Anda di halaman 1dari 16

UNIVERSITAS INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PT BANK MUAMALAT INDONESIA


CABANG KLATEN AKIBAT PEMBATALAN OBYEK HAK TANGGUNGAN DAN
DEBITUR MELAKUKAN WANPRESTASI
(ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
987 K/PDT/2021)

TESIS

MUHAMAD WIRA FERDIAN


2306178524

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
2023
1.1 Latar Belakang
Akta Jual Beli merupakan bukti autentik yang dipergunakan untuk melakukan
pendaftaran peralihan hak sehingga diterbitkan Sertipikat Hak Milik. Sertipikat Hak Milik
tersebut kemudian dapat dibebankan dengan jaminan Hak Tanggungan, seharusnya dengan
dibatalkannya Akta Jual Beli tidak menjadikan Hak Tanggungan tersebut menjadi batal. Hal
ini disebabkan Hak Tanggungan tersebut dibuat dengan itikad baik antara debitur dengan
pihak kreditur (dalam hal ini ialah pihak Bank) sesuai dengan tata cara yang ditetapkan dalam
ketentuan yang berlaku dan dalam hal ini debitur melakukan wanprestasi sehingga tindakan
tersebut sangat merugikan pihak kreditur.
Peralihan hak atas tanah kepada pihak lain dapat dilakukan dengan proses jual beli.
Salah satu hak atas tanah yang dapat dilakukan peralihan dengan jual beli menurut Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Dasar-dasar Pokok Agraria (UUPA) ialah hak milik
atas tanah. UUPA kemudian menegaskan bahwa ketentuan mengenai peralihan hak dengan
jual beli ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah. 1 Dalam Peraturan Pemerintah ditetapkan
bahwa peralihan hak milik atas tanah kepada pihak lain dengan jual beli untuk dapat
didaftarkan peralihannya harus dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PPAT) yang berwenang. 2 Alat bukti berupa akta yang dibuat dalam transaksi
jual beli dikenal dengan Akta Jual Beli. Akta Jual Beli yang telah dibuat oleh PPAT dijadikan
salah satu bukti autentik untuk mendaftarkan pembalikan nama pada sertipikat hak milik atas
tanah yang semula atas nama pihak penjual menjadi pihak pembeli pada Kantor Pertanahan.
Di dalam ketentuan yang berlaku bahwa PPAT maupun Kantor Pertanahan dapat menolak
untuk membuat akta dan menerbitkan sertipikat. 3 Hal ini dapat diartikan bahwa dalam proses
pembuatan akta oleh PPAT maupun penerbitan sertipikat oleh Kantor Pertanahan akan
dilakukan pengecekan terlebih dahulu apakah terhadap obyek tanah tersebut dapat dibuat
sebagai akta autentik atau tidak dan memenuhi syarat atau tidak untuk penerbitan sertipikat.

1
Indonesia, Undang-undang Pokok Agraria, UU No. 5 Tahun 1960, LN No.104 Tahun 1960,
TLN No. 104. Ps. 26.

2 Indonesia, Peraturan Pemerintah Pendaftaran Tanah, PP No.24 Tahun 1997, LN No. 59 Tahun

1997, TLN No. Ps. 37.

