Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TENTANG PAHAM FILSAFAT REALISME, HUMANISME,


RASIONALISME, DAN EMPIRISME
DOSEN PEMBIMBING : DATU JATMIKO

DISUSUN OLEH :

1. Khusnul Maisaroh (12401183100)


2. Muhammad Miftakhuddin Anshori (12401183105)
3. Septi Nur Wahyu Anggraini (12401183123)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tulungagung, 13 September 2018

                                                                                          

  Penyusun

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR……………………………..………………………………….…….....i

DAFTAR ISI………………………………………...………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………...…………………………………...........1

1.1 Latar Belakang………………………………...…………………………………...........1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 Pengertian Rasionalisme...................................................................................................3

2.2 Pemikiran Tokoh Rasionalisme Baik Di Era Klasik Maupun Modern............................3

2.3 Pengertian Empirisme......................................................................................................6

2.4 Tokoh-Tokoh Aliran Empirisme......................................................................................7

2.5 Pengertian Realisme.........................................................................................................8

2.6 Konsep Aliran Realisme...................................................................................................9

2.7 Pengertian Aliran Humanisme.........................................................................................9

2.8 Tokoh-Tokoh Humanisme..............................................................................................10

2.9 Ciri-Ciri Humanisme......................................................................................................14

2.10 Pengaruh Studi Humanistik...........................................................................................14

BAB III KESIMPULAN.........................................................................................................15

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

BAB I

2
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Penjelasan mengenai makna kehidupan dan bagaimana seharusnya kita menjalaninya


merupakan masalah yang klasik, yang hingga sekarang susah untuk ditetapkan filsafat mana
yang paling benar yang seharusnya kita anut. Para filsuf tersebut menggunakan sudut
pandang yang berbeda pula. Anatara aliran atau paham yang satu dan yang lainnya ada yang
saling bertentangan dan ada pula yang memiliki konsep dasar sama. Akan tetapi meskipun
bertentangan, bukanlah untuk saling dipertentangkan. Justru dengan banyaknya aliran atau
paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pas
dengan persoalan yang sedang kita hadapi. Memahami sistem filsafat sesunggunya
menelusuri dan mengkaji suatu pemikiran mendasar dan tertua yang mengawali kebudayaan
manusia. Suatu sitem, filsafat berkembang berdasarkan ajaran seseorang atau beberapa tokoh
pemikir filsafat. Sistem filsafat sebagai suatu masyarakat atau bangsa. Sistem filsafat amat
ditentukan oleh pontensi dan kondisi masyarakat atau bangsa itu, tegasnya oleh kerjasama
faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini diantaranya yang utama ialah sikap dan
pandangan hidup, citakarsa dan kondisi alam lingkungannya. Apabila citakarsanya tinggi dan
kuat tetapi kondisi alamnya tidak menunjang, maka bangsa itu tumbuhnya tidak subur (tidak
jaya). Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, selain memenuhi kewajiban membuat tugas
adalah memenuhi rasa ingin tahu dan keterkaitan penulis terhadap bab paham filsafat
realisme, humanisme, rasionalisme, dan empirisme.

1.2     Rumusan Masalah

3
Berdasarkan paparan penulis diatas, maka rumusan masalah yang dapat diterik oleh
penulis yaitu :

1. Apa pengertian dari paham rasionalisme, empirisme, realisme, dan


humanisme?
2. Siapa tokoh-tokoh dalam paham rasionalisme, empirisme, realisme, dan
humanisme

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rasionalisme

Rasionalise adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah


ditentukan atau didapatkan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta,
bukan berasal dari pengalaman inderawi. Aliran rasional ini sangat mementingkan rasio
dalam memutuskan atau menyelesaikan suatu masalah. Dalam aliran rasional ini sangat
mendamba-dambakan otak atau rasio sebagai satu-satunya yang menjadi alat untuk
menyelesaikan masalah,karena menurut aliran ini,didalam rasio terdapat ide-ide dan dengan
itu orang dapat membangun suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan realitas diluar rasio.

Rasionalisme menetang paham empirisme, karena kaum rasionalisme berpendapat


bahwa ada kebenaran yang secara langsung dapat dipahami. Dengan kata lain, orang-orang
yang menganut paham rasionalis ini menegaskan bahwa beberapaprinsip rasionalyang ada
dalam logika, matematika, etika, dan metafisika pada dasarnya benar. Rasionalisme
mempunyai kemiripan dari segi ideologi dan tujuan dengan hmanisme dan atheisme, dalam
hal bahwa mereka bertujuan untuk menyedeikan sebuah wahana bagi diskursus sosial dan
filsafat diluar kepercayaan keagamaan atau takhayul. Meskipun begitu, ada perbedaan dengan
kedua bentuk tersebut.

Tokoh-tokoh yang terkenal dalam aliran rasional pada abad modern ini Antara lain
Rene Descartes (1595-1650),Nicholas Malerbranche (1638-1775),De Spinoza (1632-
1677),Gottfriend Wilhelm Leibniz (1646-1716),Cristian Wolf (1679-1754),dan Blaise Pascal
(1623-1662).

2.2 Pemikiran Tokoh Rasionalisme Baik Di Era Klasik Maupun Modern

A. Ajaran-ajaran pokok Rasionalisme


1. Rasionalisme percaya bahwa melalui proses pemikiran abstrak kita dapat
mencapai kebenaran fundamental ,yang tidak dapat disangkal : (a) Mengenai
apa yang ada serta strukturnya,dan (b) tentang alam semesta pada umumnya.
2. Rasionalisme percaya bahwa realita serta beberapa kebenaran tentang realitas
dapat dicapai tanpa menggunakan metode empiris.
3. Rasionalisme percaya bahwa pikiran mampu mengetahui beberapa kebenaran
tentang realitas,mendahului pengalaman apapun juga pengetahuan yang
diperoleh tanpa pengalaman disebut dengan apriori.
4. Rasionalisme percaya bahwa akal budi (rasio) adalah sumber utama ilmu
pengetahuan pada dasarnya adalah system deduktf yang dapat dipahami secara
rasional yang hanya secara tidak langsung berhubungan dengan pengalaman
duniawi.

5
5. Rasionalisme percaya bahwa kebenaran tidak diuji melalui verifikasi
indrawi,akan tetapi melalui kriteria konsisten logis.
6. Rasionalisme percaya bahwa alam semesta (realitas) mengikuti hokum-hukum
alam yang rasional,karena alam semesta adalah system yang dirancang secara
rasional, yang aturan-aturannya sesuai dengan logika./ matematik.
A. PLATO
Alferd North Whitehead (1861-1947) pernah menyatakan “the whole later
development of western philosophy can be a series of extended footnote to plato”
(keseluruhan dari sejarah pemikiran filsafat barat hanyalah catatan kaki dari
pemikiran palto).
Nama asli Plato (427-347 SM) adalah aristokles,sementara nama plato sendiri
adalah julukan yang diberikan oleh guru senamnya yang sedikit mengejek karena dari
aristokles lebat,sehingga ia dipanggil plato (platos = lebarnya). Dan panggilan inilah
yang kemudian lebih dikenal sampai sekarang.

B. RAIONALISME DESCARTES DAN IDE-IDE BAWAANNYA


Sebagai seorang rasionalis,Descartes1 mengutamakan rasio sebagai sumber
pengetahuan daripada empiri atau tubuh yang yang teramati dan terukur itu.
Pengalaman ,bagi Descartes ,hanya menghadapkan /mengantarkan kita pada
penampakan (apperance) dan bukan pada pengetahuan sesungguhnya.Descartes
memberi contoh : bila kita mengamati lilin dan sarang madu maka ada beberapa hal
yang dapat kita inderai : lidah merasakan manisnya madu,hidung mencium
baunya,mata melihat rupa dan warnanya,jari-jari merasakan kelembutannya.
Namun,kalau sarang madu itu dimasukan kedalam satu wadah dan kita panaskan
diatas api,maka sifat-sifatnya akan berubah,walaupun lilinnya tetap ada.Sifat-sifat itu
seperti : cair,lunak,lemah,lentur mudah dibentuk dan sebagainya.
Jadi yang tampak dan diamati bukanlah hakikat lilinnya,kita ketahui bukan
melalui pengamatan (pengalaman ) ,akan tetapi melalui rasioo kita. Pengetahuan kita
tentang benda (lilin) bukan didasarkan pada wahyu,bukan karna pengamatan atau
khayalan ,akan tetapi karena pemeriksaan raiso. Apa yang kita duga amati (lihat)
hanya dapat diketahui luar rasio kita ,tidak pasti dan tidak dipercayai. Kebenaran
harus dicari dan didasarkan pada rasio dengan menggunakan kriteria “ clearly and
distinctly” (jelas dan terpilah).
Descartes juga mengemukakan adanya tiga ide bawaan (innate ideas) :
1. Idea pemikiran : ide yang memungkinkan diri saya sebagai makhluk yang berpikir
(pemikiran adalah hakikat saya).
2. Idea Allah : Sebagai wujud yang sempurna dan karena saya mempunyai idea yang
sempurna,maka pasti ada sesuatu yang sempurna itu dan wujud yang sempurna itu
Allah.

