikiran ekonomi dari era Yunani kuno sampai era
sekarang. Aristoteles adalah yang pertama kali memikirkan tentang transaksi
ekonomi dan membedakan di antaranya antara yang bersifat "natural" atau
"unnatural". Transaksi natural terkait dengan pemuasan kebutuhan dan pengumpulan
kekayaan yang terbatasi jumlahnya oleh tujuan yang dikehendakinya. Transaksi un-
natural bertujuan pada pengumpulan kekayaan yang secara potensial tak terbatas. Dia
menjelaskan bahwa kekayaan unnatural tak berbatas karena dia menjadi akhir dari
dirinya sendiri ketimbang sebagai sarana menuju akhir yang lain yaitu pemenuhan
kebutuhan. Contoh dati transaksi ini disebutkan adalah perdagangan moneter dan
retail yang dia ejek sebagai "unnatural" dan bahkan tidak bermoral. Pandangannya ini
kelak akan banyak dipuji oleh para penulis Kristen di Abad Pertengahan.

Bila dibandingkan Plato membela anggapan, bahwa mereka yang ditugaskan


untuk memimpin negara harus menguasai ilmu hitung. Sedangkan Aristoteles yang
lebih cenderung kearah pandangan filsafat sejarah daripada masalah-masalah
kemasyarakatan. Agaknya disini sudah mulai terlihat perbedaan faham
antara Ekonomi literal dan Ekonomi kuantitatif , misalnya pada Quesney dapat kita
melihat suatu kecenderungan yang jelas kearah pandangan kuantitatif, Kini analisa
kuantitatif makin lama makin mencapai kemenangan. Dalam bukunya “Negara”,
Aristoteles membedakan ; oikonomie (yang mempelajari cara-cara mengatur rumah
tangga) dan Chrematistie (yang mempelajari aturan-aturan pertukaran). Dan
sebenarnya dapat pula dianggap sebagai pelopor Ekonomi Teoritika

9
Aristoteles mencermati dengan jelas bahwa rumah tangga memenuhi
kebutuhan hidupnya melalui pertanian, berburu, memancing dan membuat kerajinan
seperti menenun dan memintal. Rumah tangga juga harus menghasilkan surplus yang
cukup untuk memperoleh kebutuhan sehari-hari mereka. Tapi menurut Aristoteles
tidak mungkin warganegara yang bebas melakukan pekerjaan-pekerjaan itu karena
niscaya mereka tidak akan memiliki waktu luang untuk mengelola polis dan
memikirkan kebaikan semua warga kota. Oleh karena itu, Aristoteles mengusulkan
agar warganegara harus memiliki instrumen untuk mengelola rumah tangganya. Ada
dua instrumen yang disebut Aristoteles.
Pertama, instrumen produktif, yakni mekanisme untuk memproduksi hasil
atau tujuan-tujuan di luar pekerjaan (saya kira ini terkait dengan seni pemerolehan
kekayaan); dan kedua, instrumen tindakan yakni pelayan dan budak yang keberadaan
memungkinkan hidup yang baik dengan melayani tuannya. Keduanya dibutuhkan
dalam pengelolaan rumah tangga.
Karena pengelolan rumah tangga menjadi bagian dari upaya menciptakan
kebaikan publik, maka Aristoteles lalu mencoba membuat pemilahan mengenai
praktek-praktek ekonomi macam apa yang mendukung bagi kebaikan negara
kota (polis) sehingga dipandang sebagai kegiatan yang absah dan natural, dan mana
yang tidak mendukung kebaikan.
Jenis kegiatan ekonomi yang absah adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk
sekadar memenuhi nafkah hidup sehari-hari dengan syarat kecukupan alamiah, yakni
dalam rangka menjamin adanya persediaan barang-barang yang dapat disimpan dan
yang diperlukan untuk kehidupan dan bermanfaat bagi polis atau rumah tangga.
Bertani, berburu, memancing, menenun, memintal, dan sebagainya adalah cara
pemerolehan yang sah karena harta benda atau kekayaan yang dihasilkan dari
pekerjaan itu diperoleh secara alamiah, disediakan alam untuk kebutuhan sehari-hari
manusia. Ia tetap absah, menurut Aristoteles,sepanjang dilakukan tidak untuk
mengejar keuntungan semata-mata atau untuk mengejar harta secara tak terbatas.

10
Hal ini juga berlaku dalam mekanisme pertukaran yang dilakukan antar
asosiasi (rumah tangga). Dalam pertukaran (disini Aristoteles telah membuat distingsi
penting tentang nilai guna dan nilai tukar barang), orang-orang yang memiliki
sejumlah barang yang berbeda-beda saling melakukan pertukaran untuk memenuhi
kebutuhan yang muncul melalui barter. Misalnya gandum ditukar dengan sepatu,
sejumlah polpen ditukar dengan buku, bangunan rumah ditukar dengan sebidang
tanah, dan seterusnya. Pertukaran semacam ini perbolehkan karena memenuhi syarat-
syarat kecukupan alamiah itu dan “not contrary to nature”.
Pemikirannya tentang teori nilai (value) dan harga (price), kemudian
Kontribusi terbesar Aristoteles terhadap ilmu ekonomi adaPlah pemikirannya tentang
pertukaran barang (exchange of commodities) dan kegunaan uang dalam pertukaran
barang tersebut.
Menurut pandangan aristoteles, kebutuhan manusia (man’s need) tidak terlalu
banyak, tetapi keinginannya (man’s desire) relative tanpa batas. Ia membenarkan dan
menganggap alami kegiatan produksi yang dimaksudkan untuk menghasilkan barang
guna memenuhi kebutuhan, namun kegiatan produksi untuk memenuhi keinginan
manusia yang tanpa batas itu yang dikecamnya sebagai sesuatu yang tidak alami
(unnatural).
Menurut pandangan aristoteles, barter dianggap hal yang wajar dan bersifat
alami dan baik menurutnya, karena merupakan hal yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan alami dan tidak ada laba ekonomi yang diperoleh dari pertukaran barang-
barang tersebut. Namun dalam kehidupan sekarang ini hal itu merupakan suatu yang
using dan tidak produktif, karena tidak melihat dampak positif dari perdagangan.
Pertukaran barang dalam bentuk barter bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
alami, sebab tidak ada laba ekonomi yang diperoleh dari pertukaran barang dengan
barang. Hal ini dianggap wajar oleh Aristoteles. Akan tetapi, pertukaran yang
menggunakan uang untuk memperoleh laba di kecamnya. Dalam kehidupan manusia
masa sekarang tentu pandangan Aristoteles ini dianggap sangat usang dan tidak
produktif, sebab tidak melihat dampak positif dari perdagangan.

11
2.3 ANALISIS PEMIKIRAN ADAM SMITH TENTANG EKONOMI

Adam Smith dikenal sebagi pencetus pertama mengenai free-market capitalist,


kebijksanaan laissez-faire sekaligus merupakan Bapak ekonomi modern. An Inquiry
into the Nature and Causes of the Wealth of Nations, atau yang biasa disingkat “The
Wealth of Nation” adalah buku terkenal oleh Adam Smith yang berisi tentang ide-ide
ekonomi yang sekarang dikenal sebagai ekonomi klasik. Inspirasi dari buku ini tidak
lain berasal dari gurunya sewaktu menuntut ilmu di Universitas Glasgow yakni
Francis Hutcheson dan teman kuliahnya David Hume (Becker, 2007). Tulisan Smith
juga terdiri dari penjelasan menyeluruh megenai berbagai tulisan merkantilis dan
fisokrat yang disentiskannya dengan baik menjadi satu bahan kajian ekonomi.

