Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DEBITUR

DALAM PERJANJIAN KREDIT


(Studi Putusan Nomor 2/Pdt.G/2016/PN.Kbu)

Abstrak

Oleh :
RATNA SUSANTI
NPM.17.12.36.032

Pemberian kredit merupakan salah satu usaha bank yang melahirkan suatu perjanjian
antara bank dengan pihak peminjam (nasabah debitur). Lazimnya perjanjian antara bank
dengan nasabah peminjam dana dinamakan dengan perjanjian kredit (bank) atau
perjanjian (kesepakatan) pinjam meminjam uang.

Permasalahan penulisan ini adalah Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap debitur


dalam perjanjian kredit? Apakah yang menjadi alasan sehingga debitur melakukan
gugatan Perbuatan Melawan Hukum? Apakah yang menjadi pertimbangan Majelis
Hakim dalam menjatuhkan putusannya?

Metode penelitian yang digunakan yaitu yuridis normatif dan empiris, menggunakan
data sekunder dan primer, yang diperoleh dari studi kepustakaan dan studi lapangan,
dan analisis data dengan analisis yuridis kualitatif.

Hasil penelitian yaitu Perlindungan hukum terhadap debitur dalam perjanjian kredit
bank dapat dilihat dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 1/ POJK. 07/ 2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
Keuangan.Alasan atau dasar debitur melakukan gugatan perbuatan melawan hukum
adanya perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) Tergugat, adanya kesalahan
dalam proses lelang yang dilakukan tergugat dan turut tergugat, Adanya kerugian yang
dialami oleh Penggugat, adanya hubungan kausalitas antara perbuatan dengan
kerugian.Pertimbangan Majelis Hakim yaitu menolak eksepsi Tergugat, Turut Tergugat I
dan Turut Tergugat II, Dalam Pokok Perkara mengabulkan gugatan Penggugat untuk
sebagian, menyatakan Tergugat dan Turut Tergugat I telah melakukan perbuatan
melawan hukum, menyatakan Risalah Lelang Nomor 473/2015 tanggal 29 September
2015 tidak mempunyai kekuatan hukum, menghukum Tergugat dan Turut Tergugat I
selaku penjual dan Turut Tergugat IV selaku pembeli lelang untuk mengembalikan
kondisi dan situasi agunan Penggugat.

Saran yaitu hendaknya kepada calon debitur agar lebih cermat dan teliti dalam
memahami isi perjanjian kredit dari pihak bank, untuk menghindari adanya klausula
baku yang memberatkan atau merugikan pihak debitur sendiri sehingga tidak terjadi
sengketa dikemudian hari.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Debitur, Perjanjian Kredit Bank

1
itu bertentangan dengan asas kebebasan
BAB I berkontrak yang bertanggung jawab.
Terlebih lagi ditinjau dari asas asas hukum
PENDAHULUAN nasional, dimana akhirnya kepentingan
masyarakatlah yang lebih didahulukan.
Dalam perjanjian standar kedudukan
A. Latar Belakang Masalah pelaku usaha dan konsumen tidak
seimbang, posisi yang didominasi pelaku
Undang-Undang nomor 10 Tahun 1998 usaha hanya mengatur hak- hak nya, tidak
tentang perubahan atas Undang-Undang kewajibannya. Menurutnya perjanjian
nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan standar ini tidak boleh dibiarkan tumbuh
disebutkan nasabah debitur adalah secara liar dan karena itu perlu
nasabah yang memperoleh fasilitas kredit ditertibkan.2
atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah atau yang dipersamakan dengan Pemberian kredit merupakan salah satu
itu berdasarkan perjanjian bank dengan usaha bank yang melahirkan suatu
nasabah yang bersangkutan. Sedangkan perjanjian antara bank dengan pihak
kredit adalah penyediaan uang atau peminjam (nasabah debitur). Lazimnya
tagihan yang dapat dipersamakan dengan perjanjian antara bank dengan nasabah
itu, berdasarkan persetujuan atau peminjam dana dinamakan dengan
kesepakatan pinjam meminjam antara perjanjian kredit (bank) atau perjanjian
bank dengan pihak lain yang mewajibkan (kesepakatan) pinjam meminjam uang.3
pihak peminjam untuk melunasi utangnya,
setelah jangka waktu tertentu dengan Ketentuan Undang-Undang Perbankan
pemberian bunga. terdapat pada Pasal 2 menjelaskan bahwa
Perbankan Indonesia dalam melakukan
Menurut Abdul Kadir Muhammad, istilah usahanya berasaskan demokrasi ekonomi
perjanjian baku dialih bahasakan dari dengan menggunakan prinsip kehati-
istilah yang dikenal dalam bahasa Belanda hatian. Penggunaan fasilitas kredit yang
yaitu “ Standard Contract “. Kata baku diberikan oleh pihak bank sebagai kreditur
atau standart artinya tolak ukur yang kepada konsumen atau nasabah sebagai
dipakai sebagai patokan atau pedoman debitur, dilindungi oleh Undang-Undang
bagi setiap konsumen yang mengadakan nomor 8 Tahun 1999 tentang
hubungan hukum dengan pengusaha, yang Perlindungan Konsumen sebagaimana
dibakukan dalam perjanjian baku ialah dijelaskan pada Pasal 4 dan 5 tentang hak
meliputi model, rumusan dan ukuran1. dan kewajiban sebagai konsumen. Untuk
itu diperlukannnya bentuk perlindungan
Sedangkan menurut Mariam Darus hukum bagi pihak konsumen atau nasabah
Badrulzaman di dalam buku Celina Tri sebagai debitur dengan tujuan agar
Siwi Krisyanti yang berjudul tentang terciptanya kepastian hukum apabila pihak
Hukum Perlindungan Konsumen konsumen atau nasabah sebagai debitur
menjelaskan bahwa perjanjian standar merasa dirugikan dalam penggunaan
yaitu perjanjian yang isinya dibakukan
dan dituangkan dalam bentuk formulir. Ia 2
Celine Tri Siwi Krisyanti, 1998, Hukum
menyimpulkan bahwa perjanjian standar Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta,
hlm. 143
1
Abdul Kadir Muhammad, 2006, Hukum 3
Zulfie Diane Zaini, 2014, Aspek Hukum dan
Perikatan, P.T Citra Adiya Bakti, Bandung, Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan, Keni
hlm. 87 Media, Bandung, hlm.65

