Anda di halaman 1dari 6

FORUM KE-15

MATA KULIAH HUKUM AGRARIA


DOSEN PENGAMPU: AGUS TRIYONO, SH., MKN.

Dibuat Oleh:
Nama : Selamat Sodugaon Carl Fransiscus
NPM : 203300416123

RANGKUMAN BAB 9 DAN 10


HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH

a. Definisi Hak Tanggungan


Hak tanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang No.4
Tanggal 9 April 1996 Pasal 1 Ayat 1 adalah sebagai berikut:

“Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan


tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan
yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan
satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu terhadap
kreditor-kreditor lain.”

Hak tanggungan juga berkaitan erat dengan Akta Pemberian Hak


Tanggungan (APHT), khususnya bagi kamu yang ingin mencicil KPR.
APHT memiliki fungsi utama yaitu untuk mengatur persyaratan dan
ketentuan yang berhubungan dengan pemberian Hak Tanggungan dari
debitur ke kreditur. Pemberian hak tanggungan ini juga berguna sebagai
jaminan pelunasan utang pihak debitur kepada kreditur.

b. Asas-Asas Hak Tanggungan

1. Hak tanggungan bersifat memaksa.


Pembebanan hak tanggungan sebagai sebuah jaminan atas tanah tidak
bersifat memaksa, namun setelah hak tanggungan ada, maka segala
ketentuan dalam UUHT wajib dilaksanakan. Pengingkaran atas
ketentuan UUHT dapat menyebabkan HT tidak berlaku.
2. Hak tanggungan dapat beralih atau dipindahkan.

1
Hak tanggungan merupakan perjanjian assesoir yang mengikuti
perjanjian pokok utang piutang. Dan apabila piutang yang dijamian
dengan HT tersebut beralih, maka HT juga akan ikut beralih.
3. Hak tanggungan bersifat individualiteit.
Pasal 15 UUHT menentukan bahwa atas suatu objek HT dapat
dibebani dengan lebih dari satu HT untuk menjamin pelunasan lebih
dari satu utang. Masing-masing HT tersebut berdiri sendiri. Eksekusi
atau hapusnya HT yang satu tidak berpengaruh terhadap HT lainnya.
4. Hak tanggungan bersifat menyeluruh (totaliteit).
Pada prinsipnya HT diberikan secara keseluruhan. Yaitu HT diberikan
dengan segala ikutannya, yang melekat dan menjadi satu kesatuan
dengan bidang tanah yang dijamin dengan HT. Maka eksekusi HT atas
bidang tanah tersebut juga meliputi segala ikutannya, yang melekat dan
menjadi satu kesatuan dengan bidang tanah yang dijaminkan atau
diagunkan dengan HT tersebut.
5. Hak tanggungan tidak dapat dipisah-pisahkan (onsplitbaarheid).
Pembebanan HT akan dilakukan terhadap bidang tanah tertentu
beserta segala apa yang melakat diatasnya.
6. Hak tanggungan berjenjang (ada prioritas yang satu atas yang lainnya).
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa atas satu bidang tanah
dapat dikenakan beberapa HT. Atas hak-hak tanggungan tersebut
ditentukan peringkat berdasarkan pendaftarannya. Apabila pendaftaran
dilakukan secara bersamaan, maka peringkat HT ditentukan berdasar
saat pembuatan APHT.
7. Hak tanggungan harus diumumkan (asas publisitas).
Pendaftaran yang dilakukan merupakan pemenuhan syarat publisitas,
sebagaimana disyaratkan dalam hukum kebendaan.
8. Hak tanggungan mengikuti bendanya (droit de suite).
Artinya ketangan siapapun benda yang dimiliki beralih, pemilik dengan
hak kebendaan tersebut berhak untuk menuntutnya kembali, dengan
atau tanpa disertai dengan ganti rugi.
9. Hak tanggungan bersifat mendahulu (droit de preference)
HT memberikan kedudukan istimewakepada kreditornya. Yaitu sebagai
kreditor preferen yang memberikan kedudukan istimewa untuk
mendapatkan pelunasan piutangnya terdahulu daripada kreditor
lainnya. Hak tanggungan hanya semataditujukan bagi pelunasan utang
dengan cara menjual (sendiri) bidang tanah yang dijaminkan dengan
HT tersebut dan memperoleh pelunasan dari penjualan tersebut hingga
sejumlah nilai HT atau nilai piutang kreditor.
10. Hak tanggungan sebagai jura in re aliena (yang terbatas)

2
Hak tanggungan ini hanya bersifat perjanjian assesoir, yang merupakan
perjanjian tambahan/ ikutan dari perjanjian pokok utang piutang.
Sifatnya terbatas pada hal tersebut sebagai suatu bentuk jaminan.

c. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan


Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) adalah surat
atau akta yang berisikan pemberian kuasa yang diberikan oleh Pemberi
Agunan/Pemilik Tanah (Pemberi Kuasa) kepada Pihak Penerima Kuasa
untuk mewakili Pemberi Kuasa guna melakukan pemberian Hak
Tanggungan kepada Kreditor atas tanah milik Pemberi Kuasa. SKMHT
yang diberikan oleh pemberi Hak Tanggungan, tidak dapat dibuat secara
lisan maupun dibuat dengan menggunakan surat atau akta kuasa
dibawah tangan serta dalam surat kuasa khusus. Dalam ketentuan
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas
Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. SKMHT
wajib dibuat dengan akta notaris atau akta PPAT.
Dalam pemberian SKMHT terdapat beberapa syarat yang harus dimuat
dalam substansi SKMHT tersebut, Hal ini sebagaimana dijelaskan
dalam Pasal 15 ayat (1) Undang-undang Hak Tanggungan, diantaranya
yaitu:

 Tidak memuat kuasa untuk melakukan perbuatan hukum lain dari


pada membebankan hak tanggungan;
 Tidak memuat kuasa substitusi;
 Mencantumkan secara jelas objek Hak Tanggungan, jumlah utang
dan nama serta identitas krediturnya, nama dan identitas debitur
apabila apabila debitur bukan pemberi hak tanggungan.

SKMHT tidak dapat ditarik kembali atau tidak dapat berakhir oleh sebab
apapun juga kecuali karena kuasa tersebut telah dilaksanakan atau
karena telah habis jangka waktunya. Untuk jangka waktu SKMHT
mengenai hak atas tanah yang sudah terdaftar wajib diikuti dengan
pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan selambat-lambatnya 1
(satu) bulan sesudah diberikan. Selanjutnya untuk SKMHT mengenai
hak atas tanah yang belum terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan
Akta Pemberian Hak Tanggungan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan
sesudah diberikan. Terhadap SKMHT yang sudah didaftar maupun
belum di daftar tidak berlaku untuk SKMHT yang akan diberikan untuk
menjamin kredit tertentu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Kemudian untuk SKMHT yang tidak diikuti
dengan pembuatan APHT sebagaimana dalam jangka waktu yang telah
ditentukan maka batal demi hukum.

3
d. Peringkat Hak Tanggungan
Apabila objek hak tanggungan dibebani lebih dari satu hak tanggungan,
peringkat masing-masing hak tanggungan ditentukan menurut tanggal
pendaftarannya pada Kantor Pertanahan.
Peringkat hak tanggungan yang didaftar pada tanggal pada tanggal yang
sama ditentukan menurut tanggal pembuatan akta pemberian hak
tanggungan yang bersangkutan.

e. Beralihnya Hak Tanggungan,


Hak Tanggungan ini dapat beralih karena beralihnya perikatan
pokok, yaitu karena cessie, subrogasi, pewarisan atau sebab-sebab
lainnya. Peralihan ini wajib didaftarkan di Kantor Pertanahan serta
dicatat di buku tanah Hak Tanggungan dan buku tanah hak atas tanah
yang menjadi obyek Hak Tanggungan yaitu pada hari ketujuh setelah
diterimanya secara lengkap dan warkat yang diperlukan, ini merupakan
saat beralihnya Hak Tanggungan.
Novasi adalah pembaharuan utang, ini merupakan salah satu bentuk
hapusnya perikatan yang terwujud dalam bentuk lahirnya perikatan baru.
Cessie adalah bentuk penyerahan piutang atas nama, yang berkaitan
hanya dengan perikatan untuk menyerahkan sesuatu. Sedangkan
subrogasi diatur dalam Pasal 1400 KUH Perdata, penggantian hak-hak
si berpiutang oleh seseorang pihak ketiga yang membayar kepada si
berpiutang itu, terjadi baik dengan persetujuan maupun demi undang-
undang.
Beralihnya hak tanggungan wajib didaftarkan oleh kreditor yang baru
kepada Kantor Pertanahan. Pendaftaran beralihnya hak tanggungan
dilakukan oleh Kantor Pertanahan dengan mencantumkan pada buku
tanah hak tanggungan dan buku tanah hak atas tanah yang menjadi
objek hak tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada sertifikat
hak tanggungan dan sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan.
Tanggal pencatatan adalah hari ketujuh setelah diterimanya surat-surat
pendaftaran beralihnya hak tanggungan. Apabila hari ketujuh adalah hari
libur, maka pencatatan diberi tanggal hari kerja berikutnya. Apabila hari
ketujuh adalah hari libur, maka pencatatan diberi tanggal hari kerja
berikutnya.

f. Pemberian, Pendaftaran, Dan Pencoretan Hak Tanggungan


1. Pemberian Hak Tanggungan
 Didahului dengan janji untuk memberikan hak tanggungan
sebagai jaminan pelunasan utang tertentu.
 Dilakukan dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan
oleh PPAT.

4
 Apabila objek hak tanggungan berupa hak atas tanah yang
berasal dari konversi hak lama yang telah memenuhi syarat
untuk didaftarkan akan tetapi pendaftarannya belum dilakukan,
pemberian hak tanggungan dilakukan bersamaan dengan
permohonan pendaftaran hak atas tanah yang bersangkutan.
2. Pendaftaran Hak Tanggungan
 Para pihak menandatangani akta pemberian hak tanggungan
yang dibuat PPAT.
 PPAT mengirimkan akta pemberian hak tanggungan dan warkah
lain selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah
pendandatanganan akta kepada Kantor Pertanahan.
 Kantor Pertanahan membuatkan buku tanah hak tanggungan
dan mencatatnya dalam buku hak atas tanah yang menjadi objek
hak tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada sertifikat
hak atas tanah yang bersangkutan.
 Tanggal buku tanah hak tanggungan adalah tanggal hari ketujuh
setelah pendaftaran.
3. Pendaftaran Hak Tanggungan
 Pencoretan hak tanggungan dilakukan setelah hapusnya hak
tanggungan
 Dengan hapusnya hak tanggungan, sertifikat hak tanggungan
yang bersangkutan ditarik bersama-sama bukum tanah hak
tanggungan dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Kantor
Pertanahan.

g. Hapusnya Hak Tanggungan


Kehadiran akan hak tanggungan adalah untuk menjamin utang yang
besarannya diperjanjikan dalam perjanjian kredit atau perjanjian utang.
Namun hak tanggungan juga dapat berakhir sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 18 ayat (1) UUHT, yaitu hak tanggungan hapus karena hal-
hal sebagai berikut :
1. Hapusnya utang yang dijamin dengan hak tanggungan
Sesuai dengan sifat hak tanggungan yaitu accessoir, yaitu hak
tanggungan tergantung pada adanya piutang yang dijamin
pelunasannya. Apabila piutang itu dihapus karena pelunasan atau
sebab-sebab lainnya, maka hak tanggungan tersebut dengan
sendirinya dihapuskan juga.
2. Dilepaskannya hak tanggungan oleh pemegang hak tanggungan
Dalam hal ini, pemegang hak tanggungan dapat melepaskan hak
tanggungannya dan hak atas tanah yang dapat dihapus.
3. Pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan peringkat
oleh Ketua Pengadilan Negeri

5
Sebab ketiga yaitu ini diatur dalam Pasal 19 ayat (1) UUHT,
dimana pembeli objek hak tanggungan, baik dalam suatu
pelalangan umum atas perintah Ketua Pengadilan Negeri maupun
dalam jual beli sukarela, dapat meminta kepada pemegang hak
tanggungan agar benda yang dibelinya itu segera dibersihkan dari
segala beban hak tanggungan yang melebihi harga pembelian.

4. Hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan


Sebab keempat penghapusan hak tanggungan ini dapat dikatakan
adalah sebab yang logis, dikarenakan terciptanya suatu hak
tanggungan hanya mungkin jika masih ada objek yang dibebani
dengan hak tanggungan tersebut, dalam hal ini objek yang
dimaksud adalah adalah hak-hak atas tanah.

h. Harta Kepailitan Dan Eksekusi Hak Tanggungan


1. Apabila pemberi hak tanggungan dinyatakan pailit, pemegang hak
tanggungan tetap berwenang melakukan segala hak yang
diperolehnya menurut ketentuan undang-undang.
2. Apabila pemberi hak tanggungan dinyatakan pailit, pemegang hak
tanggungan tetap berwenang melakukan segala hak yang
diperolehnya menurut ketentuan undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai