Anda di halaman 1dari 5

LEGAL OPINION

PENDAHULUAN
Berdasarkan perselisihan yang terjadi pada tahun 2020, antara Sdr. Soekarno dengan
Sdr. Rudy Wijaya (PT. Mapan Sejahtera) yang keduanya merupakan para Pemegang Saham di
PT. Adil Jaya Makmur Perkasa (PT AJMP). Dasar perselisihan tersebut adalah dugaan bahwa
Sdr. Rudy Wijaya secara melawan Hukum telah mengalihkan sebagian Saham Perseroan
tanpa persetujuan Pemegang Saham lainnya. Adapun fakta-fakta hukum berdasarkan
keterangan yang diberikan kepada kami, adalah sebagai berikut:
1) Pada 1988 telah didirikan PT Adil Jaya Makmur Perkasa, dengan modal disetor sebesar
Rp. 200.000.000,- dengan nilai per lembar saham adalah Rp. 1.000.000,-. Adapun
pemegang Saham PT ini yang juga sebagai Direksi, antara lain:
 Bagus Sandi (26,82%), 55 lembar saham /Rp. 55.000.000,-
 Alex Wijaya (39,02%), 80 lembar saham / Rp. 80.000.000,-
 Soekarno (17,07%), 35 lembar saham / Rp. 35.000.000,-
 Johny Putra (14,63%), 30 lemar saham / Rp. 30.000.000,-

2) Pada tahun 1995, Sdr. Alex Wijaya mengalihkan sahamnya kepada anaknya yaitu Sdr.
Rudy Wijaya yang diwakili oleh PT Mapan Sejahtera. Selain itu Sdr. Soekarno juga
diwakili oleh PT. Wiraraja sebagai Pemegang Saham. Pada tahun yang sama, nilai
modal yang disetor mengalamai perubahan menjadi Rp. 6.000.000.000,- dengan rincian
besaran masing-masing saham sebagai berikut:
 Bagus Sandi (32.00%), 1.920 lembar saham / Rp. 1.920.000.000,-
 PT Mapan Sejahtera (27.50%), 1.650 lembar saham / Rp. 1.650.000.000,-
 Johny Putra (5,00%), 300 lembar saham / Rp. 300.000.000,-
 Lain-lain (14,63%), 480 lembar saham / Rp. 480.000.000,-

3) Para pemegang saham pada tahun 2001, telah menyetujui dirubahnya nilai per lembar
saham menjadi, Rp. 1.000,-, maka, besaran saham masing-masing pemegang saham
adalah menjadi:
 Bagus Sandi (33.68%), 2.021.053 lembar saham / Rp. 2.021.053.000,-
 PT Mapan Sejahtera (28.94%), 1.736.842 lembar saham / Rp. 1.736.842.000,-
 PT Wiraraja (28.94%), 1.736.842 lembar saham / Rp. 1.736.842.000,-
 Johny Putra (5,26%), 315.789 lembar saham / Rp. 315.789.000,-
 Lain-lain (3,15%), 189.474 lembar saham / Rp. 189.474.000,-

4) PT. Mapan Sejahtera, PT Wiraraja dan Sdr. Johny Putra pada tahun 2003, melakukan
peleburan sahamnya menjadi Radiant Inty Power Ltd.(selanjutnya disebut RIPL) sebuah
Perusahaan yang berkedudukan di Singapura, oleh karena itu besaran masing-masing
saham terjadi perubahan, dengan rincian:
 Bagus Sandi (33.68%), 2.021.053 lembar saham / Rp. 2.021.053.000,-
 RIPL (63.14%), 3.789.473 lembar saham / Rp. 3.789.473.000,-
 Lain-lain (3,15%), 189.474 lembar saham / Rp. 189.474.000,-
5) Pada 2016, Kementerian Keuangan Republik Indonesia menerbitkan kebijakan Tax
Amnesty (Pengampunan Pajak) karena banyaknya aset Warga Negara Indonesia
khususnya aset yang berada di Luar Negeri. Maka dilakukan Repatriasi sebagian saham
PT AJMP sebesar 34.20 % (milik PT. Mapan Sejahtera dan milik Johny Putra) kepada
PT Damai Wiyana, dan saham Sdr. Bagus Andi atas namanya diwakili oleh PT Trijaya
Sakti, dengan rincian perubahan:
 PT Trijaya Sakti (33.68%), 2.021.053 lembar saham / Rp. 2.021.053.000,-
 PT Damai Wiyana (34.20%), 2.052.631 lembar saham / Rp. 2.052.631.000,-
 RIPL (28.94%), 1.736.842 lembar saham / Rp. 1.736.8423.000,-
 Lain-lain (3,15%), 189.474 lembar saham / Rp. 189.474.000,-
6) Dalam rangka persiapan IPO (Initial Public Offering) pada tahun 2018 telah terjadi
peningkatan modal yang disetor di PT AJMP Rp. 126.000.000.000,- dengan harga per
Lembar Saham tetap di harga Rp. 1.000,-, dengan rincian besaran saham:
 PT Trijaya Sakti (48.92%), 61.649.953 lembar saham / Rp. 61.649.953.000,-
 PT Damai Wiyana (49.70%), 62.613.205 lembar saham / Rp. 62.613.205.000,-
 RIPL (1.38% akibat delusi), 1.736.842 lembar saham / Rp. 1.736.842.000,-

Maka, merujuk pada fakta-fakta Hukum tersebut di atas dapat ditarik suatu permasalahan yang
terjadi yaitu bahwa diduga tindakan Repatriasi/ pengalihan sebagian Saham RIPL milik PT.
Mapan Sejahtera (Sdr. Rudy Wijaya) dan Johny Putra adalah illegal menurut Sdr. Soekarno
yang tidak dimintai persetujuan sebagai salah satu pemegang saham RIPL. Maka pada 17
Februari 2020, dugaan dan tuduhan tersebut dilaporkan oleh Sdr. Soekarno ke Kepolisian atas
dasar pelanggaran tindak Pidana Penggelapan, Penggelapan dengan Pemberatan dan
Menempatkan Keterangan Palsu dalam suatu Akta Otentik berdasarkan Pasal 372 jo. Pasal
264 ayat (1) angka 1 KUHP.

DASAR-DASAR HUKUM
Adapun dasa-dasar hukum dalam perselisihan atau permasalahan ini adalah
1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT)
2. Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa.
3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

ARGUMENTASI HUKUM

Merujuk pada fakta-fakta dan permasalahan yang telah dijabarkan sebelumnya, bahwa
dapat dikatakan tuduhan tindak Pidana pelanggaran Pasal 372 jo. Pasal 264 ayat (1) angka 1
KUHP adalah suatu tuduhan yang cukup berdasar. Berdasarkan Pasal 372 KUHP yang
menyatakan “Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu
yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam
kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara
paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.” Sejalan
dengan dugaan bahwa sebagai bagian dari RIPL, Sdr. Rudy Wijaya dan Johny Indra secara
sengaja mengalihkan sebagian saham (barang sesuatu) mereka di PT AJMP kepada PT
Damai Wiyana atas nama RIPL karena di PT AJMP mereka terdaftar sebagai RIPL. Jadi
sebagian saham yang dialihkan itu juga milik Sdr. Soekarno (sebagian adalah kepunyaan
orang lain) sebagai salah satu bagian dari RIPL telah dialihkan tanpa persetujuan atau
pengetahuan dirinya. Sdr. Soekarno menduga akta-akta pendukung dalam pengalihan itu
diduga telah dipalsukan oleh Sdr. Rudy Wijaya, yang mana itu merupakan penggelapan dengan
pemberatan hukuman sebagaimana dinyatakan pada Pasal 264 ayat (1) KUHP yang
menyatakan bahwa:
(1) Pemalsuan surat diancam dengan pidana penjara paling lama delapan tahun, jika dilakukan
terhadap:
1. akta-akta otentik;
2. surat hutang atau sertifikat hutang dari sesuatu negara atau bagiannya ataupun
dari suatu lembaga umum;
3. surat sero atau hutang atau sertifikat sero atau hutang dari suatu perkumpulan,
yayasan, perseroan atau maskapai;
4. talon, tanda bukti dividen atau bunga dari salah satu surat yang diterangkan dalam
2 dan 3, atau tanda bukti yang dikeluarkan sebagai pengganti surat-surat itu;
5. surat kredit atau surat dagang yang diperuntukkan untuk diedarkan.

Akan tetapi, menurut UU PT, seharusnya para Direksi/Pemegang Saham sebagai Organ
Perseroan termasuk Sdr Soekarno (sebagai bagian dari RIPL) sudah mengetahui adanya
pengalihan/pemindahan hak atas saham yang akan dilakukan, selain itu juga harus didahului
dengan ditawarkannya saham yang akan dialihkan tersebut kepada para pemegang saham lain
sebagaimana yang diatur pada Pasal 57 UU PT. Jika tidak ada pembelian maka saham
ditawarkan kepada Pihak Ketiga (dalam hal ini PT Damai Wiyana) dan setelah itu terbit
Permintaan Persetujuan Pemindahan Hak atas Saham tersebut kepada Organ Perseroan untuk
tanggapan diterima atau ditolaknya permintaan tersebut secara tertulis. Jika dalam 90 hari tidak
ada tanggapan, maka berdasarkan Pasal 59 ayat (2) UU PT, dianggap telah menyutujui
Permintaan tersebut. Semua hal tersebut pasti dilakukan dengan pengambilan keputusan
melalui RUPS maupun dengan Circularre Solution. Dengan kata lain Sdr. Soekarno tidak
mungkin tidak mengetahui adanya RUPS atau pengambilan Keputusan untuk pengalihan
saham sejak 2016, karena pasti dilalui dengan adanya RUPS atau pengambilan keputusan
selain RUPS secara bersama. Sdr. Soekarno sebagai bagian dari RIPL juga pada dasarnya
tidak dirugikan karena saham RIPL di PT AJMP yang dialihkan juga merupakan besaran jumlah
milik Sdr. Rudy Wijaya dan Johny Indra. Jikapun keberatan seharusnya juga dilakukan saat
masih di area pengambilan keputusan di RIPL sendiri sebagai pemilik ha katas saham, bukan
pada PT AJMP.

Selain itu, jika sejak 2016 Sdr. Soekarno merasa keberatan atas pengalihan saham yang
menurutnya tidak sah, seharusnya bisa mengajukan keberatan kepada Kementerian Hukum
dan HAM Republik Indonesia sebagai yang mengesahkan Anggaran Dasar yang dirubah
karena adanya Pengalihan kepemilikan Saham tersebut, sebelum persetujuan Anggaran Dasar
PT AJMP yang dirubah tersebut diterbitkan. Jika sudah terbit, Sdr. Soekarno lebih baik
mengajukan gugatan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara atas terbitnya SK Menteri Hukum
dan HAM dalam menyetujui perubahan Anggaran Dasar PT AJMP tersebut, bukan dengan
melaporkan Sdr. Rudy Wijaya secara pidana di Kepolisian dan jikapun tetap dilaporkan harus
pula melaporkan Sdr. Johny Indra karena juga ikut serta dalam pengalihan Saham RIPL
tersebut. Disamping itu, Sdr. Soekarno jika merasa dirugikan atas dugaan perbuatan melawan
Hukum Sdr.Rudy Wijaya atau ada dugaan pelanggaran Anggaran Dasar RIPL yang mengatur
saham RIPL di PT AJMP, Sdr. Soekarno bisa menggugat Sdr. Rudy Wijaya secara Perdata.
Akan tetapi dalam hal ini, yang terbaik adalah dilakukan perdamaian dengan para pihak di luar
Pengadilan agar ditemukan solusi paling tepat agar tidak saling dirugikan.
UPAYA HUKUM
Sebagai pihak yang dilaporkan ke Kepolisian Sdr. Rudy Wijaya dapat melakukan upaya
hukum perdamaian secara kekeluargaan dengan Sdr. Soekarno atau dengan menyelesaikan
sengketa tersebut melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa atas dasar I’tikad baik para pihak
dengan diselesaikan melalui pertemuan langsung serta mengeyampingkan upaya Litigasi.Jika
upaya tersebut tidak juga membuahkan hasil, para pihak bisa menyepakati bahwa sengketa ini
diselesaikan dengan bantuan pihak ketiga yang dalam hal ini penasehat ahli atau mediator,
sebagaimana yang tertuang Pasal 6 ayat (3) Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, bahwa:
“Dalam hal sengketa atau beda pendapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak
dapat diselesaikan, maka atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau beda
pendapat diselesaikan melalui bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun melalui
seorang mediator.”

Upaya alternatif tersebut atau upaya perdamaian untuk menyelesaikan masalah secara
kekeluargaan ini agar Sdr. Soekarno bisa mencabut Laporan atas tuduhan tindak pidana
sebagaimana disebutkan pada pembahasan sebelumnya. Agar bisa dilakukan upaya-upaya
penyelesaian lebih lanjut untuk menemukan solusi yang saling menguntungkan semua pihak.
Jika upaya perdamaian tersebut membuahkan hasil dan menemukan solusi, terdapat
kemungkinan dihentikannya Penyelidikan atau Penyidikan oleh Kepolisian. Jika perkara ini
sudah terlanjur sampai ke Pengadilan meskipun sudah ada perdamaian, Sdr. Soekarno
nantinya dapat menyampaikan pencabutan untuk menuntut Sdr. Rudy Wijaya agar Pengadilan
bisa memutus untuk tidak menghukum Sdr. Rudy Wijaya secara Pidana.

Demikian Legal Opinion ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai