Anda di halaman 1dari 16

BAB I

Pendahuluan
A. Latar belakang
Menurut Pasal 499 KUH Perdata, pengertian benda (zaak) adalah segala
sesuatu yang dapat menjadi obyek hak milik. Yang dapat menjadi obyek hak
milik dapat berupa barang dan dapat pula berupa hak, seperti hak cipta, hak
paten, dan lain – lain. Namun pengertian benda yang dimaksud oleh
KUHPerdata adalah benda berwujud seperti kendaraan bermotor, tanah, dan
lain – lain. Sedangkan benda tak berwujud seperti hak cipta, paten, tdak diatur
oleh KUHPerdata, melainkan diatur dalam undang – undang tersendiri, yaitu
Undang – Undang Perlindungan HKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual)(Djaja
S. Meliala, 2015 : Permasalahan yang dibahas dalam penulisan ini adalah
bagaimana jaminan fidusia dapat memberikan perlindungan hukum bagi
kreditur menurut UU No 42 tahun 1999 tentang jaminan Fidusia? Dan
bagaimana akibat hukum tidak didaftar-kannya jaminan Fidusia ? Penelitian
yang digunakan merupakan penelitian deskriptif, yaitu mencoba
menggambarkan tentang objek penelitian. Penelitian ini berbentuk normatif,
yang akan menggunakan pendekatan Yuridis berdasarkan Undang-Undang
No. 42 Tahun 1999 tentang jenis Jaminan, hipotik dan Fidusia.
B. Rumusan masalah
1. Begaimana Jenis Jaminan itu..?
2. Apa itu Gadai..?
3. Bagimana Hipotik dalam jaminan?
4. Apa saja tanggungan nya di dalam jaminan Hak tanggungan?
5. JaminanFidusia di bagi berapa?
C. Tujuan
1. Sapuya kita tau gimana hukum nya menjaminkan barang
2. Ada juga barang yang tak berwujud yang bisa di jaminkan
3. Gimana peran Hipotik dalam hukum perdata
4. Samapai mana batasan gadai di dalam hukum perdata
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hak Jaminan
Pada dasarnya, jenis jaminan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
 Jaminan material (kebendaan).
 Jaminan inmaterial (perorangan).
Jaminan Material adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda
yang mempunyai ciri-ciri mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu,
dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya dan dapat
dialihkan. Jaminan inmaterial adalah jaminan yang menimbulkan hubungan
langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankanterhadap debitor
tertentu, terhadap harta kekayaan debitor umumnya (Sri Soedewi Masjchoen
Sofwan, 46-47).
Jaminan kebendaan dapat dilakukan pembebanan dengan:
 Hak Tanggungan
Pada mulanya pembebanan hak atas tanah diatur dalam Buku II KUHPerdata,
Credietverband dalam Staatsblad 1908-542 sebagaimana telah diubah dengan
Staatsblad 1937-190 dan pasal UUPA. Ketiga ketentuan itu telah dicabut
dengan UU no.4 tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda-
benda yang berkaitan dengan tanah karena tidak sesuai lagi dengan kegiatan
perkreditan di Indonesia.
Ada 4 pertimbanagan dibentuknya UU No.4 tahun 1996, yaitu:
1. Bahwa bertambah meningkatnya pembangunan nasional yang bertitik berat
dalam bidang ekonomi, dibutuhkan penyediaan dana yang cukup besar,
sehingga diperlukan lembaga hak jaminan yang kuat dan mampu memberi
kepastian hukum bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yang dapat
mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan untuk
mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
2. Bahwa sejak berlakunya Undang-Undang No.5 tahun 1960 tentang
peraturan dasar pokok-pokok Agraria sampai dengan saat ini,ketentuan
yang lengkap mengenai Hak tanggungan sebagai lembaga hak jaminan
yang dapat dibebankan atas tanah berikut.1
3. BahwaketentuanmengenaiHypotheek sebagaimana yang diatur dalam Buku II
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia sepanjang mengenai
tanah ,dan ketentuan mengenai Credi etver band dalam Staatsblad 1908-542
sebagaimana telah diubah dengan Staatsblad 1937-190 ,yang berdasarkan Pasal
57 Undang-Undang No.51960 tentang peraturan dasar pokok-pokok
Agraria,masih diberlakukan sementara sampai dengan terbentuknya Undang-
Undang tentang Hak tanggungan, dipandang tidak sesuai lagi dengan
kebutuhan kegiatan peekreditan, sehubungan dengan perkembangan tata
ekonomi Indonesia.
4. Bahwa mengingat perkembangan yang telah dan akan terjadi dibidang
pengaturan dan administrasi hak-hak atas tanah serta untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat banyak, selain hak milik, hak guna usaha,dan hak guna
bangunan yang telah ditunjuk sebagai objek hak tanggungan oleh Undang-
Undang No. 5 tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok Agraria, hak
pakai atas tanah tertentu yang wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat
dipindah tangankan ,perlu juga dimungkinkan untuk dibebani hak tanggungan.
Di dalam pasal 1 ayat 1 UU NO.6 Tahun 1999 disebutkan pengertian hak
tanggungan. Yang di maksud dengan hak tanggungan adalah hak jaminan
yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang di maksud dalam
undang-undang nomer 5 tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok
Agraria berikut atau tidak berikut benda benda yang merupakan satu kesatuan
dengan tanah itu untuk utang perlunasan utang tertentu, yang
memberikankedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap
kreditor-kreditor lainnya. Unsur-unsur yang tercantum dalam hak tanggungan,
yaitu:
 Hak Jaminan yang dibebankan hak atas tanah.
 Hak atas tanah berikut.