1
Pemikiran Descartes sering dianggap mewakili kekhasan filsafat prancis yang disebut dengan Continental
Rationalism yang dibedakan dengan filsafat inggris yang dikenal dengan British Empiricism,sedangkan filsafat
Jerman terkenal dengan German Idealism.

6
3. Idea Keluasan : Yang memungkinkan saya/ kita mengerti materi (benda-benda
,objek-objek) sebagai keluasan sebagaiman hal itu dapat dipelajari secara komunikatif
(ilmu ukur atau matematik).

C. BARUCH SPINOZA
Spinoza menulis tentang etika dan berusaha untuk menyusun satu geometri
filsafat. Etikanya mencoba untuk menjelaskan secara matematis bagaiman menjalani
hidup yang baik dan bermoral,dan menerima konsep ide yang terpilih sebagai sesuatu
yang benar.Sistem filsafatnya tersusun berdasarkan definisi dan aksioma-aksioma.
Sistemnya menjelaskan kenyataan dalam dunia yang secara ketat ditentukan tata dan
hubungan dengan ide-ide,sama dengan tata dan hubungan benda-benda. Ia menolak
dualism Descartes (yang mengemukakan bahwa subtansi tubuh dan jiwa merupakan
dua subtansi yang berbeda).
Dalam geometri, Spinoza memulai dengan meletakan definisi-definisi,
diantaranya adalah dapat dibuat kesimpulan-kesimpulan metafisika definisi ini
diambil dari Solomon. Berikit beberapa definisi :
1. Sesuatu yang sebabnya pada dirinya saya maksudkan esensinya
mengandung eksistensi, atau sesuatu yang hanya dipahami sebagai
adanya.
2. Sesuatu dikatakan terbatas bila ia dapat dibatasi ole sesuatu yang lain,
misalnya tubuh kita terbatas, yang membatasinya ialah besarnya
tubuhnya kita.
3. Substansi ialah sesuatu yang ada dalam dirinya, dipahami melalui
dirinya, konsep dapat dibentuk tentangnya bebas dari yang lain.
Spinosa berpendapat bahwa apa saja yang benar-benar ada, maka adanya itu
haruslah abadi sama halnya dengan tatkala ia berbicara dalam astronomi, defenisi
selalu diikuti oleh aksioma. Aksioma ialah jarak terdekat antara dua titik ialah garis
lurus.

D. GEORGE WILHELM FRIEDRICH HEGEL


Hegel 2selalu berbicara tentang : Yang Absolut,ide,yang satu,Roh-dunia
(selalu dalam huruf besar). Ini merujuk pada tuhan,walaupun bukan tuhan seperti
pandangan pendeta (agamawan) umumnya . Roh absolut adalah yang
menyelimuti,mengatur,dan membimbing seluruh realitas. Dengan penalaran kita tidak
perlu menyelidiki yang absolut itu ; kita adalah bagian darinya dan merupakan
ekspresi dari-Nya.
Hegel menganggap filsafatnya merupakan puncak sejarah umat
manusia.Dalam kesatuan proses historis itu,semua pertentangan sudah diselesaikan
(The absolut has no opposite) sehingga realisasinya telah berakhir/berhenti
(Bakker,1984). Tidak ada pemikiran dan fakta yang benar-benar baru lagi.

2
Hegel mencari sebuah sebuah filsafat yang dapat mencapai atau mencangkup semua pengalaman manusia
,dan juga semua pengetahuan (seni,sastra,arsitektur,agama,dan politik). Untuk meraih itu ,hegel mengajukan
konsep pemikiran absolut (jiwa). Kemudian menggunakan dialektrika untuk memasukkann penghancuran
kreativitas tanpa akhir ,rekonsiliasi,pembaruan konflik yang dianggap sebagai suatu yang abadi dalam jiwa.

7
Pemikiran-pemikiran Hegel :
1. Teori tentang Realitas (Metafisika)
Yaitu yang menyatakan bahwa manusia hanya dapat mengenal gejala-gejala
(fenomena) benda-benda sejauh diamati oleh panca indra,dan hasil pengamatan itu
kemudian distruktur (diolah) oleh kategori-kategori akal.
2. Idealisme Absolut : Yaitu yang menyatakan bahwa realis adalah realisasi atau
perkembangan dari Spirit (Roh) (Reality is the realization or unfolding of spirit
(geist)).
3. Dialektika : yaitu rangkaian proses dialektis3 yang terdiri dari tiga tahap ;
a.Tesis : Suatu konsep universal yang sebagai titik-tolak
b.Antitesis : Kontrakdiksi atau tesis.
c.Sintesis : Penyatuan konsep yang bertentangan (tesis-antitesis)

