TESIS
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
2023
1.1 Latar Belakang
Akta Jual Beli merupakan bukti autentik yang dipergunakan untuk melakukan
pendaftaran peralihan hak sehingga diterbitkan Sertipikat Hak Milik. Sertipikat Hak Milik
tersebut kemudian dapat dibebankan dengan jaminan Hak Tanggungan, seharusnya dengan
dibatalkannya Akta Jual Beli tidak menjadikan Hak Tanggungan tersebut menjadi batal. Hal
ini disebabkan Hak Tanggungan tersebut dibuat dengan itikad baik antara debitur dengan
pihak kreditur (dalam hal ini ialah pihak Bank) sesuai dengan tata cara yang ditetapkan dalam
ketentuan yang berlaku dan dalam hal ini debitur melakukan wanprestasi sehingga tindakan
tersebut sangat merugikan pihak kreditur.
Peralihan hak atas tanah kepada pihak lain dapat dilakukan dengan proses jual beli.
Salah satu hak atas tanah yang dapat dilakukan peralihan dengan jual beli menurut Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Dasar-dasar Pokok Agraria (UUPA) ialah hak milik
atas tanah. UUPA kemudian menegaskan bahwa ketentuan mengenai peralihan hak dengan
jual beli ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah. 1 Dalam Peraturan Pemerintah ditetapkan
bahwa peralihan hak milik atas tanah kepada pihak lain dengan jual beli untuk dapat
didaftarkan peralihannya harus dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PPAT) yang berwenang. 2 Alat bukti berupa akta yang dibuat dalam transaksi
jual beli dikenal dengan Akta Jual Beli. Akta Jual Beli yang telah dibuat oleh PPAT dijadikan
salah satu bukti autentik untuk mendaftarkan pembalikan nama pada sertipikat hak milik atas
tanah yang semula atas nama pihak penjual menjadi pihak pembeli pada Kantor Pertanahan.
Di dalam ketentuan yang berlaku bahwa PPAT maupun Kantor Pertanahan dapat menolak
untuk membuat akta dan menerbitkan sertipikat. 3 Hal ini dapat diartikan bahwa dalam proses
pembuatan akta oleh PPAT maupun penerbitan sertipikat oleh Kantor Pertanahan akan
dilakukan pengecekan terlebih dahulu apakah terhadap obyek tanah tersebut dapat dibuat
sebagai akta autentik atau tidak dan memenuhi syarat atau tidak untuk penerbitan sertipikat.
1
Indonesia, Undang-undang Pokok Agraria, UU No. 5 Tahun 1960, LN No.104 Tahun 1960,
TLN No. 104. Ps. 26.
2 Indonesia, Peraturan Pemerintah Pendaftaran Tanah, PP No.24 Tahun 1997, LN No. 59 Tahun
5 Indonesia, Undang-undang Hak Tanggungan, UU No. 4 Tahun 1996, LN No.42 Tahun 1996, TLN
No. 3632, Ps. 1 Angka 1.
6 Frieda H Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata: Hak-hak yang Memberi Jaminan Jilid II,
8
Indonesia, Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang No.7
Tahun 1992 tentang Perbankan, UU No.10 Tahun 1998, LN No.7 Tahun 1992, TLN No. 3472, Ps 6 huruf b
dan m.
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil”.9
Pembiayaan prinsip syariah dapat dilakukan dengan beberapa jenis, yaitu: Akad
Mudharabah, Akad Musyarakah, Akad Murabahah, Akad Salam, Akad Istishna, Akad
Qardh, Akad Ijrah atau Akad Ijarah Muntahiya Bittamilk. 10 Berdasarkan akad tersebut
kemudian dimungkinkan adanya kesepakatan untuk menjaminkan suatu obyek berupa tanah
yang kemudian oleh pihak Bank atas obyek tersebut dibebankan jaminan Hak Tanggungan.
