Proposal Tesis
Untuk Memenuhi sebagai persyaratan
Mencapai derajat S-2
Diajukan oleh
Wiwid Nugrahaning Arum Widayastuti
19/448356/PHK/10865
Kepada
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
Usulan Penelitian
Diajukan oleh
19/448356/PHK/10865
Pembimbing
Tanggal,
2
A. Latar Belakang
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik mengenai
semua perbuatan hukum, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan
perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam akta otentik dengan menjamin atas kepastian tanggal pembuatan akta,
menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, sepanjang pembuatan
akta-akta tersebut dikecualikan kepada pejabat lain yang ditetapkan oleh Undang-
undang dengan ketentuan wilayah kerja yaitu dalam satu propinsi. Notaris juga dituntut
untuk selalu bersikap amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak dan harus selalu
dapat menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum. Dalam hal
notaris mempunyai kewenangan untuk membuat akta maka pada prakteknya Notaris
sering dilibatkan oleh Bank dalam pembuatan akta perjanjian kredit, namun pada
umumnya perjanjian kredit ini dapat dilakukan dengan menggunakan akta di bawah
tangan maupun dengan menggunakan akta otentik Notaris.
Perjanjian kredit tersebut diberikan adanya jaminan, baik jaminan umum maupun
jaminan khusus. Pada pengikatan kredit dengan jaminan umum yang sering terjadi yaitu
3
fidusia sedangkan pada jaminan khusus yang sering digunakan berupa Hak Tanggungan
yaitu objek Hak Atas Tanah yang dijaminkan untuk suatu hutang tertentu. Untuk
pengikatan jaminan khusus melalui proses yang didahului dengan adanya perjanjian
pokok hutang-piutang atau perjanjian kredit. Kemudian setelah dibuatnya perjanjian
pokoknya tersebut maka selanjutnya dibuat Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)
oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang isinya menjelaskan objek yang menjadi
jaminan di dalam utang-piutang tersebut.
4
Dalam Putusan Pengadilan Negeri Kendari tersebut, terdapat permasalahan dari
aspek lainnya yang dimana Notaris menerima orderan dari pihak Bank untuk memasang
Hak Tanggungan yang dimana objek Hak Tanggungannya berada di Kabupaten
Konawe. Notaris tersebut menyerahkan objek Hak Tanggungan ke PPAT rekanan nya
yang berada di Kabupaten dimana objek Hak Tanggungan tersebut berada, dan ternyata
dalam prakteknya terdapat kesalahan dan kelalaian yang dilakukan oleh Notaris/PPAT
yang menyebabkan hilangnya Sertipikat tanah Hak Milik yang menjadi objek Hak
Tanggungan tersebut pada saat proses pemasangan Hak Tanggungan di Kantor
Pertanahan, sehingga menyebabkan kerugian terhadap debitur. Berdasarkan putusan
pengadilan tersebut dalam pertimbangan hakim menyebutkan bahwa Pihak Bank selaku
krediturlah yang paling bertanggungjawab atas kerugiannya debitur, namun dalam
putusan akhirnya menyatakan bahwa Notaris dan Bank dinyatakan melakukan
perbuatan melawan hukum atas dasar kelalaian karena telah menghilangkan sertipikat
Hak Atas Tanah yang menjadi Jaminan Kredit dan tidak disebutkan pula secara tegas
siapa pihak yang berhak mengganti sertipikat tersebut.
Dalam putusan pengadilan tersebut juga tidak memuat mengenai perintah atas
penerbitan sertipikat pengganti hak milik atas tanah tersebut, dan dalam proses
pengadilan melalui putusan pengadilan Negeri Kendari tersebut ditemukan adanya
prosedur penerbitan sertipikat pengganti Hak Milik Atas Tanah atas dasar pengajuan
Notaris tanpa melibatkan pihak pemilik sertipikat itu sendiri, sedangkan berdasarkan PP
24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah pasal 57 Yang dapat mengajukan permohonan
penggantian sertifikat tanah yang hilang adalah pemegang hak atau ahli waris pemegang
hak atau atau pihak lain yang merupakan penerima hak berdasarkan akta PPAT,
sedangkan penerima hak tersebut adalah pihak Bank. Permasalahan lainnya yaitu dalam
proses penerbitan sertipikat pengganti itu sendiri dilakukan sebelum Putusan Pengadilan
dinyatakan Inkracht yang artinya sertipikat Hak atas tanah tersebut sejatinya masih
dalam status sengketa, sebab yang terjadi adalah satu bulan sebelum putusan pengadilan
dinyatakan Inkracht pihak BPN sudah mengumumkan melalui koran bahwa akan
diterbitkannya sertipikat pengganti atas nama pihak debitur tersebut, mengingat
5
berdasarkan pasal 54 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan
Kasus Pertanahan menyatakan bahwa BPN RI wajib melaksanakan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, artinya bahwa Kantor Pertanahan baru
dapat menerbitkan sertipikat pengganti tersebut setelah putusan pengadilan memperoleh
kekuatan hukum tetap. Untuk itu ditemukan adanya proses penerbitan sertipikat
pengganti yang tidak sesuai dengan prosedur Undang-Undang.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil Kasus
berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Kendari Nomor 14/Pdt.G.S/2020/PN Kdi
dengan Judul “PERTANGGUNGJAWABAN BANK DAN NOTARIS ATAS
HILANGNYA SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG MENJADI
JAMINAN KREDIT PADA SAAT PROSES PENDAFTARAN HAK
TANGGUNGAN”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran Bank terhadap pemeliharaan aset Debitur sebagai Jaminan
Kredit yang berada dalam tanggung jawabnya berdasarkan Putusan Pengadilan
Negeri Kota Kendari No.14/Pdt.G.S/2020/PN Kdi tersebut?
C. Keaslian Penelitian
No Judul Penelitian Nama Rumusan Hasil Penelitian
Peneliti masalah
1 Perlindungan hukum terhadap SURYATI
debitur yang telah melakukan
6
pembayaran dalam perjanjian
kredit dengan jaminan Hak
Tanggungan
(studi kasus perjanjian Tuan E
dengan Bank X di Daerah
Istimewa Yogyakarta)
D. Manfaat Penelitian
1) Teoritis;
2) Praktis:
7
a) Menambah wawasan dan cakrawala bagi penulis dalam kaitannya dengan
masalah yang diteliti
b) Hasil penelitian diharapkan dapat membantu
3) Dapat digunakan acuan untuk para pihak yang tertarik untuk melakukan
penelitian-penelitian selanjutnya yang terkait dengan masalah ini.
E. Tujuan Penelitian
1) Untuk Mengetahui dan menganalisis peran Bank terhadap pemeliharaan aset
Debitur sebagai Jaminan yang digunakan sebagai pelunasan kredit yang
berada dalam tanggung jawabnya berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri
Kota Kendari No.14/Pdt.G.S/2020/PN.Kdi
2) Untuk Mengetahui dan menganalisis arti penting dari tanggung jawab
Notaris atas penerbitan Sertipikat Pengganti Hak Milik Atas Tanah milik
Debitur yang dalam proses penerbitannya dilakukan sebelum Putusan
Pengadilan Negeri Kota Kendari No.14/Pdt.G.S/2020/PN.Kdi ini
berkekuatan hukum tetap.