3 Ibid. Ps. 39 ayat (1) dan Ps. 45 ayat (1).


Apabila terhadap obyek tanah tersebut dapat dibuat akta oleh PPAT maka selanjutnya akan
dilakukan pendaftaran kepada Kantor Pertanahan dan diterbitkanlah sertipikat hak atas tanah
tersebut.
Sertipikat yang diterbitkan oleh Kantor Pertanahan kemudian menjadi bukti
penguasaan hak atas tanah. Bukti penguasaan hak atas tanah tersebut kemudian dapat
dibebankan dengan jaminan hak tanggungan salah satunya ialah hak milik atas tanah. 4 Hak
tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagai bentuk
pelunasan utang tertentu baik dengan atau tidak dengan benda-benda diatasnya yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur dari kreditur-kreditur lainnya. 5
Hak tanggungan pada dasarnya meliputi tiga aspek yaitu berkaitan erat dengan hak jaminan
atas tanah, berkaitan dengan kegiatan perkreditan dan berkaitan dengan perlindungan hukum
bagi para pihak yang terkait. 6 Hak Tanggungan dapat diberikan oleh orang-perseorangan dan
badan hukum yang memiliki kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap
obyek Hak Tanggungan. 7 Berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang Perbankan bahwa
bank umum memiliki usaha untuk “memberikan kredit dan dapat menyediakan pembiayaan
dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia." 8 Berpedoman pada ketentuan tersebut maka pihak Bank
dapat menjadi pemberi kredit dengan dibebankan jaminan Hak Tanggungan yang didasari
pembiayaan prinsip syariah.
“Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

4 Indonesia, Undang-undang Pokok Agraria, Ps. 25.

5 Indonesia, Undang-undang Hak Tanggungan, UU No. 4 Tahun 1996, LN No.42 Tahun 1996, TLN
No. 3632, Ps. 1 Angka 1.

6 Frieda H Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata: Hak-hak yang Memberi Jaminan Jilid II,

(Jakarta: Ind-Hill Co, 2006), hlm. 138-139.

7 Indonesia, Undang-undang Hak Tanggungan, Ps 8 ayat (1).

8
Indonesia, Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang No.7
Tahun 1992 tentang Perbankan, UU No.10 Tahun 1998, LN No.7 Tahun 1992, TLN No. 3472, Ps 6 huruf b
dan m.
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil”.9

Pembiayaan prinsip syariah dapat dilakukan dengan beberapa jenis, yaitu: Akad
Mudharabah, Akad Musyarakah, Akad Murabahah, Akad Salam, Akad Istishna, Akad
Qardh, Akad Ijrah atau Akad Ijarah Muntahiya Bittamilk. 10 Berdasarkan akad tersebut
kemudian dimungkinkan adanya kesepakatan untuk menjaminkan suatu obyek berupa tanah
yang kemudian oleh pihak Bank atas obyek tersebut dibebankan jaminan Hak Tanggungan.
Tata cara pengajuan Hak Tanggungan oleh pihak Bank adalah:
1. “Membuat Akta Pemberian Hak Tanggungan di Hadapan Pejabat Pembuat Akta
Tanah;
2. Mendaftarkan Akta Pemberian Hak Tanggungan pada Kantor Pertanahan;
3. Akta Pemberian Hak Tanggungan beserta warkahnya yang telah ditandatangani
oleh para pihak, saksi dan Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam jangka waktu 7 hari
dikirimkan kepada Kantor Pertanahan dengan menyerahkan berkas-berkas lain
yang dibutuhkan;
4. Akta Pemberian Hak Tanggungan kemudian dicatatkan dalam buku tanah Hak
Tanggungan serta dilakukan penyalinan pada Sertipikat Hak Atas Tanah yang
bersangkutan;
5. Hak Tanggungan lahir pada hari tanggal buku tanah Hak Tanggungan dibuatkan
dan
6. Kantor Pertanahan menerbitkan Sertipikat Hak Tanggungan yang memuat irah-
irah, “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, sehingga sertipikat
berkekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan dan kemudian
diserahkan kepada pemegang Hak Tanggungan.”11

9 Ibid. Ps 1 Angka 12.

10 Indonesia, Undang-undang Perbankan Syariah, UU No.21 Tahun 2008, LN No.94 Tahun 2008,

TLN No. 4867, Ps 19 ayat (1) huruf c, d, e dan f.