Tata cara pengajuan Hak Tanggungan oleh pihak Bank adalah:
1. “Membuat Akta Pemberian Hak Tanggungan di Hadapan Pejabat Pembuat Akta
Tanah;
2. Mendaftarkan Akta Pemberian Hak Tanggungan pada Kantor Pertanahan;
3. Akta Pemberian Hak Tanggungan beserta warkahnya yang telah ditandatangani
oleh para pihak, saksi dan Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam jangka waktu 7 hari
dikirimkan kepada Kantor Pertanahan dengan menyerahkan berkas-berkas lain
yang dibutuhkan;
4. Akta Pemberian Hak Tanggungan kemudian dicatatkan dalam buku tanah Hak
Tanggungan serta dilakukan penyalinan pada Sertipikat Hak Atas Tanah yang
bersangkutan;
5. Hak Tanggungan lahir pada hari tanggal buku tanah Hak Tanggungan dibuatkan
dan
6. Kantor Pertanahan menerbitkan Sertipikat Hak Tanggungan yang memuat irah-
irah, “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, sehingga sertipikat
berkekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan dan kemudian
diserahkan kepada pemegang Hak Tanggungan.”11
10 Indonesia, Undang-undang Perbankan Syariah, UU No.21 Tahun 2008, LN No.94 Tahun 2008,
12 Indonesia, Peraturan Pemerintah Pendaftaran Tanah, Ps. 39 ayat (1) dan Ps. 45 ayat (1).
Subekti dan R. Tjitrosudibio. Cet.38. (Jakarta: Pradnya Paramita, 2007), Ps 1243, 1267, 1237 ayat (2).
Hak atas tanah yang hapus dengan dibebani hak tanggungan tidak menyebabkan hapusnya
utang yang dijamin. Hal ini dapat diartikan bahwa debitur tetap memiliki kewajiban untuk
memenuhi prestasinya dan sebagai wujud perlindungan kepada kreditur. Perlindungan
kepada kreditur terutama pemegang hak tanggungan juga ditegaskan dalam Surat Edaran
Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 7 Tahun 2012 pada bagian Hasil Rapat Kamar
Perdata, Sub Kamar Perdata Umum yaitu:
“VIII.Pemegang Hak Tanggungan yang beritikad baik harus dilindungi sekalipun
kemudian diketahui bahwa pemberi hak tanggungan adalah orang yang tidak
berhak”.
IX. Perlindungan harus diberikan kepada pembeli yang itikad baik sekalipun
kemudian diketahui bahwa penjual adalah orang yang tidak berhak (obyek jual beli
tanah). Pemilik asal hanya dapat mengajukan gugatan ganti rugi kepada Penjual
yang tidak berhak”16
Berkaitan dengan ketentuan yang telah diuraikan tersebut permasalahan ini telah
diajukan permohonan pada tingkat kasasi oleh pemohon kasasi yaitu PT Bank Muamalat
Indonesia Cabang Klaten (semula Turut Tergugat I dan Pembanding) melawan Bambang
Minarno (Termohon Kasasi semula Terbanding dan Penggugat) dan para Turut Termohon
Kasasi yaitu Sri Hartati (semula Turut Terbanding I dan Tergugat I), Edy Susanto (semula
Turut Terbading II dan Tergugat II), Sri Mumpuni Setyaningsih (semula Turut terbading III
dan Tergugat III), Sri Wardaningsih (semula Turut Terbanding IV dan Tergugat IV), Eny
Widyawati Subekti (semula Turut Terbanding V dan Tergugat V), Bambang Rudiyanto
(semula Turut Terbanding VI dan Tergugat VI, Pemerintah RI cq. Departemen Keuangan cq.
Direktur Jenderal Kekayaan Negara Dan Lelang cq. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang Surakarta (semula turut Terbanding VII dan Turut Tergugat II), Kementerian Agraria
dan Tata Ruang cq. Kantor Pertanahan Kabupaten Klaten (semula Turut Terbanding VIII dan
Turut Tergugat III) dan Notaris dan PPAT Heru Prayitno, S.H., SN (semula Turut Terbanding
IX dan Turut Tergugat IV).
16
Indonesia, Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 7 Tahun 2012 tentang
Rumusan Hukum Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi
Pengadilan, Butir VII dan IX, hlm.7.