8
F. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Umum Tentang PERBANKAN
a) Pengertian Perbankan
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan
adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, hal ini sebagaimana
9
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat banyak. Bank juga memiliki fungsi yang penting untuk Negara yaitu untuk
menjaga stabilitas ekonomi moneter dan keuangan negara, sehingga fungsi sebaik-
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang tertuang dalam Pasal 6, selain untuk
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
dengan itu terdapat kegiatan usaha bank berupa memberikan kredit/pinjaman kepada
bunga yang relative namun dilihat dari resikonya pemberian kredit beresiko
c) Jenis Bank
1
Achmad Anwari, 1981, Praktek Perbankan di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, Hlm. 16
2
Rahmadi Usman, 2001, Aspek-aspek Hukum Perbankan Syariah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
hlm.59
10
b) Bank Perkreditan Rakyat yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usahanya
a) Pengertian Notaris
tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (UUJN), yaitu Notaris adalah pejabat umum yang
berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan
penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan
dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik dan kewenangan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Untuk membuat akta otentik Notaris
sebagai pejabat umum juga dapat ditelusuri maksud pada Pasal 1868 KUHPerdata.
Peran Notaris yaitu untuk menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum
yang untuk memerlukan alat bukti yang menentukan dengan jelas dan pasti antara hak
dan kewajiban seseorang sebagai subjek hokum dalam perjanjian, dengan cara
penerbitan akta otentik yang dibuat dihadapannya terkait dengan status hukum yang
berfungsi sebagai alat bukti yang paling sempurna dan kuat di pengadilan dalam hal
terjadi sengketa, sehingga apa yang dituangkan dalam akta autentik itu pada pokoknya
dianggap benar.3 Pentingnya peran notaris juga dapat dilihat dari kapasitasnya dalam
3
Zulhendrawan, 2010 Perjanjian Kerjasama Antara Bank Dengan Notaris Ditinjau Dari Undang-
undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris, Tesis Hukum Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, Hlm.11-12
11
memberikan legal advice, dan melakukan verifikasi terhadap sebuah perjanjian, apakah
sebuah perjanjian telah dibuat sesuai dengan kaidah pembuatan perjanjian yang benar
dan tidak merugikan salah satu pihak atau perjanjian tersebut dibuat dengan tidak
memenuhi syarat.4 Begitu juga dengan profesi Notaris yang memerlukan suatu tanggung
jawab baik individual maupun sosial terutama ketaatan terhadap norma-norma hukum
positif dan kesediaan untuk tunduk pada kode etik profesi, bahkan merupakan suatu hal
yang wajib sehingga akan memperkuat norma hukum positif yang sudah ada. 5 Dalam
menjalankan tugas jabatannya sebagai pejabat umum public service dibidang pembuat
umum diartikan sebagai pejabat yang diberi kewenangan/tugas untuk membuat akta
otentik yang melayani kepentingan public dan kualifikasi tersebut diberikan kepada
pejabat umum meliputi tanggung jawab profesi notaris itu sendiri yang berhubungan
Notaris dalam rumusan Pasal 16 ayat (1) huruf a Undang-Undang Jabatan Notaris
4
Sjaifurracman, 2011 Aspek Pertanggung Jawaban Notaris dalam Pembuatan Akta, Surabaya,
Mandar Maju, Hlm.7
5
Liliana Tedjosaputro, 1995, Etika Profesi Notaris dalam Penegakan Hukum Pidana, Yogyakarta,
PT. Bayu Indra Grafika, hlm.4
6
Habib Adjie, Sekilas Dunia Notaris & PPAT Indonesia, CV. Mandar Maju, Bandung, 2009, Hlm. 16
7
M. Nur Rasaid, 2005, Hukum Acara Perdata, Jakarta, Sinar Grafika, hlm.35
12
saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam
perbuatan hukum.
1) Notaris dituntut melakukan pembuatan akta dengan baik dan benar artinya akta
yang dibuat itu memenuhi kehendak hukum dan permintaan pihak yang
2) Notaris dituntut menghasilkan akta yang bermutu artinya akta yang dibuat itu
sesuai dengan aturan hukum dan kehendak pihak yang berkepentingan dalam
3) Berdampak positif yang artinya siapapun akan mengakui akta Notaris itu
yang ia buat;
8
Abdul kadir Muhammad, 2001, Etika Profesi Hukum, Bandung, Citra Aditya Bhakti, Hlm.93-94
9
Giesta Pramawati Hastuti Putri, Kedudukan Hukum Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan yang
dibuat Notaris dengan Format PPAT Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan
Notaris Di Kota Yogyakarta, Tesis Magister Kenotariatan UGM, Yogyakarta, 2014, hlm. 21
13
3) Tanggungjawab Notaris berdasarkan Peraturan Jabatan Notaris terhadap
tugas jabatannya.
Notaris harus terus berpegang prinsip dan selalu ingat kepada sumpahnya saat
Notaris diangkat oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang berdasarkan pasal 1
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1949 Tentang Sumpah Jabatan Notaris (UUJN),
yang menyatakan bahwa akan senantiasa menjunjung tinggi hukum dan ingat akan
Undang untuk kepentingan public bukan untuk kepentingan diri Notaris sendiri. Dalam
hal kewenangan Notaris diatur dalam Bab III Bagian Pertama Pasal 15 dan untuk
kewajiban Notaris tersebut diatur dalam 16 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 atas
Selain memiliki kewenangan dan kewajiban yang diatur secara tegas dalam Undang-
Undang Jabatan Notaris, pekerjaan Notaris juga ada batasannya. Batasan yang
Pembatasan atau larangan bagi Notaris ini ini ditetapkan untuk menjaga Profesi
Notaris itu dalam menjalankan praktiknya agar bertindak tidak sewenang-wenang. Salah
14
satu bentuk pembatasan yang dilarang oleh pemerintah yaitu mengenai Pembatasan
wilayah kerja Jabatan Notaris, yang dalam hal ini Notaris dalam menjalankan kewajiban
mengingat batas yuridiksi Notaris adalah provinsi. Tidak hanya mengenai wilayah kerja,
merangkap jabatan sebagai pengacara, Pegawai Negeri Sipil, Pejabat Negara dan
sebagainya, namun hanya dapat merangkap jabatan sebagai PPAT dalam tempat
kedudukannya. Berdasar pada UUJN tersebut seorang Notaris bisa merangkap jabatan
sebagai PPAT, dengan syarat harus satu wilayah jabatan. Hal ini diatur dalam ketentuan
Pasal 17 huruf g UUJN yaitu Notaris dilarang merangkap jabatan sebagai PPAT di luar
wilayah jabatan Notaris. Dengan kata lain seorang Notaris diperbolehkan untuk
merangkap jabatan PPAT jika satu wilayah jabatan dengan wilayah jabatan Notaris
tersebut. Sesuai dalam Pasal 19 UUJN Notaris hanya berkedudukan di suatu tempat di
kota atau kabupaten, dan memiliki kewenangan wilayah jabatan seluruh wilayah
15
Walaupun bisa merangkap jabatan sebagai Notaris dan PPAT, namun keduanya
terdapat tugas dan kewenangan yang berbeda, letak perbedannya yaitu: Berdasarkan
untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang
diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan atau yang dikehendaki oleh pihak
pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,
sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat
atau pihak lain yang ditetapkan oleh undang-undang. Selain kewenangan tersebut,
wewenang lain yang dapat dilakukan oleh dari Notaris antara lain:
khusus;
3) Membuat salinan dari surat bawah tangan yang asli berupa salinan sebagaimana
16
Sedangkan PPAT berwenang untuk melaksanakan kegiatan pendaftaran tanah
dengan membuat akta otentik sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum
tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun. Perbuatan
1) Jual beli;
2) Tukar menukar;
3) Hibah;
6) Pemberian Hak Guna Bangunan dan atau Hak Pakai atas tanah Hak Milik;
yang dibuatnya, untuk itu akta otentik merupakan alat bukti sempurna untuk segala hal
yang termuat didalamnya, sehingga berguna ketika di kemudian hari ada masalah atau
sengketa tertentu yang di mana segala kesepakatan dan perjanjian telah dituangkan
dalam akta yang dibuat oleh Notaris atau PPAT, untuk itu akta otentik dapat diajukan
17
3. Tinjauan Umum Tentang PERJANJIAN KREDIT
Kredit berasal dari Bahasa Yunani yang artinya kepercayaan, kepercayaan yang
dimaksud adalah kepercayaan yang diberikan kepada seseorang yang diberi kredit
tersebut yang dalam perjanjian kredit bank pihak yang dimaksud adalah debitur. 10
7 Tahun 1992 Tentang Perbankkan dalam Pasal 1 butir 1 menjelaskan pengertian kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan dan kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lainnya
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
prestasi yang dilakukan oleh debitur atas kredit yang diberikan kepadanya adalah tidak
semata-mata melunasi utangnya tetapi juga disertai dengan bunga sesuai dengan
dengan demikian perjanjian kredit adalah pemberian pinjasman baik berupa uang
10
Mgs. Edy Putra The Aman, 1989, Kredit Perbankan Tinjauan Suatu Yuridis, Liberty, Yogyakarta, Hlm. 1
11
Sudikno Mertokusumo, 1983, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta, Liberty, Hlm.97
18
ataupun barang dari kreditur kepada debitur, yang akan dibayarkan kembali dalam
periode tertentu.12
kredit”. Dimuat dalam Surat Edaran Bank Negara Indonesia No. 2/643/UPK/Pemb/1966
1754KUHPerdata, perjanjian kredit bank adalah perjanjian yang bersifat riil. 13 Pada
Hakekatnya Perjanjian Kredit merupakan perjanjian antara Bank dengan pihak lain
sebagai pinjaman atau berhutang, dimana pihak peminjam atau berhutang memberikan
jaminan atau agunan kepada pihak bank atau kreditur dan selain itu bank harus tetap
tertulis dan dikualifikasikan sebagai jenis perjanjian Baku (standart contract) yang
dimana klausula/isi dari perjanjian kredit tersebut telah disediakan oleh pihak bank
kredit dapat dibuat menggunakan Akta Notariil atau dapat pula dibuat dibawah tangan.
12
Ida Bagus Gde Gni Wastu, 2016, (Kekuatan Hukum Perjanjian Kredit Di Bawah Tangan Pada
Bank Perkreditan Rakyat), Jurnal Ilmiah Prodi Magister Kenotariatan Universitas Udayana, ISSN : 2502-
8960, Hlm. 86
13
Mgs. Edy Putra The’Aman,1986, Kredit Perbankan Suatu Tijauan Yuridis, Yogyakarta, Liberty,
Hlm. 31
14
Amin Palas Sari, 2014, (Tinjauan Yuridis Terhadap Wanpretasi Dalam Perjanjian Hutang-
Piutang Dengan Jaminan Sertifikat Tanah), Jurnal Mahasiswa Universitas Slamet Riyadi Surakarta.
19
Pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat
Tahun 1992 tentang Perbankan, pertama kali sebelum menyetujui permohonan yang
diajukan calon debitur untuk mendapatkan fasilitas kredit, maka bank akan melakukan
analisa secara yuridis dan ekonomis terhadap calon debitur untuk menentukan
kemampuan dan kemauan calon debitur tersebut dalam membayar kembali fasilitas
Setiap permohonan kredit yang telah disetujui oleh pihak bank kemudian
dituangkan dalam bentuk perjanjian kredit. Perjanjian kredit tersebut disepakati oleh
kedua belah pihak, yaitu kreditur (Bank) dan debitur (nasabah) sebagai suatu wujud dari
asas kebebasan berkontrak. Prosedur dalam perkreditan dimulai dari adanya pengajuan
permohonan kredit dari masyarakat, proses analisis kredit, proses pencairan kredit,
sampai dengan proses umpan balik pelaksanaan kredit, konsep prosedur dan kebijakan
kredit ini mengikuti alur proses kredit itu sendiri maka harus didukung dengan prinsip
menimbulkan kredit bermasalah dikemudian hari dengan baik. Dana perkreditan dalam
proses pembangunan mempunyai kedudukan yang cukup penting, sehingga harus ada
suatu bentuk perlindungan melalui suatu lembaga hak jaminan yang dapat memberikan
kepastian hukum bagi para pihak yang berkepentingan. Salah satu bentuk pengamanan
kredit dalam praktek perbankan dilakukan dengan pengikatan jaminan. Bentuk jaminan
yang paling banyak digunakan sebagai agunan dalam perjanjian kredit bank adalah hak
20
atas tanah, baik dengan status hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan maupun
hak pakai.
merupakan salah satu prinsip yang harus ada di dalam setiap bank, baik yang beroperasi
secara konvensional maupun syari’ah. Prinsip kehati-hatian ini adalah suatu asas atau
prinsip yang menyatakan bahwa bank di dalam menjalankan fungsi dan kegiatan
utamanya wajib bersikap hati-hati (prudent) dalam rangka melindungi dana masyarakat
Berkaitan dengan unsur tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari
adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi
yang akan diterima dikemudian hari. Artinya semakin lama kredit diberikan maka
semakin tinggi pula tingkat resikonya. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur
resiko. Dengan adanya unsur resiko inilah, maka timbul jaminan dalam pemberian
kredit. Untuk mengurangi resiko dalam pemberian kredit, jaminan pemberian kredit
dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitor untuk melunasi
kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus
kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan,
15
Gramedia Pustaka Utama, 2003, hlm. 18. Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di
Indonesia, cetakan kedua, Jakarta:
21
modal, agunan dan prospek usaha dari nasabah debitor atau biasa disebut juga dengan
prinsip kehati-hatian.16
Penandatanganan perjanjian kredit kredit pada Bank dapat dibuat tidak secara
notariil artinya hal-hal yang diperjanjikan antara debitur (penerima kredit) dan kreditur
(pemberi kredit) dibuat dan ditandatangani tidak di hadapan notaris. Setelah perjanjian
kredit ditandatangani, maka tahap yang harus dilakukan yaitu serah terima jaminan
milik debitur kepada bank, dibuat dalam bentuk Bukti Serah Terima Jaminan
a) Pengertian Jaminan
berikut:
tanggungan yang diberikan oleh seseorang debitur dan atau pihak ketiga kepada
16
Media Grup, 2006, hlm.66. Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, cetakan II, Jakarta:
Kencana Prenada
17
Mariam Daruz Badrulzaman, 2005, Aneka Hukum Bisnis cetakan ke-2, PT. Alumni Bandung, hlm.12
22
pembeli dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan
Jaminan diatur dalam buku II dan buku III KUHPerdata. Arti jaminan menurut
jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka
sebagai suatu tanggungan yang diberikan oleh seorang debitur dan atau pihak
c) Macam-macam Jaminan
karena Perjanjian
sebagaimana diatur dalam pasal 1132 dan pasal 1134 ayat (1) KUHPerdata
yang mencakup seperti Jaminan Umum, Hak Privilege, dan hak retensi.