2
fasilitas kredit yang diberikan oleh pihak Nomor 473/2015 tanggal 29 september
bank sebagai kreditur. 2015 tidak mempunyai kekuatan hukum.
Putusan Majelis Hakim dalam perkara ini
Pada saat perjanjian kredit dibuat dan sangat menarik menurut penulis,
disepakati oleh kedua belah pihak, maka mengingat berdasarkan Yurisprudensi
tidak menutup kemungkinan adanya tetap Mahkamah Agung Republik
resiko yang timbul dalam pelaksanaan Indonesia Nomor 697 K/Sip/1974 tanggal
perjanjian kredit tersebut. Resiko adalah 31 Agustus 1977 menyatakan bahwa
kewajiban untuk memikul kerugian yang Gugatan terhadap lelang harus dilakukan
disebabkan kejadian diluar kesalahan sebelum lelang dilaksanakan, dan
salah satu pihak.4 Yurisprudensi tetap Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 1281
Sebagai lembaga keuangan yang bertujuan K/Sip/1979 tanggal 15 April 1981 yang
menyalurkan dana kepada masyarakat, menyatakan bahwa Gugatan eksekusi
dalam menjalankan tugasnya bank diawasi yang diajukan setelah lelang dilaksanakan,
oleh Otoritas Jasa keuangan atau disingkat tidak dapat diterima.
OJK sebagaimana di atur dalam ketentuan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Dengan adanya perkara tersebut penulis
Tentang Otoritas Jasa Keuangan pada tertarik untuk mengkaji apa yang menjadi
Pasal 4 yang berbunyi OJK dibentuk pertimbangan hakim sehingga
dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan mengabulkan gugatan Penggugat untuk
di dalam sektor jasa keuangan: membatalkan lelang yang sudah
a. terselenggara secara teratur, adil, dilaksanakan, sudahkah hak-hak
transparan, dan akuntabel; Penggugat sebagai debitur telah terpenuhi
b. mampu mewujudkan sistem keuangan dan terlindungi dalam pelaksanaan
yang tumbuh secara berkelanjutan dan perjanjian kredit sehingga tercapai rasa
stabil keadilan. Untuk itu penulis menuangkan
c. mampu melindungi kepentingan penelitian ini dalam judul “Analisis
Konsumen dan masyarakat. Perlindungan Hukum Terhadap
Debitur Dalam Perjanjian Kredit
Dalam hal perlindungan hukum terhadap ( Studi Putusan Nomor
debitur, penulis mengambil contoh yang 2/Pdt.G/2016/PN.Kbu)”.
terdapat dalam perkara Nomor
2/Pdt.G/2016/PN.Kbu, yaitu perkara B. Permasalahan
antara Yusanti sebagai Penggugat dengan
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional 1. Bagaimanakah perlindungan hukum
Kotabumi di Lampung Utara sebagai terhadap debitur dalam perjanjian
Tergugat dan Kantor Pelayanan Kekayaan kredit ?
Negara dan Lelang Metro sebagai Turut 2. Apakah yang menjadi alasan sehingga
Tergugat 1. debitur melakukan gugatan Perbuatan
Melawan Hukum ?
Dalam perkara Nomor 3. Apakah yang menjadi pertimbangan
2/Pdt.G/2016/PN.Kbu ini, Majelis Hakim Majelis Hakim dalam menjatuhkan
menyatakan Tergugat dan Turut Tergugat putusannya ?
1 telah melakukan Perbuatan Melawan
Hukum dan menyatakan Risalah Lelang

R.Subekti,
4
2010, Aneka
Perjanjian,Intermasa, Jakarta, hlm. 6

3
BAB II dan menelaah peraturan perundang-
undangan, teori-teori dari para ahli
PEMBAHASAN hukum, kamus hukum, serta artikel
ilmiah.