11 Indonesia, Undang-undang tentang Hak Tanggungan, Ps 13-14.


Di dalam ketentuan yang berlaku bahwa PPAT maupun Kantor Pertanahan dapat menolak
untuk membuat akta dan menerbitkan sertipikat. 12 Hal ini dapat diartikan bahwa dalam proses
pembuatan akta oleh PPAT maupun penerbitan sertipikat oleh Kantor Pertanahan akan
dilakukan pengecekan terlebih dahulu apakah terhadap obyek tanah tersebut dapat dibuat
sebagai akta autentik atau tidak dan memenuhi syarat atau tidak untuk penerbitan sertipikat.
Apabila terhadap obyek tanah tersebut dapat dibuat akta oleh PPAT maka selanjutnya akan
dilakukan pendaftaran kepada Kantor Pertanahan dan diterbitkanlah sertipikat hak
tanggungan tersebut.
Sertipikat Hak Tanggungan menjadi bukti autentik bahwa telah terjadinya
perjanjian antara pihak debitur dan kreditur untuk membebankan jaminan Hak Tanggungan
pada sebidang tanah dan/atau bangunan. Dimungkinkan bahwa perjanjian yang telah
disepakati bahkan telah diterbitkan bukti autentik atas perjanjian tersebut dapat
memunculkan tindakan wanprestasi atau tindakan tidak memenuhi prestasi. Tindakan
wanprestasi tersebut tentu merugikan pihak kreditur terutama jika pihak kreditur ialah pihak
Bank, sehinga terdapat ketentuan yang memberikan perlindungan kepada pihak kreditur.
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata terdapat sanksi bagi debitur yang melakukan
wanprestasi yaitu debitur diwajibkan untuk membayar ganti kerugian, pembatalan perjanjian
oleh debitur juga diwajibkan untuk membayar kerugian yang dialami oleh kreditur dan ketika
terjadinya wanprestasi maka resiko berpindah kepada debitur. 13 Dalam Undang-undang Hak
Tanggungan ditetapkanlah ketentuan bahwa terhadap obyek yang dijadikan jaminan hak
tanggungan dapat dijual oleh pemegang hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui
pelelangan apabila debitor cidera janji atau wanprestasi. 14 Hal ini dapat diperjanjikan oleh
debitur dan kreditur dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan. Pada dasarnya Hak
Tanggungan dapat hapus dikarenakan beberapa hal yaitu:
1. “hapusnya utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan;
2. dilepaskannya Hak Tanggungan oleh pemegang Hak Tanggungan;
3. pembersihan Hak Tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh Ketua
Pengadilan Negeri;

12 Indonesia, Peraturan Pemerintah Pendaftaran Tanah, Ps. 39 ayat (1) dan Ps. 45 ayat (1).

13 Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek), diterjemahkan oleh R.

Subekti dan R. Tjitrosudibio. Cet.38. (Jakarta: Pradnya Paramita, 2007), Ps 1243, 1267, 1237 ayat (2).

14 Indonesia, Undang-undang Hak Tanggungan, Ps 6.


4. hapusnya hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan.” 15

Hak atas tanah yang hapus dengan dibebani hak tanggungan tidak menyebabkan hapusnya
utang yang dijamin. Hal ini dapat diartikan bahwa debitur tetap memiliki kewajiban untuk
memenuhi prestasinya dan sebagai wujud perlindungan kepada kreditur. Perlindungan
kepada kreditur terutama pemegang hak tanggungan juga ditegaskan dalam Surat Edaran
Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 7 Tahun 2012 pada bagian Hasil Rapat Kamar
Perdata, Sub Kamar Perdata Umum yaitu:
“VIII.Pemegang Hak Tanggungan yang beritikad baik harus dilindungi sekalipun
kemudian diketahui bahwa pemberi hak tanggungan adalah orang yang tidak
berhak”.
IX. Perlindungan harus diberikan kepada pembeli yang itikad baik sekalipun
kemudian diketahui bahwa penjual adalah orang yang tidak berhak (obyek jual beli
tanah). Pemilik asal hanya dapat mengajukan gugatan ganti rugi kepada Penjual
yang tidak berhak”16