Permasalahan ini berawal mula dari pembelian sebidang tanah pada tanggal 6 Mei
2014 oleh Penggugat dengan Para Tergugat. Obyek jual-beli berupa sebidang tanah tersebut
diatasnya berdiri sebuah bangunan yang masing-masing luas tanahnya adalah 398m2 dan luas
bangunannya 172m2 dengan Sertipikat Hak Milik No.697/Klaten, Surat Ukur tertanggal 25
Januari 1998 Nomor 25/1998, Nomor Identifikasi Bidang (NIB) tanah 11.19.07.06.00705
terletak di Kelurahan Klaten, Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa
Tengah, atas nama Para Tergugat. Transaksi jual beli antara Penggugat dan Para Tergugat
tersebut telah dilakukan dihadapan Turut Tergugat IV pada tanggal 6 Mei 2014 dengan
dibuatnya Akta Jual Beli Nomor 247/2014 dan telah dilakukan pembalikan nama pada
Sertipikat Hak Milik No.697/Klaten menjadi nama Penggugat oleh Turut Tergugat III.
Bahwa terkait dengan pembayaran tanah tersebut kepada Para Tergugat seharga
Rp.2.000.000.000,- (dua milyar rupiah) Penggugat mengajukan pembiayaan dilakukan oleh
Turut Tergugat I. Kemudian antara Penggugat dan Turut Tergugat I membuat kesepakatan
yang dituangkan dalam Akad Musyakarah Mutanaqisah Nomor 32 di hadapan Turut
Tergugat IV. Dalam akad tersebut telah disepakati pembayaran akan dilakukan secara
angsuran selama 120 bulan yang berakhir pada tanggal 6 Mei 2024. Pada Akad Musyakarah
Mutanaqisah tersebut penggugat menyerahkan beberapa jaminan salah satunya Sertipikat
Hak Milik No.697/Klaten yaitu tanah yang dibeli oleh Penggugat dari Para Tergugat.
Terhadap jaminan tersebut oleh Turut Tergugat I telah dilakukan pendaftaran beban Hak
Tanggungan berdasarkan Sertipikat Hak Tanggungan No.3645/2014 tingkat pertama yang
diterbitkan oleh Turut Tergugat III dengan didasari pembuatan Akta Pemberian Hak
Tanggungan No.373/2014 di hadapan Turut Tergugat IV.
Bahwa Penggugat dalam hal ini telah membayar 65 kali angsuran sekurang-
kurangnya berjumlah Rp.1.051.887.930,95.- (satu milyar lima puluh satu juta delapan ratus
delapan puluh tujuh ribu sembilan ratus tiga puluh koma enol lima rupiah) yang dibayarkan
dari bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Desember 2018. Penggugat kemudian tidak lagi
melakukan pembayaran angsuran kepada Turut Tergugat I. Hal ini dikarenakan Penggugat
mengajukan gugatan kepada Para Tergugat yang tidak menyerahkan penguasaan sebidang
tanah beserta bangunannya kepada Penggugat bahkan tanah tersebut disewakan oleh Para
Tergugat kepada pihak lain. Penggugat juga mendalilkan bahwa Sertipikat Hak Milik
No.697/Klaten merupakan obyek sengketa yang akan dilaksanakan Sita Eksekusi pada tanah
dan bangunan tersebut. Sehingga dalam gugatannya Penggugat mengajukan agar Akta Jual
Beli Nomor 247/2014 tertanggal 6 Mei 2014 yang dibuat di hadapan Turut Tergugat IV
dinyatakan tidak sah dan batal.