2.3 Pengertian Empirisme


Yaitu Aliran yang memberikan tekanan pada empiris atau pengalaman sebagai
sumber pengetahuan. Istilah empiris ini berasal dari kata Yunani,emperia,yang berarti
pengalaman inderawi .Empirisme ini sangat bertentangan dengan aliran rasionalisme
,terutama dilihat dari sumber pengetahuannya. Jadi empirisme adalah doktrin/pandangan
yang menyatakan bahwa semua pengetahuan bersumber dari pengalaman yang menyatakan
bahwa semua pengetahuan bersumber dari pengalaman. Karena itu,semua pengetahuan
secara langsung atau tidak langsung diturunkan dari data indrawi (kecuali beberapa
kebenaran logis dan matematis).

Empirisme menyatakan “neither geometry not logic will tell you anything about the
real world. There is no magical way of going beyond the limits of what we can
see,hear,taste,smell and touch”(Robinson Dave & Bill Maybin,2004 : 15 ). Jadi ,dalam
pandangan kaum empiris,rasio dengan sendirinya tidak dapat memberi kita pengetahuan
tentang realitas,tanpa merujuk pada pengalaman indrawi (karena bahan yang diberikan indra
merupakan bangunan dasar (pondasi)bagi seluruh ilmu pengetahuan).

Adapun ajaran-ajaran pokok empirisme tersebut dapat diringkas sebagai berikut :

1. Empirisme menyakini bahwa sumber pengetahuan adalah pengalaman (Yunani :


empiria; latin; experientia).

2. Empirisme amat menekankan metode empiris-eksperimental.

3. Empirisme menggunakan penalaran induktif.

3
Metode yang menghasilkan proses rasional yang juga merupakan rangkain kerja akal dalam dunia .Akal
adalah proses dinamik yang bergerak secara dialektis,yang menimbulkan kontrakdisi,oposisi,dan negasi.

8
Salah satu tokoh dari aliran ini adalah Thomas Hobbes (1588-1679)yang lahir di
Inggris pada saat penyerbuan oleh Spanyol ke Inggris.Sebagaiman umumnya penganut
empirisme,Hobbes beranggapan bahwapengalaman merupakan permulaan segala
pengenalan.Pengenalan intelektual tidak lain dari pada semacam perhitungan ,yakni
penggabungan data-data inderawi yang sama dengan cara yang berlainan. Pengalaman adalah
keseluruhan atau totalitas pengamatan yang disimpan dalam ingatan atau digabungkan
dengan suatu pengharapan akan masa depan ,sesuai dengan apa yang telah diamati dimasa
lalu.

Pada perkembangan selanjutnya,Hoobes didalam pandangannya tentang dunia dan


manusia dapat dikatakan sebagai penganut materialism.Hobbes menjelaskan bahwa segala
sesuatu yang ada bersifat bendawi. Hobbes juga tidak menyetujui pandangan Descartes
tentang jiwa sebagai substansi rohani. Menurut Hobbes,seluruh dunia,termasuk juga
manusia,merupakan suatu proses yang berlangsung dengan tiada henti-hentinya atas dasar
hokum-hukum mekanisme saja.

2.4 Tokoh-Tokoh Aliran Empirisme

A. Thomas Hobbes (1588-1679)

Hobbes mengatakan bahwa pengalaman merupakan permulaan segala pengenalan,


pengalaman intelektual tidak lain adalah semacam perhitungan yaitu penggabungan dari data-
data inderawi. Hobbes membantah Descreates yang mengatakan bahwa jiwa adlah substansi
rohani. Menurutnya seluruh dunia termasuk manusia merupakan suatu peoses yang
berangsung dengan tiada henti-hentinya berdasarkan hukum mekanis.

Filsafat Hobbes mewujudkan suatu sistem yang lengkap mengenai keterangan “Yang
Ada” secara mekanis. Dengan demikian ia merupakan seorang materialis pertama dalam
filsafat modern. Pokok-pokok pandangan Hobbes antara lain :

1. Materialistik : segala sesuatu yang ada itu bersifat materi, segala kejadian
berlangsung secara keharusan dan mekanis.
2. Manusia : adalah tidak lain dari pada sesuatu bagian alam bendawi. Oleh
karena itu segala seuatu yang terjadi pada diri manusia adalah perjalanan
secara mekanis. Manusia itu hidup selama darahnya beredar dan jantungnya
berdenyut yang disebabkan karena pengaruh mekanis dari hawa atmosfer.
Dengan demikian manusia hidup tiada lain dalah gerak anggota tubuh.
3. Jiwa : menurut Hobbes jiwa adlah proses mekanis didalam tubuh. Akal
bukanlah pembawaan melainkan hasil perkembangan dari pengalaman yang
diperolehnya.

B. John Locke (1632-1704)

Locke adalah termasuk seorang filosof yang mengagumi Descrates tetapi ia tidak
menyetujui ajarannya. Bagi locke mula-mula rasio manusia harus dianggap sebagai gambaran

9
kertas putih (As a white paper) seluruh isinya berasal dari pengalaman, ia membagi
pengalaman atas dua bagia yaitu pengalaman lahiriyah (sensation) dan pengalaman batiniyah
(reflection).
Kedua sumber pengalama ini menghasilkan ide-ide tnggal (simple ideas). Roh
manusia bersifat pasif sama sekali, selama menerima ide-ide. Namun demikian, roh juga
mempunyai aktifitas. Oleh karena itulairlah filsafat teorinya “Tabula Rasa” yakni manusia itu
dilahirkan bagaikan kertas putih bersih. Pengalamanlah yang dapat membentuk seseorang.
Menurut John Locke, pengalaman dapat di perluas sehingga melipti juga pemikian. Ia
mengatakan bahwa pikiran datang dari pengalaman dan percobaan semata-mata. Ada tiga
unsur yang turut dalam menentukan pendidikan yaitu : pembawaan, kecakapan, dan
kecerdasan seseorang yang diperoleh melalui proses belajar dan bimbingan.
Ajaran politiknya telah menyusun sistem pemerintahan dengan Trias Political yaitu :
1. Kekuasaan yang membuat Undang-Undang (Legislatif)
2. Kekuasaan yang menjalankan pemerintahan (Eksekutif)
3. Kekuasaan menentukan perang atau damai disebut Peyoratif

C. David Hume (1711-1776)

Puncak kejayaan Empirisme adalah pada masa David Hume, yang menggunakan
prinsip-prinsip empirisme yang radikal, terutama pengertian subtansi dan kausalitas yang
menjadi objek kritiknya. Ia tidak menerima subtansi sebab yang dialami adalah pesan-pesan
sja tentang beberapa ciri yang selalu mendapat bersama-sama. Tetapi atas dasar pengalaman
tidak dapat disimpulkan bahwa dibelakang ciri-ciri itu masih ada substansi tetap.
Dengan sistem yang ditempuh ini, menunjukkan pikirannya yang skeptis dan radikal,
tidak puas dengan masalah yang ditemukan sehingga keraguan ini berbeda dengan keraguan
Descrates. Bagi Descrates keraguan itu digunakan untuk mendapatkan, sedangan David
Hume ragu semakin ragu akhirnya menjadi pesimis.
Kepercayaan terhadap agama dianggapnya sebagai hayalan belaka tidak dapat berlaku
secara umum. Proses terjadinya agama bukanlag dari Than, bukan pula atas kekaguman
manusia, melainkan karena adanya pengharapan serta rasa takut terhadap kehidupan.
David Hume membedakan dua bentuk agama yaitu Natural Religion yang berasal dari
hasil akal budi dan Publik Religion yang penuh Fantisme dan diantara kedua agama ini yang
paling baik adalah Natural Religion.

2.5 Pengertian Realisme

Dengan memasuki abad ke-20 realisme muncul, khususnya di Inggris dan Amerika
Utara. Real berarti yang aktual atau yangada. Kata tersebut menunjuk kepada benda-benda
atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh, artinya yang bukan sekedar khayalan atau apa
yang ada dalam pikiran. Real menunjukan apa yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat
benda yang real atau yang ada, yakni bertentangan dengan yang tampak. Dalam arti umum,
realisme berarti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi. Jadi bukan kepada yang
diharapkan atau yang di inginkan. Akan tetapi dalam filsafat kata realsme dipakai dalam arti
yang lebih teknis.
Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat ealitas adalah fisik dan ruh yang bersifat
dualistis yaitu hal fisik dan rohani, dalam pendidikan ada subjek yang mengetahui tentang

10
manusia dan alam. Kajian yang mendalam mengenai realisme ini lebih cenderung kepada
politik, namun beberapa subjek membahas mengenai pendidikan.
Realisme pendidikan di pelopori oleh beberapa orang filosuf diantaranya David
Hume, John Stuart Mill. Mereka membagi aliran ini menjadi tiga bagian yaitu :
1. Materialisme, prinsip filsafat yang berhubungan dengan materi.
2. Idealisme, prinsip filsafat yang berhubungan dengan ruh.
3. Realisme, prinsip filsafat yang memadukan aliran materialisme dengan
idealisme.
2.6 Konsep Aliran Realisme