Berkaitan dengan ketentuan yang telah diuraikan tersebut permasalahan ini telah
diajukan permohonan pada tingkat kasasi oleh pemohon kasasi yaitu PT Bank Muamalat
Indonesia Cabang Klaten (semula Turut Tergugat I dan Pembanding) melawan Bambang
Minarno (Termohon Kasasi semula Terbanding dan Penggugat) dan para Turut Termohon
Kasasi yaitu Sri Hartati (semula Turut Terbanding I dan Tergugat I), Edy Susanto (semula
Turut Terbading II dan Tergugat II), Sri Mumpuni Setyaningsih (semula Turut terbading III
dan Tergugat III), Sri Wardaningsih (semula Turut Terbanding IV dan Tergugat IV), Eny
Widyawati Subekti (semula Turut Terbanding V dan Tergugat V), Bambang Rudiyanto
(semula Turut Terbanding VI dan Tergugat VI, Pemerintah RI cq. Departemen Keuangan cq.
Direktur Jenderal Kekayaan Negara Dan Lelang cq. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang Surakarta (semula turut Terbanding VII dan Turut Tergugat II), Kementerian Agraria
dan Tata Ruang cq. Kantor Pertanahan Kabupaten Klaten (semula Turut Terbanding VIII dan
Turut Tergugat III) dan Notaris dan PPAT Heru Prayitno, S.H., SN (semula Turut Terbanding
IX dan Turut Tergugat IV).

15 Ibid. Ps 18 ayat (1).

16
Indonesia, Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 7 Tahun 2012 tentang
Rumusan Hukum Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi
Pengadilan, Butir VII dan IX, hlm.7.
Permasalahan ini berawal mula dari pembelian sebidang tanah pada tanggal 6 Mei
2014 oleh Penggugat dengan Para Tergugat. Obyek jual-beli berupa sebidang tanah tersebut
diatasnya berdiri sebuah bangunan yang masing-masing luas tanahnya adalah 398m2 dan luas
bangunannya 172m2 dengan Sertipikat Hak Milik No.697/Klaten, Surat Ukur tertanggal 25
Januari 1998 Nomor 25/1998, Nomor Identifikasi Bidang (NIB) tanah 11.19.07.06.00705
terletak di Kelurahan Klaten, Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa
Tengah, atas nama Para Tergugat. Transaksi jual beli antara Penggugat dan Para Tergugat
tersebut telah dilakukan dihadapan Turut Tergugat IV pada tanggal 6 Mei 2014 dengan
dibuatnya Akta Jual Beli Nomor 247/2014 dan telah dilakukan pembalikan nama pada
Sertipikat Hak Milik No.697/Klaten menjadi nama Penggugat oleh Turut Tergugat III.
Bahwa terkait dengan pembayaran tanah tersebut kepada Para Tergugat seharga
Rp.2.000.000.000,- (dua milyar rupiah) Penggugat mengajukan pembiayaan dilakukan oleh
Turut Tergugat I. Kemudian antara Penggugat dan Turut Tergugat I membuat kesepakatan
yang dituangkan dalam Akad Musyakarah Mutanaqisah Nomor 32 di hadapan Turut
Tergugat IV. Dalam akad tersebut telah disepakati pembayaran akan dilakukan secara
angsuran selama 120 bulan yang berakhir pada tanggal 6 Mei 2024. Pada Akad Musyakarah
Mutanaqisah tersebut penggugat menyerahkan beberapa jaminan salah satunya Sertipikat
Hak Milik No.697/Klaten yaitu tanah yang dibeli oleh Penggugat dari Para Tergugat.
Terhadap jaminan tersebut oleh Turut Tergugat I telah dilakukan pendaftaran beban Hak
Tanggungan berdasarkan Sertipikat Hak Tanggungan No.3645/2014 tingkat pertama yang
diterbitkan oleh Turut Tergugat III dengan didasari pembuatan Akta Pemberian Hak
Tanggungan No.373/2014 di hadapan Turut Tergugat IV.
Bahwa Penggugat dalam hal ini telah membayar 65 kali angsuran sekurang-
kurangnya berjumlah Rp.1.051.887.930,95.- (satu milyar lima puluh satu juta delapan ratus
delapan puluh tujuh ribu sembilan ratus tiga puluh koma enol lima rupiah) yang dibayarkan
dari bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Desember 2018. Penggugat kemudian tidak lagi
melakukan pembayaran angsuran kepada Turut Tergugat I. Hal ini dikarenakan Penggugat
mengajukan gugatan kepada Para Tergugat yang tidak menyerahkan penguasaan sebidang
tanah beserta bangunannya kepada Penggugat bahkan tanah tersebut disewakan oleh Para
Tergugat kepada pihak lain. Penggugat juga mendalilkan bahwa Sertipikat Hak Milik
No.697/Klaten merupakan obyek sengketa yang akan dilaksanakan Sita Eksekusi pada tanah
dan bangunan tersebut. Sehingga dalam gugatannya Penggugat mengajukan agar Akta Jual
Beli Nomor 247/2014 tertanggal 6 Mei 2014 yang dibuat di hadapan Turut Tergugat IV
dinyatakan tidak sah dan batal.
Bahwa dalam pembuatan Akta Jual Beli oleh Turut Tergugat IV sampai
diterbitkannya Sertipikat Hak Milik atas nama Penggugat oleh Turut Tergugat III pada
dasarnya telah dilakukan pengecekan dan terhadap tanah tersebut tidak ditemukannya
sengketa tanah sehingga diterbitkanlah sertipikatnya. Serta telah dilakukan pengecekkan data
fisik dan data yuridis yang diterbitkan oleh Turut Tergugat III pada 27 Agustus 1998 bahwa
Sertipikat Hak Milik No.697/Klaten adalah atas nama orang tua Para Tergugat. Bahkan
sampai pada pendaftaran beban Hak Tanggungan berdasarkan Sertipikat Hak Tanggungan
No.3645/2014 tingkat pertama oleh Turut Tergugat III dengan didasari pembuatan Akta
Pemberian Hak Tanggungan No.373/2014 di hadapan Turut Tergugat IV tidak ditemukannya
sengketa tanah. Namun Putusan Pengadilan pada tingkat pertama, banding dan kasasi
menyatakan bahwa Akta Jual Beli Nomor 247/2014 tidak sah dan batal. Putusan tersebut
tidak memberikan perlindungan hukum kepada Turut Tergugat I yang dirugikan dengan
dinyatakan tidak sah dan batalnya Akta Jual Beli Nomor 247/2014 yang berdampak pada
pembatalan jaminan Hak Tanggungan pada tanah tersebut. Penggugat dalam hal ini juga telah
melakukan perbuatan wanprestasi terhadap kesepakatan yang telah disepakati dengan Turut
Tergugat I.
Penulisan tesis ini berbeda dengan penelitian tesis terdahulu yaitu dengan judul
“Perlindungan Hukum Terhadap Bank Sebagai Pemegang Hak Tanggungan Terhadap
Wanprestasi Debitur (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
65/PDT.BTH/2021/PN.JKT.BRT.)” Hal ini dikarenakan dalam penelitian tersebut penulis
menganalisis perlindungan hukum terhadap pihak Bank untuk melakukan pelaksanaan
eksekusi terhadap obyek jaminan hak tanggungan dimana debitur melakukan wanprestasi.
Sedangkan dalam penelitian ini penulis menganalisis perlindungan hukum kepada pihak
Bank dimana obyek yang dibebankan jaminan hak tanggungan tersebut dinyatakan tidak sah
dan batal dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 987 K/Pdt/2021
juncto Putusan Pengadilan Tinggi Semarang Nomor 215/Pdt/2020/PT.SMG juncto Putusan
Pengadilan Negeri Klaten Nomor 93/Pdt.G/2019/PN.KLN. Dalam putusan tersebut juga
Majelis Hakim tidak mempertimbangkan perlindungan hukum terhadap pihak Bank yang
dirugikan dari adanya pembatalan obyek yang dibebankan jaminan hak tanggungan tersebut.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi maka tesis ini akan membahas mengenai
Perlindungan Hukum Terhadap PT Bank Muamalat Indonesia Cabang Klaten Akibat
Pembatalan Obyek Hak Tanggungan dan Debitur Melakukan Wanprestasi (Analisis Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 987 K/Pdt/2021).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah pertanggungjawaban debitur yang telah melakukan wanprestasi
terhadap pihak PT Bank Muamalat Indonesia Cabang Klaten setelah obyek Hak
Tanggungan berupa AJB No.247/2014 juncto SHM No.697/Klaten dinyatakan tidak
sah dan batal dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 987
K/Pdt/2021?
b. Bagaimanakah perlindungan hukum kepada PT Bank Muamalat Indonesia Cabang
Klaten terhadap SHM No.697/Klaten yang telah dibebankan Hak Tanggungan
dengan SHT No.3645/2014 yang kemudian AJB No.247/2014 dari SHM tersebut
dinyatakan tidak sah dan batal dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indomesia
Nomor 987 K/Pdt/2021?
c. Bagaimanakah akibat hukum SHT No.3645/2014 dan APHT No.373/2014 terhadap
AJB No.247/2014 dari SHM No.697/Klaten yang dinyatakan tidak sah dan batal
dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 987 K/Pdt/2021?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis permasalahan yang telah
dirumuskan dalam rumusan masalah tersebut. Tujuan dalam penelitian ini meliputi
tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini untuk memberikan pemahaman mengenai
perlindungan hukum terhadap PT Bank Muamalat Indonesia Cabang Klaten yang
dirugikan akibat pembatalan obyek hak tanggungan dengan menganalisis Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 987 K/Pdt/2021.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1) Menganalisis pertanggungjawaban debitur yang telah melakukan wanprestasi
terhadap pihak PT Bank Muamalat Indonesia Cabang Klaten setelah obyek Hak
Tanggungan berupa AJB No.247/2014 juncto SHM No.697/Klaten dinyatakan
tidak sah dan batal dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
987 K/Pdt/2021?
2) Menganalisis perlindungan hukum kepada PT Bank Muamalat Indonesia
Cabang Klaten terhadap SHM No.697/Klaten yang telah dibebankan Hak
Tanggungan dengan SHT No.3645/2014 yang kemudian AJB No.247/2014 dari
SHM tersebut dinyatakan tidak sah dan batal dalam Putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 987 K/Pdt/2021?
3) Menganalisis akibat hukum SHT No.3645/2014 dan APHT No.373/2014
terhadap AJB No.247/2014 dari SHM No.697/Klaten yang dinyatakan tidak sah
dan batal dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 987
K/Pdt/2021?
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki dua manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis,
yaitu sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bidang ilmu kenotariatan
terutama yang berkaitan dengan Jual Beli Tanah, Hak Tanggungan dan perbuatan
Wanprestasi yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b. Manfaaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pihak PT Bank
Muamalat Indonesia Cabang Klaten termasuk pihak bank yang lain, terhadap PPAT
dan juga masyarakat untuk selalu menerapkan prinsip kehati-hatian dalam kaitannya
dengan persoalan tanah. Diharapkan juga dapat memberikan manfaat kepada penegak
hukum sebagai bahan untuk menemukan hukum.

1.4 Metode Penelitian


Metode pebelitian terdiri dari:
a. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ialah yuridis-normatif17, penelitian ini berbasis pada
analisis Perlindungan Hukum Terhadap PT Bank Muamalat Indonesia Cabang Klaten
Akibat Pembatalan Obyek Hak Tanggungan dan Debitur Melakukan Wanprestasi.
Dalam penelitian ini menitikberatkan pada perlindungan hukum kepada pihak bank
yang dirugikan dalam putusan tersebut, dengan melakukan analisa kasus secara rinci.

b. Tipologi Penelitian
Tipologi dalam penelitian ini ialah preskriptif-analitis18, dengan
menganalisis permasalahan yang terjadi dan memberikan penyelesaian terhadap
masalah tersebut. Menggunakan peraturan perundang-undangan, teori hukum dan
praktek pelaksanaan hukum positif dalam permasalahan tersebut. Penelitian ini
memberikan gambaran dan saran penyelesaiannya mengenai Perlindungan Hukum
Terhadap PT Bank Muamalat Indonesia Cabang Klaten Akibat Pembatalan Obyek
Hak Tanggungan dan Debitur Melakukan Wanprestasi dalam Putusan Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 987 K/Pdt/2021.

17 Penelitian Yuridis Normatif sebagai law in books, yaitu berdasarkan sumber hukum tertulis dan
tersistem secara formal

18
Perspektif Analitis adalah penelitian untuk menggambarkan masalah hukum dan mengusulkan
saran penyelesaiannya. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2020), hlm10.
c. Jenis Data
Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder 19. Data
sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan berupa peraturan perundang-
undangan, teori hukum yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.

d. Bahan Hukum
Bahan Hukum dalam penelitian ini terdiri dari:
1) Bahan Hukum Primer 20 yang digunakan dalam penelitian ini ialah peraturan
perundang-undangan yaitu Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Undang-
undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional, dan Putusan Pengadilan yang digunakan sebagai bahan
untuk menganalisis permasalahan dan menemukan penyelesaian dalam
permasalahan tersebut.
2) Bahan Hukum Sekunder 21 yang digunakan dalam penelitian ini ialah beberapa
literatur berupa buku-buku, jurnal ilmiah, yang digunakan sebagai dasar teori
untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini.
3) Bahan Hukum Tersier 22 yang digunakan dalam penelitian ini ialah kamus besar
bahasa indonesia untuk mengetahui arti dari kata tertentu atau pengertian yang
berkaitan dengan penelitian ini.

e. Alat Pengumpulan Data

19 Data Sekunder mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang


berwujud laporan, buku harian. Ibid. hm.12.

20 Bahan Hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari norma, peraturan
dasar, peraturan perundang-undangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasikan, yurisprudensi, traktat. Ibid.
hlm.52.

21 Bahan Hukum Sekunder yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti
misalnya rancangan undang-undang hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum. Ibid.
22 Bahan Hukum Tersier yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan bahan hukum

primer dan sekunder. Contohnya adalah kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif. Ibid.
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini ialah dengan melakukan studi
dokumen23 dan wawancara24. Studi dokumen dilakukan dengan menggunakan bahan
hukum yang diperoleh sebagai bahan bacaan untuk mendukung melakukan analisis
permasalahan dalam penelitian ini. Wawancara akan dilakukan dengan narasumber
yaitu pihak PT Bank Muamalat Indonesia Cabang Klaten yang dirugikan dalam
permasalahan ini.

f. Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode
analisa kualitatif25 yang bertujuan untuk menganalisis mengenai Perlindungan
Hukum Terhadap PT Bank Muamalat Indonesia Cabang Klaten Akibat Pembatalan
Obyek Hak Tanggungan dan Debitur Melakukan Wanprestasi. Dikaitkan dengan
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 987 K/Pdt/2021 juncto
Putusan Pengadilan Tinggi Semarang Nomor 215/Pdt/2020/PT.SMG juncto Putusan
Pengadilan Negeri Klaten Nomor 93/Pdt.G/2019/PN.KLN yang merupakan sumber
permasalahan dalam penelitian ini.

g. Bentuk Akhir Penelitian


Hasil penelitian ini bersifat perspektif-analitis yang pengambilan
kesimpulannya menggunakan pola pikir deduktif (umum-khusus), data umum yaitu
berberapa peraturan perundang-undangan dikaitkan dengan data khusus berupa
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 987 K/Pdt/2021 juncto

23 Studi Dokumen merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis

dengan mempergunakan “content analysis”. Ibid. hlm.21.

24
Wawancara adalah untuk membuat deskripsi dan/atau eksplorasi. Wawancara merupakan proses
untuk mendapatkan informasi. Ibid. hlm 24-25.

