Anda di halaman 1dari 15

HUKUM JAMINAN HAK TANGGUNGAN, GADAI, FIDUSIA, BANK GARANSI, SMF

HAK TANGGUNGAN

A. Pengertian Hak Tanggungan Dalam Kamus Bahasa Indonesia, tanggungan diartikan sebagaibarang yang dijadikan jaminan. Sedangkan jaminan itu sendiri artinyatanggungan atas pinjaman yang diterima (Kamus Besar BahasaIndonesia, 1989 : 899). Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-UndangNomor 4 Tahun 1996 disebutkan pengertian hak tanggungan. Yangdimaksud dengan hak tanggungan adalah :Hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanahsebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agrariaberikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satukesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan hutang tertentu,yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya.Unsur-unsur yang tercantum dalam pengertian hak tanggungandisajikan berikut ini. 1. Hak jaminan yang dibebankan hak atas tanahYang dimaksud dengan hak jaminan atas tanah adalah hakpenguasaan yang secara khusus dapat diberikan kepada kreditur,yang memberi wewenang kepadanya untuk, jika debitur cedera janji, menjual lelang tanah yang secara khusus pula ditunjuksebagai agunan piutangnya dan mengambil seluruh atau sebagianhasilnya untuk pelunasan hutangnya tersebut, dengan hakmendahulu daripada kreditur-kreditur lain (droit de preference). 2. Hak atas tanah berikut atau tidak berikut benda-benda lain yangmerupakan satu kesatuan dengan tanah itu. Pada dasarnya, hak tanggungan dapat dibebankan pada hak atas tanah semata-mata,tetapi dapat juga hak atas tanah tersebut berikut dengan benda-benda yang ada di atasnya.

3. Untuk pelunasan hutang tertentu. Maksud untuk pelunasan hutangtertentu adalah hak tanggungan itu dapat membereskan danselesai dibayar hutang-hutang debitur yang ada pada kreditur.4. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur

tertentuterhadap kreditur-kreditur lainnya.Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya lazimnya disebut droit de preference. Keistimewaan ini ditegaskan dalam Pasal 1 angka (1) danPasal 20 ayat (1) UndangUndang Nomor 4 Tahun 1996, yangberbunyi : Apabila debitur cedera janji, kreditur pemegang haktanggungan berhak untuk menjual objek yang dijadikan jaminanmelalui pelelangan umum menurut peraturan yang berlaku danmengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut,dengan hak mendahulu daripada kreditur-kreditur lain yang bukan pemegang hak tanggungan atau kreditur pemegang hak tanggungandengan peringkat yang lebih rendah. Hak yang istimewa ini tidakdipunyai oleh kreditur bukan pemegang hak tanggungan.Prof. Budi Harsono mengartikan hak tanggungan adalah :Penguasaan hak atas tanah, berisi kewenangan bagi kreditur untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dijadikan agunan.Tetapi bukan untuk dikuasai secara fisik dan digunakan,melainkan untuk menjualnya jika debitur cedera janji dan mengambil dari hasilnya seluruhnya atau sebagian sebagaipembayaran lunas hutang debitur kepadanya (Budi Harsono,1999 : 24).

B. Dasar Hukum Hak Tanggungan Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996,maka peraturan perundangundangan yang mengatur tentangpembebanan hak atas tanah adalah Bab 21 Buku II KUH Perdata,yang berkaitan dengan hipotek dan redietverband dalam Staatsblad 1908-542

sebagaimana telah diubah dengan Staatsblad 1937-190. Kedua ketentuan tersebut sudah tidak berlaku lagi, karena tidak sesuailagi dengan kebutuhan kegiatan perkreditan di Indonesia.Ketidaksesuaian ini karena pada undang-undang lama yang dapatdijadikan objek hipotek dan credietverband hanyalah hak milik, hakguna usaha dan hak guna bangunan, sedangkan pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1999, yang menjadi objek hak tanggungantidak hanya ketiga hak atas tanah tersebut, tetapi ditambah denganhak pakai dan

hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasilkarya yang telah ada atau akan ada merupakan satu kesatuan dengantanah tersebut dan merupakan hak milik pemegang hak atas tanahyang pembebanannya dengan tegas dan dinyatakan di dalam aktapemberian hak atas tanah yang bersangkutan.Lahirnya undang-undang tentang hak tanggungan karenaadanya perintah dalam Pasal 51 UUPA. Pasal 51 UUPA berbunyi Haktanggungan yang dapat dibebankan pada hak milik, hak guna usaha, dan hak guna bangunan tersebut dalam Pasal 25, Pasal 33 dan Pasal39 diatur dalam undang-undang. Tetapi dalam Pasal 57 UUPAdisebutkan bahwa selama undang-undang hak tanggungan belumterbentuk, maka digunakan ketentuan tentang hipotek sebagaimanayang diatur dalam KUH Perdata dan redietverband . Perintah Pasal51 UUPA baru terwujud setelah menunggu selama 36 tahun.

C. Asas-Asas Hak Tanggungan Didalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 ditetapkan pada tanggal 9 April 1996.Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 terdiri atas 11 bab dan 31pasal. Ada 4 pertimbangan dibentuknya Undang-Undang Nomor 4Tahun 1999, yaitu : 1. bahwa bertambah meningkatnya pembangunan nasional yangbertitik berat pada bidang ekonomi, dibutuhkan penyediaan danayang cukup besar, sehingga diperlukan lembaga hak jaminan yangkuat dan mampu memberi kepastian hukum bagi pihak-pihak yangberkepentingan, yang dapat mendorong peningkatan partisipasimasyarakat dalam pembangunan untuk mewujudkan masyarakatyang sejahtera, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD1945; 2. bahwa sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria sampai dengansaat ini. 3. bahwa ketentuan mengenai Hypotheek sebagaimana yang diatur dalam Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia 4. Tanggal buku tanah hak tanggungan adalah tanggal hari ketujuhsetelah penerimaan secara lengkap surat-surat yang diperlukanbagi pendaftarannya. 5. dapat dibebankan atas benda lain yang berkaitan dengan tanahyang baru akan ada di kemudian hari (Pasal 4 ayat (4) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996). Dengan syarat diperjanjikansecara tegas.

D. Subjek Hak Tanggungan Subjek hak tanggungan diatur dalam Pasal 8 sampai denganPasal 9 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang HakTanggungan. Dalam kedua pasal itu ditentukan bahwa yang dapatmenjadi subjek hukum dalam pembebanan hak tanggungan adalahpemberi hak tanggungan dan pemegang hak tanggungan. Pemberihak tanggungan dapat perorangan atau badan hukum, yangmempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum

terhadapobjek hak tanggungan. Pemegang hak tanggungan terdiri dariperorangan atau badan huukm, yang berkedudukan sebagai pihakberpiutang. Biasanya dalam praktik pemberi hak tanggungan disebutdengan debitur, yaitu orang meminjamkan uang di lembaga perbankan, sedangkan penerima hak tanggungan disebut denganistilah kreditur, yaitu orang atau badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak berpiutang.

E. Objek Hak Tanggungan Pada dasarnya tidak setiap hak atas tanah dapat dijadikan jaminan utang, tetapi hak atas tanah yang dapat dijadikan jaminanharus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.1. dapat dinilai dengan uang, karena utang yang dijamin berupauang;2. termasuk hak yang didaftar dalam daftar umum, karena harusmemenuhi syarat publisitas;3. mempunyai sifat dapat dipindahtangankan, karena apabila debitur cedera janji benda yang dijadkan jaminan utang akan dijual dimukaumum; dan4. memerlukan penunjukan dengan undang-undang (Budi Harsono,1996 : 5). F. Pendaftaran Hak Tanggungan Pendaftaran hak tanggungan diatur dalam Pasal 13 sampaidengan Pasal 14 UndangUndang Nomor 4 Tahun 1996. AktaPemberian Hak Tanggungan yang dibuat oleh PPAT wajib didaftarkan.Secara sistematis tata cara pendaftaran dikemukakan berikut ini. 1. Pendaftaran dilakukan di Kantor Pertanahan;