diadakan atas dasar perjanjian yang dibuat oleh para pihak seperti gadai,
18
Indrawati Soewarso, 2002, Aspek Hukum Jaminan Kredit, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, Hkm.9
19
Rachmadi Usman, 2008, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, Hlm.69
23
d) Jaminan yang bersifat Umum dan Jaminan yang bersifat Khusus
yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun
yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala
dirasa kurang menimbulkan rasa aman dan kurang terjaminnya jaminan atas
kredit yang diberikan. Hal ini disebabkan karena dengan jaminan umum
debitur saat ini dan yang akan ada dikemudian hari atau kepada siapa saja
tertentu yang ditunjuk secara khusus sebagai jaminan atas hutangnya dan itu
24
hanya berada dalam pengawasan kreditur sebagai pihak yang memberikan
terlebih dahulu yang diadakan oleh kreditur dan debitur. Sedang dalam
praktek perkreditan hal yang sering terjadi atas kredit tersebut diikat dengan
jaminan yang berupa Hak Tanggungan. Untuk itu jaminan khusus berupa
perjanjian pokoknya.
objeknya berupa baik barang bergerak maupun tidak bergerak yang khusus
dikemudian hari debitur tidak dapat membayar utangnya kepada kreditur dan
25
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas
Tanah beserta Benda, benda yang Berkaitan Dengan Tanah) dan untuk benda
lebih dan pesawat terbang serta helikopter dibebankan dengan hak hipotik. 20
yaitu fidusia sedangkan jaminan benda bergerak tidak beruwud yaitu gadai
dan cessie. Sedangkan jaminan kebendaan yang berupa benda tidak bergerak
Pengertian hak tanggungan sesuai dengan Pasal 1 Angka 1 UUHT, yaitu: Hak
pihak yang diutamakan bagi pemegangnya terhadap kreditur lain untuk memperoleh
pelunasan utang melalui pelelangan umum atas benda yang dijaminkan tersebut. Adrian
Sutedi membedakan jaminan menjadi dua yaitu jaminan yang lahir dari undang-undang
yaitu jaminan umum dan jaminan yang lahir karena perjanjian. Jaminan umum adalah
jaminan yang adanya telah ditentukan Undang-Undang, Contohnya adalah pada Pasal
1311 KUHPerdata, Pasal 1232 KUHPerdata, dan Pasal 1311 KUHPerdata yang
menyatakan bahwa kekayaan Debitur, baik berupa benda bergerak dan tidak bergerak,
20
http://konsultanhukum.web.id/jenis-jenis-jaminan/ diakses pada tanggal 29 September 2020
21
Munir fuady, 2013, Hukum Jaminan Uthang, Erlangga, Jakarta, hlm 69
26
yang telah ada dan yang akan datang dikemudian hari walaupun tidak diserahkan
sebagai jaminan, maka akan secara hukum menjadi jaminan seluruh utang Debitur.
Sedangkan jaminan khusus adalah jaminan yang timbul karena adanya perjanjian
terlebih dahulu, yaitu perjanjian yang ada antara Debitur dengan pihak perbankan atau
Jaminan khusus terdiri dari jaminan yang bersifat perseorangan dan jaminan yang
tertentu dan mempunyai sifat yang melekat dan mengikuti benda yang bersangkutan,
benda-benda tertentu tetapi hanya terbatas pada harta kekayaan seseorang lewat orang
yang menjamin pemenuhan yang bersangkutan.23 Sri Soedewi dalam bukunya yang
perjanjian pokoknya itu berupa perjanjian pemberian kredit atau perjanjian membuka
kredit oleh bank, dengan kesanggupan memberikan jaminan berupa pembebanan hak
tanggungan pada suatu objek benda tertentu yang mempunyai tujuan sebagai
22
Adrian Sutedi. 2010, Hukum Hak Tanggungan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 21.
23
Salim, HS. 2007, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hlm. 7
24
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan.1980, Hukum Jaminan di Indonesia, pokok-pokok Hukum Jaminan
dan Jaminan Perorangan, C.V Bina Usaha, Yogyakarta. Hlm. 37.
27
kedudukan sebagai perjanjian tambahan atau perjanjian accesoir yang dikaitkan dengan
sebagai perjanjian accesoir itu memberikan kuatnya lembaga jaminan tersebut bagi
Objek hak tanggungan terdapat pada Pasal 4 ayat (1) UUHT yaitu hak atas tanah
yang dapat dibebani hak tanggungan adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha, dan Hak
Pakai Atas Tanah Negara. Hak-hak tersebut menurut ketentuan yang berlaku wajib
didaftarkan dan menurut sifatnya dapat dipindah tangankan. Selain hak-hak atas tanah
tersebut dalam Pasal 4 ayat (2) yang dapat juga dibebani hak tanggungan juga berikut
hak pakai atas tanah negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib di daftar dan
Pasal 4 ayat 4 UUHT menyatakan bahwa hak tanggungan dapat juga dibebankan
pada hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang telah ada atau
akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut, dan yang merupakan
milik pemegang hak atas tanah yang pembebanannya dinyatakan secara tegas dalam
Akta Pembebanan Hak Tanggungan yang bersangkutan. Suatu objek hak tanggungan
dapat dibebani lebih dari satu hak tanggungan guna menjamin pelunasan lebih dari satu
dengan tanggal pendaftarannya pada kantor pertanahan. Dalam hal apabila didaftarkan
dengan tanggal yang sama maka melihat pada Akta Pembebanan Hak Tanggungan, dan
28
apabila suatu objek hak tanggungan dapat dibebani lebih dari satu hak tanggungan
sehingga terdapat pemegang hak tanggungan peringkat pertama, peringkat kedua, dan
peringkat seterusnya.25
2) Selalu mengikuti objek yang dijaminkan dalam tangan siapapun objek itu berada
Tanggungan;
3) Memenuhi asas spesialitas dan asas publisitas sehingga dapat mengikat pihak
berkepentingan;
Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Unsur pokok Hak Tanggungan
adalah:
25
M. Bahsan, 2010, Hukum Jaminan dan Jaminan kredit Perbankan Indonesia, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta. Hlm. 28.
29
1) Hak jaminan pelunasan hutang;
3) Hak tanggungan dapat dibebankan atas tanahnya saja, tetapi dapat pula
dibebankan beserta benda-benda lain yang berada diatas tanah itu dan
jaminan atas tanah dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah. Hak atas
tanah yang dapat dijadikan jaminan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Tanah tersebut harus dapat dinilai dengan uang karena utang yang dijamin
berupa uang termasuk didalamnya hak yang didaftar dalam daftar umum
cidera janji maka benda yang dijadikan jaminan dapat dijual dimuka umum;
26
Euginia Liliawati Muljono, 1996, Eksekusi Grosse Akte Hipotik Oleh Bank, Rineka Cipta, Jakarta, Hlm 25
30
Tahap pembebanan Hak tanggungan didahului dengan janji akan
Tanggungan, janji tersebut wajib dituangkan dan merupakan bagian yang tidak
hak tanggungan dilakukan denga Akta Pemberian Hak Tanggungan oleh PPAT
Akta Tanah (PPAT) adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta
pemindahan hak atas tanah dan akta lain dalam rangka pembebanan ha katas
tanah, sebagai bukti perbuatan hukum tertentu mengenai tanah yang terletak
Menurut
Pasal 13 ayat (1) Undang-undang Hak Tanggungan, “pemberian
Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan”. Pasal 13 ayat (2)
APHT, PPAT wajib mengirimkan APHT yang bersangkutan dan warkah lain
surat-surat bukti yang berkaitan dengan obyek hak tanggungan dan identitas
melaksanakan hal tersebut karena jabatannya dan sanksi atas pelanggaran hal
31
tersebut akan ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur
membuat buku tanah hak tanggungan dan mencatatnya dalam buku tanah hak
atas tanah yang menjadi obyek hak tanggungan serta menyalin catatan tersebut
pada sertipikat hak aatas tanah yang bersangkutan. Menurut ketentuan pasal 14
tanggungan. Hal ini berarti sertipikat hak tanggungan merupakan bukti adanya
hak tanggungan. Oleh karena itu maka sertipikat hak tanggungan dapat
membuktikan sesuatu yang pada saat pembuatannya sudah ada atau dengan kata
lain yang menjadi patokan pokok adalah tanggal pendaftaran atau pencatatannya
27
Sutardja Sudrajat. 1997, Pendaftaran Hak Tanggungan dan Penerbit Sertifikatnya, Mandar Maju,
Bandung. Hlm. 54.
32
1. Tahap pemberian Hak Tanggungan, dengan dibuatnya Akta Pemberian Hak
jaminan pelunasan utang tertentu, yang dituangkan di dalam dan merupakan bagian
dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan oleh PPAT sesuai dengan
berupa hak atas tanah yang berasal dari konversi hak lama yang telah memenuhi
disebutkan bahwa sebagai tanda bukti telah adanya hak tanggungan, kepada
membuktikan sesuatu yang pada saat pembuatannya sudah ada. Sertifikat Hak
33
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai
pengganti grosse acte Hypotheek sepanjang mengenai hak atas tanah. Kecuali
apabila diperjanjikan lain, sertifikat hak atas tanah yang telah dibubuhi catatan
pembebanan Hak Tanggungan dikembalikan kepada pemegang hak atas tanah yang
Tanggungan.28
Tanggungan lahir pada tanggal hari ketujuh setelah penerimaan secara lengkap
surat-surat yang diperlukan bagi pendaftarannya dan jika hari ketujuh itu jatuh pada
hari libur, buku-tanah yang bersangkutan diberi bertanggal hari kerja berikutnya.
Pembebanan Hak Tanggungan Atas Tanah Hak Milik Pembebanan hak tanggungan
atas tanah dengan status tanah Hak Milik dapat ditemukan dalam rumusan ketentuan
Pasal 25 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria, yang menyatakan secara tegas bahwa tanah dengan status Hak Milik
dapat dijaminkan dengan membebani hak atas tanah tersebut dengan hak
Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, dari rumusan Pasal 4 tersebut
diketahui bahwa ternyata selain bidang tanahnya, bangunan, tanaman, dan hasil
karya yang telah ada atau akan ada merupakan satu kesatuan dengan bidang tanah
28
https://mylawuskblog.wordpress.com/2013/03/18/prosedur-pembebanan-hak-tanggungan-
berdasarkan-undang-undang-hak-tanggungan-uu-no-4-tahun-1996/
34
tersebut, baik yang merupakan milik pemegang hak atas tanah, maupun tidak, juga
dapat dibebani dengan hak tanggungan, selama dan sepanjang tindakan tersebut
tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan. Secara tegas ternyata bahwa
saat pendaftaran pembebanan hak tanggungan adalah saat lahirnya hak tanggungan
tersebut. Sebelum pendaftaran dilakukan, maka hak tanggungan tidak pernah ada.
tanggungan.
Pembebanan hak tanggungan pada hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun, pembebanan Hak Guna Bangunan, Hak Pakai dan hak sewa untuk
bangunan atas Hak Milik, dan pembebanan lain pada hak atas tanah atau Hak Milik
dapat didaftar jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta
29
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
35
Tanah yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
hutang sebagai dasar hapusnya hak tanggungan. Hak tanggungan disini tampak
sifat accessoirnya, yang mana ia hapus kalua hutang untuk mana diberikan
apabila hak atas tanah yang menjadi hak tanggungan tersebut hapus. Hapusnya
pembeli hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan tersebut agar hak atas
tanah yang dibelinya itu dibersihkan dari beban Hak Tanggungan sebagaimana
diatur dalam Pasal 19 UUHT. Hapusnya Hak Tanggungan karena hapusnya hak
atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan tidak menyebabkan hapusnya utang
yang dijamin. Dengan demikian jika hak tanggungan hapus karena hukum,
karena pelunasan atau sebab-sebab lain maka piutang yang dijaminnya menjadi
36
hapus. Oleh karena itu pencatatan hapusnya hak tanggungan yang bersangkutan
bahwa piutang yang dijaminnya sudah dihapus dalam buku tanah hak
benda-benda yang berkaitan dengan tanah sebagai jaminan kredit. Untuk itu,
dalam kegiatan perbankan hendaknya dapat pula dilaksanakan sesuai dengan apa
dinyatakan bahwa surat tanda bukti hakatas tanah yang didaftar dinamakan
sertifikat, yaitu salinan dari buku tanah dan surat ukur setelah dijahit menjadi
satu bersama-sama dengan suatu kertas sampul yang bentuknya ditetapkan oleh
37
Tahun 1997, telah dinyatakan bahwa sertifikat adalah surat tanda bukti hak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas
tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak
bersangkutan. Maka sertifikat itu merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku
sebagai alat bukti yang kuat.30 Apabila ditinjau dari pengertian sertifikat itu
sendiri maka sertifikat adalah tanda bukti hak atas tanah, yang dikeluarkan oleh
bahwa seseorang atau suatu badan hukum, mempunyai suatu hak atas bidang
tanah tertentu. Sertifikat hak atas tanah membuktikan bahwa seseorang atau
suatu badan hukum mempunyai suatu hak atas bidang tanah tertentu,
kenyataannya bahwa seseorang atau suatu badan hukum menguasai secara fisik
pengertian sertifikat yang diberikan oleh undang-undang secara otentik, ada juga
pengertian sertifikat yang diberikan oleh para sarjana. Salah satunya adalah K.