1
Salim HS, S.H.,M.S., pengantar hukum perdata tertulis (BW), (Yogyakarta, 2001),hlm
112-113
 Untuk pelunasan utang tertentu.
 Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu
terhadap kreditor-kreditor lainnya.Yang menjadi ciri hak tanggungan
adalah sebagai berikut:2
 Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada pemegangnya atau yang
dikenal dengan droit de preference. Keistimewaan yang di tegaskan dalam
Pasal 1 angka 1 dan pasal 20 (1) UU No.4 tahun 1996. Apabila debitor
cedera janji, kreditor pemegang hak tanggungan berhak untuk menjual
objek yang dijadikan jaminan melalui pelelangan umum menurut
peraturan yang berlaku dan mengambil pelunasan piutangnya dari hasil
penjualannya tersebut, dengan hak mendahulu dari pada kreditor-kreditor
lain yang bukan pemegang hak tanggungan atau kreditor pemegang hak
tanggungan dengan peringkat yang lebih rendah. Hak yang istimewa ini
tidak di punyai oleh kreditor bukan pemegang hak tanggungan.
 Selalu mengikuti objek yang dijamin dalam tangan siapapun benda itu
berada atau disebut dengan droit de suit. Keistimewaan ini ditegaskan
dalam pasal 7 UU No.4 1996. Biarpun objek hak tanggungan sudah
dipindahkan haknya kepada pihak lain, kreditor pemegang hak tanggungan
tetap masih berhak untuk menjualnya melalui pelalangan umum jika
debitor cedera janji.
 Memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak
ketiga dan memberikan kepastian hukum bagi pihak yang berkepentingan.
 Mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusinya. Dalam UU No.4 tahun
1996 memberikan kemudahan dan kepastian kepada kreditor dalam
pelaksanaan eksekusi.
B. Asas-asaa Hak Tanggungan
Di dalam UU No.4 tahun 1996 dikenal beberapa asas hak tanggungan, yaitu :
 Dapat dijadikan jaminan untuk utang yang baru akan ada (pasal 3 ayat 1
UU nomer 4 tahun 1996).