2. PPAT dalam waktu 7 hari setelah ditandatangani pemberian haktanggungan wajib mengirimkan akta pendaftaran hak tanggungandan warkah lainnya kepada Kantor Pertanahan serta berkas yangdiperlukan. Berkas itu meliputi : a. Surat Pengantar dari PPAT yang dibuat rangkap 2 (dua) danmemuat daftar jenis surat-surat yang disampaikan;

b. Surat permohonan pendaftaran hak tanggungan dari penerimahak tanggungan; c. Fotocopy surat identitas pemberi dan pemegang haktanggungan; d. Sertifikat asli hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumahsusun yang menjadi objek hak tanggungan; e. Lembar kedua akta pemberian hak tanggungan; f. Salinan akta pemberian hak tanggungan yang sudah diparaf oleh PPAT yang bersangkutan untuk disahkan sebagai salinanoleh Kepala Kantor Pertanahan untuk pembuatan sertifikat haktanggungan. 3. Kantor Pertanahan membuatkan buku tanah hak tanggungan danmencatatnya dalam buku tanah hak atas tanah yang menjadi objekhak tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada sertifikathak atas tanah yang bersangkutan. 4. Tanggal buku tanah hak tanggungan adalah tanggal hari ketujuhsetelah penerimaan secara lengkap surat-surat yang diperlukanbagi pendaftarannya.

G. Peralihan Hak Tanggungan Pada dasarnya hak tanggungan dapat dialihkan kepada pihaklainnya. Peralihan hak tanggungan ini diatur dalam Pasal 16 sampaidengan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996. PeralihanHak Tanggungan dapat dilakukan dengan cara (1) cessi, (2)subrogasi, (3) pewarisan, dan (4) sebab-sebab lainnya. Cessi adalah perbuatan hukum mengalihkan piutang olehkreditur pemegang hak tanggungan kepada pihak lainnya. Cessi harusdilakukan dengan akta autentuk dan akta di bawah tangan. Secaralisan tidak sah.Subrogasi adalah penggantian kreditur oleh pihak ketiga yangmelunasi hutang debitur. Ada dua cara terjadinya subrogasi, yaitu (1)perjanjian (kontraktual), dan (2) Undang-Undang. Subrogasikontraktual dilakukan dengan cara :

(1) kreditur menerimapembayaran baik untuk sebagian maupun untuk seluruhnya dari pihakketiga, dan serta merta mengalihkan hak dan tuntutan yang dimilikinyaterhadap orang ketiga tersebut, (2) pihak ketiga membantu debitur.Debitur meminjamkan uang dari pihak ketiga yang dipergunakan untukmembayar hutang kepada kreditur, dan sekaligus menempatkan pihakketiga tadi menggantikan kedudukan semula terhadap diri debitur. Supaya subrogasi ini dianggap sah, maka harus diikuti tata carasebagai berikut : (1) pinjaman uang mesti ditetapkan dengan aktaautentik, (2) dalam akta autentik mesti dijelaskan besarnya jumlahpinjaman dan diperuntukkan melunasi hutang debitur, dan (3) tandapelunasan berisi pernyataan, bahwa uang pembayaran hutang yang diserahkan kepada kreditur, adalah uang yang berasal dari pihak ketiga. H. Hapusnya Hak Tanggungan Hapusnya hak tanggungan diatur dalam Pasal 18 sampai denganPasal 19 UndangUndang Nomor 4 Tahun 1996. Yang dimaksud dengan hapusnya hak tanggungan adalah tidak berlakunya lagi haktanggungan. Ada empat sebab hapusnya hak tanggungan, yaitu : 1. hapusnya utang yang dijamin dengan hak tanggungan; 2. dilepaskan hak tanggungan oleh pemegang hak tanggungan; 3. pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan peringkatoleh Ketua Pengadilan Negeri; 4. hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan. Sudikno Mertokusumo, mengemukakan 6 (enam) caraberakhirnya atau hapusnya hak tanggungan. Keenam cara tersebutdisajikan sebagai berikut ini. 1. Dilunasinya hutang atau dipenuhinya prestasi secara sukarela olehdebitur. Disini tidak terjadi cedera janji atau sengketa. 2. Debitur tidak memenuhi tepat pada waktu, yang berakibat debitur akan ditegur oleh kreditur untuk memenuhi prestasinya. Teguranini tidak jarang disambut dengan dipenuhinya prestasi oleh debitur secara sukarela, sehingga dengan demikian utang debitur lunasdan perjanjian utang piutang berakhir.

3. Debitur cedera janji. Dengan adanya cedera janji tersebut, makakreditur dapat mengadakan parate executie dengan menjual lelang barang yang dijaminkan tanpa

melibatkan pengadilan. 4. Debitur cedera janji, maka kreditur dapat mengajukan sertifikat haktanggungan ke pengadilan untuk dieksekusi berdasarkan Pasal224 HIR yang diikuti pelelangan umum. Dengan dilunasi utang darihasil penjualan lelang, maka perjanjian utang piutang berakhir. Disini tidak terjadi gugatan. 5. Debitur cedera janji dan tetap tidak mau memenuhi prestasi makadebitur digugat oleh kreditur, yang kemudian diikuti oleh putusanpengadilan yang memenangkan kreditur (kalau terbukti!). 6. Debitur tidak mau melaksanakan putusan pengadilan yang mengalahkannya dan menghukum melunasi utangnya makaputusan pengadilan dieksekusi secara paksa dengan pelelanganumum yang hasilnya digunakan untuk melunasi hutang debitur,dan mengakibatkan perjanjian utang piutang berakhir (SoediknoMertokusumo, 1996 : 8-9).

GADAI A. Pengertian Gadai Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berhutang atau oleh seorang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada si piutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk

menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana yang harus didahulukan (Badrul Zaman, 1991). B. Sifat-sifat umum gadai a. Gadai adalah untuk benda bergerak Artinya obyek gadai adalah benda bergerak baik berwujud maupun tidak berwujud (hak tagihan).

b. Sifat kebendaan. Artinya memberikan jaminan bagi pemegang gadai bahwa dikemudian hari piutangnya pasti dibayar dari nilai barang jaminan. c. Benda gadai dikuasai oleh pemegang gadai. Artinya benda gadai harus diserahkan oleh pemberi gadai kepada pemegang gadai. d. Hak menjual sendiri benda gadai. Artinya hak untuk menjual sendiri benda gadai oleh pemegang gadai. e. Hak yang didahulukan f. Hak accessoir. Artinya hak gadai tergantung pada perjanjian pokok. (Badrul Zaman, 1991). C. Barang yang dapat digadai Barang yang dapat digadaikan yaitu semua barang bergerak seperti barang-barang perhiasan, elektronik, peralatan rumah tangga, mesin, tekstil, dll. Barang yang tidak dapat digadaikan seperti barang milik pemerintah, surat-surat berharga, hewan dan tanaman, bahan makanan dan benda yang mudah busuk, benda-benda yang kotor, benda-benda yang untuk menguasai dan memindahkan dari satu tempat ke tempat lain memerlukan izin, barang yang karena ukurannya yang besar maka tidak dapat disimpan digadaian, barang yang tidak tetap harganya. (Badrul Zaman, 1991).

D. Hak dan kewajiban pemegang gadai. a. Hak pemegang gadai. Menjual gadai dengan kekuasaan sendiri dan atau dengan perantara hakim, atas izin hakim tetap menguasai benda gadai, mendapat ganti rugi, retorsi dan hak undang-undang untuk didahulukan. b. Kewajiban pemegang gadai. Bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan barang gadai karena kelalaiannya, memberitahukan kepada pemberi gadai apabila barang gadai itu di jual dan bertanggung jawab terhadap hasil penjualan barang gadai tersebut. (Badrul Zaman, 1991).