Tokoh realisme dalah Aristoteles (384-332 SM). Pada dasarnya aliran ini
berpandangan bahwa hakekat realitas adalah fisik dan roh, jadi realitas adalah dualistik. Ada
tiga golongan dalam reaise, yaitu realisme humanisme, realisme sosial, dan realisme yang
bersifat ilmiah. Realisme humanisme menghendaki pemberian pengetahuan yang luas,
ketajaman pengalaman, berfikir dan melatih ingatan. Realisme sosial berusaha
mempersiapkan individu untuk hidup bermasyarakat. Realisme yang bersifat ilmiah atau
realisme ilmu menekankan pada penyelidikan tentang alam. Francis Bacon (1561-1626)
aeorang tokoh realis ilmu berpandangan bahwa alam harus dikuasai oleh manusia.
Pandangannya tentang manusia ditentukan oleh kemampuan menggunakan pikirannya
(Sadulloh:2003:36).

2.7 Pengertian Aliran Humanisme

Kata “Humanisme” adalah salah satu istilah dalam sejarah Intelektual yang sering
digunakan dalam berbagai bidang, khususnya filsafat, pendidikan, dan literatur. Kenyataan
ini menjelaskan berbagai macam makna yang dimiliki, atau diberikan kepada istilah ini.
Meskipun berbagai pandangan mengenai humanisme memang memiliki unsur- unsur
kesamaan yang berkaitan dengan konsern dan nilai- nilai kemanusiaan dan yang biasanya di
maksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia, makna- makna yang diberikan
kepada istilah ini juga memiliki nuansa yang sangat berbeda, tergantung pada kepentingan
dan proyek- proyek yang direncanakan dan diajukan. Bahkan dalam bidang tertentu seperti
filsafat, konsep “Humanisme” juga mengalami berbagai perubahan makna ketika dipakai
oleh para filsuf dalam periode historis yang berbeda. Misalnya, dalam zaman pencerahan
(Enlightenment), yang ditandai dengan usaha untuk melepaskan diri dari paham tradisional
bahwa manusia hanya bisa di pahami dalam konteks tatanan ilahi dan iman, paham
humanisme menunjuk kepada proyek membangun kehidupan manusia dan masyarakat
menurut tatanan dan aturan akal budi. Perhatian yang seksama terhadap berbagai penggunaan
istilah “Humanisme” menjadi sangat penting dalam konteks ini karena berkaitan langsung
dengan topik utama yang sedang dibahas dalam buku ini, yakni debat antara kaum skolastik
dan humanis dalam abad ke 16. Sejumlah ahli sejarah Abad pertengahan seperti R.W.
Ssouthern menggunakan istilah ini untuk menggambarkan hakikat proyek kaum skolastik
pada permulaan abad ke 12 , yang kemudian disebutnya sebagai humanisme skolastik.

perkembangan paham humanisme dalam era renaissance, kita perlu memperhatikan


dengan seksama instituasi pendidikan dan budaya baik di Italia maupun di negara Eropa

11
lainnya pada waktu itu. Di Eropa Utara pada akhir Abad Pertengahan , yakni pada abad ke 11
dan 12, muncul sekolah- sekolah yang disebut sekolah katedral (cathedral schools) yang
merupakan pusat pendidikan dasar para calon imam katolik.

Bahasa latin terbesar dalam zamannya. Pada tahun 133 petrarch, secara simbolik memberi
ciri retorika klasik kepada resirenaissance dengan penemuan pidato cicero berjudul pro arabia
di lieege. Pidato cicero pada tahun 1345 ditemukan diverona. Dalam era
renaissance tidak perlu diragukan karna para ahli tata bahasa dalam abad pertengahan,
mereka juga menemukan teks reslatin klasik yang hilang atau tidak dikenal. Poggio
Bracciolini dia menemukan teks itu dalam kunjungannya ke perpustakaan jerman dan prancis
pada tahun (1414-1417). Para humanis dan akhirnya menulis banyak komentar terhadap
naskah-naskah ini dan juga sebagai penyalin buku dan juga mengedit karya-karya klasik
latin. Berkat penemuan mesin cetak pada abat ke 16 karya-karya itu menjadi populer. Karya
para humanis atas buku- buku berbahasa yunani tanpa orde baru dari pada atas buku-buku
berbahasa latin.