Perbedaan pendapat antaara Smith dan kamu merkantilis salah satunya


mengenai faktor yang menentukan kemakmuran, dimana kaum merkantilis percaya
bahwa alamlah yang menentukan tingkat kemakmuran.Sedangkan menurut Smith,
penentuan tingkat kemakmuran adalah kemampuan manusia sendiri sebagai faktor
produksi.Pembahasan Smith lebih banyak bersifat mikro dengan penekanan pada
penentuan harga yang dilakukan dengan pendekakatan deduktif beserta dengan
penjelasan historisnya. Smith berpandangan optimis tentang masa depan dunia. Fokus
utamanya adalah peningkatan individu melalui kesederhanaan dan prilaku yang baik,
menabung dan berinvestasi, perdagangan dan divisi kerja, pendidikan dan
pembentukan kapital, serta pembuatan teknologi baru.Beliau lebih tertarik untuk
meningkatkan kemakmuran ketimbang membagi-bagi kemakmuran (Becker, 2007).

Seperti yang telah kita ketahui, pemikiran Kapitalisme adalah sebuah sistem
ekonomi yg filsafat sosial dan politiknya didasarkan kepada azas pengembangan hak
milik pribadi dan pemeliharaannya serta perluasan faham kebebasan.Sistem ini

12
merupakan sekumpulan kebijakan ekonomi yang juga merujuk kepada pemikiran
bapak ekonomi Kapitalis Adam Smith.Ruh pemikiran ekonomi Adam Smith adalah
perekonomian yang berjalan tanpa campur tangan pemerintah. Model pemikiran
Adam Smith ini disebut Laissez Faire

yang berasal dari bahasa Perancis yang digunakan pertama kali oleh para
psiokrat di abad ke 18 sebagai bentuk perlawanan terhadap intervensi pemerintah
dalam perdagangan. Laissez-faire menjadi sinonim untuk ekonomi pasar bebasyang
ketat selama awal dan pertengahan abad ke-19 (Skousen, 2005). Secara umum,istilah
ini dimengerti sebagai sebuah doktrin ekonomi yang tidak menginginkan
adanyacampur tangan pemerintah dalam perekonomian. “ In economics, Laissez-faire
means allowing industry to be free of government restriction, especially restrictions
in the formof tariffs and government monopolies.” Adam Smith memandang
produksi dan perdagangan sebagai kunci untuk membuka kemakmuran.Agar
produksi dan perdagangan maksimal dan menghasilkan kekayaan universal, Smith
menganjurkan pemerintah memberikan kebebasan ekonomi kepada rakyat dalam
bingkai perdagangan bebas baik dalam ruang lingkup domestik maupun internasional
(Skousen, 2005).

Dalam bukunya The Wealth of Nations, Smith juga mendukung prinsip


“kebebasan alamiah”, yakni setiap manusia memiliki kebebasan untuk melakukan apa
yang diinginkannya tanpa campur tangan pemerintah. Ini mengandung pengertian
negara tidak boleh campur tangan dalam perpindahan dan perputaran aliran modal,
uang, barang, dan tenaga kerja.Lebih lanjut, Smith juga sependapat bahwa pada
dasarnya tindak laku manusia berasal pada kepentingan sendiri (self-interest) bukan
belas kasian ataupun perikemanusiaan (Deliarnov, 2010).Meskipun terdengar kurang
baik, hal ini bukan berarti kita tidak dapat berhubungan dengan sesama manusia, kita
tetap bisa menjalankan bisnis dengan manusia.Namun, perlu dingat bahwa manusia
melakukan segala sesuatunya berdasar pada “self-interest” manusia itu sendiri. Dalam

13
pembagian kerja, Smith menyimpulkan bahwa produktivitas tenaga kerja akan lebih
maksimal apabila dilakukan pembagian kerja (division of labor) . Yang artinya
pembagian melalui spesialisasi perorangan yang melakukan produksi akan
menghasilkan output yang lebih baik dan lebih efisien. Smith juga menjelaskan
dengan menggunakan teknologi-teknologi baru dalam sistem produksi akan
meningkatkan hasil produksi pula. Maka dari itu, Smith percaya pada kekuatan
investasi dalam pembelian atau penggunaan teknologi.

