Anda di halaman 1dari 8

KETENTUAN POKOK KETENAGAKERJAAN

Berdasarkan Undang-Undang ketenagakerjaan terdiri dari 18 BAB dan 193 Pasal.


 Pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan
1. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya guna mewujudkan
manusia dan masyarakat yang:
- sejahtera
- adil
- makmur dan merata baik materil maupun spiritual berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
2. Secara terpadu antara:
- Pekerja
- pengusaha
- Pemerintah
Menurut Pasal 4 UUTK tujuan pembangunan ketenagakerjaan sebagai berikut:
1. Pemberdayaan dan pendayagunaan tenaga kerja
 Merupakan kegiatan yang terpadu untuk memberikan kesempatan kerja seluas
luasnya bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
 TKI dapat berpartisipasi secara optimal dalam pembagunan serta tetap
menjunjung nilai kemanusiaan.
2. Pemerataan kesemparan dan penempatan kerja harus diupayakan si seluruh wilayah
NKRI sebagai satu kesatuan pasar kerja dengan memberikan kesempatan yang sama
untuk memperoleh pekerjaan, serta dapat mengisi kebutuhan di seluruh sektor dan
daerah yang sesuai dengan:
 Bakat
 Minat
 Kemampuan
(Pasal 11 UUTK)
 Setiap tenaga kerja mempunyai
 Hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan
penghidupan yang layak tanpa membedakan dari:
o Jenis kelamin
o Suku
o Ras
o Agama
o Warna kulit
o Aliran politik, sesuai dengan minat dan kemampuannya dan perlakuan
yang sama terhadap penyandang disabilitas
3. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan
4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya

Pengusaha harus memberikan


 Hak dan kewajiban kepada pekerja/buruh tanpa membedakan:
o Jenis kelamin, ras, suku, agama, warna kulit dan aliran politik.
Perencanaan tenaga kerja ditetapkan oleh pemerintah melalui pendekatan perencanaan tenaga
kerja nasional daerah dan sektoral.
 Perencanaan tenaga kerja dibagi menjadi 2
1. Perencanaan tenaga kerja makro , adalah proses penyusunan rencana ketenagakerjaan
secara sistematis yang memuat:
- pendayagunaan tenaga kerja secara optimal
- pendayagunaan tenaga kerja yang produktif guna mendukung pertumbuhan ekonomi
atau sosial, baik secara nasional, dareah maupun sekotral
- membuka kesempatan kerja seluas-luasnya, kepada pekerja/buruh sehingga dapat
mengkatkan produktivitas dan kesejahteraannya.
2. Perencanaan tenaga kerja mikro, adalah proses prnyusunan rencana ketenagakerjaan
secara sistematis dalam suatu instansi baik instansi pemerintah maupun swasta
dalam:
- meningkatkan pendayagunaan tenaga kerja secara optimal dan produktif untuk
mendukung kinerja yang tinggi pada instansi atau perusahaan yang bersangkutan.

- dalam rangka pembangunan ketenagakerjaan diperlukan partisipasi swasta


mencakup perusahaan, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya masyarakat di pusat,
propinsi atau kabupaten kota, untuk memberikan informasinya.
 Perencanaan tenaga kerja ini disusun atas dasar informasi ketenagakerjaan, meliputi
1. Penduduk dan tenaga kerja
2. Kesempatan kerja
3. Pelatihan kerja termasuk kompetensi kerja
4. Produktivitas tenaga kerja
 Pelatihan kerja dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasar kerja dunia usaha,
baik dalam maupun di luar hubungan kerja
 Pelatihan kerja :
 Diselenggarakan berdasar program pelatihan yang mengacu pada standar
kompetensi
 Diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah dan/atau lembaga
pelatihan swasta
 Diselenggarakan di tempat pelatihan atau tempat kerja
 Dapat dilakukan secara berjenjang

Maksud meningkatkan kesejahteraan, adalah kesejahteraan bagi tenaga kerja yang diperoleh
karena terpenuhinya kompetensi kerja melalui pelatihan kerja.
 Yang dimaksud dengan kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individi yang
mencakup aspek pengetahuan keterampilan dan sikap kerja yang sesuai standar yang
ditetapkan (pasal 12(2) UUTK, peningkatan kompetensi pekerja merupakan kewajiban
pengusaha-dapat dipaksakan- Seharusnya Undang-Undang menentukan sanksi
pelanggarannya, namun dalam uu ketenagakerjaan tidak menentukan sanksi apapun
terhadap pengusaha yang melanggarnya.
 Sertifikasi kompetensi adalah proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan
secara sistematis dan objektif melalui uji kompetensi yang mengacu pada standar nasional
dan/atau internasional

 Unsur pelatihan kerja meliputi


1. Peserta
2. Biaya
3. Sarana
4. Prasarana
5. Tenaga pelatihan
 Perjanjian pemagangan ini memuat ketentuan
a. Hak dan kewajiban peserta;
- Hak memperoleh uang saku, uang transpor, jaminan sosial tenaga kerja, sertifikat
apabila lulus di akhir program
-Kewajiban mentaati perjanjian pemagangan, mengikuti tata tertib program
pemagangan dan tata tertib eprusahaan
b. Hak dan kewajiban pengusaha
- Hak atas hasil kerja/jasa peserta pemagangan, berhak merekrut pemagang
sebagai pekerja/buruh bila memenuhi syarat,
-Kewajiban menyediakan uang saku uang ttransport, fasilitas pelatihan, instruktur,
perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
c. Jangka waktu pemagangan (bervariasi sesuai dengan jangka waktu yang
diperlukan untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan dalam program
pelatihan pemagangan)
 Tenaga kerja yang telah mengikuti pemagangan berhak atas pengakuan kualifikasi
kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi.
 Sertifikasi dapat dilakukan oleh lembaga sertifikasi yang dibentuk dan/atau diakreditasi
oleh:
 Pemerintah jika perogramnya bersifat umum
 Perusahaan yang bersangkutan jika programnya bersifat khusus

Penyelenggaraan pemagangan di luar wilayah Indonesia harus memperhatikan:


1. Harkat dan martabat bangsa Indonesia
2. Penguasaan kompetensi yang lebih tinggi
3. Perlindungan dan kesejahteraan peserta pemagangan termasuk melaksanakan
ibadahnya

 Catatan
1. Menteri atau pejabat yang ditunjuk dapat menghentikan pelaksanaan pemagangan
di luar wilayah Indonesia, apabila di dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
2. Menteri dapat mewajibkan kepada perusahaan yang memenuhi persyaratan untuk
melaksanakan program pemagangan sertamenteri harus memperhatikan
kepentingan perusahaan, masyarakat dan negara
- maksud kepentingan perusahaan disini agar tejamin tersedianya tenaga terampil
dan ahli pada tingkat kompetensi tertentu. Contohnya di Bandung ada instansi
Balai Besar Bahan Dan Barang Teknik (B4T), mendidik peserta magang menjadi
juru las spesialis dalam air.
-maksud kepentingan masyarakat disini yaitu untuk membuka kesempatan bagi
masyarakat memanfaatkan industri yang bersifat spesifik seperti teknologi budi
daya tanaman dengan kultur jaringan.
-Maksud kepentingan negara misalnya untuk menghemat devisa negara, maka
perusahaan diharuskan untuk melaksanakan program pemagangan seperti
keahlian membuat alat-alat perani modern.
 Pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah melakukan pembinaan pelatihan kerja
dan pemagangan guna meningkatkan relevansi, kualitas dan efisiensi
penyelenggaraan pelatihan kerjadan produktivitas yaitu melalui:
o Pengembangan budaya produktif
o Etos kerja
o Teknologi
o Efisiensi kegiatan ekonomi guna menuju terwujudnya prosuktivitas nasional
(dibentuklalh lembaga produktivitas yang bersifat nasional yang berbentuk
jejaring kelembagaan pelayanan peningkatan produktivitas yang bersifat lintas
sektoral maupun daerah, dimana pembentukan keanggotaan dan tata kerja
lembaga produktivitas nasional diatur dalam KEPRES)
HUBUNGAN INDUSTRIAL
1. Pengertian hubungan industrial
Penggunaan bunind merupakan hubungan yang awalnya hanya membahas hubungan
antara pekerja/buruh dan pemgusaha, ternyata dalam perkembangannya hubungan
kerja antara pekerja dengan pengusaha mempunayi aspek lain yang lebih luas yakni
perlu adanya campur tangan dari pemerintah, sehingga melalui Kesepakatan Bersama
LKS Triparit nasional No 9 tahun 1985, maka istilah hubungan perburuan diganti
dengan hubungan industrial

Pasal 1 angka 16 UUTK menyebutkan


 Hubungan industrial adalah sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam
proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh
dan pemerintah yang didasarkan atas nilai pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
segala bentuk perilaku subjek yang terkait proses produksi harus mendasarkan nilai
luhur pancasila secara utuh.
2. Landasan hubind
a. Landasan idiil, pancasila
b. Landasan konstitusionil, Undang-Undang Dasar 1945
c. Landasan operasionil, RPJP,RPJM,RPJP, serta kebijakan lain dari pemerintah
Undang-Undang no 17 tahun 2007
3. Tujuan Hubungan industrial
Berdasarkan seminar Hubungan Industrial Pancasila (HIP) tahun 1974, tujuan HIP
adalah
 Mengemban cita-cita Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, di dalam
pembangunan nasional untuk mewujudkan
 Masyarakat adil dan makmur yang berdasarkan Pancasil
 Adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban untuk kedua belah pihak atas
dasar rasa keadilan dan kepatutan \
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian dan
keadilan sosial melalui penciptaan ketenangan, ketentraman dan ketertiban kerja
sera ketenangan usaha,
 Mengikatkan produksi
 Meningkatkan kesejahteraan pekerja serta derajatnya sesuai dengan derajat
manusia
4. Ciri hubungan industrial
a. Mengakui dan meyakini bahwa bekerja bukan sekedar mencari nafkah, melainkan
juga sebagai pengabdian manusia kepada Tuhannya, sesama manusia, masyarakat,
bangsa dan negara
b. Menganggap pekerja bukan hanya sekedar faktor produksi , melainkan sebagai
manusia pribadi dengan segala harkat dan martabatnya
c. Melihat antara pekerja dan pengusaha bukan mempunyai kepentingan yang
bertentangan, melainkan mempunyai kepentingan yang sama untuk kemajuan
perusahaan
d. Setiap perbedaan pendapat harus diselesaikan dengan musyawarah muntuk
mencapai mufakat dilakukan secara kekeluargaan.

PENGATURAN OPERASIONAL HUKUM KETENAGAKERJAAN


Dibagi menjadi:
1. Masa sebelum (pre employment)
 Pengaturan lowongan kerja
 Pengerahan tenaga kerja
 Penempatan tenaga kerja
Merupakan hal yang penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan tenaga kerja.
Beberapa peraturan yang telah ditetapkan adalah:
a. Undang-Undang nomor 13 thn 2003 tentang ketenagakerjaan
b. Kepres no 4 tahun 1980 tentang wajib lapor lowongan pekerjaan
c. Permen muda perburuhan no 11 thn 1959 tentang antar kerja antar daerah
d. Permen TK no 4 tahun 1970 tentang pengerahan tenaga kerja
e. Permen TK tentang antar kerja antar negara
f. Permen TK tentang rencana penggunaan tenaga kerja dan izin mempekerjakan tenaga
warga negara asing pendatang
2. Masa selama bekerja
Karena masa insi sangan substansial maka pemerintah perlu campur tangan untuk mengatur
selama hubungan kerja berlangsung. Hal ini diatur dalam BUKU III BW dan BUKU III
KUHD mengenai hubungan kerja diatur pula dalam beberapa ketentuan lain
a. Undang-Undang ketenagakerjaan
b. Undang-Undang no 1 tahaun 1970 tentang keselamatan kerja
c. Undang-Undang no 7 tahun 1981 tentang wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan
d. Undang-Undang no 3 tahun 1992 tentang jamsos ketenagakerjaan
e. Undang-Undang ni 21 tahun 2000 tentang serikat pekerja/serikat buruh
f. PP no.8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah
g. Undang-Undang penyelesaian perselisihan hubungan industrial no 2 tahun 2004

3. Masa setelah bekerja


Setelah hubungan kerja juga perlu diperhatikan agar tenaga kerja tetap dapat mendapatkan
perlindungan sesuai keadilan seperti sakit berkepanjangan, hari tua, pensiun, tunjangan,
kematian dll.
Beberapa peraturan antara lain:
a. Undang-Undang ketenagakerjaan
b. Undang-Undang no 3 tahun 1992 tentang jamsos ketenagakerjaan
c. Undang-Undang no 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun
d. Peraturan pemerintah ho 76 tahun 1992 tentang dana pensiun pemberi kerja

Anda mungkin juga menyukai