Dalam konteks komitmen terhadap literatur klasik ini para humanis juga memberikan
perhatian kepada tulisan- tulisan para bapak gereja dalam tradisi kristen, para humanis italia
menerjemakan karya bapak gereja berbahasa yunani, karna pengaruh Paus Nicholas V (1447-
1455). Para humanis menyadari bahwa pengarang-pengarang seperti Ambrosius, yeronimus,
dan agustinus. Di golongkan kedalam periode literatur yang baik. Dan para humanis
menemukan para ajaran yang sangat mendalam yakni Docta Pietas, ajaran itu digunakan oleh
para homanis untuk para menyerang kaum akolastik. Karya-karya ini terus menerus dibaca
kedalam era ke emasan sebagaimana dalam periode sebelumnya para humanis seperti
Leonardo Bruni, dan Orenzo vella, dan Desiderius erasmus.

2.8 Tokoh-Tokoh Humanisme

A. Protagoras
Protagoras mengajarkan bahwa manusia itu ukuran bagi segala-galanya. 4 Bagi yang
ada karena adanya, bagi yang tidak ada karena tidak adanya, bahkan ukuran itu bersifat
relatisme yang mengarah pada kebenaran. Juga merupakan tulang punggung humanisme. Ia
tidak menerima kebenaran yang tetap dan definitif, tidak ada sesuatu pun yang benar, yang
baik, yang bagus, yang indah dalam dirinya. Tapi semuanya itu dianggap benar baik bagus,
indah dalam hubungannya dengan manusia.

B. Agustinus

Menurut Agustinus, manusia sama sekali tidak berkehendak merdeka. Manusia itu
tidak bertanggung jawab atas dosanya walaupun Tuhan telah mengutuk manusia untuk

4
Tasmuji, Sejarah Filsafat Aliran, hlm.30

12
selama-lamanya karena telah berdosa itu. Satu-satunya yang mempunyai kehendak merdeka
adalah Tuhan. Tuhan menciptakan dunia melalui kehendak yang merdeka.

C. Aristoteles

Manusia tidak akan menjadi bahagia dengan malas-malasan, melainkan dengan


berbuat sesuatu. Manusia menjadi bahagia melalui aktifitasnya, dengan menggerakan diri
untuk mencapai sesuatu, dengan bertindak. Maka manusia akan mengalami hidup yang
bermakna dan itulah inti kebahagiaan yang dapat tercapaidalam hidup ini bukan apabila ia
pasif –pasif saja, apabila segala apa sudah tersedia baginya tinggal di nikmat, melainkan
dengan mengembangkan diri dalam tindakannya sesuai dengan kekhasan sebagai manusia.

D. Soren Kierkegaard

Kiekegaard, manusia bukanlah statis tetapi senantiasa menjadi, artinya manusia itu
selalu bergerak dari kemungkinan kenyataan. Proses ini berubah, bila kini sebagai sesuatu
yang mungkin, maka besok akan berubah menjadi kenyataan. Karena manusia itu memiliki
kebebasan, maka gerak perkembangan ini semuanya berdasarkan pada manusia itu sendiri.
Eksistensi manusia justru terjadi dalam kebebasanya. Kebebasan itu muncul dalam aneka
perbuatan manusia. Baginya bereksistensi berani mengambil keputusan yang menentukan
bagi hidupnya. Konsekuensinya, jika kita tidak berani mengambil keputusan dan tidak berani
berbuat, maka kita tidak bereksistensi dalam arti sebenarnya.

E. Jean Paul Sartre

Sartre selalu bermuara pada konsep kebebasan. Ia mendefinisikan manusia sebagai


kebebasan. Sartre memberikan perumusan bahwa pada manusia itu eksistensi mendahului
esensi, maksudnya setelah manusia mati baru dapat diuraikan ciri-ciri seseorang. Perumusan
ini menjadi intisari aliran eksistensialisme dari sartre. Kebebsan akan memberi rasa hormat
pada disrinya dari sekedar menjadi objek. Kebebasan manusia tampak dalam rasa cemas.
Maksudnya karena setiap perbuatan sya adalah tanggung jawab saya sendiri. Bila seseorang
menjauhi kecemasan, maka berarti ia menjauhi kebebsan. Kebebasan merupakan suatu
kemampuan manusia dan merupakan sifat kehendak. Posisi kebebasan itu tidak dapat
bertumpu pada sesuatu yang lain, tetapi pada kebebasan itu sendiri.