A. Metode Penelitian b.Data Primer


Data primer adalah data yang diperoleh
1. Pendekatan Masalah langsung dari masyarakat. Untuk
memperoleh data secara langsung.Maka
Dalam membahas permasalahan yang peneliti mengambil data primer dari obyek
terdapat dalam penulisan tesis ini penelitian lapangan dengan menggunakan
pendekatan masalah yang digunakan yaitu metode wawancara yaitu dengan
dengan menggunakan pendekatan yuridis mengumpulkan data secara langsung.
normatif (normativelegal research) dan Mengadakan tanya jawab dengan nara
pendekatan yuridis empiris (empirical sumber.
legal research) sebagai berikut :
a. Pendekatan yuridis normatif adalah 3. Prosedur Pengumpulan dan
pendekatan yang menelaah hukum Pengolahan Data
sebagai kaidah yang dianggap sesuai
dengan penelitian yuridis normatif a. Prosedur Pengumpulan Data
atau penelitian hukum tertulis atau
penelitian hukum yang doktrinal, 1) Studi Kepustakaan (Library
yang berkerja untuk menemukan Research)
jawaban-jawaban yang benar dengan 2) Studi Lapangan (Field Research)
pembuktian kebenaran yang dicari.
b. Pendekatan empiris merupakan salah b. Prosedur Pengolahan Data
satu jenis penelitian yang
menganalisis dan mengkaji Setelah data terkumpul, maka data
bekerjanya hukum di dalam diproses melalui pengolahan data dengan
masyarakat. langkah-langkah sebagai berikut:
1) Identifikasi data
2. Sumber dan Jenis Data 2) Klasifikasi data
3) Sistematisasi data
Jenis data dalam penelitian ini meliputi
data primer dan data sekunder. 4. Analisis Data
Analisis terhadap data yang diperoleh
Sumber data adalah tempat dari mana data dilakukan dengan cara analisis yuridis
tersebut diperoleh. Dalam penulisan Tesis kualitatif
ini data yang digunakan meliputi 2 (dua)
macam data yaitu :

a. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari bahan
literatur kepustakaan (Library Research)
dengan melakukan studi dokumen, arsip
yang bersifat teoritis, konsep-konsep,
doktrin dan asas-asas hukum yang
berkaitan dengan pokok cara mengutip

4
B. Pembahasan bank harus berpedoman pada dua prinsip,
yaitu
A. Perlindungan Hukum Terhadap 1. Prinsip kepercayaan, yakni pihak
Debitur Dalam Perjanjian Kredit bank sebagai kreditur mempunyai
Bank kepercayaan bahwa kredit yang
diberikannya tersebut bermanfaat
Menurut Pasal 1 ayat (11) Undang- bagi debitur sesuai dengan
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang peruntukannya dan bank percaya
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 debitur yang bersangkutan dapat
Tahun 1992 Tentang Perbankan melunasi hutang kredit serta bunga
menyebutkan bahwa Kredit adalah dalam jangka waktu yang sudah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat disepakati oleh kedua belah pihak
dipersamakan dengan itu, berdasarkan dalam surat perjanjian kredit
persetujuan atau kesepakatan pinjam 2. Prinsip kehati-hatian, yakni phak
meminjam antara bank dengan pihak lain bank sebagai kreditur dalam
yang mewajibkan pihak peminjam untuk memberikan kredit kepada debitur
melunasi utangnya setelah jangka waktu harus selalu berpedoman dan
tertentu dengan pemberian bunga. menerapkan prinsip kehati-hatian.
Prinsip ini wujudnya dalam bentuk
Menurut Rika Emelia selaku Hakim pada penerapan secara konsisten
Pengadilan Negeri Kotabumi bahwa berdasarkan iktikad baik terhadap
dalam system perjanjian kredit perbankan semua persyaratan dan peraturan
biasanya yang dipakai adalah perjanjian perundang-undangan yang berkaitan
standar atau perjanjian baku. Dimana dengan pemberian kredit dari bank
perjanjian standar merupakan perjanjian yang bersangkutan.
yang hampir seluruh klausulnya
distandarisasi oleh pembuatnya dan Menurut penulis bahwa secara umum,
kemudian diserahkan ke pihak lain. Pihak perjanjian kredit yang dikeluarkan oleh
yang diserahkan perjanjian standar pihak bank biasanya tidak mencantumkan
tersebut, pada dasarnya tidak mempunyai suatu ketentuan yang memberikan
peluang untuk merundingkan atau perlindungan bagi debitur. Seperti halnya
meminta perubahan isinya. seperti proses perjanjian kredit, pihak bank lebih
perjanjian standar atau baku, dalam menekankan syarat yuridis dan/atau syarat
perjanjian kredit di bank, klausul di dalam ekonomis yang harus dipenuhi debitur.
perjanjian kredit tersebut juga telah Bahwa debitur hanya diberikan pilihan
disusun sebelumnya oleh pihak bank, sebatas pemilihan atas jangka waktu
tanpa adanya proses negosiasi di antara pemberian kredit yang sudah disusun
para pihak. Format perjanjian telah dalam tabel, meliputi jangka waktu
disiapkan secara sepihak oleh pihak bank pengembalian kredit, besaran kredit yang
berupa syarat-syarat baku yang dapat diberikan beserta rincian angsuran
dituangkan dalam formulir yang sudah per bulan, yakni nilai angsuran pokok dan
dicetak yang kemudian diserahkan kepada nilai angsuran bunga, dan juga adanya
debitur untuk disetujui/ ditandatangai. jaminan yang memiliki nilai seseuai
dengan jumlah pinjaman kredit yang akan
Menurut Nadirsyah selaku Pejabat Lelang diberikan oleh pihak bank. Sedangkan
Kota Metro bahwa dalam hal pemberian mengenai klausula baku tersebut tidak
kredit oleh Bank kepada debitur, pihak diberikan ruang bernegosiasi kecuali
terhadap calon debitur besar.

5
Menurut Rika Emelia bahwa Perlindungan 1. untuk memperoleh kembali harta
hukum terhadap debitur dalam perjanjian kekayaan milik pihak yang
kredit bank dapat dilihat dari Undang- dirugikan dari pihak yang
Undang Perlindungan Konsumen dimana menyebabkan kerugian, baik yang
adanya kewajiban bagi pihak bank selaku berada di bawah penguasaan pihak
kreditur untuk mengindahkan tata cara yang menyebabkan kerugian
pembuatan klausula baku, baik bentuk dimaksud maupun di bawah
maupun substansinya mengenai perjanjian penguasaan pihak lain dengan
kredit yang akan dilakukan. Menurut itikad tidak baik; dan/atau
Undang-Undang Perlindungan Konsumen, 2. untuk memperoleh ganti kerugian
perjanjian baku/ standard contract adalah dari pihak yang menyebabkan
sah, namun terhadap pencatuman klausula kerugian pada Konsumen dan/atau
baku yang bersifat berat sebelah, yang Lembaga Jasa Keuangan sebagai
letak dan bentuknya sulit terlihat atau akibat dari pelanggaran atas
tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang peraturan perundang-undangan di
pengungkapannya sulit dimengerti, sektor jasa keuangan. Ganti
sebagaimana yang dimaksud dalam kerugian sebagaimana dimaksud
ketentuan Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) ayat (1) huruf b angka 2 hanya
Undang-Undang Perlindungan Konsumen, digunakan untuk pembayaran ganti
maka klausula baku tersebut adalah batal kerugian kepada pihak yang
demi hukum, sebagaimana yang dimaksud dirugikan
dalam ketentuan Pasal 18 ayat (3)
Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Bahwa selanjutnya perlindungan bagi
Terhadap Pelaku usaha yang melanggar nasabah juga diatur dalam Peraturan
ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/ POJK.
Perlindungan Konsumen tersebut, 07/ 2013 tentang Perlindungan Konsumen
diancam hukuman pidana penjara Sektor Jasa Keuangan. bahwa menurut
maksimum lima Tahun atau pidana denda Pasal 17 Peraturan Otoritas Jasa
maksimum Rp. 2.000.000.000,00 (dua Keuangan Nomor 1/ POJK. 07/ 2013
miliar rupiah) sebagaimana yang tentang Perlindungan Konsumen Sektor
ditentukan dalam ketentuan Pasal 62 ayat Jasa Keuangan menyebutkan pelaku
(1) Undang-Undang Perlindungan usaha jasa keuangan dilarang
Konsumen. menggunakan strategi pemasaran produk
dan atau layanan yang merugikan
Selanjutnya perlidungan hukum terhadap konsumen dengan memanfaatkan kondisi
debitur juga diatur dalam Undang-Undang konsumen yang tidak memiliki pilihan
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas lain dalam mengambil keputusan.
Jasa Keuangan. Bahwa menurut Pasal 30
menyebutkan bahwa untuk perlindungan Berdasarkan teori diatas dapat dianalisis
Konsumen dan masyarakat, OJK bahwa berdasarkan teori Bentham (teori
berwenang melakukan pembelaan hukum, Utilitas) didasarkan atas prinsip
yang meliputi: kemanfaatan. Bahwa tujuan hukum adalah
a. memerintahkan atau melakukan memberikan kemanfaatan dan
tindakan tertentu kepada Lembaga kebahagiaan terbesar kepada sebanyak-
Jasa Keuangan untuk menyelesaikan banyaknya warga masyarakat. Jadi,
pengaduan Konsumen yang dirugikan konsepnya meletakkan kemanfaatan
Lembaga Jasa Keuangan dimaksud. sebagai tujuan utama hukum. Ukurannya
b. mengajukan gugatan: adalah kebahagian yang sebesar-besarnya

