HAK TANGGUNGAN
Disusun Oleh:
FAKULTAS SYARIAH
2023
A. Pengertian Hak Tanggungan
Istilah hak tanggungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu,
tanggungan diartikan sebagai barang yang dijadikan jaminan, sedangkan jaminan sendiri
artinya tanggungan atas pinjaman yang diterima. Kata tanggungan sendiri masih menjadi
persoalan oleh beberapa ahli, karena istilah tanggungan sering digunakan di dunia
perasuransian. Pemakaian istilah hak tanggungan di dalam UUPA dan UUHT, kemudian
dunia perasuransian telah menggugat pemakaian istilah tersebut sebagai istilah khusus dan
tidak dignakan oleh kalangan selain kalangan perasuransian. Kata tanggungan dimaknai
untuk lembaga jaminan atas tanah memiliki dua arti yaitu sebgai jaminan (atas tanah) dan
asuransi.
Berikut beberapa pengertian dari hak tanggungan yang dikemukakan oleh para ahli:
Kesimpulan dari ketiga pengertian menurut para ahli diatas yaitu, hak tanggungan
adalah hak jaminan yang dibebankan atas tanah, yaitu hak penguasaan yang secara khusus
dapat diberikan kepada kreditur, yang memberi wewenang kepadanya untuk menjual tanah
yang secara khusus ditunjuk sebagai agunan piutangnya apabila debitur cedera janji dan
mengambil seluruh atau sebagian hasilnya untuk pelunasan utangnya tersebut dengan hak
mendahului daripada kreditur-kreditur lainnya.
Hak tanggungan atas tanah memiliki sifat yang berbeda dengan hak jaminan kebendaan
lainnya, hak tanggungan sendiri bersifat tidak dapat dibagi-bagi. Akan tetapi, sifat itu dapat
menyimpang jika perjanjian terlebih dahulu di dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan itu
sendiri. Hal ini terdapat di dalam ketentuan Pasal 2 dan Pasal 3 UUHT yang menentukan,
yaitu:
(1) Hak Tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi, kecuali jika
diperjanjikan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2)
(2) Apabila Hak Tanggungan dibebankan pada beberapa hak atas tanah, dapat
diperjanjikan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan, bahwa
pelunasan utang yang dijamin dapat dilakukan dengan cara angsuran yang besarnya
sama dengan nilai masing-masing hak atas tanah yang merupakan bagian dari obyek
Hak Tanggungan yang akan dibebaskan dari Hak Tanggungan tersebut, sehingga
kemudian Hak Tanggungan itu hanya membeani sisa objek Hak Tanggungan untuk
menjamin sisa utang yang belum dilunasi.
Ketentuan tersebut diberikan penjelasan lebih lanjut oleh pembentuk UUHT di dalam
penjelasan Pasal 2 sebagai berikut:
(1) Yang dimaksud dengan sifat tidak dapat dibagi-bagi dari Hak Tanggungan
adalah bahwa Hak Tanggungan membebani secara utuh objek Hak Tanggungan
dan setiap bagian daripadanya. Telah dilunasinya sebagian dari utang yang
dijamin tidak berarti terbebasnya sebagian objek Hak Tanggungan dari beban
Hak Tanggungan, melainkan Hak Tanggungan itu tetap membebani seluruh
objek Hak Tanggungan untuk sisa utang yang belum dilunasi.
(2) Ketentuan ini merupakan pengecualian dari asas yang ditetapkan pada ayat (1)
untuk menampung kebutuhan perkembangan dunia perkreditan, antara lain
untuk mengakomodasi keperluan pendanaan pembangunan kompleks
perumahan yang semula menggunakan kredit untuk pembangunan seluruh
kompleks dan kemudian akan dijual kepada pemakai satu persatu, sedangkan
untuk membayarnya pemakai akhir ini juga menggunakan kredit dengan
jaminan rumah yang bersangkutan.
Sesuai ketentuan ayat ini apabila Hak Tanggungan itu dibebankan pada beberapa hak
atas tanah yang terdiri dari beberapa bagian yang masing-masing merupakan suatu
kesatuan yang berdiri sendiri dan dapat dinilai secara tersendiri, asas tidak dapat dibagi-
bagi ini dapat disimpangi asal hal itu diperjanjikan secara tegas dalam Akta Pemberian
Hak Tanggungan yang bersangkutan.
Selanjutnya dalam ketentuan UUHT Pasal 3 menentukan pula bahwa hak tanggungan
atas tanah itu bukan saja hanya dapat dibebankan atau dijaminkan atas utang-piutang yang
sudah diperjanjikan atau sudah ada saja, tetapi juga dapat dijaminkan terhadap utang-
piutang yang akan ada.
(1) Utang yang dijamin pelunasannya dengan Hak Tanggungan dapat berupa utang
yang telah ada atau yang telah diperjanjikan dengan jumlah tertentu atau jumlah
yang pada saat permohonan eksekusi Hak Tanggungan diajukan dapat
ditentukan berdasarkan perjanjian utang-piutang atau perjanjian lain yang
menimbulkan hubungan utang-piutang yang bersangkutan.
(2) Hak Tanggungan dapat diberikan untuk suatu utang yang berasal dari satu
hubungan hukum atau untuk satu utang atau lebih yang berasal dari beberapa
hubungan hukum.
Selain sifatnya tidak dapat dibagi-bagi, Hak Tanggungan atas Tanah itu mempunyai
sifat dapat dijaminkan terhadap utang yang sudah ada yang telah diperjanjikan, dan dapat
pula dijaminkan atas utang yang belum ada atau yang akan ada. Akan tetapi terhadap utang
yang belum ada atau yang akan ada, harus sudah diperjanjikan terlebih dahulu pula antara
debitur dengan kreditur di dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan yang dibuat di hadapan
PPAT.
Berdasarkan UU No. 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-
Benda yang Berkaitan dengan Tanah, Hak Tanggungan merupakan hak jaminan atas dasar
perjanjian pinjam-meminjam yang diperoleh kreditur dari debitur. Secara sederhana hak ini
terjadi Saat seseorang mengajukan KPR atau pinjaman uang ke lembaga keuangan seperti
bank, maka objek yang dibeli yakni rumah, dijadikan jaminan. Selama proses cicilan
berlangsung, rumah tersebut pun memiliki status sebagai hak tanggungan.
Adapun beberapa prosedur yang harus dilalui untuk mengurus pembuatan hak ini,
yaitu:
Di dalam ayat (2) Pasal 13 UU No. 4/1996 disebutkan bahwa selambat-lambatnya tujuh
hari kerja setelah penandatanganan APHT, PPAT wajib mengirimkan Akta Pemberian
Hak.
Pada prinsipnya, hak tanggungan akan bergantung pada utang yang dijamin oleh
hak tanggungan. Hal ini mengartikan jika utang tersebut hapus karena pelunasan utang
oleh debitor atau sebab-sebab lain, maka hak tanggungan tersebut juga hapus.
Hapusnya hak tanggungan karena pelepasan oleh pemegang hak tanggungan harus
dilakukan dengan pemberian pernyataan tertulis dari pemegang hak tanggungan kepada
pemberi hak tanggungan yang menyatakan bahwa hak tanggungan dilepaskan.
Dalam pasal 8 dan pasal 9 UUHT memuat ketentuan mengenai subjek hak tanggungan,
yaitu sebagai berikut:
a. Pemberi Hak Tanggungan, yaitu orang perorangan atau badan hukum yang
mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek hak
tanggungan pada saat pendaftaran hak tanggungan itu dilakukan.
b. Pemegang Hak Tanggungan, yaitu orang perorangan atau badan hukum yang
berkedudukan sebagai pihak yang mendapatkan pelunasan atas pihutang yang
diberikan.
Subjek hak tanggungan selain warga negara Indonesia, dengan ditetapkannya hak pakai
atas tanah negara sebagai objek hak tanggungan, bagi warga negara asing juga
dimungkinkan untuk dapat menjadi subjek hak tanggungan, apabila memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
Menurut pasal 4 ayat (1) Undang-undang No.4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
menyebutkan bahwa hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan adalah:
a. Hak Milik
b. Hak Guna Usaha
c. Hak Guna Bangunan
Hak atas tanah seperti ini merupakan hak-hak yang sudah dikenal dan diatur di dalam
Undang-undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960. Namun selain hak-hak tersebut,
ternyata dalam pasal 4 ayat (2) UUHT ini memperluas hak-hak atas tanah yang dapat
dijadikan jaminan hutang selain hak-hak atas tanah sebagaimana disebutkan dalam pasal
4 ayat (1) UUHT, objek hak tanggungan dapat juga berupa:
a. Hak pakai atas tanah Negara. Hak pakai atas tanah Negara yang menurut ketentuan
yang berlaku wajib di daftarkan dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan dan
dibebani dengan hak tanggungan
b. Begitu pula dengan Rumah Susun dan Hak Milik atas Satuan Rumah Susun yang
berdiri diatas tanah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Banugnan, dan Hak
Pakai yang diberikan oleh Negara (Pasal 27 jo Undangundang Nomor 16 tahun
1985 Tentang Rumah Susun) juga dimasukkan dalam objek Hak Tanggungan.
Bahkan secara tradisional dari Hukum Adat memungkinkan bangunan yang ada
diatasnya pada suatu saat diangkat atau dipindahkan dari tanah tersebut.
Referemsi:
Arba, M dan Mulada, Diman Ade. Hukum Hak Tanggungan Hak Tanggungan Atas Tanah dan
Benda-Benda di Atasnya. Jakarta: Sinar Grafika, 2020.
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2002)
Syabani, Tiara Syahra. 2022. “Cara Mengurus Hak Tanggungan Hingga Proses
Menghapusnya”,https://berita.99.co/haktanggungan/#:~:text=Hak%20tanggungan%20untuk
%20sebuah%20tanah,mengisi%20formulir%20yang%20telah%20disediakan, diakses pada 2
Februari 2023 pukul 22.02