2
Ibid hlm 113-115
 Dapat menjamin lebih dari satu utang (pasal 3 ayat 2 UU No.4 tahun
1996), mengikuti objek dalam tangan siapapun objek itu berada (pasal 7
UU No.4 1996).
 Wajib didaftarkan (pasal 13 UU No.4 tahun 1996).
C. Objek dan subjek hak tanggungan Pada dasarnya tidak setiap hak atas tanah
dapat dijadikan jaminan utang, tetapi hak atas tanah yang dapat dijadikan
jaminan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
 Dapat dinilai dengan uang karena utang dijamin berupa uang.
 Termasuk hak yang didaftarkan dalam daftar umum karena harus
memenuh syaratpublisitas.
 Mempunyai sifat dapat dipindahtangankan karena apabila debitor cedera
janji benda yang dijadikan jaminanutang akan dijual dimuka umum.
 Memerlukan penunjukan dengan undang-undang (Budi Harsono, 1996:5).3
Dalam pasal 4-7 UU NO.4 tahun 1996 telah ditunjuk secara tegas hak atas
tanah yang dapat dijadikan jaminan utang. Ada lima jenis hak atas tanah yang
dapat dijaminkan Hak Tanggungan, yaitu:
 Hak milik
 Hak guna usaha
 Hak guna bangunan
 Hak pakai, baik hak milik maupun hak atas negara
 Hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasi karya yang telah ada
atau akan ada merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut dan
merupakan hak milik pemegang hak atas yang pembebannya dengan tegas
dan dinyatakan di dalam akta pemberian hak tanah yang bersangkutan.
Yang dapat menjadi subjek hukum dalam pemasangan hak tanggungan adalah
sebagai berikut.
 Pemberi hak tanggungan, dapat perorangan atau badan hukum, yang
mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap
objek hak tanggungan.

3
Ibid hlm 115-117
 Pemegang hak tanggungan, terdiri dari perorangan atau badan hukum yang
berkedudukan sebagai pihak berpiutang.
Biasanya dalam praktek pemberi hak tanggungan di sebut debgan debitor,
yaitu orang yang meminjamkan uang di lembaga perbankan, sedangkan
penerima hak tanggungan disebut dengan istilah kreditor, yaitu orang atau
badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak berpiutang. 4
D. Tata cara pemberian hak tanggungan, Prosedur pemberian hak tanggungan
sesuai ketentuan pasal 10 UU No.4 tahun 1996 adalah sebagai berikut.
 Di dahului janji utk memberikan hak tanggungan sebgai jaminan
pelunasan utang tertentu, yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dan
perjanjian utang piutang.
 Dilakukan dengan pembuatan akta pemberian hak tanggungan oleh PPAT
sesuai perundang-undangan yang berlaku.
 Objek hak tanggungan berupa hak atas tanah yang berasal dari konversi
hak lama yang telah memenuhi syarat didaftarkan, akan tetapi belum
dilakukan bersamaan dengan permohonan pendaftaran hak atas tanahyang
bersangkutan.
Prosedur pembebanan hak tanggungan yang menggunakan surat kuasa
pembebanan hak tanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 15 UU
No.4 tahun 1996 di kemukakan berikut ini.
1. Wajib dibuatkan dengan akta notaris atau PPAT dan memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Tidak memuat kuasa untuk melakukan perbuatan hukum lain dari pada
membebankan hak tanggungan.
b. Tidak memuat kuasa substitusi
c. Mencantumkan secara jelas objek hak tanggungan, jumlah utang dan
nama serta identitas kreditornya, nama dan identitas debitor apabila
debitor bukan pemberi hak tanggungan.

