Ike Perwitasari
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Nez_anastacia@yahoo.com
Abstract
Credit loans can be found in many different ways or forms among which the loan through a bank
draft. Giro it self is an order from the customer to the bank depositors to transfer funds from the
account in question to account anonymity. Agreement payable by bank draft guarantee to be
studied, performed orally which is held on trust without any written evidence. This causes
various problems that arise in the future because no verbal agreements have the force of binding
as a written agreement. If the performance is not met there was a default in the treaty accounts
payable.
Keywords: Loan, Breach of Contract, Bilyet Giro.
Abstrak
Pinjaman kredit dapat dijumpai dengan berbagai macam cara atau bentuk diantaranya yaitu pinjaman
dengan melalui bilyet giro. Bilyet giro sendiri adalah surat perintah dari nasabah kepada bank
penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan
kepada rekening pemegangyang disebut namanya. Perjanjian hutang piutang dengan jaminan
bilyet giro yang akan diteliti, dilakukan secara lisan dimana diadakan atas dasar kepercayaan
tanpa ada bukti tertulis. Hal ini menyebabkan berbagai masalah yang timbul dikemudian hari
karena perjanjian secara lisan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat seperti
perjanjian tertulis.
Apabila prestasi tidak terpenuhi terjadilah suatu wanprestasi dalam perjanjian hutang piutang.
Kata Kunci : Hutang Piutang, Wanprestasi, Bilyet Giro.
A. PENDAHULUAN
Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah dijelaskan bahwa Negara
Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka. Dapat diartikan bahwa segala sesuatunya harus berdasarkan atas
hukum.
Perjanjian hutang piutang dalam masyarakat daerah sering diadakan dengan
kesepakatan kedua belah pihak untuk berjanji akan menepati segala aturan yang
ditetapkan dalam perjanjian yang telah dibuat. Bilamana kedua belah pihak sudah ada
kata sepakat, dan disaksikan oleh sejumlah saksi, maka dianggap perjanjian sudah lahir
seketika itu.
Pada umumnya bukti adanya kesepakatan seperti akta otentik dalam perjanjian
tidak terlalu diperhatikan, yang terpenting bagi para pihak yang melakukan perjanjian
adalah telah adanya itikad baik dan saling percaya satu sama lain, sehingga menganggap
bahwa kedua belah pihak yang terkait dalam perjanjian akan menepati janji sesuai
dengan yang diperjanjikan.
Dalam perjanjian hutang piutang masyarakat juga sering menggunakan harta
benda seperti BPKB. Hal tersebut juga dilakukan atas dasar kepercayaan dan sepakat
untuk menyerahkan sejumlah harta benda milik debitur. Pemberian jaminan tersebut
adalah dengan maksud sebagai tambahan dalam perjanjian hutang piutang tersebut, dan
berguna sebagai bentuk itikad baik dari pihak debitur bahwa ia akan menepati janji atau
prestasinya kepada kreditur sehingga memperkuat kedudukan kreditur.
Pinjaman kredit dapat dijumpai dengan berbagai macam cara atau bentuk
diantaranya yaitu pinjaman dengan melalui bilyet giro. Bilyet giro sendiri adalah surat
perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk
memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening
pemegangyang disebut namanya.
Penggunaan bilyet giro semakin hari semakin meningkat bahkan dapat
diperkirakan melampaui penggunaan warkat lainnya. Semakin tingginya penggunaan
bilyet giro sebagai alat pembayaran tidak diiringi dengan pengaturan secara tegas, hal ini
berbeda dengan cek sebagai alat pembayaran giral yang telah diatur dalam KUHD.
Perjanjian hutang piutang dengan bilyet giro yang akan diteliti, dilakukan secara
lisan dimana diadakan atas dasar kepercayaan tanpa ada bukti tertulis. Hal ini
menyebabkan berbagai masalah yang timbul dikemudian hari karena perjanjian secara
lisan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat seperti perjanjian tertulis.
Tulisan ini bermaksud untuk mendapatkan gambaran tentang Bagaimana
penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian hutang piutang dengan bilyet giro. Penggugat
dan Tergugat melakukan perjanjian hutang piutang dengan kasus Tergugat meminjam
sejumlah uang kepada Penggugat untuk keperluan usaha yang dijalankan Tergugat,
dengan bilyet giro. Bilyet giro yang diberikan tergugat kepada Penggugat terbukti tidak
dapat dicairkan, dengan ini Penggugat men-somasi Tergugat karena telah melakukan
wanprestasi. Kasus tersebut di wilayah hukum Pengadilan Negeri Surakarta.
B. METODE PENELITIAN
Untuk mendapatkan data – data yang akurat dan data – data yang dibutuhkan oleh
penulis dalam tulisan ini, penulis melakukan penelitian di Pengadilan Negeri Surakarta
yang beralamat di JI. Brigjen. Slamet Riyadi No.
290. Jenis penelitian yang digunakan penulis yaitu menggunakan :
1. jenis penelitian empiris. Penelitian hukum empiris yaitu yaitu penelitian terhadap
data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat (Soerjono Soekanto, 2008 :
52).
Dalam penelitian hukum ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu
dengan mendasarkan pada data-data yang digunakan responden secara lisan atau
tulisan dan juga perilakunya yang nyata diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang
utuh (Soerjono Soekanto, 2008 : 250).
2. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu
a) Data Primer dengan studi wawancara. Wawancara diartikan sebagai
“situasi peran antar pribadi bertatap muka (face to face), ketika seseorang
yakni pewawancara mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang dirancang
untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah
penelitian kepada seseorang
responden”(Amirudin dan Zaenal Asikin, 2010: 82). Yaitu dengan wawancara
secara langsung kepada majelis hakim yang memutus perkara Putusan
Nomor 90/Pdt.G/2011/PN.Ska. Dan juga Salinan Putusan Nomor
90/Pdt.G/2011/PN.Ska.
b) Data sekunder yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan, literatur,
peraturan perundang-undangan, jurnal, artikel, media masa, bahan dari
internet, dan sumber lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
3. Sumber data yang digunakan penulis dalam penyusunan penelitian adalah sumber
data sekunder berupa wawancara dan bahan dokumen, peraturan perundang-
undangan, literatur, dan hasil penelitian lainnya yang mendukung data primer.
4. Teknik analisa data yang sesuai dengan penelitian ini dengan menggunakan
analisis kualitatif dengan model interaktif, yaitu komponen reduksi data dan
penyajian data dilakukan bersama dengan pengumpulan data, kemudian setelah
terkumpul maka tiga komponen tersebut berinteraksi dan bila kesimpulan
dirasakan kurang, maka perlu verifikasi dan penelitian kembali mengumpulkan
data dilapangan.
Ketiga komponen tersebut antara lain:
a) Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, penyederhanaan dan abstraksi data transformasi data
kasar yang muncul dari catatan tulis dilapangan.
b) Penyajian Data
Merupakan suatu realita organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan
penelitian dapat dilakukan.
c) Penarikan Simpulan
Menarik kesimpulan berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan
sajian yang meliputi berbagai hal yang ditemui dengan melakukan
pencatatan-pencatatan, pernyataan, konfigurasi yang mungkin berkaitan
dengan data (H. B. Sutopo, 2002: 91-95).
Ketiga komponen tersebut (proses analisa interaktif) dimulai pada waktu
pengumpulan data penelitian, peneliti selalu membuat reduksi data dan sajian data.
Dan setelah pengumpulan data selesai, tahap selanjutnya peneliti mulai menarik
kesimpulan dengan memverifikasi berdasarkan apa yang terdapat dalam sajian data.
Aktifitas yang dilakukan dengan suatu siklus antara komponenkomponen tersebut
akan didapatkan data-data yang benar- benar mewakili dan sesuai dengan masalah
yang diteliti. Apabila kesimpulan dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan
dalam reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti wajib
kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang
sudah terfokus untuk mencari pendukung kesimpulan yang ada
dan juga bagi pendalaman data. Penelitian kualitatif prosesnya berlangsung dalam
bentuk siklus.
D. SIMPULAN
Perbuatan-perbuatan debitur telah terbukti melakukan wanprestasi yaitu sama
sekali tidak melakukan prestasi sesuai dengan yang dimaksud dalam perjanjian hutang
piutang. Wanprestasi dalam hal ini dapat dikarenakan usaha Debitur mengalami
kegagalan, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban prestasinya sesuai dengan Pasal
1238 KUHPerdata. Debitur sudah diberi surat
peringatan tertulis atau somasi untuk segera melunasi hutang, namun debitur tidak
memenuhi prestasi nya untuk membayar hutangnya.
Teguran agar debitur memenuhi perintah itu dikenal dengan sebutan sommatie.
“Surat perintah yang dimaksud Pasal 1238 KUH Perdata ialah teguran (sommatie) resmi
yaitu peringatan (teguran) oleh seorang Juru Sita Pengadilan (R.Subekti 1987:53).
Teguran secara lisan dapat dilakukan asal cukup tegas menyatakan desakan si kreditur
supaya perjanjian dilakukan seketika atau dalam waktu yang disingkat. Teguran
(sommatie) ini diperlukan jika dalam perjanjian tidakditetapkan waktu yang tertentu
untuk melakukan perjanjian. Biasanya suratTeguran (sommatie) dilakukan 3 (tiga) kali,
dan jika tidak dilaksanakan prestasisudah dapat diajukan gugatan ke Pengadilan. Serta
upaya lain yaitu dengan cara memanggil kedua belah pihak yang bersengketa untuk di
mediasi.
E. SARAN
Mengingat makin banyaknya bentuk-bentuk wanprestasi yang dapat dilakukan
oleh para pihak mengingat segala kemungkinan yang dapat terjadi. Maka diharapkan
dalam melakukan perjanjian para pihak telah mengantisipasi segala kemungkinan-
kemungkinan yang akan muncul dalam perjanjian.
Dalam hal mempertemukan kedua belah pihak yang berperkara disarankan
kepada mediator untuk memberikan solusi atau pemecahan permasalahan dengan adil
dan bijaksana. Dengan meyakinkan kedua belah pihak bahwa dengan proses mediasi
segalanya akan lebih mudah dan murah, tanpa menempuh jalur litigasi.
Bahwa harta benda yang dimiliki si berhutang dapat dijadikan tanggungan atau
jaminan atas hutang tergugat, terhadap nilai ekonomi seluruh harta maupun barang-
barang berharga milik Tergugat yang melakukan wanprestasi sebagai pelunasan dari sisa
prestasinya yang belum terpenuhi.
F. PERSANTUNAN
Terimakasih disampaikan kepada Pembimbing saya Ibu Djuwityastuti, S.H.,M.H atas bantuan,
nasehat, bimbingan dan ilmu yang diberikan, Ibu Ambar Budhisulistiowati, S.H.,M.Hum
dan bapak Suranto, S.H.,M.H atas bimbingan dan ilmu yang diberikan.
Daftar Pustaka
LathifahHanim,SH.M.Hum.M.Kn.http://hanim.blog.unissula.ac.id/2011/10/0
7/wanprestasi-overmacht-dan-hapusnya-perjanjian-pengabdian- masyarakat/)
Diakses pada tanggal 17 April 2013 pukul 20.00 WIB.