25
Penelitian Kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu apa
yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata. Ibid. hlm.32.
Putusan Pengadilan Tinggi Semarang Nomor 215/Pdt/2020/PT.SMG juncto Putusan
Pengadilan Negeri Klaten Nomor 93/Pdt.G/2019/PN.KLN.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika dari suatu penulisan merupakan suatu uraian tentang susunan dari
penulisan itu sendiri secara berurutan dan teratur. Maksud dan tujuannya adalah agar
dapat memberikan suatu gambaran yang jelas. Judul tesis ini adalah Perlindungan Hukum
Terhadap PT Bank Muamalat Indonesia Cabang Klaten Akibat Pembatalan Obyek Hak
Tanggungan dan Debitur Melakukan Wanprestasi dalam Putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 987 K/Pdt/2021. Dalam penulisan ini sistematika penulisan
terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN
Bab 1 dalam penulisan ini akan membahas latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II ANALISIS PEMBATALAN AKTA JUAL BELI YANG MENYEBABKAN


JAMINAN HAK TANGGUNGAN BATAL DAN DEBITUR WANPRESTASI

Bab 2 dalam penulisan ini akan menguraikan pengaturan teoritis yang berkaitan
dengan proses peralihan hak dengan jual beli yaitu pembuatan Akta Jual Beli dan
penerbitan Sertipikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menguraikan tata
cara pengajuan pembebanan pada hak atas tanah dengan jaminan Hak Tanggungan
melalui pihak Bank serta menguraikan perbuatan wanprestasi dan akibat hukumnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Serta akan menguraikan
kasus posisi dan pertimbangan hakim dalam Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 987 K/Pdt/2021 juncto Putusan Pengadilan Tinggi Semarang Nomor
215/Pdt/2020/PT.SMG juncto Putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor
93/Pdt.G/2019/PN.KLN.

BAB III ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PT BANK


MUAMALAT INDONESIA CABANG KLATEN AKIBAT PEMBATALAN
OBYEK HAK TANGGUNGAN DAN DEBITUR MELAKUKAN WANPRESTASI
(ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 987 K/PDT/2021)

Bab 3 dalam penulisan ini akan menganalisa permasalahan hukum yang


dijadikan topik penelitian yang berkaitan dengan pembatalan Akta Jual Beli dimana Akta
Jual Beli tersebut dengan Sertipikat Hak Milik telah dijaminkan dengan Hak Tanggungan
kepada pihak Bank dan perbuatan debitur melakukan wanprestasi, serta perlindungan
hukum kepada pihak Bank yang dirugikan dari perbuatan tersebut sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku dan teori-teori yang telah dikemukanan pada bab 2. Serta
menganalisa pertimbangan Hakim dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 987 K/Pdt/2021 juncto Putusan Pengadilan Tinggi Semarang Nomor
215/Pdt/2020/PT.SMG juncto Putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor
93/Pdt.G/2019/PN.KLN.

BAB IV PENUTUP

Bab 4 dalam penulisan ini akan menguraikan hasil analisis berupa kesimpulan
dan saran untuk menjawab permasalahan hukum dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

A. Peraturan Perundang-undangan
Indonesia. Undang-undang Pokok Agraria, UU No. 5 Tahun 1960, LN No.104 Tahun 1960.

________. Undang-undang Hak Tanggungan, PP No. 4 Tahun 1996, LN No.42 Tahun 1996.

________. Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang


No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, UU No.10 Tahun 1998, LN No.7 Tahun 1992.
________. Undang-undang Perbankan Syariah, UU No.21 Tahun 2008, LN No.94 Tahun
2008.

________. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek), diterjemahkan oleh


R. Subekti dan R. Tjitrosudibio. Cet.38. (Jakarta: Pradnya Paramita, 2007).

________. Peraturan Pemerintah Pendaftaran Tanah, UU No.24 Tahun 1997, LN No. 59


Tahun 1997.

Mahkamah Agung. Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 7 Tahun 2012
tentang Rumusan Hukum Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Sebagai
Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan.

B. Buku

Frieda H Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata: Hak-hak yang Memberi Jaminan Jilid II.
(Jakarta: Ind-Hill Co, 2006.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press, 2020.

Anda mungkin juga menyukai