Anda di halaman 1dari 4

Nama : Prabowo Damai Putra Perdhana

Kelas : Unggulan
NIM : 30302100365
Mata Kuliah : Hukum Hak Tanggungan san PHAT
Dosen : Dr. Ratih Mega Puspa Sari, SH., M.Kn

A. Objek dan Subjek Hukum dalam hak tanggungan

UUPA mengenal hak jaminan atas tanah, yang dinamakan hak tanggungan.
Menurut UUPA, Hak Tanggungan itu dapat dibebankan di tanah hak milik (pasal 25),
hak guna usaha (pasal 33), dan hak guna bangunan (pasal 39). Menurut pasal 51
UUPA, Hak Tanggungan diatur dengan undang-undang, Yani undang-undang nomor 4
tahun 1996 tentang tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan
tanah, hal tersebut terwujudlah suatu hukum jaminan nasional seperti yang
diamanatkan di dalam pasal 51 UUPA tersebut.

Berdasarkan undang-undang hak tanggungan, objek yang dapat dibebani


dengan ketangguhan adalah hak atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan
dengan tanah. Dalam pasal 4 undang-undang ketangguhan tersebut dijelaskan bahwa
hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan adalah sebagai berikut : a) Hak
milik, b) Hak Guna Usaha, c) Hak Guna Bangunan, d) Hak Pakai atas tanah negara,
yang menurut ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat
dipindah tangankan, e) Hak Hak atas tanah berikut bangunan, tanaman tomat dan
hasil karya yang telah ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah
tersebut dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah. dalam hal ini
pembebanannya harus dengan tegas dinyatakan di dalam akta pembelian hak
tanggungan yang bersangkutan.

Khususnya Hak pakai, dalam kenyataannya tidak semua tanah hak pakai atas
tanah negara dapat dijadikan objek tanggungan. Ada tanah pakai atas tanah negara
yang walaupun telah terdaftar tetapi karena sifatnya tidak dapat dipindahtangankan,
seperti pakai atas nama pemerintah pakai atas nama badan keagamaan dan sosial dan
hak pakai atas nama perwakilan negara asing yang berlakunya tidak ditentukan jangka
waktunya dan diberikan selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan tertentu,
adalah bukan merupakan objek tanggungan. adapun pakai atas tanah negara yang
dapat dipidatangankan meliputi hak pakai yang diberikan kepada orang perseorangan
atau badan hukum untuk jangka waktu tertentu yang ditetapkan dalam keputusan
pemberiannya, dapat dijadikan objek hak tanggungan.

Salah satu subjek hak pakai adalah orang asing tetapi tidak semua orang asing
dapat ditunjuk sebagai subjek hak pakai. Hanya orang asing yang berkedudukan di
Indonesia sajalah yang dapat sebagai subjek pakai titik pengertian berkedudukan di
Indonesia bila diadakan secara sempit adalah bertempat tinggal tetap di Indonesia dan
bukan sekedar berada di Indonesia pada waktu-waktu tertentu saja. Bertempat tinggal
tetap tidak berarti ia harus menerus berada di Indonesia titik walaupun demikian
tempat tinggalnya harus di Indonesia, bukan di negara lain titik tujuan utama
diterbitkannya peralatan pemerintah nomor 41 tahun 1996 tersebut bukan dalam
rangka meningkatkan pembangunan nasional, tetapi sekedar untuk memberikan
kemungkinan bagi orang asing untuk mendapatkan atau memiliki rumah di Indonesia
titik tentunya persyaratannya “bermanfaat bagi pembangunan nasional” harus
diadakan secara luas, demikian juga dengan pengertian berkedudukan di Indonesia
tidak harus diartikan bertempat tinggal tetap atau sementara di Indonesia asalkan
orang asing tersebut kehadirannya di Indonesia dapat memberikan manfaat bagi
pembangunan nasional.

apabila bangunan, tanaman, dan hasil karya yang merupakan satu kesatuan
dengan tanah tersebut tidak dimiliki oleh pemegang hak atas tanah, pembebanan hak
tanggungan atas benda-benda tersebut hanya dapat dilakukan dengan
penandatanganan serta pada akta pemberian hak tanggungan yang bersangkutan oleh
pemiliknya atau yang diberi kuasa untuk itu olehnya dengan akta autentik.

Pada prinsipnya, objek ketanggungan adalah hak-hak atas tanah yang


memenuhi dua persyaratan yaitu wajib didaftarkan (untuk memenuhi syarat
publisitasi) dan dapat dipindah tangankan untuk memudahkan pelaksanaan
pembayaran utang yang dijamin pelunasannya.

Sesuai dengan amanat pasal 51 uupa, hak atas tanah ditunjuk sebagai objek
hak tanggungan adalah hak milik, hak guna usaha, dan hak guna bangunan titik di
dalam perkembangan kemudian, yaitu menurut peraturan menteri agraria nomor 1
tahun 1996 tanggal 5 Januari 1966, hak pakai atas tanah negara juga wajib
didaftarkan, sehingga hak pakai tersebut dapat dialihkan titik oleh karena itu, di
samping untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, hak pakai atas tanah negara tertentu
yang memenuhi kedua syarat tersebut juga dapat dijadikan objek tanggungan.

Di samping pakai atas tanah negara, juga ada kemungkinan hak pakai terjadi
di atas tanah hak milik yang sementara ini belum diatur, tetapi oleh undang-undang
dibuka kemungkinan untuk dapat dijadikan objek hak tanggungan apabila telah
memenuhi kedua syarat tersebut diatas. Mengenai hal ini akan diatur di dalam
peraturan pemerintah (pasal 4 ayat (3) UU nomor 4 tahun 1996).

Dalam penjelasan pasal 4 ayat (1) undang-undang nomor 4 tahun 1996


(undang-undang hak tanggungan) ditegaskan bahwa terhadap tanah hak milik yang
sudah diwakafkan dan tanah-tanah yang digunakan untuk keperluan peribadahan dan
keperluan suci lainnya, walaupun memenuhi kedua persyaratan tersebut, karena
kekhususan sifat dan tujuan penggunaannya tidak dapat dijadikan objek tanggungan
titik dalam penjelasan pasal 4 ayat (2) undang-undang nomor 4 tahun 1996 tersebut
juga dijelaskan bahwa hak pakai atas tanah negara yang diberikan kepada orang
perorangan dan badan-badan hukum perdata, karena memenuhi kedua syarat tersebut
di atas, dapat dijadikan objek tanggungan.
Hak pakai atas tanah negara yang diberikan kepada instansi pemerintah, badan
keagamaan dan sosial, dan perwakilan negara asing walaupun wajib didaftarkan, tetap
karena menurut sifatnya tidak dapat dipindahtangankan, bukan merupakan objek hak
tanggungan.

B. Subjek Hukum dalam Hak Tanggungan

Dalam hak tanggungan juga terdapat objek yang menjadi hak tanggungan
yang terkait dengan perjanjian pemberi hak tanggungan titik di dalam suatu perjanjian
tatangguhan ada dua pihak yang mengikatkan diri, yaitu sebagai berikut.

1) pemberi hak tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menjaminkan objek hak
tanggungan.
2) Pemegang hak tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menerima hak
tanggungan sebagai jaminan dari piutang yang diberikannya.

Undang-undang ketanggungan memuat ketentuan mengenai subjek hak


tanggungan dalam pasal 8 dan pasal 9 yaitu sebagai berikut.
1) Pemberi hak tanggungan, adalah orang perorangan atau badan
hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan
hukum terhadap objek hak tanggungan yang bersangkutan.
kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek hak
tanggungan pada saat pendaftaran dan tanggungan itu dilakukan.
2) Pemegang tanggungan, adalah orang perorangan atau badan hukum
yang berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang.

yang dapat menjadi subjek ketangguhan selain warga negara Indonesia,


dengan ditetapkannya hak pakai atas tanah sebagai salah satu objek hak tanggungan
bagi warga negara asing juga dimungkinkan untuk dapat menjadi subjek gangguan,
apabila memenuhi syarat.

jika hak pakai itu oleh warga negara asing yang mana hak pakai itu menurut
undang-undang Hak tanggungan juga dapat menjadi objek hak tanggungan, ada
persyaratan untuk menjadi subjek hak pakai yang harus dipenuhi titik Dengan
demikian juga keluarga negara asing tersebut mengajukan permohonan kredit dengan
hak pakai atas tanah negara sebagai jaminan, harus memenuhi persyaratan antara lain
:

- Sudah tinggal di Indonesia dalam waktu tertentu


- Mempunyai usaha di Indonesia
- Kredit itu dipergunakan untuk kepentingan pembangunan di wilayah
negara Republik Indonesia
Dalam kaitanya dengan kedudukan selaku kreditor, undang-undang hak
tanggungan menegaskan bahwa seorang warga negara asing maupun badan hukum
asing juga dapat menjadi pemegang tanggungan, karena gangguan itu tidak ada
kaitannya dengan pemilik objeknya secara serta merta.

C. Beberapa Asas Hak Tanggungan

Hak Ttanggungan sebagai satu-satunya lembaga hak jaminan atas tanah untuk
pelunasan utang tertentu mempunyai empat asas yaitu sebagai berikut.

1. memberikan kedudukan yang diutamakan kepada


krediturnya. hal ini berarti bahwa kreditor pemegang tanggungan
mempunyai hak untuk didahulukan di dalam mendapatkan
pelunasan atas piutangnya daripada kreditor kreditor lainnya atas
hasil penjualan benda yang dibebani hak tanggungan tersebut.

2. selalu mengikuti objeknya dalam tangan siapapun objek


tersebut berada titik artinya benda-benda yang dijadikan objek hak
tanggungan tetap terbeban hak tanggungan walau ditangan
siapapun benda itu berada titik jadi meskipun hak atas tanah yang
menjadi objek tanggungan tersebut telah beralih atau berpindah
kepada orang lain, namun ketanggungan yang ada tetap melekat
pada objek tersebut dan tetap mempunyai kekuatan mengikat.

3. memenuhi asas spesialitas dan publisitas. asas


spesialitas maksudnya benda yang dibebani hak tanggungan itu
harus ditunjuk secara khusus. dalam akta pemberian hak
tanggungan harus disebutkan secara tegas dan jelas mengenai
benda yang dibebani itu berupa apa, diletakkan di mana, berapa
luasnya, apa batas-batasnya, dan apa bukti pemiliknya. Adapun
asas publisitas artinya hal pembeban hak tanggungan tersebut harus
dapat diketahui oleh umum untuk itu terhadap akta pemberian hak
tanggungan harus didaftarkan didaftarkan.

4. mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. Artinya


dapat dieksekusi seperti putusan hakim yang telah berkekuatan
hukum tetap dan pasti.

Anda mungkin juga menyukai