Bahwa dalam pembuatan Akta Jual Beli oleh Turut Tergugat IV sampai
diterbitkannya Sertipikat Hak Milik atas nama Penggugat oleh Turut Tergugat III pada
dasarnya telah dilakukan pengecekan dan terhadap tanah tersebut tidak ditemukannya
sengketa tanah sehingga diterbitkanlah sertipikatnya. Serta telah dilakukan pengecekkan data
fisik dan data yuridis yang diterbitkan oleh Turut Tergugat III pada 27 Agustus 1998 bahwa
Sertipikat Hak Milik No.697/Klaten adalah atas nama orang tua Para Tergugat. Bahkan
sampai pada pendaftaran beban Hak Tanggungan berdasarkan Sertipikat Hak Tanggungan
No.3645/2014 tingkat pertama oleh Turut Tergugat III dengan didasari pembuatan Akta
Pemberian Hak Tanggungan No.373/2014 di hadapan Turut Tergugat IV tidak ditemukannya
sengketa tanah. Namun Putusan Pengadilan pada tingkat pertama, banding dan kasasi
menyatakan bahwa Akta Jual Beli Nomor 247/2014 tidak sah dan batal. Putusan tersebut
tidak memberikan perlindungan hukum kepada Turut Tergugat I yang dirugikan dengan
dinyatakan tidak sah dan batalnya Akta Jual Beli Nomor 247/2014 yang berdampak pada
pembatalan jaminan Hak Tanggungan pada tanah tersebut. Penggugat dalam hal ini juga telah
melakukan perbuatan wanprestasi terhadap kesepakatan yang telah disepakati dengan Turut
Tergugat I.
Penulisan tesis ini berbeda dengan penelitian tesis terdahulu yaitu dengan judul
“Perlindungan Hukum Terhadap Bank Sebagai Pemegang Hak Tanggungan Terhadap
Wanprestasi Debitur (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
65/PDT.BTH/2021/PN.JKT.BRT.)” Hal ini dikarenakan dalam penelitian tersebut penulis
menganalisis perlindungan hukum terhadap pihak Bank untuk melakukan pelaksanaan
eksekusi terhadap obyek jaminan hak tanggungan dimana debitur melakukan wanprestasi.
Sedangkan dalam penelitian ini penulis menganalisis perlindungan hukum kepada pihak
Bank dimana obyek yang dibebankan jaminan hak tanggungan tersebut dinyatakan tidak sah
dan batal dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 987 K/Pdt/2021
juncto Putusan Pengadilan Tinggi Semarang Nomor 215/Pdt/2020/PT.SMG juncto Putusan
Pengadilan Negeri Klaten Nomor 93/Pdt.G/2019/PN.KLN. Dalam putusan tersebut juga
Majelis Hakim tidak mempertimbangkan perlindungan hukum terhadap pihak Bank yang
dirugikan dari adanya pembatalan obyek yang dibebankan jaminan hak tanggungan tersebut.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi maka tesis ini akan membahas mengenai
Perlindungan Hukum Terhadap PT Bank Muamalat Indonesia Cabang Klaten Akibat
Pembatalan Obyek Hak Tanggungan dan Debitur Melakukan Wanprestasi (Analisis Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 987 K/Pdt/2021).
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bidang ilmu kenotariatan
terutama yang berkaitan dengan Jual Beli Tanah, Hak Tanggungan dan perbuatan
Wanprestasi yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b. Manfaaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pihak PT Bank
Muamalat Indonesia Cabang Klaten termasuk pihak bank yang lain, terhadap PPAT
dan juga masyarakat untuk selalu menerapkan prinsip kehati-hatian dalam kaitannya
dengan persoalan tanah. Diharapkan juga dapat memberikan manfaat kepada penegak
hukum sebagai bahan untuk menemukan hukum.
b. Tipologi Penelitian
Tipologi dalam penelitian ini ialah preskriptif-analitis18, dengan
menganalisis permasalahan yang terjadi dan memberikan penyelesaian terhadap
masalah tersebut. Menggunakan peraturan perundang-undangan, teori hukum dan
praktek pelaksanaan hukum positif dalam permasalahan tersebut. Penelitian ini
memberikan gambaran dan saran penyelesaiannya mengenai Perlindungan Hukum
Terhadap PT Bank Muamalat Indonesia Cabang Klaten Akibat Pembatalan Obyek
Hak Tanggungan dan Debitur Melakukan Wanprestasi dalam Putusan Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 987 K/Pdt/2021.
