Anda di halaman 1dari 11

Nama : Arum Puspa Pradhipta

NIM : 2104551155
Kelas : A. Hukum Perbankan

1. Analisislah perjanjian kredit bank tersebut berdasarkan:

a. Unsur-Unsur Perjanjian

 Unsur Essentialia
Unsur essentialia merupakan bagian-bagian daripada persetujuan yang
tanpa itu persetujuan tidak mungkin ada. Dengan kata lain unsur essentialia
merupakan hal pokok yang harus dicantumkan dan harus ada dalam suatu
perjanjian. Harga dan obyek perjanjian termasuk unsur essentialia dalam
perjanjian.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dianalisis pada Pasal 2 tentang
JUMLAH DAN TUJUAN PENGGUNAAN FASILITAS KREDIT bahwa
suatu perjanjian kredit tersebut telah mengandung unsur essentialia yang
dimana pada pasal 2 dijelaskan bahwa adanya kesepakatan antara kreditur dan
debitur terkait fasilitas kredit dan jumlah pemberian kredit yang akan
digunakan untuk modal kerja. Kemudian hal hal pokok yang mengandung
unsur essentialia dalam suatu perjanjian kredit tersebut dapat dilihat pada
Pasal 3 tentang BATAS WAKTU PENARIKAN DAN/ATAU
PENGGUNAAN FASILITAS KREDIT yang menjelaskan bahwa perjanjian
kredit tersebut berlangsung selama waktu tertentu yang telah ditentukan dalam
Pasal 3. Pada Pasal 4 tentang BUNGA DAN PROVISI ATAU KOMISI yang
menjelaskan terkait bunga yang wajib dibayar oleh debitur juga termasuk ke
dalam unsur essentialia sebab besaran suku bunga yang akan dikenakan
merupakan hal pokok yang mempengaruhi jumlah biaya pinjaman dan
pembayaran Bunga.
 Unsur Naturalia
Unsur naturalia merupakan bagian-bagian yang oleh UU ditentukan
sebagai peraturan-peraturan yang bersifat mengatur. Secara singkat, unsur
naturalia merupakan unsur yang umum dalam suatu perjanjian. Misalnya
penanggungan (vrijwaring).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dianalisis bahwa pada ayat 3
dalam Pasal 2 tentang JUMLAH DAN TUJUAN PENGGUNAAN
FASILITAS KREDIT juga termasuk dalam unsur naturalia sebab dijelaskan
terkait hal umum yang biasanya terdapat dalam setiap perjanjian kredit yaitu
tujuan pinjaman yang dimana dalam perjanjian kredit tersebut digunakan
sebagai modal kerja. Kemudian dapat dilihat pada Pasal 9 tentang AGUNAN
DAN ATAU JAMINAN yang menjelaskan bahwa debitur menyerahkan
jaminan untuk menjamin kepastian pembayaran kembali sebagaimana
mestinya utang yang juga telah diatur dalam Pasal 1133 KUHPer. Dengan
begitu apabila para pihak tidak memperjanjikan dari apa yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan maka para pihak dianggap telah patuh pada
aturan tersebut yaitu Pasal 1133 KUHPer. Begitu juga pada Pasal 16 tentang
PAJAK
 Unsur Accidentalia
Bagian-bagian yang oleh para pihak ditambahkan dalam persetujuan,
dimana UU tidak mengaturnya. Unsur accidentalia juga sering disebut sebagai
unsur pelengkap yang ditambahkan sesuai kesepakatan para pihak. Hal
tersebut tergantung pada keinginan para pihak apakah perlu dimuat dalam
suatu perjanjian tersebut atau tidak.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dianalisis bahwa perjanjian
kredit tersebut mengandung unsur accidentalia yang dapat dilihat pada Pasal 8
tentang DENDA, Pasal 10 tentang ASURANSI, Pasal 17 tentang
PERUBAHAN KETENTUAN PERJANJIAN KREDIT, Pasal 20 tentang
KETENTUAN KETENTUAN KHUSUS, Pasal 21 tentang YURIDIKSI.
Sebab hal hal tersebut dibuat atas kesepakatan para pihak yang mencakup
ketentuan sesuai dengan kebutuhan dan keperluan antara pihak-pihak.

b. Syarat Sah Perjanjian sesuai 1320 KUHP


Di Indonesia, pembuatan perjanjian atau kontrak tunduk terutama pada Pasal 1320
KUHPer yang mensyaratkan unsur-unsur:
1) Kesepakatan dari para pihak (Ps 1321 KUHper)
Perjanjian dikatakan sah apabila suatu perjanjian didasarkan pada kesepakatan
antara semua pihak yang terlibat. Dengan kata lain seluruh pihak yang terlibat
dalam perjanjian harus menyetujui syarat-syarat perjanjian dengan suka rela dan
tanpa paksaan.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa perjanjian kredit terkait
telah memenuhi unsur syarat sah dari perjanjian yaitu adanya kesepakatan dari
para pihak yang dapat dilihat pada bagian recital dalam pembukaan kontrak yang
menjelaskan bahwa “Kedua belah pihak (PT. Bank dan Debitur) telah bersepakat
untuk membuat Perjanjian Kredit dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:”
2) Kecakapan dari masing-masing pihak (Ps 1330 KUHPer jo. SEMA No. 3
Tahun 1963 jo. Pasal 31 UU Perkawinan)
Semua pihak yang terlibat dalam perjanjian harus memiliki kapasitas hukum,
yaitu kemampuan untuk membuat keputusan hukum. Jika dilihat pada bagian
komparisi telah dijelaskan bahwa kedua belah pihak merupakan pihak yang telah
bekerja secara tidak langsung kedua belah pihak dianggap telah mampu membuat
keputusan hukum dan telah mencapai usia minimum yang diatur dalam Pasal 31
UU Perkawinan.
3) Suatu hal tertentu (Ps 1234 KUHPer)
Perjanjian harus mengenai suatu hal tertentu. Dengan kata lain bahwa
perjanjian harus mencakup objek yang dapat diidentifikasi dan jelas. Objek
perjanjian harus ada dan dapat ditentukan. Secara singkat bentuk dari suatu hal
tertentu dalam perjanjian kredit tersebut dapat dilihat pada Pasal 2 tentang
JUMLAH DAN TUJUAN PENGGUNAAN FASILITAS KREDIT bahwa
suatu perjanjian kredit tersebut telah mengandung suatu hal tertentu yang dimana
dijelaskan bahwa adanya kesepakatan antara kreditur dan debitur terkait fasilitas
kredit dan jumlah pemberian kredit yang akan digunakan untuk modal kerja yang
mengacu pada tujuan dari peminjaman.
4) Sebab yang sah/halal (Ps 1337 KUHPer)
Perjanjian harus didasarkan pada sebab yang sah atau halal. Ini berarti tujuan
perjanjian dan tindakan yang diperjanjikan tidak boleh melanggar hukum atau
etika. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dilihat bahwa bentuk perjanjian
kredit tersebut tidak melibatkan tindakan ilegal yang bertentangan dengan prinsip
moral. Selain itu perjanjian kredit tersebut dibuat berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan telah disepakati kedua belah pihak yang
dimana fasilitas kreditnya akan digunakan untuk modal kerja.

c. Prinsip 4 P
1) PERSONALITY
Mencari data lengkap pemohon kredit seperti Riwayat hidup, pengalaman
berusaha, pergaulan, ataupun catatan kredit peminjaman
Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa suatu perjanjian kredit
terkait telah menerapkan salah satu unsur dari formula 4P yaitu Personality yang
dapat dilihat pada angka 1 Pasal 11 tentang PERNYATAAN yang menjelaskan
terkait Riwayat usaha debitur dan dijelaskan juga pada angka 2 Pasal 11 tentang
PERNYATAAN bahwa debitur tidak memiliki atau terikat dengan suatu perkara,
tuntutan pajak ataupun penyidikan yang tentu akan mempengaruhi keadaan atau
keuangan dan usaha debitur serta mengganggu kemampuan debitur untuk
melaksanakan kewajibannya
2) PURPOSE
Mencari data tentang tujuan penggunaan kredit tersebut sesuai dengan line of
business kredit bank yang bersangkutan.
Dapat dipahami bahwa perjanjian kredit yang bersangkutan telah menerapkan
prinsip purpose yang dapat dilihat dalam Pasal 2 tentang JUMLAH DAN
TUJUAN PENGGUNAAN FASILITAS KREDIT pada ayat 3 yang
menjelaskan bahwa tujuan penggunaan kredit akan digunakan sebagai modal
kerja. Apabila melanggar sesuai yang tercantum pada angka 5 Pasal 14 tentang
KEJADIAN KELALAIAN yaitu debitur menggunakan fasilitas kredit
menyimpang dari maksud dan tujuan penggunaannya dianggap perbuatan kejadian
kelalaian yang tentu debitur dianggap tidak memenuhi Pasal 6 tentang SYARAT
SYARAT PENARIKAN DAN/ATAU PENGGUNAAN FASILITAS KREDIT
yang ditegaskan dalam ayat 1 huruf c. Dengan kata lain, debitur tidak dapat
melakukan penarikan dan/atau penggunaan fasilitas kredit.
3) PROSPECT
Bank melakukan analisis secara cermat dan mendalam tentang bentuk usaha
yang akan dilakukan pemohon kredit seperti apakah usaha pemohon kredit akan
punya prospek ditinjau dari aspek ekonomi dan kebutuhan masyarakat?
Terkait penerapan prospect dalam perjanjian kredit secara tidak langsung telah
dijelaskan pada angka 1 Pasal 11 tentang PERNYATAAN yang menjelaskan
bahwa usaha debitur telah memiliki izin izin dalam menjalankan usaha. Dengan
kata lain usaha debitur memiliki prospect hukum yang baik. Terkait prospect
ekonomi dapat dilihat pada angka 3 dan angka 5 Pasal 12 tentang KEWAJIBAN
BAGI DEBITOR yang membahas terkait anggaran dasar dan hal yang
berhubungan dengan pemberian fasilitas kredit dan agunan.
4) PAYMENT
Bank harus mengetahui dengan jelas kemampuan dari pemohon kredit untuk
melunasi utang kredit dalam jumlah dan jangka waktu yang ditentukan.
Perjanjian kredit yang bersangkutan telah menerapakan prinsip payment yang
dapat dilihat pada Pasal 2 tentang JUMLAH DAN TUJUAN PENGGUNAAN
FASILITAS KREDIT yang menjelaskan tentang jumlah fasilitas kredit yang
disepakati kedua belah pihak dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam
Pasal 7 tentang PEMBAYARAN UTANG yang menguraikan terkait jangka
waktu yang harus dibayarkan oleh debitur. Kedua hal tersebut dibuat sesuai
dengan kemampuan debitur dalam membayar kredit. Selain itu pada Pasal 11
tentang PERNYATAAN dicantumkan bahwa debitur tidak memiliki atau terikat
dengan suatu perkara, tuntutan pajak ataupun penyidikan yang tentu akan
mempengaruhi keadaan atau keuangan dan usaha debitur serta mengganggu
kemampuan debitur untuk melaksanakan kewajibannya.