Berbicara mengenai arti nilai dalam ekonomi, Smith mengidentifikasikan


barang memiliki dua nilai yakni nilai guna (value in use) dan nilai tukar (value in
exchange). Nilai tukar barang akan ditentukan oleh jumlah tenaga (labor) yang
diperlukan salam menghasilkan barang tersebut, sedangkan nilai guna adalah nilai
kegunaan atau fungsi barang itu sendiri (Deliarnov, 2010). Contoh nilai tukar barang
dapat dilihat dari tingkat keterampilan ataupun lama waktu yang digunakan dalam
proses pembuatan barang yang nantinya dipakan dalam menentukan harga. Menurut
Smith, hubungan antara nilai tukar dan nilai guna bersifat relatif. Hal ini terlihat dari
perumpamaan air dan intan yang ia jelaskan sebagai contoh kasus dimana air yang
notabene memiliki nilai guna lebih tinggi, tidak memiliki harga yang lebih tinggi pula
dibandingkan intan yang sebenarnya tidak memiliki nilai guna. Teori nilai Smith
sebenarnya merupakan salah satu kelemahan dari teori klasik yang tidak
mengedepankan nilai utilitas, namun persoalan paradoks ini selanjutnya mampu
dipecahkan oleh murid Smith yakni Alfred Marshall (Deliarnov, 2010).

14
2.4 PEMIKIRAN DAVID RICARDO TENTANG EKONOMI

Teori David Richardo hadir dalam kondisi perekonomian yang dikuasai


oleh kaum kapitalis yang menganggap bahwa pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi akan mengalami kenaikan yang signifikan
bilamana faktor–faktor produksi diolah secara baik dengan sistem
distribusi yang merata.

Pemanfaatan teknologi pertanian kurang diperhatikan oleh David Richardo


mengingat bahwa tenaga kerja adalah sumberdaya yang bisa
dimanfaatkan untuk mengurangi pengangguran yang terjadi.

David Ricardo membagi masyarakat dalam tiga golongan, yaitu :

1. Masyarakat pengusaha atau kapitalis, adalah golongan yang memimpin


produksi dan memegang peranan yang penting karena mereka selalu
mencari keuntungan dan menginvestasikan kembali pendapatannya
dalam bentuk akumulasi kapital yang mengakibatkan naiknya pendapatan
nasional.

2.Masyarakat pekerja atau buruh, adalah golongan yang terbesar dalam


masyarakat, namun sangat tergantung pada capital

3.Tuan tanah atau bangsawan, adalah golongan yang memikirkan sewa


saja dari golongan kapital atas areal tanah yang disewakan

David Ricardo mengemukakan beberapa teori, antara lain teori sewa


tanah (land rent); teori nilai kerja (labor theory of value) dan upah alami
(natural wages); dan satu lagi yang terkenal adalah teori keuntungan
komparatif (comparative advantage) dari perdagangan internasioanal.

a. Teori sewa tanah

Dalam teori tentang sewa tanah ia menjelaskan bahwa jenis tanah


berbeda-beda. Ada yang subur, kurang subur hingga tidak subur sama

15
sekali. Produktivitas tanah yang subur lebih tinggi, dan demikian
menghasilkan satu satuan unit produksi diperlukan biaya-biaya (biaya
rata-rata dan biaya marjinal) yang lebih rendah pula.

Makin rendah tingkat kesuburan tanah, jelas makin tinggi pula biaya rata-
rata dan biaya marjinal untuk mengolah tanah tersebut. Makin tinggi
biaya-biaya dengan sendirinya keuntungan per hektar tanah menjadi
semakin kecil pula. Dengan penjelasan di atas adalah layak uang sewa
untuk tanah yang lebih subur lebih tinggi jika dengan sewa tanah untuk
tanah yang kurang subur apalagi yang tidak subur.

b. Teori nilai kerja dan upah

Teori nilai kerja dan upah alami, David Ricardo menjelaskan bahwa nilai
tukar suatu barang ditentukan oleh ongkos yang perlu dikeluarkan untuk
menghasilkan barang tersebut, yaitu biaya untuk bahan mentah dan upah
buruh yang besarnya hanya cukup untuk sekedar dapat bertahan hidup
(subsiten) bagi buruh yang bersangkutan.