17 Penelitian Yuridis Normatif sebagai law in books, yaitu berdasarkan sumber hukum tertulis dan
tersistem secara formal
18
Perspektif Analitis adalah penelitian untuk menggambarkan masalah hukum dan mengusulkan
saran penyelesaiannya. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2020), hlm10.
c. Jenis Data
Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder 19. Data
sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan berupa peraturan perundang-
undangan, teori hukum yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.
d. Bahan Hukum
Bahan Hukum dalam penelitian ini terdiri dari:
1) Bahan Hukum Primer 20 yang digunakan dalam penelitian ini ialah peraturan
perundang-undangan yaitu Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Undang-
undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional, dan Putusan Pengadilan yang digunakan sebagai bahan
untuk menganalisis permasalahan dan menemukan penyelesaian dalam
permasalahan tersebut.
2) Bahan Hukum Sekunder 21 yang digunakan dalam penelitian ini ialah beberapa
literatur berupa buku-buku, jurnal ilmiah, yang digunakan sebagai dasar teori
untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini.
3) Bahan Hukum Tersier 22 yang digunakan dalam penelitian ini ialah kamus besar
bahasa indonesia untuk mengetahui arti dari kata tertentu atau pengertian yang
berkaitan dengan penelitian ini.
20 Bahan Hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari norma, peraturan
dasar, peraturan perundang-undangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasikan, yurisprudensi, traktat. Ibid.
hlm.52.
21 Bahan Hukum Sekunder yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti
misalnya rancangan undang-undang hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum. Ibid.
22 Bahan Hukum Tersier yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan bahan hukum
primer dan sekunder. Contohnya adalah kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif. Ibid.
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini ialah dengan melakukan studi
dokumen23 dan wawancara24. Studi dokumen dilakukan dengan menggunakan bahan
hukum yang diperoleh sebagai bahan bacaan untuk mendukung melakukan analisis
permasalahan dalam penelitian ini. Wawancara akan dilakukan dengan narasumber
yaitu pihak PT Bank Muamalat Indonesia Cabang Klaten yang dirugikan dalam
permasalahan ini.
23 Studi Dokumen merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis
24
Wawancara adalah untuk membuat deskripsi dan/atau eksplorasi. Wawancara merupakan proses
untuk mendapatkan informasi. Ibid. hlm 24-25.
25
Penelitian Kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu apa
yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata. Ibid. hlm.32.
Putusan Pengadilan Tinggi Semarang Nomor 215/Pdt/2020/PT.SMG juncto Putusan
Pengadilan Negeri Klaten Nomor 93/Pdt.G/2019/PN.KLN.
BAB I PENDAHULUAN
Bab 1 dalam penulisan ini akan membahas latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab 2 dalam penulisan ini akan menguraikan pengaturan teoritis yang berkaitan
dengan proses peralihan hak dengan jual beli yaitu pembuatan Akta Jual Beli dan
penerbitan Sertipikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menguraikan tata
cara pengajuan pembebanan pada hak atas tanah dengan jaminan Hak Tanggungan
melalui pihak Bank serta menguraikan perbuatan wanprestasi dan akibat hukumnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Serta akan menguraikan
kasus posisi dan pertimbangan hakim dalam Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 987 K/Pdt/2021 juncto Putusan Pengadilan Tinggi Semarang Nomor
215/Pdt/2020/PT.SMG juncto Putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor
93/Pdt.G/2019/PN.KLN.
BAB IV PENUTUP
Bab 4 dalam penulisan ini akan menguraikan hasil analisis berupa kesimpulan
dan saran untuk menjawab permasalahan hukum dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
A. Peraturan Perundang-undangan
Indonesia. Undang-undang Pokok Agraria, UU No. 5 Tahun 1960, LN No.104 Tahun 1960.
________. Undang-undang Hak Tanggungan, PP No. 4 Tahun 1996, LN No.42 Tahun 1996.
Mahkamah Agung. Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 7 Tahun 2012
tentang Rumusan Hukum Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Sebagai
Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan.
B. Buku
Frieda H Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata: Hak-hak yang Memberi Jaminan Jilid II.
(Jakarta: Ind-Hill Co, 2006.