Wantjik Saleh yang menyatakan bahwa sertifikat adalah salinan buku tanah dan
30
Adrian Sutedi, 2012, Sertifikat Hak Atas Tanah, Sinar Grafika, Jakarta Timur, hlm. 86
31
Fitriyani, Dwi Nurhayati, 2014 “Perlindungan Hukum Bagi Sertifikat Ganda (Studi Kasus Putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 286/Pdt.G/2012/Jkt-sel)”,(Tesis Program Studi Magister
Kenoktariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta), Hlm. 98-100
38
surat ukurnya setelah dijilid menjadi satu bersama-sama dengan suatu kertas
tanda bukti hak yang dijilid dan diterbitkan oleh Kantor Pertanahan, yang
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis
yang termuat di dalamnya, dimana data tersebut sesuai dengan data yang ada
Sertifikat sebagai alat pembuktian yang kuat, berarti bahwa selama tidak
dibuktikan sebaliknya data fisik dan data yuridis yang tercantum di dalamnya
harus diterima sebagai data yang benar. Sudah barang tentu data fisik maupun
data yuridis yang tercantum dalam buku sertifikat harus sesuai dengan data yang
tercantum dalam buku tanah dan surat ukur yang bersangkutan karena data itu
diambil dari buku tanah dan surat ukur tersebut. Dengan demikian sertifikat
arti bahwa hakim harus terikat dengan data yang disebutkan dalam sertifikat itu
selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya oleh pihak lain. Hal ini berkaitan
dengan sistem publikasi yang dianut oleh hukum pertanahan Indonesia baik
Nomor 24 Tahun 1997 yakni sistem publikasi negatif yang mengandung unsur
32
Irawan Soerodjo, 2002, Kepastian Hukum Pendaftaran Hak Atas Tanah di Indonesia, Aekola Surabaya,
Surabaya., hlm 86
33
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/19722/BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
39
positif karena akan menghasilkan surat-surat tanda bukti hak (sertifikat) yang
pemegang hak yang didasarkan pada data fisik dan data yuridis sebagaimana
yang telah didaftarkan dalam buku tanah. Adanya sertifikat dapat menjadi bukti
autentik dari si pemegang sertifikat sehingga apabila ada pihak lain yang
memiliki bukti yang kuat bahwa secara hukum dia adalah pemilik tanah tersebut.
34
Fungsi sertifikat hak atas tanah (hak milik) menurut UUPA merupakan alat
bukti yang kuat bagi pemiliknya, artinya bahwa selama tidak dapat dibuktikan
sebaliknya data fisik dan data yuridis yang tercantum di dalamnya harus
diterima sebagai data yang benar.Sertifikat sebagai alat bukti yang kuat, tidak
sebagai alat bukti mutlak, hal ini berkaitan dengan sistem publikasi yang dianut
surat-surat tanda bukti hak (sertifikat) yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat.
34
Jimmy Joses Sembiring, 2010, Paduan Mengurus Sertifikat Tanah, Visi Media, Jakarta, Hlm. 43
40
2. Proses Penerbitan sertifikat
penyimpanan dan penyajian data yuridisnya serta bentuk tanda bukti haknya.
Menurut Boedi Harsono sistem pendaftaran tanah ada 2 (dua) macam, yaitu
pendaftaran hak, setiap pemberian atau penciptaan hak baru, peralihan serta
Pada sistem pendaftaran akta, akta-akta itulah yang didaftarkan oleh pejabat
pendaftaran tanah. Dalam sistem ini pejabatnya bersifat pasif sehingga ia tidak
melakukan penyelidikan data yang tercantum dalam akta yang didaftar. Tiap kali
terjadi perubahan wajib dibuatkan akta sebagai buktinya. Maka dalam sistem ini
data yuridis yang diperlukan harus dicari dalam akta-akta yang bersangkutan.
Untuk memperoleh data yuridis yang diperlukan harus melakukan apa yang
disebut “title search” yang dapat memakan waktu lama dan biaya.
yang terjadi disediakan suatu daftar isian (register), atau disebut juga buku
tanah. Buku tanah ini disimpan di kantor pertanahan dan terbuka untuk umum.
Dalam sistem ini pejabat pendaftaran tanah bersikap aktif dan sebagai tanda
41
bukti hak diterbitkan sertifikat yang merupakan salinan register (certificate of
title).
Suatu sertifikat hak milik atas tanah agar dapat memiliki kekuatan
pembuktian yang kuat harus memenuhi salah satu kriteria dalam penerbitannya
dilakukan oleh Instansi yang berwenang dalam menerbitkan sertifikat hak milik
atas tanah. Pejabat yang berwenang dalam hal menerbitkan suatu sertifikat hak
milik atas tanah adalah Kepala Kantor Kementerian Agraria dan Tata
Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah Dan
Sertipikat hak milik atas tanah merupakan produk hukum yang di buat dan
Pertanahan Nasional. Pengertian sertipikat hak milik atas tanah menurut Pasal 1
Tanah adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud pada pasal 19 ayat
(2) huruf c Undang-Undang Pokok Agraria untuk hak atas tanah, hak
pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak
42
merupakan “rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah yang
pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai
tanda bukti haknya sebagai bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak
milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya”.
Agar subyek hukum pemohon hak milik atas tanah dapat memperoleh kepastian
hukum kepemilikan hak atas tanah yakni berupa sertifikat, maka harus dilalui
Pasal 19 ayat 2 UUPA, adalah pemberian surat-surat tanda bukti hak yang
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Pasal 19 ayat 2 UUPA hanya
menyebut surat tanda bukti hak, tetapi tidak menyebut nama surat tanda bukti
hak. Dalam Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 disebutkan bahwa nama
surat tanda bukti hak dinamakan sertipikat. Manfaat yang diperoleh dengan
43
pihak lain untuk kegiatan pembangunan, serta mempersingkat proses peralihan
hak dan pembebanan hak atas tanah. Bagi seseorang yang memegang hak atas
alat bukti tertulis lain, sertipikat dapat juga merupakan tanda bukti hak yang
pengadilan (Maria S.W. Sumardjono, 2005:202). Sertipikat hak atas tanah yang
pembuktian yang kuat bukan bersifat mutlak, artinya sertipikat masih dapat
dibatalkan oleh pihak lain yang merasa dirugikan atas diterbitkannya sertipikat.
yaitu sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang telah di daftar di dalam buku
secara sistematik dan pendaftaran atas tanah secara sporadik dapat menghasilkan
suatu sertipikat sebagai tanda bukti hak atas tanah yang telah diterbitkan oleh
memberikan jaminan kepastian hukum bagi si pemilik tanah atau pemegang hak
dari jaminan kepastian hukum meliputi: Kepastian hak atas tanah, artinya
dengan didaftarkannya hak atas tanah akan dapat diketahui status haknya,
apakah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak
44
Pengelolaan ataukah hak yang lain; Kepastian subyek hak atas tanah, artinya
dengan didaftarkannya hak atas tanah akan dapat diketahui siapakah yang
sama atau badan hukum; Kepastian obyek hak atas tanah, artinya dengan
didaftarkannya hak atas tanah akan dapat diketahui dengan pasti dimana letak
atau pemegang hak atas tanah. Pemilik tanah atau pemegang hak atas tanah akan
mendapatkan rasa aman, tenang, nyaman, dan tidak mendapatkan gangguan atau
Sertipikat hak atas tanah yang diterbitkan Kantor Pertanahan Kabupaten atau
Kota merupakan tanda bukti hak yang bersifat kuat, berisi salinan buku tanah
yang memuat data fisik dan data yuridis yang memuat data fisik. Dengan
diterbitkan sertipikat hak atas tanah dengan mudah dapat dibuktikan bahwa
orang atau badan hukum yang namanya tercantum dalam sertipikat adalah
pemegang haknya. Dengan diterbitkan sertipikat hak atas tanah akan terwujud
jaminan kepastian hukum, yang meliputi kepastian status hak atas tanah, subyek
hak atas tanah, dan obyek hak atas tanah. Juga terwujud perlindungan hukum,
yaitu pemilik tanah atau pemegang hak atas tanah merasa aman, tenang,
nyaman, tidak mendapat gangguan atau gugatan oleh pihak lain. Sertipikat hak
atas tanah yang diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten atau Kota sebagai
45
tanda bukti hak yang bersifat kuat, maka masih dapat dibatalkan atas dasar
yang sengketanya bersifat tata usaha negara. Pembatalan sertipikat hak atas
tanah juga dapat diajukan oleh pihak yang dirugikan kepada Kepala BPNRI
memperjanjikan janji seperti yang dimaksud dalam pasal 14 ayat (4) yaitu janji
bahwa; pemegang hak tanggungan akan memegang sertifikat hak atas tanah
bersangkutan. Ketentuan dalam Pasal 11 ayat (2k) dan pasal 14 ayat (4) UUHT
ditinjau dari dengan pasal 22 ayat (4) PP Nomor 10 Tahun 1961 yang
penggadaian haka tau peminjaman uang dengan hak sebagai atas tanah sebagai
tanggungan, maka setelah pendaftaran dalam daftar buku tanah dan pencatatan
dalam sertifikat yang bersangkutan, sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan
dikembalikan kepada yang berhak atas tanah, sedang kepada yang memperoleh
hak baru, hak gadai atau hak tanggungan atas tanah, diberikan sertifikat hak
baru, hak gadai atau hak tanggungan tersebut. Jadi jelas, bahwa berdasarkan
46
pemberi-Hak Tanggungan. Dari ketentuan pasal 14 ayat (4) UUHT dapat
disimpulkan bahwa prinsip seperti itu masih tetap dipertahankan. Kreditur pada
b) Pernyataan tersebut dibuat dibawah sumpah didepan Kepala Kantor Pertanahan letak
tanah yang bersangkutan atau Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah atau
47
tetapi langkah pemasangan pengumuman ini biasanya dilakukan oleh Kantor
pertanahan, atas biaya pemohon. Setelah itu akan dikeluarkan Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) yang nantinya dibawa ke Kantor pertanahan setempat.
2) Pemblokiran Sertifikat Tanah : Jika terdapat jeda waktu yang cukup lama antara
kejadian hilangnya sertifikat tanah dengan keluarnya BAP sebagai dasar pemblokiran
sertifikat, misalnya lebih dari 1 bulan, hal ini dapat diatasi dengan langsung
mengirimkan surat permohonan pemblokiran sertifikat tanah ke Kantor pertanahan
setempat pada saat sertifikat diketahui hilang dengan menceritakan kronologi
kejadian. Untuk memblokir sertifikat tanah, juga diperlukan dokumen seperti fotokopi
sertifikat tanah yang dimaksud serta identitas pemilik sertifikat untuk melengkapi surat
blokir yang ditujukan kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat. Setelah surat blokir
sudah diterima pihak Kantor Pertanahan dan sudah dicatatkan di buku tanah, maka
sertifikat tanah Anda pun sudah aman, tidak ada pihak lain yang dapat melakukan
proses apa pun terhadap tanah Anda hingga ada permohonan sertifikat pengganti.
(a) Atas permohonan pemegang hak diterbitkan sertifikat baru sebagai pengganti
sertifikat yang rusak,hilang, masih menggunakan blangko sertifikat yang tidak
digunakan lagi, atau yang tidak diserahkankepada pembeli lelang dalam suatu
lelang eksekusi.
48
(b) Permohonan sertifikat pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat diajukan oleh pihak yang namanya tercantum sebagai pemegang hak
dalam buku tanah yang bersangkutan atau pihaklain yang merupakan penerima
hak berdasarkan akta PPAT atau kutipan risalah lelang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 dan Pasal 41, atau akta sebagaimana dimaksud Pasal 43 ayat (1),
atau surat sebagaimana dimaksud Pasal 53, atau kuasanya.” Melampirkan
sertifikat rusak yang bersangkutan sebagaimana bunyi Pasal 137 ayat (1) Permen
Agraria3/1997, bahwa permohonan penerbitan sertifikat pengganti karena rusak
atau karena masih menggunakan blangko sertifikat lama dapat diajukan oleh
yang berkepentingan dengan melampirkan sertifikat atau sisa sertifikat yang
bersangkutan.
49
7) Penggantian Sertifikat Dicatat Pada Buku Tanah Yang Bersangkutan :
Penggantian sertifikat dicatat pada buku tanah yang bersangkutan Pasal 57 ayat
(4) PP 24/1997 berbunyi (4) Penggantian sertifikat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dicatat pada buku tanah yangbersangkutan. Dengan catatan bahwa
sertifikat yang lama ditahan dan dimusnahkan, sesuai dengan isi Pasal 58
PP24/1997, bahwa dalam hal penggantian sertifikat karena rusak atau
pembaharuan blangko sertifikat, sertifikat yang lama ditahan dan dimusnahkan.
8) Penerbitan Sertifikat Pengganti : Berlaku ketentuan Pasal 139 PermenAgraria
3/1997, bahwa perubahan nomor sertifikat yang lama (rusak)dengan sertifikat
yang baru (pengganti).Apabila dalam jangka waktu satu bulan atau 30 hari sejak
pemasangan pengumuman di media cetak tidak ada pihak yang mengajukan
keberatan atas pembuatan sertifikat pengganti, atau ada pihak yang mengajukan
keberatan namun keberatannya terbukti tidak beralasan atau tidak mendasar,
maka Kantor Pertanahan akan menerbitkan sertifikat pengganti.
9) Waktu Yang Diperlukan : Berdasarkan peraturan-peraturan terkait yang ada, tidak
ada batasan waktu yang tegas terkait berapalama waktu yang dibutuhkan dalam
proses penggantian sertifikat , dimulai sejak permohonan sampaidengan penerbitan.
Informasi bahwa waktu proses pengurusansertifikat yang hilang adalahsekitar 2
sampai 3 bulan.
(a) Syarat-syarat yang telah dipenuhi oleh pemohon sertifikat pengganti hak atas
tanahmaka pemohon dapat mengajukan permohonan penerbitan sertifikat
pengganti hakatas tanah di kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan.
(b) Pemohon sertifikat pengganti hak atas tanah datang ke
KantorPertanahanKabupaten Pasuruan dengan membawa dokumen-dokumen
yang telah dijelaskanpada poin persyaratan tersebut diatas, lalu diserahkan
keloket II (petugasteknis).
50
(c) Petugas teknis di loket II akan melakukan penelitian terhadap dokumen-
dokumen, dan apabila sudah lengkap akan diberikan tanda terimadokumen.
(d) Setelah dokumen dibukukan akan diteruskan kekasubsi Pendaftaran Hak
(e) KasubsiPendaftaranHakakanmempelajari,mendisposisikandan menyerahkan
kepada petugas pelaksana.
(f) Dan selanjutnya petugas pelaksana membuat konsep pengumuman berdasarkan
dokumen-dokumen dari subseksi pendaftaran hak,dan diserahkan kembali ke
kasubsi pendaftaran hak.
(g) Selanjutnya setelah meneliti kasubsi pendaftaran hak memaraf atas konsep
pengumuman tersebut dan diserahkan kepada seksi survei, pengukuran
danpemetaan.
(h) Selanjutnya kepala seksi survei, pengukuran dan pemetaan, meneliti ataskonsep
pengumuman tersebut dan memberikan paraf, kemudian selanjutnyadikirim
kepada kepala kantor.