d. Prinsip 5 C
1) CHARACTER
Calon nasabah debitor mempunyai watak, moral dan sifat pribadi yang baik
seperti tingkat kejujuran, integritas, kemuan dalam memenuhi kewajiban yang
diperoleh dari Riwayat hidup, Riwayat usaha, informasi usaha, dll
Dalam perjanjian kredit yang bersangkutan dapat dilihat bahwa bank
menganalisis character yaitu kejujuran debitur yang kemudian dicantumkan
dalam Pasal 11 tentang PERNYATAAN bahwa Debitor menyatakan dan
menjamin serta memberikan informasi dan kebenaran kepada Bank mengenai
Riwayat hidup dan lain sebagainya.
2) CAPACITY
Kemampuan calon nasabah debitor mengelola kegiatan usahanya dan mampu
melihat prospek di masa depan dengan tujuan usaha lancar dan menghasilkan
keuntungan, bisa membayar kredit, penilaian neraca, laporan rugi laba, arus kas
usaha beberapa tahun terakhir, sehingga diketahui tingkat solvabilitas, likuiditas
dan rentabilitas usahanya serta tingkat resikonya
Dapat dilihat pada angka 1 Pasal 11 tentang PERNYATAAN yang
menjelaskan bahwa usaha debitur telah memiliki izin izin dalam menjalankan
usaha. Dengan kata lain usaha debitur memiliki kapasitas usaha yang mumpuni
dan baik. Selain itu pada Pasal 11 tentang PERNYATAAN dicantumkan bahwa
debitur tidak memiliki atau terikat dengan suatu perkara, tuntutan pajak ataupun
penyidikan yang tentu akan mempengaruhi keadaan atau keuangan dan usaha
debitur serta mengganggu kemampuan debitur untuk melaksanakan kewajibannya.
Kemudian kapasitas seorang debitur juga dapat dilihat pada Pasal 6 tentang
SYARAT—SYARAT PENARIKAN DAN/ATAU PENGGUNAAN
FASILITAS KREDIT yang dimana debitur juga menyerahkan fotokopi asli
anggaran dasar debitur.
3) CAPITAL
Bank melakukan penelitian terhadap modal dari pemohon kredit untuk
distribusi modal ditempatkan, sehingga sumber yang telah ada dapat berjalan
efektif
Terkait bentuk penempatan modal dapat dilihat pada Pasal 2 tentang
JUMLAH DAN TUJUAN PENGGUNAAN FASILITAS KREDIT pada ayat 3
yang menjelaskan bahwa tujuan penggunaan kredit akan digunakan sebagai modal
kerja. Kemudian dipertegas dalam angka 7 Pasal 12 tentang KEWAJIBAN
BAGI DEBITOR yang menjelaskan terkait pelaporan keuangan tahunan debitor
yang berbentuk Perseroan Terbatas yang telah di audit.
4) COLLATERAL
Jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yg merupakan sarana pengaman
(back up) atas resiko wanprestasi nasabah sebagai jaminan diharapkan mampu
melunasi utang
Penerapan prinsip collateral dapat dilihat pada Pasal 9 tentang AGUNAN
DAN/ATAU JAMINAN dengan tujuan untuk menjamin kepastian pembayaran
Kembali dengan tertib sebagaimana utang
5) CONDITION OF ECONOMY
Kondisi ekonomi pemohon dan kondisi sektor usaha pemohon untuk
memperkecil resiko yang mungkin terjadi dari kondisi ekonomi tsb
Bentuk penerapan prinsip condition of economy dapat dilihat pada Pasal 4
tentang BUNGA DAN PROVISI ATAU KOMISI yang mengatur tentang
perhitungan bunga yang dimana suku bunga bergantung pada kondisi ekonomi
debitur. Selain itu untuk mengetahui kondisi ekonomi debitor wajib
memberitahukan kepada bank terkait perubahan anggaran dasar dan hal hal yang
berkaitan dengan usahanya sesuai yang tercantum pada angka 3 Pasal 12 tentang
KEWAJIBAN BAGI DEBITOR Kemudian dapat dilihat pada Pasal 17 tentang
PERUBAHAN KETENTUAN PERJANJIAN KREDIT yang bertujuan untuk
memberikan solusi kepada kedua belah pihak apabila debitur mengalami
perubahan kondisi ekonomi
e. Prinsip asas kepercayaan
Savelberg mengemukakan prinsip kepercayaan, bahwa debitur dapat dipercaya
kemampuannya untuk memenuhi perikatannya. Dengan kata lain setiap pemberian
kredit sebenarnya harus diikuti oleh kepercayaan, yakni kepercayaan akan
bermanfaatnya kreditur bagi debitur sekaligus kepercayaan bahwa debitur dapat
membayar kembali kreditnya.
Berdasarkan pengertian tersebut jika dilihat pada perjanjian kredit
yang .,,bersangkut dapat dianggap telah memenuhi asas kepercayaan yang dapat
dilihat pada Pasal 6 tentang SYARAT SYARAT PENARIKAN DAN/ATAU
PENGGUNAAN FASILITAS KREDIT yang dimana debitur telah memenuhi syarat
syarat yang diperlukan bank yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan bank
untuk memberikan fasilitas kredit. Selain itu tercantum pada Pasal 18 tentang LAIN
LAIN bahwa bank akan memberitahukan secara tertulis terkait pelaksanaan hak bank
kepada debitur sebagai bentuk kepercayaan bank kepada debitur. Bank juga akan
menyerahkan kelebihan uang apabila seluruh kewajiban debitur telah lunas sesuai
yang tercantum pada Pasal 15 ayat 2 tentang PENGGUNAAN PEMBAYARAN
f. Prinsip asas kehati-hatian
Prinsip kehati-hatian ini adalah salah satu konkretisasi dari prinsip
kepercayaan dalam suatu pemberian kredit. Dengan kata lain untuk bisa memenuhi
unsur kepercayaan ini oleh kreditur maka harus dilihat apakah calon debitur
memenuhi berbagai kriteria yang biasanya diberlakukan terhadap suatu kredit. Karena
itu timbul suatu prinsip yang disebut prinsip kehati-hatian. Untuk mewujudkan prinsip
ini dalam pemberian kredit berbagai usaha pengawasan dilakukan baik pengawasan
internal maupun eksternal.
Berdasarkan pengertian diatas, perjanjian kredit yang bersangkutan juga dapat
dianggap telah menerapkan asas kehati-hatian yang dapat dilihat pada Pasal 9 tentang
AGUNAN DAN/ ATAU JAMINAN yang menjelaskan tentang jaminan debitur
untuk menjamin kepastian pembayaran Kembali dan Pasal 10 tentang ASURANSI.
Kedua hal tersebut termasuk penerapan asas kehati-hatian dengan tujuan untuk
menghindari dan mencegah terjadinya resiko pembayaran utang yang macet akibat
keadan-keadaan bahaya yang terduga ataupun tidak terduga.
g. Anatomi kontrak
1) Bagian pembukaan kontrak (Front of the contract)
 JUDUL
Terdiri dari judul yakni “PERJANJIAN KREDIT”
 KOMPARISI
Merupakan bagian dari suatu akta yang menyebutkan identitas para
pihak dan sebutannya dalam perjanjian