4
Ibid hlm 117-118
2. Tidak dapat ditarik kembali atau tidak dapat berakhiroleh sebab apapun
juga kecuali karenakuasa tersebut telah dilaksanakan ataukarena telah habis
jangkau waktunya
3. Surat kuasa membebankan hak tanggungan mengenai hak atas tanah yang
sudah terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan APHT selambat-lambatnya
1 bulan sesudah diberikan.
4. Surat kuasa membebankan hak tanggungan mengenai hak atas tanah yang
belum terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan akta pemberian hak
tanggungan (APHT) selambat-lambatnya 3 bulan sesudah di berikan.
Prosedur pada huruf c dan d tidak berlaku dalam hal surat kuasa
membebankan hak tanggungan di berikan untuk menjamin kredit tertentu
yang di tetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Peralihan hak tanggungan Peralihan hak tanggungan ini diatur dalam pasal
16-17 UU No.4 tahun 1996. Peralihan hak tanggungan dapat dilakukan
dengan cara (1) cessa, (2) subrogasi, (3) pewarisan, (4) sebab-sebab
lainnya.
6. Hapusnya hak tanggungandiatur dalam pasal 18-19 UU No.4 tahun 1996.
Yang dimaksud dengan hapusmya hak tanggungan adalah tidak berlakunya
lagi hak tanggungan. Ada 4 sebab hapusnya hak tanggungan, yaitu:
 Hapusnya hutang yang di jamin dengan hak tanggungan
 Di lepaskan hak tanggungan oleh pemegang hak tanggungan
 Pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh
ketua pengadilan Negeri.5
 Hapusnya hak atas tanah yang di bebani hak tanggungan. Walaupun
hak atas tanah itu hapus, namun pemberi hak tanggungantetap
berkewajiban untuk membayar utangnya.
7. Eksekusi hak tanggungan diatur dalam pasal 20-21 UU No.4 tahun 1996.
Apabila debitor cedera janji, maka:
 Hak pemegang hak tanggungan pertama untuk menjual hak
tanggungan sebagaimana yang di maksud dalam pasal 6.

5
Ibid hlm 118-120
 Titel eksekutorial yang terdapat pada sertifikat hak tanggungan,
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 14 ayat 2.
Ada dua macam cara eksekusi objek hak tanggungan, yaitu: (1) melalui
pelelangan umum, dan (2) emsekusi di bawah tangan.
8. Pencoretan (Roya) hak tanggungan
Roya hak tanggungan diatur dalam pasal 22 UU No.4 tahun 1996. Apabila
hak tanggungan hapus, maka kantor pertahanan melakukan roya
(Pencoretan) catatan hak tanggungan pada buku tanah hak atas tanah dan
sertifikatnya. Sertifikat hak tanggungan dinyatakan tidak berlaku oleh
kantor pertanahan, hal tersebut di catat pada buku tanah hak tanggungan.
Prosedur pencoretan tu dikemukakan berikut ini.
Permohonan pencoretan dilakukan oleh pihak yang berkepentingan dengan
melampirkan hal-hal sebagai berikut.
 Sertifikat hak tanggungan yang telah diberi catatan oleh kreditor bahwa
hak tanggungan hapus karena piutangnya telah lunas.
 Pernyataan tertulis dari kreditor bahwa hak tanggungan telah hapus karena
piutang yang dijamin dengan hak tanggungan telah lunas atau kreditor
melepaskan hak tanggungan yang bersangkutan.6
E. Pengertian hak gadai
1. Menurut KUHPer
Gadai adalah suatu hak kebendaan yang diproleh seorang berpiutang atas
suatu barang bergerak,yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang
atau oleh seorang lain atas namnaya,dan memberikan kekuasaan kepada si
berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara
didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya;dengan kekecualian
biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan
untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan,biaya-biaya mana
harus didahulukan (pasal 1150 KUHPer).
2. Mnurut prof.Subekti, S.H

6
Ibid hlm 120-125
Dengan mengacu pada pasal 1150 KUHPer,pandrecht adalah suatu hak
kebendaan atas suatu benda yang bergerak kepunyaan orang lain,yang
semata-mata diperjanjikan dengan menyerahkan bezit atas benda
tersebut,dengan tujuan untuk mengambil pelunasan suatu hutang dari
pendapatan penjualan benda itu,lebih dahulu dari penagih-penagih
lainnya.7
F. Sifat-Sifat Hak Gadai
HAk gadai ini bersifat accessoir,yaitu merupakan tambahan saja dari
perjanjian pinjaman uang.Ini dimaksudkan untuk menjaga jagan sampai
siberutang itu lalai membayar kembali utangnya.
G. Syarat-Syarat Timbulnya Hak Gadai
HAk gadai lahir dengan penyerahan kekuasaan atas barang yang dijadikan
tanggungan pada pemegang gadai.Hak atas barang gadai ini juga dapat
pula ditaruh dibawah kekuasaan seseorang pihak ketiga atas persetujuan
kedua belah pihak yang berkepentingan (pasal 1152 ayat 1
KUHPer).Selanjutnya menurut pasal 1152 ayat (2) KUHPer,gadai tidak
sah jika bendanya dibiarkan tetap berada dalam kekuasaan sipemberi gadai
(si berutang).
H. Obyek Hak Gadai
1. Benda bergerak yang berwujud.
2. Benda bergerak yang tak berwujud.
I. Hak Hipotik
1. Menurut KUHPer,Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda-benda
tak bergerak,untuk mengambil penggantian dari padanya bagi pelunassan
suatu perikatan (pasal 1162 KUHPer).
2. Menurut porf. Subekti S.HDengan mengacu dari pasal 1162
KUHPer,hypotheek adalah suatu hak kebendaan atas suatu benda tak
bergerak,bertujuan untuk mengambil pelunasan suatu utang dari
(pendapatan penjualan) benda itu.

7
P.N.H. Simanjuntak,S.H.,Hukum perdata Indonesia,cetakan ke-4,
(Jakarta:Djambatan2009),hal.227
J. Sifat dari Hipotikaddalah sifatnya accessoir,yaitu adanya tergantung pada
perjanjian pokok.Hipotik mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Hipotik lebih didahulukan pemenuhannya dari piutang yang lain atau
droith de preference(pasal 1133 KUHPer).
2. Hipotik itu tak dapat dibagi-bagi dan meletak diatass seluruh benda
yang menjadi obyeknya (pasal 1163 ayat 1 KUHPer).
3. Hak hipotik itu senantiasa mengikuti bendanya dalam tangan siapa
benda itu berada atau broit de suite (pasal 1163 ayat 2 KUHPer).
4. Obyek hipotik adalah benda-benda tetap,yaitu yang dapat dipakai
sebagai jaminan adalah benda-benda tetap,baik yang berwujud maupun
yang berupa hak-hak atas tanah (pasal 1164 KUHPer).
5. Hak hipotik hanya berisi hak untuk pelunasan hutang saja dan tidak
mengandung hak untuk menguasai atau memiliki bendanya.
K. Subyek dan obyek hipotik
Suatu hipotik hanya dapat diberikan oleh pemilik benda itu (pasal 1168
KUHPer).Sedangkan yang dapat dijadikan obyek hipotik adalah benda yang
tak bergerak.Menurut pasal 1164 KUHPer,yang dapat dibebani dengan hipotik
adalah :
1. Benda-benda tak bergerak.
2. Hak pakai hasil atas benda tersebut.
3. Hak postal dan hak rfpacht.
4. Bunga tanah
5. Bunga sepersepuluh
6. Pasar-pasar yang diakui oleh pemerintah beserta hak istimewa yang
melekat padanya.
L. Syarat-Syarat Hipotik
1. Harus dengan akta notaries kecuali dalam hal-hal yang dengan tegas
ditunujuk undang-undang (pasal 1171 KUHPer).
2. Harus didaftarkan ke kantor balik nama (pasal 1179 KUHPer).
M. Asas-asas hipotikn Menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen sofwan,ada dua
asas dalam hipotik yaitu:
1. Asas publiciteit,yaitu asas yang mengharuskan bahwa hipotik itu harus
diddaftarkan pada pebagawai pembalikan nama,yaitu pada kantor
kadaster.Yang didaftarkan ialah akta dari hipotik itu.
2. Asas specialiteit,yitu asas yang menghendaki,bahwa hipotik hanya dapat
diadakan atas benda-benda yang ditunjukkan secara khusus untuk dipakai
sebagai tanggungan.
N. Hapusnya hipotik Menurut Pasal 1209 KUHPer,hak hipotik dapat hapus
karena:

1. Hapusnya perikatan pokoknya.


2. Si berpiutang melepaskan hipotiknya.
3. Penetapan tingkat oleh hakim.
O. Fidusia berasal dari kata fiduciair atau fides, yang artinya kepercayaan,yaitu
penyerahan hak milik atas benda secara kepercayaan sebagai jaminan
(agunan) bagi pelunasan piutang kreditor. Fidusia sering disebut
denganistilah FEO, yang merupakan singkatan dari Fiduciare Eigendom
Overdracht.Penyerahan hak milik atas benda ini dimaksudkan hanya sebagai
agunan bagipelunasan utang tertentu, di mana memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada penerima fidusia (kreditor) terhadap kreditor-kreditor
lainnya.1
Pengertian fidusia dinyatakan dalam Undang-Undang No 42 Tahun 1999
TentangJaminan Fidusia Pasal 1 angka 1, bahwa :fidusia adalah pengalihan
hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa
benda yang hak kepemilikannya di alih kan tersebut tetap dalam penguasaan
pemilik benda. Sedangkan pengertian jaminan fidusia terdapat dalam Pasal 1
angka 2 UUJF yang menyatakan, bahwa : jaminan fidusia adalah hak jaminan
atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan
benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak
tanggungansebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi
fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap
kreditorlainnya.2
P. Objek dan subjek jaminan fiducia
Sebelum berlaku nya UU Nomor 42 Tahun 1999 , maka yang menjadi objek
jaminan fiducia adalah benda bergerak yang terdiri dari benda dalam
persedian (inventory), benda dagangan, piutang, peralatan mesin, dan
kendaran bermotor, tetapi dengan berlaku nya UU Nomor 42 Tahun 1999,
maka objek jaminan fiducia di berikan pengertian yang luas. Berdasarkan UU
ini obejek jaminan fiducia dibagi dua macam, yaitu:
1. Benda bergerak, baik berujut maupun tidak berujut.
2. Benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak di bebani hak
tanggungan.8

8
Prof.Dr.R.M. sudikano mertoksumo, S.H. pengantar hukum perdata tertulis (BW)hlm
128
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Hak kebendaan yang bersifat jaminan, misalnya gadai, hipotik dan fidusia.
Hak kebendaan yang bersifat menjamin dalam lingkup pembedaan hak
kebendaan, yaitu hak gadai merupakan suatu hak yang di peroleh seorang
berfiutang atas suatu barang bergerak yang di serahkan kepadanya oleh
seorang yang berutang atau seorang lain atas namanya dab yang
memberikan kekuasaan kepda si berpiutang itu untuk mengambil
pelunasan dari bang tersebut secara di dahulukan dari pada orang-orang
berpiutang lain nya, dengan kekecualian biaya untuk menyelamatkan nya
setelah barang itu di gadai kan, biaya-biya mana harus di dahulukan.
Sedangkan hipotik merupakan hak kebendaan atas benda-benda tak
bergerak untuk mengambil penggantian dari pada bagi pelunasan suatu
perikatan.
DAFTAR PUSTAKA

Salim HS, S.H.,M.S., pengantar hukum perdata tertulis (BW),


(Yogyakarta, 2001),hlm 112-113
P.N.H. Simanjuntak,S.H.,Hukum perdata Indonesia,cetakan ke 4,(Jakarta :
Djambatan 2009), hal.227
Prof.Dr.R.M. sudikano mertoksumo, S.H. pengantar hukum perdata
tertulis (BW) hlm 128
MAKALAH
HAK JAMINAN

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Hukum Bisnis

Dosen Pengampu

EKO SARIYEKTI

Disusun Oleh :

Abdur Rofiq NIM : 1120014


Achmad Imron NIM :1120015
Eko Santoso NIM :1120029
Ruwati NIM :1120057
Sukron Mubaroq NIM :1120063
Ratna Wida Baroro NIM :1120054
Abdul rohim NIM :1120013

PRODI HUKUM KELUARGA (AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH)


INSTITUT ISLAM NAHDLATUL ULAMA
TEMANGGUNG
TAHUN 2022

Anda mungkin juga menyukai