E. Berakhirnya gadai

Perikatan kredit melalui lembaga gadai akan berakhir pada saat dilunasinya kredit gadai oleh pemberi gadai kepada pemegang gadai sesuai isi pengikat. Gadai dapat diperpanjang dengan cara mengadaikan perjanjian baru. (Badrul Zaman, 1991).

FIDUSIA 3.1 Pengertian Fidusia : Surat perjanjian accesor antar debitor dan kreditor yang isinya penyerahan hak milik secara kepercayaan atas benda bergerak milik debitor kepada kreditor. 3.2 Jaminan Fidusia : 1. Menurut UU No. 42 tahun 1999 pasal 1angka 1 : Pengalihan suatu atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa hak kepemilikannya diahlikan dan penguasaan tetap ada pada pemilik benda. 2. Pasal 1 angka 2 UUJF : Hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan atas perlunasan uatang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada pemberi fidusia terhadap kreditur lainnya. 3.3 Perbedaan Fidusia dengan Jaminan Fidusia : Fidusia merupakan proses pengalihan hak kepemilikan sedangkan jamian fidusia adalah jaminan yang diberikan dalam bentuk fidusia. 3.4 Objek Jaminan Fidusia : Benda segala sesuatu yang dapat memiliki dan dialihkan yang terdaftar maupun tidak terdaftar yang bergerak maupun yang tidak bergerak dan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan atau hipotik. 3.5 Hapusnya jaminan Fidusia : 1. hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia 2. pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh debitur 3. musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia 4. Konkorndansi : 1. Dasar yang efektif untuk mempelajari kata-kata 2. Buku petunjuk untuk menemulan ayat-ayat dalam kitab suci 3. Index,daftar,alfabetis kata pokok dari sebuah buku atau karya seorang penulis konteks terdekat.

BANK GARANSI A. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM BANK GARANSI Bank Garansi adalah jaminan yang diberikan oleh bank untuk kepentingan nasabah, yang dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepada penerima jaminan (pihak ketiga) bahwa bank akan memenuhi kewajiban nasabah kepada penerima jaminan (pihak ketiga) apabila nasabah wanprestasi (tidak memenuhi kewajiban) kepada penerima jaminan (pihak ketiga), sesuai yang telah diperjanjikan. Dengan demikian perlu disadari bahwa dengan memberikan bank garansi, berarti bank telah membuat pengakuan atau janji (secara tertulis) kepada penerima jaminan (pihak ketiga) untuk memenuhi kewajiban nasabah kepada penerima jaminan (pihak ketiga) apabila nasabah wanprestasi dengan membayar sejumlah uang tertentu. Dalam hubungan transaksi ini jelas bahwa dengan pemberian bank garansi, risiko yang dihadapi oleh penerima jaminan (pihak ketiga) diambil-alih oleh bank. Sebagai kompensasi atas kesanggupan mengambil-alih risiko ini, bank harus mendapatkan fee (provisi) dan meminta kontra garansi dari nasabah (sebagai pihak yang dijamin oleh bank) dalam jumlah yang memadai sesuai dengan perhitungan bisnis. Disamping kesadaran akan adanya risiko, hal selanjutnya yang paling mendasar untuk difahami yaitu bahwa risiko bank garansi akan terjadi apabila nasabah yang diberikan jaminan oleh bank melakukan perbuatan wanprestasi. Dengan demikian analisis risiko harus diawali dengan menilai kemampuan nasabah untuk memenuhi kewajiban kepada pihak ketiga (penerima jaminan) yang mencakup aspek-aspek kualitatif (seperti karakter dan manajemen) dan aspek kuantitatif (kondisi financial) nasabah. Dengan memperhatikan pengertian diatas dapat difahami bahwa lahirnya bank garansi didahului adanya proses transaksi antara nasabah dengan pihak ketiga (penerima jaminan), sehingga bank garansi merupakan perjanjian accesoir dan perjanjian pokoknya yaitu transaksi antara nasabah dengan pihak ketiga (penerima jaminan).