Yang bertanda tangan di bawah ini : I. ------------------------------------- dalam


hal ini bertindak dalam kedudukan selaku ( ------ jabatan ------- ) dari PT. Bank
( --------- nama Bank --------- ), Kantor Cabang Utama
------------------------------------- oleh karena itu bertindak untuk dan atas nama
PT. Bank ( --------- nama Bank --------- ), berkedudukan di
-------------------------------------.
II. -------------------------------------, swasta, bertempat tinggal di (------ alamat
lengkap -----) dalam hal ini bertindak untuk diri sendiri, selanjutnya disebut
DEBITOR.
 RECITALS (Premises)
Pendahuluan pada akta atau pengantar yang menunjukan maksud para
hikan dan alasan suatu perjanjian dibuat atau suatu pernyataan

“PT. Bank (--------- nama Bank ---------) dan DEBITOR dengan ini telah
bersepakat untuk membuat Perjanjian Kredit dengan syarat-syarat dan
ketentuan- ketentuan sebagai berikut:”
2) Batang tubuh kontrak / Isi Perjanjjian (Body of the contract)
Bagian Isi terbagi menjadi:
 Klausula Definisi, pasal yang mengatur tentang berbagai definisi dan
interpretasi dalam perjanjian
Pasal 1
DEFINISI
 Klausula Transaksi, pasal pasal yang mengatur tentang transaksi dan hal
pokok yang dilakukan oleh para pihak
Pasal 2
JUMLAH DAN TUJUAN PENGGUNAAN FASILITAS KREDIT
Pasal 3
BATAS WAKTU PENARIKAN DAN/ATAU PENGGUNAAN
FASILITAS KREDIT
Pasal 4
BUNGA DAN PROVISI ATAU KOMISI
Pasal 5
PEMBUKTIAN UTANG
Pasal 6
SYARAT-SYARAT PENARIKAN DAN/ATAU PENGGUNAAN
FASILITAS KREDIT
Pasal 7
PEMBAYARAN UTANG
Pasal 8
DENDA
 Klausula Ketentuan Umum
Pasal 9
AGUNAN DAN/ ATAU JAMINAN
Pasal 10
ASURANSI
Pasal 11
PERNYATAAN
Pasal 12
KEWAJIBAN BAGI DEBITOR
Pasal 13
LARANGAN BAGI DEBITOR
Pasal 14
KEJADIAN KELALAIAN
Pasal 15
PENGGUNAAN PEMBAYARAN
Pasal 16
PAJAK
 Klausula spesifik, pasal pasal yang mengatur secara khusus yang dianggap
perlu dalam suatu perjanjian atas kesepakatan bersama antara kedua belah
pihak
Pasal 17
PERUBAHAN KETENTUAN PERJANJIAN KREDIT
Pasal 18
LAIN LAIN
Pasal 19
KUASA
Pasal 20
KETENTUAN KETENTUAN KHUSUS
Pasal 21
YURIDIKSI

3) Bagian penutup kontrak (back of the contract)


 Kalimat Penutup
“Perjanjian Kredit ini dibuat di (--------- tempat --------) pada tanggal (--- tanggal,
bulan, dan tahun ---).”
 Tanda Tangan
PT. Bank (--------- nama Bank ---------) DEBITOR

[ ------------------------- ]
[ ------------------------ ]
 Lampiran

Anda mungkin juga menyukai