Menurut Subekti, dalam bentuk apapun juga pemberian kredit diadakan, pada
hakikatnya yang terjadi adalah suatu perjanjian pinjam meminjam sebagaimana diatur
dalam Ps. 1754 s/d 1769 KUHPerdata. Perjanjian kredit identic dengan perjanjian
pinjam meminjam.
PPM : perjanjian dg mana pihak yang satu memberikan kpd pihak yg lain suatu jumlah
ttt barang2 yg menghabis krn pemakaian dg syarat pihak yg blkg akan mengembalikan
sejumlah uang yg sama dari macam dan keadaan yang sama pula.
1. PK selalu bertujuan,. Tujuan penggunaan uang kredit yang akan diterima sudah
ditentukan sesuai dengan jenis kredit yang dimohonkan, sedangkan uang yang
diperoleh dari PPM tidak ada ketentuan dan dapat digunakan secara bebas oleh
penerima pinjaman.
2. Dalam PK sudah ditentukan bahwa pemberi kredit adalam Bank atau Lembaga
Pembiayaan, bukan individu, sedangkan dalam PPM pemberi pinjaman dapat
dilakukan oleh individu.
3. Dalam PK, pengaturan yang berlaku berbeda dengan pengaturan yang berlaku
dalam PPM. PK diatur dalam ketentuan hukum di bidang ekonomi dalam UUD
45, GBHN, dan ketentuan umum KUHPerdata, serta paket kebijakan pemerintah
dalam bidang ekonomi (Menkeu). PPM berlaku ketentuan umum Buku III Bab
ketigabelas KUHPer.
4. Pada PK telah ditentukan bahwa pengembalian uang pinjaman harus disertai
bunga, imbalan, atau bagi hasil, sedangkan dalam PPM hanya bunga jika
5. Pada PK, Bank harus mempunyai keyakinan akan kemampuan debitur untuk
mengembalukan kredit yang diformulasikan dalam bentuk jaminan baik materiil
maupun immaterial. Sedangkan dalam PPM jaminan baru ada apabila
diperjanjikan sebelumnya dan hanya berupa jaminan secara fisik atau materiil
saja.
Berarti perbedaan PK dan PPM, baik dalam pengertiannya,subjek pemberinya,
pengaturannya, tujuannya, dan jaminannya.
Kewajiban Bank sebagai upaya mengurangi keberatan atas bentuk standar Perjanian
Kredit :
4. Klausul mengenai bunga pinjaman (interest clause). Kalusul ini diatur secara
tegas dlm perjanjian kredit dengan maksud untuk :
a. Memberikan kepastian mengenai hak bank untuk memungut bunga pinjaman
dengan jumlah yg sdh disepakati bersama, krn bunga merupakan penghasilan
bank baik secara langsung maupun tdk langsung akan diperhitungkan dg biaya
dana utk penyediaan fasilitas kredit tersebut.
b. Pengesahan pemungutan bunga di atas6% pertahun dengan mendasarkan pada
pedoman keterangan Ps. 1765 dan 1767 KUHPer yg memungkinkan
pemungutan bunga pinjaman di atas 6% per tahun asalkan diperjanjikan secara
tertulis.
Klausul ini terdiri atas berbagai macam hal yg mempunyai akibat yuridis dan
ekonomis bagi pengamanan kepentingan bank sebagai tujuan utama. Contoh
larangan: larangan meminta kredit kpd pihak lain tanpa seijin bank. Larangan
mengubah bentuk hukum perusahaan debitur tanpa seijin bank. Larangan
membubarkan perusahaan tanpa seijin bank.
8. Tigger clause atau opeisbaar clause. Klausul ini mengatur hak bank untuk
mengakhiri perjanjian kredit secara sepihak walaupun waktu perjanjian kredit
belum berakhir.
10. Klausul Expence Clause. Klausul ini mengatur beban biaya dan ongkos yang
timbul sebagai akibat pemberian kredit, yg biasanya dibebankan kepada
nasabah. Antara lain: biaya pengikatan jaminan, pembuatan akta2 perjanjian
kredit, akta pengakuan utang, dan penagihan kredit.
12. Representation and clause. Klausul ini sering juga disebut dengan istilah material
adverse change clause. Maksudnya, bahwa pihak debitur menjanjikan dan
menjamin semua data dan informasi yg diberikan kpd bank adalah benar dan
tidak diputarbalikan.
13. Klausul ketaatan pada ketentuan bank. Kalusul ini dimaksudkan untuk menjaga
kemungkinan bila terdapat hal-hal yang tidak diperjanjikan secara khusus tetapi
dipandang perlu, sehingga sudah dianggap telah diperjanjikan secara umum.
Misalnya, mengenai masalah tempat dan waktu melakukan pencairan dan
penyetoran kredit , penggunaan formulir, format surat,konfirmasi, atau
pemberitahuan saldo rekening bulanan.
14. Klausul2/pasal2 tambahan (miscellaneous atau boiler plate provision).
Ada 6 syarat minimal isi PPU, yaitu : jumlah utang; besarnya bunga; waktu pelunasan;
cara pembayaran; klausula opeisbaarheid; dan barang jaminan.
1. Jumlah maksimum kredit (plafond) yang diberikan oleh bank kepada debiturnya.
Dalam praktek, bank dapat juga memberikan kesempatan pada debiturnya untuk
menarik dana melebihi plafond kreditnya (overdraft).
3. Jangka waktu dan cara pembayaran sampai jatuh tempo. Ada dua cara
pembayaran yang lazim digunakan, yaitu : (1) diangsur (2) secara sekaligus
lunas. Debitur berhak sewaktu-waktu untuk mengakhiri perjanjian tersebut
sebelum jangka waktunya berakhir, asal membayar seluruh jumlah yang
terutang, termasuk bunga, denda, dan biaya-biata lainnya.
4. Mutasi keuangan debitur dan pembukuan oleh bank. Dari mutasi keuangan dan
pembukuan bank ini dapat diketahui berapa besar jumlah yang terurang oleh
debitur. Untuk itu, mutasi keuangan dan pembukuan bank tsb yg berbentuk
rekening Koran, diberikan salinannya setiap bulan oleh bank kepada debitur ybs,
Klausula ini, antara lain : (1). Debitur tidak membayar kewajiban sebagaimana
mestinya; (2). Debitur/pemilik jaminan pailit; (3). Debitur/pemilik jaminan
meninggal dunia; (4). Terhadap harta kekayaan debitur/pemilik jaminan
dilakukan penyitaan; (5). Surcance betaling; (6). Debitur/pemilik jaminan ditaruh
di bawah pengampuan (onder curatele gesteld).\
7. Jaminan yang diserahkan oleh debitur beserta kuasa2 yang menyertainya dan
persyaratan penilaian jaminan, pembayaran pajak, dan asuransi atas barang
jaminan tersebut.
8. Syarat2 lain yang harus dipenuhi debitur dan termasuk hak untuk
pengawasan/pembinaan kredit oleh bank.
9. Biaya akta dan biaya penagihan utang yang juga harus dibayar oleh debitur.
Selesai !
Lembaga pembiayaan bak VS bukan
MACAM_MACAM KREDIT
didasarkan faktor pemberian kredit, berdasarkan sifat, keperluan, jangka waktu, cara
pemakaian dan jaminannya.
Bortoch, jaminan perorangan tidak melunasi utang dan tidak menggantikan kedudukan
kreditur
penanggungan membantu
perjanjian kredit adalah perjanjian perjanjian tidak bernama karena tidak ada di
KUHperdata namun ada yang ada namanya ada perjanjian utang piutang . karena tidak
ada aturannya di Undang-Undang