Ditinjau dari segi hukum bank garansi termasuk perjanjian penanggungan (borgtocht), yang diatur dalam KUH Perdata pasal 1820 1850, yang mengatur masalah penanggungan hutang secara umum. Sedangkan ketentuan yang mengatur bentuk dan syarat-syarat minimal bank garansi, ditentukan oleh Bank Indoneisa. Selain itu aturan hukumnya juga terdapat dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992. Dalam ketentuan yang mengatur isi bank garansi, antara lain diatur masalah klausula yaitu ketentuan yang mengatur bahwa dalam fungsinya sebagai penanggung (borg), bank melepaskan hak-hak istimewa sebagaimana diatur dalam pasal 1831 KUH Perdata, sehingga dengan demikian bank harus membayar klaim yang diajukan oleh penerima bank garansi apabila nasabah wanprestasi. Sejalan dengan pengertian diatas, pemberian bank garansi harus dilakukan sesuai dengan filosofi dan proses pemberian kredit, baik menyangkut analisis kelayakan dan analisis risiko maupun ketentuan kewenangan memutus.

B. Jenis Bank Garansi A. Garansi dalam bentuk warkat Yaitu bank garansi yang diterbitkan oleh bank yang mengakibatkan kewajiban membayar bagi bank terhadap pihak yang menerima garansi apabila pihak yang dijamin (nasabah) cidera janji (wanprestasi). Dilihat dari sisi penggunaannya, bank garansi dalam bentuk warkat dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Bank Garansi Yang Diberikan Untuk Mendukung Modal Kerja Adalah bank garansi untuk mendukung modal kerja nasabah, yang biasanya digunakan untuk pelaksanaan suatu kegiatan dalam suatu proyek/pengadaan barang dan atau keagenan / distributor oleh nasabah. bank garansi untuk kepentingan proyek ini dapat diberikan kepada Main Contractor dan Sub Contractor berdasarkan analisis kelayakan oleh pejabat kredit lini. bank garansi untuk mendukung modal kerja ini dapat dirinci sebagai berikut : a. Bank Garansi Untuk Proyek Pembangunan/Pengadaan Barang/Jasa Jaminan Tender (Tender / Bid Bond) merupakan jenis bank garansi yang diberikan pada nasabah dengan tujuan agar nasabah dapat mengikuti kegiatan tender suatu proyek tertentu sesuai persyaratan yang ditentukan pemilik proyek. Dengan diterbitkannya Tender/Bid Bond, maka BRI menjamin bahwa: Nasabah akan melaksanakan

kewajibannya untuk mengikuti tender tersebut sesuai persyaratan yang ditetapkan pemilik proyek. Jaminan Uang Muka (Advance Payment Bond) merupakan jenis bank garansi yang diberikan kepada nasabah untuk kepentingan pemilik proyek (bouwheer), dengan tujuan untuk menjamin pengambilan uang muka oleh nasabah dalam rangka pelaksanaan tahapan tertentu dari suatu proyek. Jaminan Pelaksanaan Proyek (Performance Bond) merupakan jenis bank garansi yang diberikan kepada nasabah untuk kepentingan pemilik proyek (bouwheer) dalam rangka pelaksanaan suatu proyek atau pekerjaan sesuai dengan kontrak kerja yang sudah ditandatangani. Jaminan Pemeliharaan (Maintenance Bond) merupakan jenis bank garansi yang diberikan kepada nasabah untuk kepentingan pemilik proyek dalam rangka pemeliharaan suatu proyek tertentu selama jangka waktu tertentu, sesuai dengan kontrak kerja yang sudah ditandatanganinya. Besarnya nilai garansi untuk kepentingan proyek ini (tender bond, advance payment bond, performance bond dan maintenance bond), ditentukan oleh permintaan atau syarat yang ditetapkan pihak bouwheer atau pemilik proyek. b. Bank Garansi Untuk Pembelian / Pengadaan Bahan Baku / Stock Barang Dagangan dan Perdagangan ( Agen/Dealer ) Jenis bank garansi ini bertujuan untuk menjamin pihak pemasok (supplier, pabrikan) yang memasok bahan baku atau barang dagangan yang digunakan/diperlukan oleh nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan modal kerja nasabah. c. Bank Garansi Untuk Kepentingan Pita Cukai Rokok bank garansi ini diterbitkan dengan tujuan untuk kepentingan nasabah dalam rangka pembebasan dan atau penangguhan pembayaran kewajiban cukai, bea masuk, serta pungutan lainnya yang harus dipenuhi oleh nasabah. 2. Bank Garansi Diberikan Untuk Mendukung Keperluan Investasi bank garansi untuk kepentingan Bea Cukai dalam rangka pembebasan Bea Masuk dan pungutan lain-lain untuk pengadaan barang investasi. bank garansi sejenis ini biasanya diberikan untuk menjamin bahwa barangbarang yang diimpor oleh nasabah akan digunakan untuk kepentingan investasi, sehingga barang tersebut dapat diberikan fasilitas