6
bagi sebanyak-banyaknya orang. Penilaian hukum dan membawa kerugian kepada
baik-buruk, adil atau tidaknya hukum ini orang lain, mewajibkan orang yang
sangat tergantung apakah hukum mampu menimbulkan kerugian itu karena
memberikan kebahagian kepada manusia kesalahannya untuk mengganti kerugian
atau tidak. Kemanfaatan diartikan sama tersebut.
sebagai kebahagiaan (happiness), selaras
dengan teori tersebut maka perlindungan Terkait gugatan perbuatan melawan
hukum terhadap debitur dalam perjanjian hukum harus didasari prinsip dasar dalam
kredit bank dapat dilihat dari Undang- mengajukan gugatan perbuatan melawan
Undang Perlindungan Konsumen dan hukum, yaitu:
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 a. Harus Ada Dasar Hukum
tentang Otoritas Jasa Keuangandan Menyusun surat gugatan bukan hanya
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor sekedar untuk mencari perkara saja.
1/ POJK. 07/ 2013 tentang Perlindungan Membuat gugatan kepada seseorang
Konsumen Sektor Jasa Keuangan dimana harus terlebih dahulu diketahui dasar
adanya kewajiban bagi pihak bank selaku hukumnya. Gugatan yang tidak ada
kreditur. Berdasarkan Undang-Undang, dasar hukumnya sudah pasti akan
perjanjian baku yang dibuat oleh pihak ditolak oleh hakim dalam sidang
bank adalah sah sepanjang tata cara pengadilan karena dasar hukum inilah
pembuatan klausula baku, baik bentuk yang menjadi dasar putusan yang
maupun substansinya sesuai dengan diambilnya. Selain itu, dasar hukum
amanat Undang-Undang, dan apabila dalam gugatan yang diajukan kepada
terhadap pencatuman klausula baku yang pengadilan harus dicantumkam
bersifat berat sebelah, yang letak dan karena mempunyai hubungan yang
bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat sangat erat dengan masalah-masalah
dibaca secara jelas, atau yang dalam persidangan, terutama hal-hal
pengungkapannya sulit dimengertimaka yang berhubungan dengan jawab
perjanjian kredit tersebut adalah batal menjawab, membantah jawaban
demi hukum dan pelaku usaha jasa lawan, dan pembuktian.
keuangan dilarang menggunakan strategi b. Adanya Kepentingan Hukum
pemasaran produk dan atau layanan yang Syarat Mutlak untuk dapat
merugikan konsumen dengan mengajukan gugatan adalah adanya
memanfaatkan kondisi konsumen yang kepentingan hukum secara langsung.
tidak memiliki pilihan lain dalam Jadi tidak setiap orang yang
mengambil keputusan. mempunyai kepentingan dapat
mengajukan gugatan, apabila
B. Alasan Atau Dasar Debitur kepentingan itu tidak langsung dan
Melakukan Gugatan Perbuatan melekat pada dirinya. Oleh karena itu,
Melawan Hukum sebelum gugatan disusun dan
diajukan kepada pengadilan terlebih
dahulu dipikirkan dan
Pasal 1365 KUHPerdata yang terkenal dipertimbangkan, apakah penggugat
sebagai Pasal yang mengatur tentang betul orang yang berhak mengajukan
perbuatan melawan hukum (onrectmatige gugatan. Kalau ternyata tidak berhak
daad) memegang peranan penting dalam maka ada kemungkinan gugatannya
bidang hukum perdata. Pasal 1365 tidak akan diterima
KUHPerdata memuat ketentuan sebagai c. Merupakan Suatu Sengketa
berikut: tiap perbuatan yang melawan

7
Dalam pengertian perkara tersimpul dengan baik dalam menyusun
dua keadaan yaitu ada perselisihan gugatan, karena hal itu sangat
dan tidak ada perselisihan. Dalam menentukan dikabulkannya atau
perselisihan ada sesuatu yang ditolaknya suatu gugatan.
diperselisihkan dan dipertengkarkan
serta yang disengketakan, ia tidak Berdasarkan uraian diatas bahwa alasan
dapat menyelesaikan sendiri masalah Alasan Atau Dasar Debitur Melakukan
tersebut, melainkan penyelesainnya Gugatan Perbuatan Melawan Hukum
perlu lewat pengadilan sebagai dalam putusan Nomor
instansi yang berwenang. Sedangkan 2/Pdt.G/2016/PN.Kbu yaitu:
tidak ada perselisihan artinya tidak 1. Adanya perbuatan melawan hukum
ada yang disengketakan, yang (onrechtmatige daad) Tergugat
bersangkutan tidak diminta putusan Bahwa dalam perkara putusan Nomor
pengadilan melainkan hanya 2/Pdt.G/2016/PN.Kbu tergugat dalam
penetapan saja dari hakim sehingga hal ini Bank Tabungan Pensiunan
mendapat kepastian hukum yang Nasional Cabang Kotabumi dan
harus dihormati dan diakui oleh Kantor Lelang Metro/ (Kpknl) Metro
semua pihak. Dibuat dengan Cermat dan turut tergugat lainnya telah
dan Terang Gugatan secara tertulis melakukan perbuatan melawan
harus disusun dalam surat gugatan hukum dalam proses pelelangan objek
yang dibuat secara cermat dan terang, agunan milik Penggugat. Bahwa
jika tidak dilakukan secara demikian berdasarkan bukti yang dihadirkan
maka akan mengalami kegagalan penggugat berupa Perpu Nomor 49
dalam sidang pengadilan. Surat Tahun 1960 tentang Panitia Urusan
gugatan tersebut harus disusun secara Utang Negara sebagai ketentuan
singkat, padat, dan mencakup segala Turut Tergugat I melaksanakan
persoalan yang disengketakan. Surat penjualan lelang, dalam Pasal 10 ayat
gugatan tidak boleh obscuur libel, (1) menyatakan “Setelah
artinya tidak boleh kabur baik dirundingkan oleh panitia (Turut
mengenai pihak-pihaknya, obyek Tergugat I) dengan penanggung utang
sengketanya, dan landasan hukum (Penggugat) dan diperoleh kata
yang dipergunakannya sebagai dasar sepakat tentang jumlah utang-
gugatan. utangnya yang masih harus dibayar,
d. Memahami Hukum Formal dan termasuk bunga uang, denda yang
Materiil tidak bersifat pidana, serta biaya-
e. Penguasaan hukum formal sangat biaya yang bersangkutan dengan
berguna di dalam menyusun gugatan piutang ini, maka oleh ketua lelang
karena menyangkut langsung hal-hal dan penanggung hutang dibuat suatu
yang berhubungan dengan pernyataan bersama yang memuat
kompetensi pengadilan, misalnya jumlah tersebut dan memuat jumlah
kepada pengadilan mana gugatan kewajiban penanggung utang untuk
diajukan, bagaimana mengajukan melunasinya”, bahwa dari fakta di
gugatan rekopensi, intervensi, dan atas, maka Tergugat dll sebelum
sebagainya. Disamping itu, hukum melakukan penjualan lelang tersebut
formal ini mempunyai tujuan untuk haruslah terlebih dahulu
menegakkan hukum meteriil dalam merundingkan dengan Penggugat
sidang pengadilan. Oleh karena itu, tentang jumlah utang yang harus
hukum materiil juga harus dikuasai dibayar dan dituangkan dalam

8
pernyataan bersama dengan memuat Rp304.094.000,00 (tiga ratus empat
jumlah kewajiban penanggung utang juta sembilan puluh empat ribu
(Penggugat) untuk melunasinya rupiah), dan kerugian inmaterill yakni
kepada Tergugat, bahwa oleh karena karena telah tercoreng nama baik
dalam proses lelang tersebut telah karena disebabkan perbuatan personil
tidak didahului adanya kesepakatan dari Tergugat yang telah melakukan
bersama terhadap agunan Penggugat penggelapan atas setoran Penggugat
tersebut dapat dikualifikasi sebagai sehingga menimbulkan kredit macet
tidak memenuhi ketentuan lelang itu selanjutnya melelang agunan milik
sendiri yang seharusnya dilaksanakan Penggugat atas lelang yang
oleh Tergugat. dilaksanakan oleh kantor lelang atas
permintaan Bank Tergugat, sehingga
2. Adanya kesalahan dalam proses Penggugat menjadi sakit-sakitan,
lelang yang dilakukan tergugat dan stres, drop, psikis maka patut dan
turut tergugat layak Penggugat meminta ganti
Bahwa untuk dapat dituntut kerugian kepada Tergugat, kerugian
berdasarkan perbuatan melawan mana sebenarnya tidak dapat dinilai
hukum, Pasal 1365 KUHPerdata dengan materi tetapi setidak–tidaknya
mensyaratkan adanya kesalahan, dapat diukur dengan nilai kepatutan
syarat kesalahan ini dapat diukur yang sepatutnya diperkirakan sebesar
secara objektif dan subjektif. Bahwa Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliyar
dalam perkara ini tergugat dan turut rupiah);
tergugat telah melakukan kesalahan
yakni telah melakukan penjualan 4. Adanya hubungan kausalitas (sebab-
lelang terhadap agunan milik akibat) antara perbuatan dengan
penggugat yang tidak melalui kerugian.
prosedur hukum yang benar dan juga Bahwa alasan penggugat melakukan
telah menjual lelang tidak sesuai gugatan perbuatan melawan hukum
dengan harga pasaran saat ini. Bahwa terhadap tergugat dan turut tergutan
majelis hakim dalam perkara ini karena adanya hubungan sebab akibat
menyatakan adanya kesalahan dari antara perbuatan tergugat dan turut
pihak tergugat dan turut tergugat tergugat dengan kerugian yang
lainnyayakni terhadap proses lelang dialami oleh penggugat. Bahwa
tersebut, seharusnya dalam hal perbuatan tergugat dan turut tergugat
melakukan lelang tersebut harus yang telah melelang agunan milik
bertindak dengan prinsip kehati- penggugat dengan tidak berdasarkan
hatian agar terhadap dirinya tidak prosedur yang benar dan dijual
dimintakan pertanggung jawaban dengan harga dibawah standar saat ini
hukum terhadap tindakan yang telah sehingga menimbulkan kerugian
dilakukannya tersebut; dipihak penggugat.

3. Adanya kerugian yang dialami oleh C. Pertimbangan Hakim Dalam


Penggugat Memutus Perkara Perdata
Bahwa kerugian yang dialami oleh Perbuatan Melawan Hukum Dalam
penggugat yakni Kerugian Meteriil Perjanjian Kredit.
yakni Penggugat berupa uang yang
selama ini disetorkan pada Bank Menurut Pasal 24 ayat 1 dan penjelasan
Tergugat yaitu sebesar Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor

9
48 Tahun 2009, yaitu kekuasaan 2. Menyatakan Tergugat dan Turut
kehakiman adalah kekuasaan negara yang Tergugat I telah melakukan perbuatan
merdeka untuk menyelenggarakan melawan hukum;
peradilan guna menegakkan hukum dan 3. Menyatakan Risalah Lelang Nomor
keadilan berdasarkan pancasila dan 473/2015 tanggal 29 September 2015
Undang-undang Negara Republik tidak mempunyai kekuatan hukum;
Indonesia Tahun 1945 demi 4. Menghukum Tergugat dan Turut
terselenggaranya Negara Hukum Republik Tergugat I selaku penjual dan Turut
Indonesia. Tergugat IV selaku pembeli lelang
untuk mengembalikan kondisi dan
Menurut Rika Emelia bahwa Hakim situasi agunan Penggugat yang telah
dalam memutus suatu perkara harus dibaliknamakan menjadi nama Turut
mempertimbangankan bukti-bukti yang Tergugat IV yaitu:
dihadirkan di depan persidangan, adapun a. Sertifikat Hak Milik berupa
pertimbangan Majelis Hakim dalam rumah Nomor : 1862 seluas
memutus perkara di dalam putusan Nomor 324m2 yang terletak di Kelurahan
2/Pdt.G/2016/PN.Kbu, tentang Kota Alam Kecamatan Kotabumi
dikabulkannya gugatan penggugat Selatan, Kabupaten Lampung
terhadap perbuatan melawan hukum yang Utara;
dilakukan oleh tergugat yaitu sebagai b. Sertifikat Hak Milik berupa toko
berikut: Nomor : 271 seluas 75m2 yang
terletak di Kelurahan Tanjung
1. Pertimbangan dari beberapa saksi dari Harapan Kecamatan Kotabumi
pihak penggugat maupun dari Pihak Selatan, Kabupaten Lampung
tergugat Utara, kembali kepada keadaan
2. Mempertimbangkan alat bukti surat semula sebelum terjadinya lelang;
yang dihadirkan oleh para pihak 5. Menghukum Tergugat untuk
3. Perbuatan tergugat dan turut tergugat membayar biaya perkara yang sampai
telah melanggar peraturan hukum hari ini ditetapkan sejumlah Rp.
yang berlaku mengenai proses lelang 2.024.000,- (dua juta dua puluh empat
jaminan hutang ribu rupiah);
4. Pelaksanaan lelang yang dilakukan 6. Menolak gugatan Penggugat untuk
oleh tergugat dan turut tergugat tidak selebihnya;
menggunakan jasa penilai/appraisal
untuk mendapat harga pasar dan Berdasarkan hal tersebut maka
harga likuidasi dari objek lelang pertimbangan Majelis Hakim dalam
tersebut memutus perkara di dalam putusan Nomor
2/Pdt.G/2016/PN.Kbu, tentang
Berdasarkan pertimbangan di atas Majelis dikabulkannya gugatan penggugat
Hakim memutuskan dalam amar terhadap perbuatan melawan hukum yang
putusannya yaitu sebagai berikut: dilakukan oleh tergugat yaitu
Dalam Eksepsi pertimbangan dari beberapa saksi dari
Menolak eksepsi Tergugat, Turut Tergugat pihak penggugat maupun dari Pihak
I dan Turut Tergugat II; tergugat, mempertimbangkan alat bukti
Dalam Pokok Perkara: suratyang dihadirkan oleh para pihak,
1. Mengabulkan gugatan Penggugat perbuatan tergugat dan turut tergugat telah
untuk sebagian; melanggar peraturan hukum yang berlaku
mengenai proses lelang jaminan hutang,

10
pelaksanaan lelang yang dilakukan oleh adanya kesalahan dalam proses lelang
tergugat dan turut tergugat tidak yang dilakukan tergugat dan turut
menggunakan jasa penilai/appraisal untuk tergugat, Adanya kerugian yang
mendapat harga pasar dan harga likuidasi dialami oleh Penggugat, adanya
dari objek lelang tersebut hubungan kausalitas (sebab-akibat)
antara perbuatan dengan kerugian.
BAB III 1. Pertimbangan Majelis Hakim dalam
memutus perkara di dalam putusan
PENUTUP Nomor 2/Pdt.G/2016/PN.Kbu, tentang
dikabulkannya gugatan penggugat
A. Kesimpulan terhadap perbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh tergugat yaitu
1. Perlindungan hukum terhadap debitur menolak eksepsi Tergugat, Turut
dalam perjanjian kredit bankdapat Tergugat I dan II, mengabulkan
dilihat dari Undang-Undang gugatan Penggugat untuk sebagian,
Perlindungan Konsumen dan menyatakan Tergugat dan Turut
Undang-Undang Nomor 21 Tahun Tergugat I telah melakukan perbuatan
2011 tentang Otoritas Jasa melawan hukum, menyatakan Risalah
Keuangandan Peraturan Otoritas Jasa Lelang tidak mempunyai kekuatan
Keuangan Nomor 1/ POJK. 07/ 2013 hukum, menghukum Tergugat dan
tentang Perlindungan Konsumen Turut Tergugat I selaku penjual dan
Sektor Jasa Keuangan dimana adanya Turut Tergugat IV selaku pembeli
kewajiban bagi pihak bank selaku lelang untuk mengembalikan kondisi
kreditur. Berdasarkan Undang- dan situasi agunan Penggugat yang
Undang, perjanjian baku yang dibuat telah dibaliknamakan menjadi nama
oleh pihak bank adalah sah sepanjang Turut Tergugat IV yaitu:Sertifikat
tata cara pembuatan klausula baku, Hak Milik berupa rumah Nomor :
baik bentuk maupun substansinya 1862, Sertifikat Hak Milik berupa
sesuai dengan amanat Undang- toko Nomor : 271.
Undang, dan apabila terhadap
pencatuman klausula baku yang B. Saran
bersifat berat sebelah, yang letak dan
bentuknya sulit terlihat atau tidak 1. Hendaknya kepada calon debitur agar
dapat dibaca secara jelas, atau yang lebih cermat dan teliti dalam
pengungkapannya sulit memahami isi perjanjian kredit dari
dimengertimaka perjanjian kredit pihak bank, untuk menghindari
tersebut adalah batal demi hukum dan adanya klausula baku yang
pelaku usaha jasa keuangan dilarang memberatkan atau merugikan pihak
menggunakan strategi pemasaran debitur sendiri sehingga tidak terjadi
produk dan atau layanan yang sengketa dikemudian hari.
merugikan konsumen dengan 2. Kepada Pihak bank hendaknya dalam
memanfaatkan kondisi konsumen melaksanakan proses lelang agar
yang tidak memiliki pilihan lain didahului perjanjian/ pernyataan
dalam mengambil keputusan. bersama tentang jumlah hutang yang
2. Alasan atau dasar debitur melakukan harus dibayar oleh debitur dan juga
gugatan perbuatan melawan hukum pihak bank wajib menggunakan jasa
adanya perbuatan melawan hukum penilai/appraisal untuk mendapat
(onrechtmatige daad) Tergugat, harga pasar dan harga likuidasi dari

11
objek lelang tersebut sehingga tidak Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
melanggar unsur kepatutan dan tidak Tentang Otoritas Jasa Keuangan
melanggar hukum.
3. Hendaknya Majelis Hakim dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
memutuskan suatu perkara agar lebih Tentang Perlindungan Konsumen
cermat dalam memeriksa dan Undang Undang
mengadili serta meningkatkan prinsip
kehati-hatian agar tidak ada yang Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996
akan dirugikan terhadap pelaksanaan Tentang Hak Tanggungan Atas
putusan tersebut Tanah Beserta Benda-Benda Yang
Berkaitan Dengan Tanah

DAFTAR PUSTAKA Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009


Tentang Kekuasaan Kehakiman

A. BUKU/LITERATUR Peraturan Menteri Keuangan Republik


Indonesia Nomor 93/PMK.06/2010
Abdul Kadir Muhammad, 2006, Hukum Tahun 2010 Tentang Petunjuk
Perikatan, P.T Citra Adiya Bakti, Pelaksanaan Lelang
Bandung
Peraturan Menteri Keuangan Republik
Celine Tri Siwi Krisyanti, 1998, Hukum Indonesia Nomor 106/PMK.06/2013
Perlindungan Konsumen, Sinar Tahun 2013 Tentang Perubahan
Grafika, Jakarta Atas Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor
R.Subekti, 2010, Aneka Perjanjian, 93/PMK.6/2010 Tentang Petunjuk
Intermasa, Jakarta Pelaksanaan Lelang

Zulfie Diane Zaini, 2014, Aspek Hukum Peraturan Bank Indonesia.


dan Fungsi Lembaga Penjamin
Simpanan, Keni Media, Bandung Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
1/ POJK. 07/ 2013 tentang
B. UNDANG-UNDANG DAN Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
PERATURAN LAINNYA Keuangan

Undang-Undang Dasar 1945 dan Hasil


Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998


Tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999


Tentang Bank Indonesia

12

Anda mungkin juga menyukai