Menurut Ricardo, kalau harga yang ditetapkan lebih besar dari biaya-
biaya (termasuk upah alami), maka dalam jangka pendek perusahaan
akan mengalami laba ekonomi. Adanya laba ini akan menarik
perusahaan-perusahaan lainnya masuk pasar.

Masuknya perusahaan perusahaan baru berarti produksi akan meningkat


dan sebagai akibatnya akan terjadi kelebihan produksi (over supply) di
pasar. Kelebihan penawaran barang ini akan mendorong harga-harga
turun kembali kepada keseimbangan semula.

Karena biaya-biaya bahan mentah relatif konstan, maka Ricardo


menyimpulkan bahwa yang paling menentukan tingkat harga adalah
tingkat upah alami, yang besarnya hanya cukup agar para buruh dapat
bertahan hidup saja (secara subsiten).

16
Selain itu, Ricardo mempertimbangkan kondisi pekerja, yang mana jika
standar kehidupan minimum meningkat, maka upah minimum juga
meningkat.

Menurut Ricardo, ketika standar umum kehidupan meningkat, upah


minimum yang dapat dibayarkan kepada pekerja juga meningkat. Dengan
demikian, tingkat upah pada abad ke-19 tidak akan sama dengan tingkat
upah pada abad ke-20. Hal ini mengisyaratkan bahwa Ricardo
mengantisipasi adanya perubahan perekonomian secara menyeluruh.

c. Teorikeunggulan komparatif (theory of comparative advantage)

Teori keunggulan komparatif (theory of comparative advantage)


merupakan salah satu teori yang paling terkenal dari beberapa teori yang
dikemukakan oleh David Ricardo.

Menurutnya, perdagangan internasional terjadi bila ada perbedaan


keunggulan komparatif antarnegara. Ia berpendapat bahwa keunggulan
komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang
dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah daripada negara
lainnya.

Yang dimaksud dengan teori ini oleh Ricardo dijelaskan bahwa setiap
kelompok masyarakat atau Negara sebaiknya menghasilkan produk-
produk yang dihasilkan lebih efisien, selanjutnya kelebihan produksi atas
kebutuhan dapat diperdagangkan.

Sebagai contoh, Indonesia dan Malaysia sama-sama memproduksi kopi


dan timah. Indonesia mampu memproduksi kopi secara efisien dan
dengan biaya yang murah, tetapi tidak mampu memproduksi timah
secara efisien dan murah.

Sebaliknya, Malaysia mampu dalam memproduksi timah secara efisien


dan dengan biaya yang murah, tetapi tidak mampu memproduksi kopi

17
secara efisien dan murah. Dengan demikian, Indonesia memiliki
keunggulan komparatif dalam memproduksi kopi dan Malaysia memiliki
keunggulan komparatif dalam memproduksi timah. Perdagangan akan
saling menguntungkan jika kedua negara bersedia bertukar kopi dan
timah.

Dalam teori keunggulan komparatif, suatu bangsa dapat meningkatkan


standar kehidupan dan pendapatannya jika negara tersebut melakukan
spesialisasi produksi barang atau jasa yang memiliki produktivitas dan
efisiensi tinggi.

18
2.5 ANASLISIS PEMIKIRAN JOHN MAYNARD KEYNES TENTANG
EKONOMI

Kaum klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada kekuatan


mekasnisme pasar akan selalu menuju keseimbangan (equilibrium). Dalam posisi
keseimbangan, kegiatan produksi secara otomatis akan menciptakan daya beliu untuk
membeli barang-barang yang dihasilkan. Daya beli tersebut diperoleh sebagai balas
jasa atas faktor-faktor produksi seperti upah, gaji, suku bunga, sewa dan balas jasa
dari faktor-faktor produksi lainnya[4]
Dalam posisi keseimbangan tidak terjadi kelebihan maupun kekurangan
permintaan. Ketidakseimbangan (disequlibrium) dinilai kaum klasik sebagai suatu
yang sifatnya sementara. Nanti akan ada ada suatu taangan tak terlihat ( invisble
hand) yang akan membawa perekonomian kembali pada posisi keseimbangan.
Kaum klasik juga percaya bahwa dalam keseimbangan semua sumber daya ,
termasuk tenaga kerja, akan digunakan secara penuh ( full-employed).
Jadi, dalam pasar persaingan sempurna mereka mau bekerja pasti akan
memperoleh pekerjaan. Pengecualian berlaku bagi mereka yang memilih-milih
pekerjaan atau tingkat upah yang tidak sesuai. Kedua hal tersebut dinilai oleh kaum
klasik sebagai pengangguran sukarela (voluntary unemployment) .
Kaum klasik meyakini bahwa setiap barang yang diproduksi akan selalu
diiringi oleh permintaan. Sesuai dengan teori Say, “setiap perusahaan berlomba-
lomba menghasilkan barang- barang dan jasa sebanyak-banyaknya”.
Teori Say yang mengatakan bahwa “penawaran akan menciptakan
permintaannya sendiri” dikritik oleh Keynes sebagai suatu kekeliruan. Dalam
kenyataannya, biasanya permintaan lebih kecil daripada penawaran, hal ini
dikarenakan tidak semua pendapatan masyarakat dilakukan untuk konsumsi,
sebagiannya akan ditabung. Dengan demikian , permintaan efektif biasanya lebih
kecil dari total produksi. Walaupun kekurangan ini bisa di eliminasi dengan
menurunkan harga-hrga, tetap saja permintaan lebih kecil dari penawaran. Inilah
yang terjadi pada tahu 30-an saat perusahaan berlomba-lomba berproduksi tanpa
kendali. Dipihak lain, daya beli masyarakat terbatas. Akibatnjya banyak stock yang
menumpuk. Sehingga sebagian perusahaan mengurangi produksi bahkan sebgian
melakukan rasionalisasi, yaitu melakukan pengurangan produksi dengan mengurangi
jumlah pekerja.
Tindakan rasionalisasi ini menyebabkan sebagian pekerja menganggur,
sehingga orang yang menganggur tidak mendapatkan pendapatan. Akibatnya
pendapatan masyarakat menjadi turun, daya beli masyarakat juga turun , kegiatan
produksi macet, dan terjadi kemerosotan ekonomi (depresi ). Sejak itu, masyarakat

19
mulai curiga bahwa ada yang salah dengan teori klasik dan neo-klasik yang berlaku
secara umum pada saat itu. Menurut keynes dalam pandangan klasiknya, produksi
akan selalu meciptakan permintaannya sendiri hanya berlaku untuk perekonomian
tertutup sederhana.

D. Peran pemerintah dalam perekonomian


Dari hasil pengamatannya tentang kejadian depresi ekonomi pada awal 30-an
Keynes merekomendasikan agar perekonomian tidak diserahkan begitu saja pada
mekanisme pasar. Hingga batas tertentu peran pemerintah justru diperlukan.
Misalnya, kalau terjadi pengangguran, pemerintah bisa memperbesar pengeluarannya
untuk proyek-proyek padat karya. Dengan demikian, sebagian tenaga kerja yang
menganggur bisa bekerja, yang akhirnya bisa meningkatkan pendapatan masyarakat.
Kalau harga-harga naik cepat, pemerintah bisa menarik jumlah uang beredar dengan
mengenakan pajak yang lebih tinggi. Inflasi yang tak terkendali pun tidak sampai
terjadi. Dalam situasi terjadi gerak gelombang kegiatan ekonomi, pemerintah dapat
menjalankan kebijakan pengelolaan pengeluaran dan pengendalian permintaan efektif
dalam bentuk “kontra-siklis” atau “anti-siklis”.
Dari berbagai kebijakasanaan yang dapat di ambil, Keynes lebih sering
mengandalkan kebijaksanaan fiskal. Dengan kebijaksanaan fiskal pemerintah bisa
mempengaruhi jalannya perekonomian. Langkah ini dilakukan dengan menyuntikkan
dana berupa pengeluaran pemerintah untuk proyek-proyek yang mampu menyerap
tenaga kerja. Kebijaksanaan ini sangat ampuh dalam meningkatkan output dan
memberantas pengangguran, terutama pada situasi saat sumber-sumber daya belum
dimanfaatkan secara penuh.
Apakah Keynes tidak percaya pada mekanisme pasar bebas
sesuai doktrin laissez faire-laissez passer klasik? Apakah ia tidak yakin dengan
anggapan klasik bahwa perekonomian akan menemukan jalannya sendiri menuju
keseimbangan? Keynes sebetulnya percaya tentang semua hal yang dikemukakan
oleh kaum klasik tersebut. Akan tetapi, Keynes menilai bahwa jalan menuju
keseimbangan dan full-employment tersebut sangat panjang. Kalau ditunggu
mekanisme pasar (lewat tangan tak kentara) yang akan membawa perekonomian
kembali pada posisi keseimbangan, dibutuhkan waktu yang sangat lama. Keynes
pernah menulis: “dalam jangka panjang kita akan mati!” (In the long run we’re all
dead!). jadi, satu-satunya cara untuk membawa perekonomian kea rah yang
diinginkan seadainya ia “lari dari posisi keseimbangan”’ demikian uraian Keynes
lebih lanjut, ialah lewat intervensi atau campur tangan pemerintah.
Demikianlah, kalau kaum klasik pada umumnya menganggap tabu campur
tangan pemerintah. Bagi Keynes, campur tangan pemerintah merupakan keharusan.
Campur tangan pemerintah terutama diperlukan kalau perekonomian berjalan tidak
sesuai dengan yang diharapkan.

20
Kalau diamati, sepertinya Keynes sependapat dengan Marx yang mengatakan
bahwa sistem ekonomi klasik tidak bebas dari fluktuasi, krisis pengangguran dan
sebagainya. Marx berusaha menghancurkan sistem kapitalis dan menggantikannya
dengan sistem sosialis. Namun sebaliknya, Keynes justru ingin menyelamatkan
sistem liberal tersebu

21
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Filsafat ekonomi merupakan dasar dari sebuah system ekonomi yang
dibangun. Berdasarkan filsafat ekonomi yang ada dapat diturunkan tujuan-tujuan
yang hendak dicapai, misalnya tujuan kegiatan ekonomi konsumsi, produksi,
distribusi, pembangunan ekonomi, kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dsb.
Filsafat ekonomi Islam didasarkan pada konsep triangle: yakni filsafat Tuhan,
manusia dan alam. Kunci filsafat ekonomi Islam
terletak pada manusia dengan Tuhan,
alam dan manusia lainnya. Dimensi filsafat ekonomi Islam inilah yang
membedakan ekonomi Islam
dengan system ekonomi lainnya kapitalisme dan sosialisme. Filsafat ekonomi
yang Islami, memiliki paradigma yang relevan dengan nilai-nilailogis,
etisdanestetis yang Islami yang
kemudian difungsionalkan ketengah tingkahlaku ekonomi manusia. Dari
filsafat ekonomi ini diturunkan juga nilai-nilai instrumental
sebagai perangkat peraturan permainan (rule of game) suatu kegiatan.

22
DAFTAR PUSTAKA

A.Mustofa, Filsafat Islam: CV.PUSTAKA SETIA, 1997.


Endang Syaifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat, Agama, Surabaya: Bina ilmu, 1991.
Fathul Mufid, Filsafat Ilmu Islam : STAIN Kudus, 2008.
Hamzah Ya’qub, Filsafat Agama: Titik Temu Akal dengan Wahyu, Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1992.

23

Anda mungkin juga menyukai