bebas bea masuk dan pungutan lainnya. Perlu diketahui bahwa penerbitan bank garansi oleh bank untuk kepentingan bea dan cukai, hanya untuk barang-barang yang diperkenankan oleh Menteri Keuangan. 3. Standby Letter of Credit ( SBLC ) Penerbitan Standby L/C oleh bank (sebagai pihak yang menjamin) pada dasarnya merupakan suatu jenis garansi (jaminan) yang diberikan atas permintaan nasabah untuk kepentingan bank Lain atau pihak yang menerima jaminan (beneficiary), berdasarkan term of payment sesuai yang dinyatakan dalam Standby L/C, terlepas dari underlying transaction antara beneficiary dan account party, termasuk pula jaminan dalam rangka pemberian kredit. Kewenangan penggunaan Credit Line kepada bank luar negeri dalam rangka penerbitan SBLC dilakukan oleh Divisi Internasional. Sedangkan kewenangan penggunaan Credit Line kepada bank dalam negeri dalam rangka penerbitan SBLC dilakukan oleh Divisi Treasury.

C. Garansi Dalam Bentuk Penandatanganan Atas Surat Berharga Garansi dalam bentuk penandatanganan surat-surat berharga seperti aval dan endorsement dengan hak regress akan dapat menimbulkan kewajiban membayar bagi bank apabila pihak yang dijamin cidera janji. Pemberian garansi dalam bentuk penandatanganan surat-surat berharga, mulai berlaku sejak tanggal dilakukannya pembubuhan tanda tangan kedua dan seterusnya atas surat-surat berharga yang bersangkutan oleh bank dan berakhir apabila : 1. Telah ada pembayaran dari debitur baik dalam hal tidak terjadi klaim maupun dalam hal terjadi klaim yang kemudian diterima. Yang dimaksud dengan debitur adalah pihak tertarik (dalam hal wesel) dan penandatanganan atau penerbit (dalam hal promes). 2. Tidak diterima pemberitahuan klaim dalam tenggang waktu menurut ketentuan yang ditetapkan dalam kitab undang undang Hukum dagang. Mengingat bank garansi dalam bentuk penandatanganan surat berharga termasuk dalam ruang lingkup produk operasional yang menjadi tugas Divisi Treasury, maka pengaturan lebih lanjut mengenai bank garansi dalam bentuk penandatanganan surat berharga akan dilakukan oleh Divisi Treasury.