F. Tomas Hobes

Hukum alam telah mendorong manusia untuk materialistis. Oleh karenanya manusia
harus memiliki kebebasan tanpa dirumitkan jiwa atau ppikiran. Walaupun manusia
berkehendak bebas, tapi manusia tetap secara hukum alam taat pada peraturan. Baginya
kebebasan manusia tidak bertentangan dengan determinisme. Keduanya saling melengkapi
seperti air yang bebas mengalir kemanapun, tapi terikat pada hukum alam alirannya untuk
selalu ke tempat yang lebi rendah.

13
2.9 Ciri-Ciri Humanisme

Ada 2 cara utama, yaitu menggambarkan betapa pentingnya peranan dan karya
literatur parea humanis.

Ciri-ciri khas yang ke 2 Renaissance berkaitan erat dengan tujuan umum dalam
pendidikan humanitik sebagai persiapan atas tugas pelayanan publik, ciri khas ini bisa disebut
sebagai humanismesivika (civichumanis).

2.10 Pengaruh Studi Humanistik

Disini dapat dilihat relasi mereka yang erat dengan para pendahulu mereka dalam
abad pengetahuan, yakni para dictatores. Melalui pengaruh humanisme, jurusan-jurusan ini
segera mengalami perubahan yang mempengaruhi nama mereka serta isi dan klaim
pendidikan mereka. Pada awal abad ke 15 para humanis mulai menjadi ketua jurusan filsafat
moral, yang sering dipelajari bersama retorika dan puisi.
Pengaruh studi humanistik dalam era renaissance sangat luas. Sesudah pertengahan abad
ke 15, studi ini mulai menyebar keluar dari batas-batas studia humanitatis menuju semua
bidang kebudayaan Renaissance , termasuk filsafat dan berbagai bentuk sains. Humanis
Renaissance berkembang sedemikian rupa sehingga sebagian dari para humanis mulai
menyadaribahwa studi filsafat secara mendalam seharusnya ditambahkan kedalam studia
humanitatis. Oleh karna itu ada sejumlah pemikir penting dalam abad ke 15 seperti Nicolaus
Cusanus (1401-1464), Marsilio Ficino, dan Pico della Mirandola (1463-1494) yang
menghasilkan karya-karya filosofis dengan gaya humanis. Fenomena ini, menurut kristeller
membingungkan banyak orang, yang akhirnya memunculkan klaim yang menyamakan
humanisme dengan semua atau sebagian besar filsafat Renaissance. Dalam kebangkitan
kembali filsafat kuno di zaman Reanaissance, telah dilakukan berbagai usaha berulang-ulang
untuk menghidupkan ajaran filsafat dari pemikiran ataupun aliran-aliran.

BAB III

PENUTUP

14
3.1 Kesimpulan

Begitu panjangnya perkembangan filsafat dari jaman ke jaman, mulai dari sejarah
perkembangan pemikiran yunani kuno dimana pemikiran mereka sudah mulai berubah dari
mitos ke logos, kemudian jaman patristik dan skolastikyang menekankan pada filsafat dalam
agama dan untuk agama, selanjutnya pada jaman modern, dimana pada jaman itu lahir dan
berkembang tradisi ilmu pengetahuan, dan sampai yang terakhir adalah masa kini yaitu suatu
peneguhan ilmu otonom.

Banyaknya aliran-aliran tentang filsafat, diantaranya : Rasionalisme, Empirisme,


Realisme, dan Humanisme yang masing-masing aliran itu memiliki tokoh-tokoh yang
berpengaruh di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

A. Susanto. 2011. Filsafat Ilmu:Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis, Empistemologis,


dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.

15
Yusuf Lubis, Akhyar. 2016. Filsafat Ilmu:Klasik hingga Kontemporer. Jakarta: Rajawali
Pers.
Hidayah Tjaya, Thomas. 2004. Humanisme dan Skolastisisme. Yogyakarta: Kanisisus.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rasionalisme

https://www.google.com/amp/s/ppraudlatulmubtadiin.wordpress.com/2018/01/21/filsafat-
rasionalisme-tokoh-
pemikiran/amp/#ampshare=https://ppraudlatulmubtadiin.wordpress.com/2018/01/21/filsafat-
rasionalisme-tokoh-pemikiran/

http://www.ilmusaudara.com/2016/12/aliran-empirisme-dan-tokoh-empirisme.html?m=1

https://www.google.com/amp/s/www.eurekapendidikan.com/2014/10/aliran-filsafat-
pendidikan-realisme.html#ampshare=https://www.eurekapendidikan.com/2014/10/aliran-
filsafat-pendidikan-realisme.html

http://ldmicabangsurabaya.blogspot.com/2016/03/sejarah-humanisme-dan-tokoh-
tokohnya.html?m=1

16

Anda mungkin juga menyukai