1
PENDAHULUAN
Dari berbagai pengertian bank menurut para ahli, bank adalah suatu
lembaga, badan usaha, atau organisasi yang menyelenggarakan jasa dalam lalu
lintas uang.1 Sedangkan bank syariah adalah suatu sistem perbankan yang
pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (syariah). Bank ini tata cara
beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadis.2
Di Indonesia sekarang bank syariah perkembangannya cukup pesat karena
memiliki keistimewaan-keistimewaan. Salah satu keistimewaan yang utama
adalah keistimewaan yang melekat pada konsep (build in concept) dengan
berorientasi pada kebersamaan. Orientasi kebersamaan inilah yang menjadikan
bank islam mampu tampil sebagai alternatif pengganti sistem bunga yang selama
ini hukumnya (halal atau haram) masih diragukan oleh masyarakat muslim.
Di Indonesia, perbankan sendiri memiliki landasan hukum, asas-asas
khusus, dan mendapat pembinaan serta pengawasan dari Bank Indonesia.
PEMBAHASAN
1
Edy Wibowo dan Untung Hendy Widodo, Mengapa Memilih Bank Syariah, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2005), hal. 17.
2
Ibid., hal. 33.
3
Ismail, Perbankan Syariat, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), hlm 121.
2
Mengenai perjanjian secara umum, asas-asas khusus yang terdapat dalam
hubungan antara nasabah dengan bank, hubungan hukum antara debitor dengan
bank, dan nasabah penyimpan dana dengan bank.
Perjanjian
3
perjanjian kebendaan (zakelijke overeenkomst, delivery contract) dan perjanjian
obligator, perjanjian konsensual dan perjanjian nyata.6
Syarat subjektif yaitu mengenai subjek yang melakukan perjanjian. jika syarat
ini tidak dipenuhi maka perjanjian dapat dibatalkan. Syaratnya yaitu : sepakat
mereka yang mengikatkan dirinya (consensus), dan kecakapan untuk membuat
suatu perikatan (capacity).
sedangkan, syarat objektif yaitu mengenai objek perjanjian. jika syarat ini
tidak terpenuhi maka perjanjian dianggap tidak pernah dibuat sehingga tidak
pernah ada perikatan. syaratnya yaitu : suatu hal terentu (a certain subject matter),
dan suatu sebab yang halal (legal cause).
Wanprestasi dalam hukum perdata dapat berupa : tidak melakukan apa yang
disanggupinya akan dilakukan, melaksanakan apa yang dijanjikan tetapi tidak
sesuai dengan janjinya, melakukan apa yang dijanjikan namun terlambat,
melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan menurut perjanjian.7
Pihak yang melakukan wanprestasi dapat dituntut oleh pihak yang merasa
dirugikan. tuntutannya dapat berupa : pemenuhan perjanjian secara sempurna,
pemenuhan perjanjian disertai membayar ganti rugi, terdiri atas biaya, rugi, dan
bunga (kosten, schaden en interesten), pembayaran ganti rugi saja, pembatalan
perjanjian, pembatalan perjanjian disertai ganti rugi.8
Adapun cara hapusnya perikatan yang diatur dalam Pasal 1381 KUH, yaitu:
pembayaran , penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan (konsinyasi), pembaharuan utang, perjumpaan utang atau kompensasi,
6
Ibid., hal. 69.
7
Edy Wibowo dan Untung Hendy Widodo, Mengapa Memilih Bank Syariah, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2005), hal. hal. 70.
8
Ibid.
4
percampuran utang, pembebasan utang, musnahnya barang yang terutang,
batal/pembatalan, berlakunya suatu syarat batal, lewat waktu9
Hubungan hukum antara nasabah dengan bank yang diatur dalam sebuah
perjanjian,memiliki asas-asas khusus, yaitu :
Hubungan antara debitor dengan bank terjadi ketika debitor sepakat untuk
mengikatkan dirinya terhadap bank dalam suatu perjanjian kredit. Pengertian
kredit bank dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pinjaman uang dengan
pembayaran pengembalian secara mengangsur.11
9
Ibid., hal. 71.
10
Edy Wibowo dan Untung Hendy Widodo, Mengapa Memilih Bank Syariah, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2005), hal. 72.
11
Ibid., hal. 76.
5
Adapun perjanjian yang mendasari hubungan hukum antara debitor
dengan bank, yaitu :
1. Perjanjian Kredit
12
Ibid., hal. 77-78.
6
Kemampuan manajemen, Kemampuan teknis, Kemampuan yuridis, dan
Segi sosial-ekonomi13
Didalam akad harus ditegaskan objek yang akan dibagi antara shahibul
maal dan mudharib berupa keuntungan atau pendapatan. Keduanya pada dasarnya
13
Edy Wibowo dan Untung Hendy Widodo, Mengapa Memilih Bank Syariah, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2005), hal. 79.
14
Ibid., hal. 80.
15
Ibid., hal. 81.
7
dapat dijadikan sebagai referensi bagi hasil. Hal yang penting diperhatikan adalah
perhitungan kelancaran dan kecukupan modal bagi mudharib untuk menjalankan
usahanya, khususnya proporsi pembagian hasil jangan sampai mengurangi modal
mudharib. Sertifikat mudarabah dapat dikeluarkan dalam bentuk yang bisa
dirundingkan (negotiable form).
PENUTUP
Kesimpulan
16
Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait, (Jakarta:PT
Grafindo Persada, 2002),hal, 31.
8
Kedudukan nasabah terhadap bank konvensional adalah hubungan debitor-
kreditor, sehingga debitor sering ditempatkan dalam posisi yang lemah.
Sedangkan hubungan nasabah dengan bank syariah adalah hubungan kemitraan,
sehingga kepentingan antara nasabah penyimpan dana, debitor, dan bank dapat
diharmonisasikan.
Saran
Saran dalam jurnal saya ini untuk pembaca adalah sebagai literatur
pembaca untuk lebih mengerti mengenai hubungan nasabah dengan bank yang
sudah diatur dalam hukum maupun asas yang ditetapkan. Dan semoga pembaca
dapat menerapkan landasan hukum hubungan nasabah dengan bank dengan baik
dan benar.
9
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo, Edy., dan Untung Hendy Widodo. 2005. Mengapa Memilih Bank
Syariah?. Bogor:
Ghalia Indonesia.
10