Anda di halaman 1dari 3

Pertanyaan :

Legal Audit (2)


Bung Pokrol, bagaimana cara untuk melakukan legal audit di suatu perusahaan dan langkah-
langkah apa yang mesti dilakukan? Thanks.
Jawaban :
Legal audit atau lazim juga disebut Legal Due Diligence (LDD)
adalah kegiatan pemeriksaan secara seksama dari segi hukum yang dilakukan
oleh konsultan hukum terhadap suatu perusahaan atau obyek transaksi sesuai
dengan tujuan transaksi, untuk memperoleh informasi atau fakta material yang
dapat menggambarkan kondisi suatu perusahaan atau obyek transaksi. Tujuan
dilakukannya legal audit atau LDD yaitu:

1. Memperoleh status hukum atau penjelasan hukum terhadap dokumen


yang diaudit atau diperiksa;
2. Memeriksakan legalitas suatu badan hukum/badan usaha;
3. Memeriksa tingkat ketaatan suatu badan hukum/badan usaha;
4. Memberikan pandangan hukum atau kepastian hukum dalam suatu
kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan.

Menurut advokat Melli Darsa, tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk


melakukan LDD adalah:
1. Tanda tangan Confidentiality Agreement (dalam hal akuisisi);
2. Pembentukan Tim Due Diligence;
3. Persiapan Due Diligence Request List;
4. Pemeriksaan Dokumen.
(dikutip dari materi seminar Strategi Pembuatan Legal Due Diligence yang
Tanpa Celah kerjasama Peradi dan Hukumonline.com, pada 30 November
2010).

Legal audit atau LDD harus dilakukan secara teliti dan


seksama dengan meliputi hal-hal seperti fisik perusahaan, kelengkapan
dokumen, serta kondisi obyek transaksi. Sehubungan dengan
proses LDD yang dibuat, terdapat banyak dokumen penting yang
harus diperiksa antara lain sebagai berikut:
1. Anggaran dasar perusahaan, antara lain berupa akta pendirian
perusahaan, berita acara rapat pemegang umum saham, daftar
pemegang saham perusahaan, struktur organisasi perusahaan, daftar
bukti penyetoran modal perusahaan dan anggaran dasar perusahaan
yang telah disesuaikan dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas;
2. Dokumen-dokumen mengenai aset perusahaan, antara lain berupa
sertifikat-sertifikat tanah, surat-surat tanda bukti kepemilikan kendaraan
bermotor, dokumen-dokumen kepemilikan saham pada perusahaan lain,
dan sebagainya;
3. Perjanjian-perjanjian yang dibuat dan ditandatangani oleh
perusahaan dengan pihak ketiga, antara lain berupa perjanjian hutang
piutang, perjanjian kerja sama, perjanjian dengan (para) pemegang
saham, perjanjian-perjanjian dengan supplier, dan sebagainya;
4. Dokumen-dokumen mengenai perizinan dan persetujuan
perusahaan, antara lain berupa surat keterangan domisili perusahaan,
tanda daftar perusahaan, perijinan dan persetujuan yang dikeluarkan
oleh instansi pemerintah, dan sebagainya;
5. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan
kepegawaian perusahaan, antara lain berupa peraturan perusahaan,
dokumen mengenai jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek), dokumen
mengenai ijin tenaga kerja asing, dokumen mengenai perijinan dan
kewajiban pelaporan mengenai kepegawaian, dokumen mengenai upah
tenaga kerja, dokumen mengenai kesepakatan kerja bersama, dan
sebagainya;
6. Dokumen-dokumen mengenai asuransi perusahaan, antara lain
berupa polis asuransi gedung, polis kendaraan, polis mengenai
gangguan usaha, polis untuk pihak ketiga (misalnya konsumen), polis
koperasi, polis dana yang tersimpan, dan sebagainya;
7. Dokumen-dokumen mengenai pajak perusahaan, antara lain berupa
nomor pokok wajib pajak (NPWP) perusahaan, dokumen mengenai pajak
bumi bangunan, dokumen mengenai pajak-pajak terhutan, dan
sebagainya;
8. Dokumen-dokumen yang berkenaan dengan terkait atau tidak
terkaitnya perusahaan dengan tuntutan dan/atau sengketa baik di
dalam maupun di luar Pengadilan.

Terhadap dokumen-dokumen tersebut di atas harus dilakukan pemeriksaan


secara seksama apakah sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang ada. Selain pemeriksaan dokumen, hal-hal lain yang termasuk ke dalam
kategori legal audit, yang harus dilakukan antara lain:
1. Penelitian secara fisik atau penelitian area, peninjauan lapangan dan
pengamatan terhadap suatu obyek untuk memastikan kebenaran;
2. Penelitian dokumen yang berkaitan dengan obyek;
3. Penelitian yang didasarkan pada sumber informasi lainnya, misalnya
pengadilan, laporan keuangan, keterangan direksi, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai