Anda di halaman 1dari 6

HUKUM AGRARIA

(Pandangan diberlakukannya Pencatatan Pemberian Hak Tanggungan dan


Roya Melalui Sistem Online oleh Kantor Pertanahan dilihat dari sisi
Perbankan)

Disusun oleh:

Fitria Ramadhani (1903202010010)


Rifka Fitria (1903202010011)
Muhammad Ikhsan Rizky Zulkarnain (1903202010013)
Teuku Akbar Lazuardi (1903202010014)
Syarifah Fitri Sarah (1903202010015)

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH, 2019


A. Pendahuluan

Kemajuan teknologi dan informasi di era-digitalisme ini mengantarkan kita


kepada kemudahan akses informasi dan teknologi kepada siapapun, kapanpun dan
dimanapun. Kemajuan ini pula membawa perubahan dalam dimensi hukum, dimana
hukum cenderung keteteran dalam konteks menyesuaikan dengan perubahan sosial
yang sangat dinamis ini.
Pada tulisan ini, kami akan mengkaji bagaimana pembaharuan pendaftaran
hak tanggungan yang mengikuti kemajuan zaman dengan penerapan yang berbasis
online. Penerapan pencatatan pemberian hak tanggungan dan roya melalui sistem
online ini merupakan pengejawentahan daripada Peraturan Menteri ATR/BPN No.
9/2019 tentang Pelayanan Hak Tanggungan Terintegrasi Secara Elektronik.

B. Dasar Pengaturan dan Pembahasan

 UU No.5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA)


 PP No.24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
 UU No.16 tahun 1985 tentang Rumah Susun
 UU No.4 tahun 1996 tentang UUHT
 PMNA/Kepala BPN No.4 tahun 1996
 PMNA/Kepala BPN No.5 tahun 1996
 Permen ATR/KBPN No. 9/2019 tentang HT-Elektronik

Hak tanggungan merupakan salah satu jenis hak jaminan yang dimaksudkan
untuk menjamin utang seorang debitur yang memberikan hak diutamakan kepada
seorang kreditur tertentu yaitu pemegang jaminan itu untuk didahulukan terhadap
kreditur lainnya (droit de preference) apabila debitur cidera janji.
Berdasarkan Pasal 51 UUPA sudah disediakan lembaga jaminan yang kuat
untuk dibebankan hak atas tanah, yaitu Hak Tanggungan, sebagai pengganti lembaga
Hypotheek dan Credietverband. Atas dasar tersebut, lembaga jaminan atas tanah
(HT) yang merupakan memiliki ciri yang kuat adalah sebagai berikut:
1. Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulu kepada
pemegangnya;
2. Selalu mengikuti obyek yang dijaminkan dalam tangan siapa pun obyek itu
berada;
3. Memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak
ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang
berkepentingan;
4. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya.1

Pengaturan tentang Hak Tanggungan dapat kita lihat dalam Undang-Undang


Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda
yang berkaitan dengan tanah (“UUHT”). Dalam Pasal 1 angka 1 UUHT diuraikan
bahwa:

1
Penjelasan UU 4/1996 tentang Hak Tanggungan, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan
Republik Indonesia (Menurut Sistem Engelbrecht), PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2007, Jakarta, hlm.
455.
“Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan
tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang
dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut
atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah
itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain.”

Kemudian Prof. Salim HS dalam bukunya Perkembangan Hukum Jaminan di


Indonesia (hal. 97), mengutip definisi Hak Tanggungan menurut Prof. Budi Harsono
yaitu:

“Penguasaan hak atas tanah, berisi kewenangan bagi kreditur untuk berbuat
sesuatu mengenai tanah yang dijadikan agunan. Tetapi bukan untuk dikuasai
secara fisik dan digunakan, melainkan untuk menjualnya jika debitur cedera janji
dan mengambil dari hasilnya seluruhnya atau sebagian sebagai pembayaran
lunas hutang debitur kepadanya.”

Lebih lanjut jenis-jenis hak atas tanah yang dapat dibebani Hak Tanggungan terdiri
dari:2

1. Hak Milik;
2. Hak Guna Usaha;
3. Hak Guna Bangunan;
4. Hak Pakai atas tanah Negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib
didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan;
5. Hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang telah ada
atau akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut, dan yang
merupakan milik pemegang hak atas tanah yang pembebanannya dengan tegas
dan dinyatakan di dalam akta pemberian hak atas tanah yang bersangkutan.

C. Tata Cara Pendaftaran Hak Tanggungan

Sebelum membahas lebih jauh mengenai pendaftaran Hak Tanggungan berbasis


elektronik, kami akan menjelaskan lebih dulu tentang tata cara pendaftaran Hak
Tanggungan secara konvensional yang kami ringkas dari buku H. Salim HS.3
Ketentuan mengenai pendaftaran hak tanggungan telah diatur dalam Pasal 13 – Pasal
14 UUHT, yang secara sistematis diuraikan Salim HS kami rangkum sebagai berikut:

1. Pendaftaran dilakukan di Kantor Pertanahan.


2. Pejabat Pembuat Akta Tanah (“PPAT”) dalam waktu 7 hari setelah
ditandatanganinya pemberian Hak Tanggungan wajib mengirimkan Akta
Pemberian Hak Tanggungan (APHT) dan warkah lainnya kepada Kantor
Pertanahan beserta membawa berkas berupa:
a. Surat Pengantar dari PPAT yang dibuat rangkap dua dan memuat
daftar jenis surat-surat yang disampaikan;
b. Surat permohonan pendaftaran Hak Tanggungan dari penerima Hak
Tanggungan;
c. Fotocopy surat identitas pemberi dan pemegang Hak Tanggungan;

2
Pasal 4 ayat (1), (2), dan (4) UUHT
3
Salim HS. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017, hlm.
179-184.
d. Sertifikasi asli hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun
yang menjadi objek Hak Tanggungan;
e. Lembar kedua akta pemberian Hak Tanggungan;
f. Salinan akta pemberian Hak Tanggungan yang sudah diparaf oleh
PPAT yang bersangkutan untuk disahkan sebagai salinan oleh Kepala
Kantor Pertanahan untuk pembuatan Sertipikat Hak Tanggungan; dan
g. Bukti pelunasan biaya pendaftaran Hak Tanggungan.
3. Kantor Pertanahan membuatkan buku tanah Hak Tanggungan dan
mencatatnya dalam buku tanah hak atas tanah yang menjadi objek Hak
Tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada Sertipikat Hak atas Tanah
yang bersangkutan.
4. Tanggal buku tanah Hak Tanggungan adalah tanggal hari ketujuh setelah
penerimaan secara lengkap surat-surat yang diperlukan untuk pendaftaran.
Jika hari ketujuh itu jatuh pada hari libur, buku tanah yang bersangkutan
diberi tanggal hari kerja berikutnya.
5. Hak Tanggungan lahir pada hari tanggal buku tanah Hak Tanggungan
dibuatkan.
6. Kantor Pertanahan menerbitkan Sertipikat Hak Tanggungan yang memuat,
“Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, sehingga setifikat
tersebut memiliki kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan
pengadilan dan kemudian diserahkan kepada pemegang Hak Tanggungan.

Sistem Hak Tanggungan Elektronik

Sejak dikeluarkannya Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala


Badan Pertahanan Nasional Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pelayanan Hak
Tanggungan Terintegrasi Secara Elektronik (“Permen Agraria 9/2019”), dikenal
istilah Sistem Hak Tanggungan Elektronik (“Sistem HT-el”). Sistem HT-el,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 6 Permen Agraria 9/2019, adalah:

“serangkaian proses pelayanan hak tanggungan dalam rangka pemeliharaan


data pendaftaran tanah yang diselenggarakan melalui sistem elektronik yang
terintegrasi”.

Pelaksanaan Sistem HT-el ini diselenggarakan oleh Kantor Pertanahan secara


bertahap menyesuaikan dengan kesiapan data pendukung.4 Jenis layanan Hak
Tanggungan yang dapat diajukan melalui Sistem HT-el salah satunya adalah
pendaftaran hak tanggungan sebagaimana dalam pembahasan ini. Selain itu, sistem
ini juga melayani peralihan Hak Tanggungan, perubahan nama kreditor dan
penghapusan Hak Tanggungan (Roya).5

Tanda Tangan Elektronik dalam Sistem HT-el

Untuk menjaga keutuhan dan keautentikan dokumen elektronik, Sertipikat


Hak Tanggungan yang diterbitkan oleh Sistem HT-el diberikan tanda tangan
elektronik.6]Tanda tangan elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas informasi
elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan informasi elektronik

4
Pasal 4 ayat (1) dan (2) Permen Agraria 9/2019
5
Pasal 6 Permen Agraria 9/2019
6
Pasal 14 ayat (3) Permen Agraria 9/2019
lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang informasi dan transaksi elektronik.7

Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2019 tentang Penerapan Tanda Tangan
Elektronik (“Permen Agraria 3/2019”) kemudian menjelaskan bahwa tanda tangan
elektronik dapat digunakan untuk memberikan persetujuan dan/atau pengesahan suatu
dokumen elektronik pertanahan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi
Kementerian Agraria dan Tata Ruang (“Kementerian”).

Adapun hal yang perlu digarisbawahi yaitu tanda tangan elektronik hanya dapat
dilakukan setelah penanda tangan memiliki sertifikat elektronik. Untuk
mendapatkan sertifikat elektronik tersebut, setiap pejabat mengajukan permohonan
pendaftaran tanda tangan elektronik kepada otoritas pendaftaran pada unit kerja yang
mempunyai tugas di bidang pengelolaan data dan informasi pertanahan dan tata
ruang.8

Mekanisme Pendaftaran Hak Tanggungan Berbasis Elektronik

Pada dasarnya untuk menggunakan Sistem HT-el, pengguna harus terdaftar


terlebih dahulu dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Pengguna layanan Sistem HT-el terdiri dari perseorangan/badan hukum


selaku kreditur dan Aparatur Sipil Negara Kementerian yang bertugas
melayani Hak Tanggungan;
2. Terhadap perseorangan/badan hukum sebagaimana dimaksud sebelumnya
harus menjadi pengguna terdaftar pada Sistem HT-el, dengan memenuhi
persyaratan:
a. mempunyai domisili elektronik;
b. Surat Keterangan Terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan;
c. pernyataan pemenuhan persyaratan dan kriteria serta persetujuan
ketentuan sebagai Pengguna Terdaftar; dan
d. syarat lainnya yang ditentukan oleh Kementerian.
3. Kementerian melakukan verifikasi atas pendaftaran dan berhak menolak
pendaftaran dimaksud.

Lebih lanjut, mekanisme pendaftaran Hak Tanggungan melalui Sistem HT-el dapat
kami rangkum sebagai berikut:

1. Pengguna terdaftar mengajukan permohonan layanan Hak Tanggungan secara


elektronik melalui Sistem HT-el.9
2. Selain berkas persyaratan permohonan pendaftaran dalam bentuk dokumen
elektronik, pemohon juga membuat surat pernyataan mengenai
pertanggungjawaban keabsahan dan kebenaran data dokumen elektronik yang
diajukan. Khusus persyaratan berupa Sertipikat Hak atas Tanah atau Hak
Milik atas Satuan Rumah Susun harus atas nama debitur.10
3. Permohonan layanan yang diterima oleh Sistem HT-el akan mendapatkan
tanda bukti pendaftaran permohonan yang diterbitkan oleh sistem, dengan
paling sedikit memuat nomor berkas pendaftaran permohonan, tanggal

7
Pasal 1 angka 11 Permen Agraria 9/2019
8
Pasal 4 ayat (1) dan (2) Permen Agraria 3/2019
9
Pasal 9 ayat (1) Permen Agraria 9/2019
10
Pasal 9 ayat (3), (4), dan (5) Permen Agraria 9/2019
pendaftaran permohonan, nama pemohon, dan kode pembayaran biaya
layanan.11
4. Layanan Hak Tanggungan ini dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang berlaku pada Kementerian. Setelah mendapatkan bukti pendaftaran
permohonan, pemohon melakukan pembayaran biaya melalui bank persepsi
paling lambat tiga hari setelah tanggal pendaftaran permohonan.12
5. Setelah data permohonan dan biaya pendaftaran permohonan terkonfirmasi
oleh sistem elektronik, Sistem HT-el akan memproses pencatatan Hak
Tanggungan pada buku tanah. Pencatatan pada buku tanah dilakukan oleh
Kepala Kantor Pertanahan. Sementara kreditur dapat melakukan pencatatan
Hak Tanggungan pada Sertipikat Hak atas Tanah atau Hak Milik Satuan
Rumah Susun dengan mencetak catatan yang diterbitkan oleh Sistem HT-el
dan melekatkannya pada Sertipikat Hak atas Tanah atau Hak Milik Satuan
Rumah Susun.13
6. Setelah seluruh tahapan selesai, hasil layanan Hak Tanggungan yang
dikeluarkan berupa Sertipikat Hak Tanggungan dan Catatan Hak Tanggungan
pada buku tanah dan Sertipikat Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun.14Dokumen ini diterbitkan pada hari ketujuh setelah pengajuan
permohonan terkonfirmasi. Dalam rangka menjaga keutuhan dan keautentikan
dokumen elektronik, Sertipikat Hak Tanggungan yang diterbitkan oleh Sistem
HT-el diberikan tanda tangan elektronik.15
7. Sebelum hasil layanan Hak Tanggungan diterbitkan, Kepala Kantor
Pertanahan atau Pejabat yang ditunjuk harus memeriksa konsep sertipikat HT-
el dan dokumen kelengkapan permohonan. Kepala Kantor Pertanahan atau
Pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab secara administratif atas hasil
layanan Hak Tanggungan. Dalam hal Kepala Kantor Pertanahan atau Pejabat
yang ditunjuk tidak melakukan pemeriksaan, Kepala Kantor Pertanahan atau
Pejabat yang ditunjuk dianggap memberikan persetujuan.16
8. Sementara kebenaran materiil dokumen yang menjadi dasar hasil layanan
Sistem HT-el bukan merupakan tanggung jawab Kantor Pertanahan.17

Penghapusan Hak Tanggungan

Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) Permen 9/2019 menyatakan bahwa apabila


piutang telah lunas, Kreditor segera mendaftarkan penghapusan HT. Kemudian pada
Pasal 17 ayat (2) Permen 9/2019 ini menyatakan bahwa pendaftaran penghapusan HT
sebagaimana dimaksud ayat (1) diajukan melalui sistem HT-el.

Selain itu, HT dapat hapus karena hal-hal sebagai berikut:

 Hapusnya hutang yang dijamin dengan HT


 Dilepaskannya HT oleh pemegang HT
 Pembersihan HT berdasarkan penetapan peringkat Ketua Pengadilan Negeri
 Hapusnya hak atas tanah yang dibebani HT

11
Pasal 11 Permen Agraria 9/2019
12
Pasal 12 ayat (1) dan (2) Permen Agraria 9/2019
13
Pasal 12 ayat (3) dan Pasal 13 ayat (1), (2), (3), dan (4) Permen Agraria 9/2019
14
Pasal 14 ayat (1) Permen Agraria 9/2019
15
Pasal 14 ayat (3) dan (5) Permen Agraria 9/2019
16
Pasal 15 Permen Agraria 9/2019
17
Pasal 20 ayat (2) Permen Agraria 9/2019

Anda mungkin juga menyukai