10/Des/2018
14
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 10/Des/2018
15
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 10/Des/2018
16
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 10/Des/2018
eksekutorial, yakni yang disebut dengan istilah mengambil pelunasan piutangnya dari hasil
“gross akta”, yaitu sebagai berikut: penjualan tersebut.”
1. Akta hipotek; Unsur-unsur yang terkandung dari Pasal 6
2. Akta Pengakuan Utang (berdasarkan Pasal Undang-Undang Hak Tanggungan tersebut,
224 HIR); menurut Dewi Nurul Musjtari ada 5 (lima),
3. Akta Hak Tanggungan (berdasarkan sedangkan Herowati Poesoko merincinya atas 6
Undang-Undang Hak Tanggungan) (enam) unsur-unsurnya. Menurut Dewi Nurul
4. Akta Fidusia (berdasarkan Undang-Undang Musjtari, unsur-unsur Pasal 6 tersebut adalah:
Fidusia). 1. Debitur cedera janji;
Yang dimaksud dengan fiat eksekusi adalah 2. Kreditur pemegang Hak Tanggungan
eksekusi atas sebuah akta seperti mengeksekusi pertama diberi hak;
putusan pengadilan yang telah berkekuatan 3. Hak untuk menjual objek Hak
pasti, yakni dengan cara meminta ‘fiat’ dari Tanggungan atas kekuasaan sendiri;
ketua pengadilan, yaitu memohon penetapan 4. Syarat penjualan melalui pelelangan
dari ketua pengadilan untuk melakukan umum; dan
eksekusi. Ketua pengadilan tersebut akan 5. Hak kreditur mengambil pelunasan
memimpin eksekusi sebagaimana dimaksud piutangnya sebatas hak tagih.11
dalam HIR.
Terakhir ialah model eksekusi dengan jalan Sementara itu, Herowati Poesoko, merinci
gugatan perdata biasa melalui pengadilan. unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal 6
Sungguhpun tidak disebutkan dalam Undang- Undang-Undang Hak Tanggungan, atas 6
Undang Hak Tanggungan, tetapi tentunya pihak (enam) unsur-unsurnya, sebagai berikut:
kreditur dapat menempuh prosedur eksekusi 1. Debitur cedera janji;
biasa lewat gugatan biasa ke pengadilan. 2. Kreditur pemegang Hak Tanggungan
Sebab, keberadaan Undang-Undang Hak pertama diberi hak;
Tanggungan dengan model-model eksekusi 3. Hak untuk menjual objek Hak
khusus tidak untuk meniadakan hukum acara Tanggungan atas kekuasaan sendiri;
umum, tetapi untuk menambah ketentuan yang 4. Syarat penjualan melalui pelelangan
ada dalam hukum acara. Eksekusi Hak umum;
Tanggungan lewat gugatan biasa memakan 5. Hak kreditur mengambil pelunasan dari
waktu yang lama dengan prosedur yang hasil penjualan; dan
berbelit-belit, dan hal tersebut sangat tidak 6. Hak kreditur mengambil pelunasan
praktis dan tidak efisien bagi utang dengan piutangnya sebatas hak tagih.12
jaminan Hak Tanggungan tersebut. Pembahasan dan pemahaman lebih lanjut
Berdasarkan ketentuan Pasal 200 Undang- terhadap ketentuan Pasal 6 Undang-Undang
Undang Hak Tanggungan, dijelaskan oleh Hak Tanggungan, dapat pula dipahami dari
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, adanya 2 penjelasannya bahwa, hak untuk menjual objek
(dua) macam eksekusi Hak Tanggungan, yaitu: Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri
1. Berdasarkan ketentuan Pasal 6 Undang- merupakan salah satu perwujudan dari
Undang Hak Tanggungan; dan kedudukan diutamakan yang dipunyai oleh
2. Berdasarkan ketentuan yang diatur pemegang Hak Tanggungan atau Pemegang
dalam Pasal 14 Undang-Undang Hak Tanggungan pertama dalam hal terdapat
Hak Tanggungan.10 lebih dari satu pemegang Hak Tanggungan. Hak
Menurut Pasal 6 Undang-Undang Hak tersebut didasarkan pada janji yang diberikan
Tanggungan, disebutkan bahwa “Apabila oleh pemberi Hak Tanggungan bahwa apabila
debitur cedera janji, pemegang Hak debitur cedera janji, pemegang Hak
Tanggungan pertama mempunyai hak untuk Tanggungan berhak untuk menjual objek Hak
menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan Tanggungan melalui pelelangan umum tanpa
sendiri melalui pelelangan umum serta memerlukan lagi persetujuan dari pemberi Hak
Tanggungan dan selanjutnya mengambil
10 11
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak Tanggungan, Dewi Nurul Musjtari, Op Cit, hal. 284
12
Op Cit, hal. 248-252 Herowati Poesoko, Op Cit, hal. 199
17
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 10/Des/2018
18
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 10/Des/2018
19
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 10/Des/2018
Kamus
Gifis Stevan H., Law Dictionary, Barrons
Educational Series, New York, 1984.
Sholahuddin Muhammad, Kamus Istilah
Ekonomi, Keuangan, dan Bisnis Syariah,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2011.
Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang
Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
Benda-Benda yang Berkaitan dengan
Tanah
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah
20