(i) Setelah diteliti oleh kepala kantor, kepala kantor menandatangani konsep
pengumuman tersebut, kemudian konsep pengumuman tersebut diumumkan
pada media masa setempat, kantor kelurahan, dan pada kantor pertanahan itu
sendiri. Dan apabila dalam jangka waktu 30 hari kerja pengumuman tersebut ada
yang konplin (keberatan) atau ada yang mengaku dirinya yang mempunyai hak
atas tanah tersebut, dan alasan tersebut cukup beralasan setelah diteliti
dilapangan oleh petugas kantor pertanahan, maka permohonan sertifikat
pengganti tersebutditunda sampai ada penyelesaian melalui putusan pengadilan
negeri setempat. Dan jika dalam jangka waktu 30 hari kerja tidak ada yang
mengajukan keberatan atas pengumuman penerbitan sertifikat pengganti hak
atas tanahmaka Kantor Badan Pertanahan dapat melanjutkan pembuatan
sertifikat pengganti hak atas tanah tersebut melalui petugas pelaksana.
(j) Petugas pelaksana akan melakukan pinjaman warkah asli, kemudian
menelitiwarkah, membuat konsep, salinan surat ukur, membuat sertifikat
51
baru,membuat berita acara, membuat catatan pada buku tanah dan dokumen-
dokumen tersebut lalu diserahkan kepada kasubsi pendaftaran hak.
(k) Kasubsi pendaftaran hak meneliti dan memberi paraf pada konsep
sertifikat,buku tanah, berita acara dan salinan surat ukur, kemudian dokumen-
dokumentersebut diserahkan kepada seksi survei, pengukuran dan pemetaan.
(l) Kepala seksi survei, pengukuran dan pemetaan memberikan paraf padakonsep
sertifikat, buku tanah dan salinan surat ukur/gambar situasi, kemudiandokumen
tersebut diserahkan kepada kepala kantor.
(m) Kepala kantor memberi tandatangan pada sertifikat, buku tanah, berita
acaradan salinan surat ukur/gambar situasi.
(n) Kemudian petugas pelaksana akan melakukan pembukuan dan dokumen-
dokumen tersebut akan dikirim keloket IV (petugas tata usaha) dan
mencatatpada buku khusus penerimaan sertifikat, lalu memberikan
sertifikatpengganti hak atas tanah tersebut kepada pemohon atau orang yang
diberikankuasa oleh pemohon.
Setelah prosedur yang dilalaui semuanya maka, akan terbitlah sertifikat pengganti
yang secara hukum kekuatan dari serifikat pengganti ini tidak berbeda dengan serifikat
pada umumnya.
1) Asas Kepastian Hukum (Rechtmatigheid). Asas ini meninjau dari sudut yuridis.
52
isinya :“ Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat
didalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang
ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan.” Dalam hal yang berkenaan
kepastian hukum dalam penerbitan sertifikat pengganti harus sesuai dengan pasal 19
UUPA
53
buat pemegang sertifikat tersebut yaitu sebagai bukti kepemilikan
atas suatu hak atas tanah. Dengan demikan dengan adanya
prosedur penerbitan sertifikat pengganti karena hilang maka
membawa manfaat buat orang yang mempunyai hak sehingga
tidak menimbulkan hilangnya hak seseorang di mata hukum dan
mempunyai kepastian hukum.
- Penerbitan sertikat pengganti kalau kita analisis dari sisi
pembuktiannya, maka suatu hak apapun harus bisa dibuktikan
dan dipertanggung jawabkan. Hal ini akan berkenaan dengan
kepastian kepemilikan akan suatu hak.
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif - empiris yaitu
Metode penelitian hukum normatif empiris ini pada dasarnya merupakan
penggabungan antara pendekatan hukum normatif dengan adanya penambahan
berbagai unsur empiris. Metode penelitian normatif-empiris mengenai
implementasi ketentuan hukum normatif (undang-undang) dalam aksinya pada
setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat.
Berdasarkan dengan kategori Pendekatan judicial case study, yakni merupakan
pendekatan studi kasus hukum karena konflik sehingga akan melibatkan campur
tangan dengan pengadilan untuk memberikan keputusan penyelesaian
(yurisprudensi).35 Penelitian hukum normatif-empiris (terapan) bermula dari
ketentuan hukum positif tertulis yang diberlakukan pada peristiwa hukum in
concreto dalam masyarakat, sehingga dalam penelitiannya selalu terdapat
gabungan dua tahap kajian yaitu:36
35
https://idtesis.com/metode-penelitian-hukum-empiris-dan-normatif/
36
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum Cet-1, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
hlm. 52.
54
1) Tahap pertama adalah kajian megenai hukum normatif yang berlaku;
2) Tahap kedua adalah penerapan pada peristiwa in concreto guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Penerapan tersebut dapat diwujudkan melalui
perbuatan nyata dan dokumen hukum. Hasil penerapan akan menciptakan
pemahaman realisasi pelaksanaan ketentuan-ketentuan hukum normatif
yang dikaji telah dijalankan secara patut atau tidak. Penggunaan kedua
tahapan tersebut membutuhkan data sekunder dan data primer.
37
Fajar Mukti ND dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, hlm.104.
55
Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan
penjelasan dari bahan hukum primer, yang meliputi:
a) Buku-buku yang membahas mengenai :
- Perbankan
- Tanggungjawab Notaris
- Perjanjian
- Jaminan
- Pendaftaran Tanah
3) Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder yang meliputi kamus hukum dan kamus Bahasa Indonesia.
56
Responden adalah subjek yang memberikan jawaban atas
pertanyaan peneliti yang berkaitan langsung dengan permasalahan
yang diteliti.38 Responden dalam penelitian ini yaitu :
- Perwakilan Bank X di Kota Kendari (Selaku tergugat dalam
putusan dalam penelitian ini);
- Notaris X (Selaku tergugat dalam putusan dalam penelitian
ini);
2) Narasumber:
Narasumber adalah orang yang tidak berkaitan secara langsung
dengan objek yang diteliti, namun merupakan orang yang memahami
tentang masalah penelitian karena kompetensi keilmuan yang
dimilikinya. Narasumber dapat memberikan informasi berkaitan
dengan permasalahan penelitian. Adapun narasumber dalam
penelitian ini yaitu:
- Emi Astuti, S.H selaku Notaris dan PPAT di Kabupaten
Muna
- Achmad, S.H selaku Notaris dan PPAT di Kabupaten
Konawe
- Yang ahli perbankan?
4. Jalannya Penelitian
a. Persiapan
Pada tahap persiapan ini, penulis melakukan pemilihan judul dan
menentukan rumusan masalah yang selanjutnya dituangkan dalam sebuah
38
Maria S.W Sumardjono, 2014, Metodologi Penelitian Ilmu Hukum, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, Hlm. 27
57
proposal atau usulan penelitian hukum. proposal tersebut dikonsultasikan
kepada dosen pembimbing dan setelah proposal disetujui, maka selanjutnya
penulis akan melakukan seminar proposal dihadapan dosen penguji.
b. Penelitian
Pada tahap penelitian ini, penulis mengumpulkan bahan-bahan penelitian
yang terdiri dari data primer dan data sekunder beserta hasil wawancara.
Data primer digunakan untuk mengkaji suatu produk hukum yang mengikat
dan juga memiliki suatu keabsahan sebagai suatu produk hukum, sedangkan
data sekunder digunakan dengan melakukan studi kepustakaan, sedangkan
hasil wawancara digunakan untuk melengkapi kebenaran yang ada.
c. Penyelesaian
Tahap penyelesaian ini, penulis menganalisis seluruh data hasil
penelitian untuk menjawab rumusan masalah pada penulisan hukum ini.
Hal selanjutnya dengan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing,
revisi, kemudian sidang seminar hasil dihadapan dosen penguji.
58