D. Garansi Lainnya Garansi lainnya merupakan garansi (jaminan) yang dikeluarkan oleh bank diluar jenis garansi tersebut diatas. Apapun bentuknya, dengan dikeluarkannya garansi tersebut, bank tetap bertindak sebagai penjamin yang dapat menimbulkan kewajiban membayar sejumlah tertentu kepada pihak yang dijamin. Adapun jenis garansi lainnya adalah sebagai berikut : 1. Garansi Bersyarat, Garansi ini merupakan garansi (jaminan) yang terjadi karena adanya perjanjian bersyarat, sehingga dapat menimbulkan kewajiban membayar pada bank bersangkutan sejumlah tertentu apabila pihak yang dijamin cidera janji, seperti halnya Letter of credit (L/C) 2. Garansi Dalam Bentuk Surat, Pemberian garansi seperti ini diberikan dalam bentuk surat yang mulai berlaku pada saat penandatanganan garansi dan berakhir pada saat realisasi garansi dimana syarat perjanjian dipenuhi, atau pada saat tidak dipenuhinya syarat perjanjian. Pemberian garansi seperti ini dapat diterbitkan sendiri atau dalam bentuk penandatanganan kedua dan seterusnya atas warkat-warkat pihak lain yang menimbulkan kewajiban pemberian garansi, seperti Letter of commitment. Syarat-syarat Minimum yang Harus Dipenuhi Pada Setiap Penerbitan Bank Garansi 1. Judul Bank Garansi Dalam hal bank mengeluarkan bank garansi dalam bahasa asing, maka dibawah judul dalam bahasa asing tersebut harus diberi judul dalam kurung Bank Garansi. 2. Nama dan alamat bank pemberi 3. Tanggal penerbitan 4. Transaksi antara pihak yang dijamin (nasabah) dengan pihak penerima garansi, yaitu perjanjian pokok yang dijamin dengan perjanjian garansi, misalnya tender, pemenuhan bea masuk, pembangunan suatu proyek, pengadaan barang, pemeliharaan proyek, perijinan perdagangan valuta asing, dsb. Transaksi atau perjanjian pokok yang dijamin dengan bank garansi tersebut harus jelas, sehingga kriteria wan prestasi dapat dibuktikan dengan jelas tanpa adanya salah persepsi dari masing-masing pihak (Bank, nasabah dan pihak penerima jaminan ). 5. Jumlah uang yang dijamin 6. Tanggal mulai berlaku dan berakhir Jangka Waktu bank garansi adalah jangka waktu yang tertera dalam warkat bank garansi. Jangka waktu bank garansi diperbolehkan

sampai dengan maksimal 12 bulan. Pemberian bank garansi dengan jangka waktu melampaui 12 bulan, dapat dipertimbangkan setelah memperoleh izin prinsip Direktur Bisnis dan Direktur Pengendalian Kredit yang diajukan melalui Divisi Administrasi Kredit. Masa berlaku bank garansi dimulai sejak tanggal penerbitan warkat bank garansi dan berakhir sampai dengan tanggal yang ditetapkan dalam warkat bank garansi tersebut. 7. Penegasan batas waktu pengajuan klaim bank garansi yang diterbitkan harus dengan tegas mencantumkan bahwa klaim dapat diajukan segera setelah timbul wanprestasi, dengan batas waktu pengajuan terakhir sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari kalender dan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender setelah berakhirnya bank garansi tersebut. 8. Pernyataan bahwa penjamin (bank) melepaskan hak istimewa sebagaimana pasal 1831 KUH Perdata. Dengan melepaskan hak istimewa tersebut, maka penjamin (bank) wajib membayar bank garansi tersebut segera setelah timbul wanprestasi. Calon Nasabah Yang Tidak Boleh Diberikan Fasilitas Bank Garansi a. Warga negara asing b. Badan hukum asing atau badan asing lainnya Tidak termasuk dalam pengertian Badan Hukum Asing atau Badan Asing lainnya adalah Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dan perusahaan patungan (Joint Venture) yang berbadan hukum Indonesia. c. Warga negara Indonesia yang memiliki status penduduk tetap Negara lain dan tidak berdomisili di Indonesia d. Perwakilan negara asing dan Lembaga Internasional di Indonesia e. Kantor Bank / Badan Hukum Indonesia di luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai