• Pasal 1 angka 1 UUHT, Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang di bebankan pada
hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain
yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk perlunasan utang tertentu,
yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepda kreditor teretntu terhadap
kreditor-kreditor lain.
• Penjelasan Umum atas UUHT, Hak Tanggungan adalah hak jaminan atas tanah
untuk perlunasan utang tetentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada
kreditur tertentu terhadap kreditur lain. Dalam arti bahwa jika debitur cidera janji,
kreditur pemegang Hak Tanggungan berhak menjual melalui pelelangan umum
tanah yang dijadikan jaminan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
yang bersangkutan, dengan hak mendahului daripada kreditur-kreditur lain.
• Secara Umum obyek/benda dapat dibebani hak jaminan atas tanah (Hak Tanggungan), harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Dapat dinilai dengan uang, karena hutang yang dijamin adalah berupa uang,
b. Termasuk hak yang wajib didaftar dalam daftar umum karena harus memenuhi syarat
spesialitas dan publisitas,
c. Mempunyai sifat yang dapat dipindahtangankan karena apabila debitur cidera janjian, benda
yang dijadikan jaminan akan dijual dimuka umum,
d. Memerlukan penunjukkan oleh Undang-undang.
• Subyek Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 8 ayat (1) dan Pasal 9 UUHT, baik pemberi maupun pemegang Hak
Tanggungan adalah orang perorangan atau badan hukum.
• Pemberi Hak Tanggungan disyaratkan harus mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum
(rechtsbevoegdheid) terhadap obyek Hak Tanggungan yang bersangkutan pada saat pendaftaran Hak Tanggungan
dilakukan, sedangkan Pemegang Hak Tangggungan berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang (kreditur).
• Syarat-syarat sbb:
a. Pemegang Hak Tanggungan (K), yaitu:
1) WNI,
2) WNA, baik yang berdomisili di Indonesia maupun yang berdomisili di manca negara,
3) Badan Hukum Indonesia,
4) Badan hukum Asing, baik yang mempunyai kantor perwakilan di Indonesia maupun yang berkantor pusat di
manca negara.
b. Pemberi Hak Tanggungan (D) yaitu :
1) WNI yang berkewarganegaraan tunggal sebagai pemegang Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan
Hak Pakai atas Tanah Negara,
2) Badan Hukum Indonesia sebagai pemegang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah
Negara,
3) Warga Negara Asing yang berdomisili dan menjadi penduduk Indonesia sebagai pemegang Hak Pakai atas Tanah
Negara,
4) Badan Hukum Asing yang mempunyai kantor perwakilan di Indonesia sebagai pemegang Hak Pakai atas Tanah
Negara.
• Tahap Pemberian Hak Tanggungan dengan dibuatkan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) oleh PPAT
yang didahului dengan perjanjian hutang piutang yang di jamin.
• Syarat Sah Pemberian Hak Tanggungan (Asas Spesialitas)
a. Nama, dan identitas pemegang dan pemberi Hak Tanggungan,
b. Domisili para pihak dan apabila diantara mereka ada yang berdomisili di luar Indonesia, maka harus pula
dicantumkan suatu domisili pilihan di Indonesia dan dalam hal domsili tersebut tidak dicantumkan, maka
kantor PPAT tempat pembuatan APHT dianggap sebagai domisili yang dipilih.
Akta Pemberian Hak Tanggungan adalah Akta PPAT yang berisi pemberian Hak Tanggungan kepada kreditor
tertentu sebagai jaminan untuk pelunasan piutangnya;
c. Nilai Tanggungan,
d. Penunjukkan secara jelas hutang atau hutang-hutang yang dijamin,
e. Nilai Uraian yang jelas mengenai obyek Hak Tanggungan.
• Tahap Pendaftaran (Asas Publisitas)
oleh Kantor Pertanahan, yang merupakan saat lahirnya Hak Tanggungan yang dibebankan.
• Pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kerja setelah penandatanganan APHT.
• Kantor Pertanahan akan membuat :
a. Membuatkan buku tanah Hak Tanggungan,
b. Mencatatnya dalam buku tanah hak atas tanah yang menjadi objek Hak Tanggungan,
c. Menyalin catatan tersebut pada sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan.
• Hak tanggungan lahir pada tanggal buku tanah Hak Tanggungan yaitu ketujuh (7)
hari kerja setelah penerimaan surat lengkap untuk pendaftarannya, oleh karena itu
tanggal penerimaan surat adalah penting.
• Dengan menjanjikan Roya Partial, merupakan penyimpangan dari Asas Ondelbaar yang terdapat pasal 1163.
KUH perdata yang menyatakan hak tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi, dikarena Royal Partial
adalah penghapusan sebagian dari Hak Tanggungan
• Royal Partial adalah lembaga hukum yang memungkinkan penyelesaian praktis mengenai pembayaran kembali
secara angsuran kredit yang digunakan untuk membangun rumah susun dengan cara menghapuskan sebagian
dari obyek hak tanggungan.
• Apabila hak tanggungan dibebankan pada rumah susun sebagai jaminan kredit konstruksimya, maka dapat
diperjanjian (roya partial) dalam APHT bahwa pelunasan utang yang dijamin tersebut dapat dilakukan dengan
cara angsuran yang besarnya sama dengan nilai masing-masing satuan rumah susunnya (sesuai dengan NPP
satuan rumah susun yang bersangkutan) yang merupakan bagian dari objek hak tanggungan.
• Akta Pemberian Hak Tanggungan adalah Akta PPAT yang berisi pemberian Hak Tanggungan kepada kreditor tertentu sebagai
jaminan untuk pelunasan piutangnya;
• Keuntungan Roya Partial bagi :
1. Bagi Bank, perjanjian roya partial akan menguntungkan karena pembayaran dilakukan secara mencicil
oleh pembeli
2. Bagi Pelaku Pembangunan, akan menguntungan adapt membayar cicilan kepada bank akibat terjadian
jual beli secara terpisah
3. Bagi Pembeli/konsumen , akan menguntunga dapat memperoleh rumah secara cicilan sesuai waktu yang
diperjanjikan.
1. Cessie, ( Pasal 613 ayat 1 KUH Perdata) pengalihan hak atas kebendaan bergerak tak
berwujud (intagible goods) yang biasanya berupa piutang atas nama kepada pihak ke
tiga, dimana seseorang menjual hak tagihnya kepada orang lain. Kebendaan tak
bertubuh disini biasa berbentuk piutang atas nama.
2. Subrogasi (pasal 1400 KUH Perdata), penggantian hak-hak oleh seorang pihak ketiga
yang membayar kepada kreditur. Subrogasi dapat terjadi baik melalui perjanjian
maupun karena ditentukan oleh undang-undang. Subrogasi harus dinyatakan secara
tegas karena subrograsi berbedna dengan pembebanan utang. Tujuan pihak ketiga
melakukan pembayaran kepada kreditur adalah membebaskan debitur dari
kewajiban membayar utang kepada kreditur, atau
3. Sebab-sebab lain, terjadi pengambialihan atau penggabungan perusahaan, sehingga
menyebabkan beralihnya piutang dari tersebut, sehingga menyebabkan beralihnya
piutang dari perusahaan semula kepada perusahaan yang baru.
• Kepailitan itu adalah debitur berhenti membayar pada saat di tagih oleh 2/lebih
Kreditur yang sudah jatuh tempo/
• Pasal 21 UUHT, apabila pemberi Hak Tanggungan dinyatakan Pailit maka pemegang
Hak Tanggungan tetap berwenang melakukan segala hak yang diperolehnya
menurut UUHT.
1. Pemegang Hak Tanggungan pertama dapat menjual obyek Hak Tanggungan sebagai
dimaksud dalam Pasal 6
2. Berdasarkan Titel Eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan
sebagai dimaksud dalam pasal 14 ayat 2
3. Atas kesepatakan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan, penjualan obyek Hak
Tanggungan dapat dilaksanakan di bawah tangan untuk memperoleh harga yang
tertinggi yang akan menguntungkan semua pihak, harus di umumkan di surat kabar
(2) diwilayah tanah ybs,
• Setiap janji untuk melaksanakan eksekusi Hak Tanggungan dengan cara yang bertentangan
dengan ketentuan batal demi hukum