Anda di halaman 1dari 6

Nominee Arrangement

Nominee Arrangement atau yang biasa dikenal dengan Perjanjian Pemilikan Saham
Pinjam Nama. Secara umum, nominee dapat diartikan sebagai berikut: a. one who has been
nominated to an office or for a candidacy; or b. a person organization in whose name a security
is registered though true ownership is held by another party. 1 Pula menurut Black’s Law
Dictionary Nominee ialah “ 1. person who proposed for an office, membership, award or like
title, or status. An individual seeking nomination, election or appointment is a candidate. A
candidate for election becomes a nominee after being formally nominated. 2. A person
designated to act in place of another usually in a very limited way. 3. A party who holds bare
legal title for the benefit of others or who receives and distributes funds for the benefit of others”.
Dalam hal Nominee Agreement, maka dapat diketahui bahwa dalam konsep nominee dikenal dua
pihak, yaitu pihak nominee yang tercatat secara hukum dan pihak beneficiary. Keberadaan
seseorang atau suatu pihak tertentu (nominee) yang dijadikan sebagai pemegang saham atau
lebih tepatnya pemilik terdaftar dari sejumlah lembar saham tertentu, sedangkan beneficiary
mendapatkan manfaat dari saham tersebut. Tujuan dari adanya nominee agreement ini
dimaksudkan dalam rangka menyembunyikan kepemilikan saham beneficiary terhadap
masyarakat umum serta menghilangkan hubungan terafiliasi antara satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya yang sudah ada atau didirikan lebih dahulu. 2 Secara de jure, nominee adalah
pemegang hak yang sah atas benda tersebut, yang tentunya memiliki hak untuk mengalihkan,
menjual, membebani, menjaminkan serta melakukan tindakan apapun atas benda yang
bersangkutan, sedangkan pihak beneficiary secara de facto tidak diakui sebagai pemilik atas
benda secara hukum.3

Konsep nominee atau kadang disebut konsep trust tidak dikenal dalam sistem hukum
civil law yang berlaku di Indonesia. Trusts yang pada mulanya dikatakan khas tradisi hukum
common law, kepemilikan secara absolut dipecah menjadi kepemilikan yang terdaftar dalam
hukum atau disebut dengan legal owner dan kepemilikan secara kemanfaatan atau kenikmatan
dari benda atau disebut beneficial owner. Konsep nominee pada awalnya hanya terdapat pada

1
http://www.thefreedictionary.com/nominee , diakses pada tanggal 27 April 2020.
2
Lucky Suryo Wicaksono, “Kepastian Hukum Nominee Agreement Kepemilikan Saham Perseroan
Terbatas”, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM No. 1 Vol. 23 Jan 2016: 42-57.
3
ibid
sistem hukum common law. Seiring dengan arus investasi, pada sekitar 90-an di Indonesia mulai
mengenal konsep nominee dan sering digunakan dalam beberapa transaksi hukum.4

Pembentukan suatu nominee dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:

1. Nominee Langsung (Direct Nominee)


Dibentuk dengan cara membuat dan menandatangani nominee agreement antara investor
asing dan nominee dalam satu perjanjian. Perjanjian tersebut mengatur secara tegas dan
jelas mengenai pemberian kepercayaan dan kewenangan dari investor asing kepada
nominee untuk melakukan kegiatan atau bisnis tertentu atas perintah dan kepentingan
investor asing. Kepemilikan saham yang menggunakan konsep nominee, pada umumnya,
hanya mencatat nama dan identitas diri dari pihak nominee sebagai pemilik sah dalam
daftar pemegang saham perusahaan. Nama dan identitas diri dari pihak investor asing
tidak muncul dalam bentuk apapun juga dalam daftar pemegang saham perusahaan.
Akibat digunakannya nama serta identitas dari nominee sebagai pihak yang tercatat
secara hukum menyebabkan pihak investor asing memberikan kompensasi dalam bentuk
nominee fee. Jumlah dari nominee fee tersebut berdasarkan kesepakatan bersama antara
nominee dan investor asing, yang kemudian dituangkan dalam bentuk suatu perjanjian
tertulis yang ditandatangani oleh nominee dan investor asing sebagai suatu bentuk
persetujuan. Nominee agreement juga mengatur mengenai ketentuan-ketentuan yang
mewajibkan dan/atau melarang nominee untuk melakukan sesuatu hal yang berkaitan
dengan penggunaan konsep nominee.
2. Nominee Tidak Langsung (Indirect Nominee)
Terdapat beberapa perjanjian dan kuasa, selain nominee agreement, yang biasanya
ditandangani oleh pihak nominee dan pihak investor asing sebagai komponen pendukung.
Perjanjian dan kuasakuasa tersebut dibutuhkan untuk memberikan kepastian ataupun
perlindungan kepada investor asing sebagai pemilik sebenarnya atas saham yang dimiliki
oleh nominee secara hukum. Perjanjian-perjanjian inilah yang apabila dihubungkan satu
sama lain akan menghasilkan nominee saham, yang kemudian disebut sebagai Nominee
Share Arrangement. Investor asing dapat mengendalikan nominee untuk melakukan

4
ibid
tindakan atau kegiatan bisnis tertentu atas perintah dan kepentingan investor asing
dengan menggunakan akta-akta yang dibuat baik secara notaril maupun di bawah tangan.
Nominee share arrangement secara implisit memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
a. Adanya perjanjian pemberian kuasa antara dua pihak, yaitu investor asing sebagai
pemberi kuasa dan Nominee sebagai penerima kuasa yang didasarkan pada adanya
kepercayaan dari investor asing kepada Nominee.
b. Kuasa yang diberikan bersifat khusus dengan jenis tindakan hukum yang terbatas.
c. Nominee bertindak seakan-akan (as if) sebagai perwakilan dari investor asing di
depan hukum.

Berikut beberapa perjanjian dalam rangka nominee arrangement yang sering dilakukan di
Indonesia:

a. Perjanjian Kredit, antara principal investor selaku kreditur dan nominee shareholder
di mana pinjaman tersebut akan digunakan oleh debitur untuk membayar setoran
modal saham pada perusahaan-yang dimaksud;
b. Perjanjian Gadai Saham antara principal investor selaku penerima gadai (pledgee)
dan nominee shareholder (pledgor), di mana saham yang diterbitkan atas setoran yang
dilakukan dengan menggunakan uang pinjaman tersebut digadaikan oleh nominee
shareholder kepada principal investor.
c. Perjanjian Cessi atas Dividen antara principal investor dan nominee shareholder, di
mana hak atas dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada nominee shareholder
selaku pemegang saham dialihkan kepada principal investor.
d. Surat Kuasa Mutlak untuk RUPS di mana nominee shareholder selaku pemegang
saham pada perusahaan tersebut memberikan kuasa mutlak kepada principal investor
untuk dapat meminta diadakannya RUPS, menghadiri dan mengeluarkan suara dalam
RUPS perusahaan yang bersangkutan.
e. Surat Kuasa Mutlak untuk Menjual Saham yang diberikan oleh nominee shareholder
kepada principal investor, dimana dalam hal terjadi kejadian tertentu principal
investor dapat menjual saham-saham yang dimiliki oleh nominee shareholder.5
3. Investor Asing dalam Penanaman Modal
5
Hendrik Tanjaya, “Tinjauan Yuridis Terhadap Struktur Nominee Pemegang Saham (Nominee Structure)
dalam suatu Perseroan Terbatas”
Dalam UUPT konsep Nominee tidak mendapatkan pengakuan khususnya dalam nominee
shareholder pada badan hukum Perseroan Terbatas. Konsep kepemilikan saham yang dianut
UUPT merupakan kepemilikan saham mutlak atau dominioum plenum dimana diatur dalam pasal
52 ayat (2) UUPT yang menerangkan bahwa “Setiap saham memberikan kepada pemilikinya hak
yang tidak dapat dibagi”. Namun pada kenyataannya, nominee shareholder tetap masih
digunakan para investor asing untuk berinvestasi secara langsung dengan membuat nominee
agreement.6

Larangan atas praktik pembuatan perjanjian nominee ini telah diatur pada UU Penanaman
Modal, akan tetapi dalam kenyataannya masih dapat ditemui praktik nominee saham oleh orang
asing dalam penanaman modal di Indonesia sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi Negara
Indonesia karena pendapatan negara yang didapatkan seharusnya lebih banyak dari penanaman
modal asing akan tetapi berkurang karena kecurangan yang dilakukan oleh investor asing. Selain
itu penanam modal dalam negeri juga dirugikan dengan adanya praktik Nominee ini karena 5
bidang usaha yang seharusnya hanya terbuka bagi investor dalam negeri juga didirikan oleh
investor asing, sehingga munculnya pesaing usaha yang lebih banyak.7

Beberapa transaksi hukum yang menggunakan konsep-konsep nominee di Indonesia, yang


paling tegas melarang terdapat di Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal, untuk selanjutnya disebut “UUPM”, ditegaskan bahwa “penanaman
modal dalam negeri dan penanaman modal asing yang melakukan penanaman modal dalam
bentuk perseroan terbatas dilarang membuat perjanjian dan/atau pernyataan yang menegaskan
bahwa kepemilikan saham dalam perseroan terbatas untuk dan atas nama orang lain.” Larangan
untuk membuat perjanjian yang menyatakan bahwa kepemilikan saham dalam perseroan terbatas
untuk dan atas nama orang lain ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1) UUPM. Apabila dilakukan,
maka akan berakibat perjanjian dan/atau pernyataan itu menjadi batal demi hukum sebagaimana
disebutkan pada Pasal 33 ayat (2) UUPM.8 Karena dalam hal ini tanggung jawab beneficiary
untuk menanggung kerugian yang diderita nominee tidak dapat dipaksakan dihadapan hukum.

6
Lucky Suryo Wicaksono, “Kepastian Hukum Nominee Agreement Kepemilikan Saham Perseroan
Terbatas”, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM No. 1 Vol. 23 Jan 2016: 42-57.
7
Maharani Putrayasa, Ketut Sukranatha, “Keberadaan Nominee Agreement Kepemilikan Saham oleh
Orang Asing dalam Perseroan Terbatas” , Program Kekhususan Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas
Udayana.
8
Undang-Undang tentang Penanaman Modal, UU No. 25 Thun 2007, LN No. 101 Tahun 2007, TLN No.
474. Penjelasan Ps. 33 ayat (1)
Pada pihak beneficiary, apabila nominee tidak mau menyerahkan saham yang dipegangnya
kepada beneficiary maka beneficiary harus melakukan upaya hukum dengan melakukan gugatan
perdata di pengadilan.

Maka dari itu sejak berlakunya UUPM dan UUPT, praktik nominee arrangement telah
dilarang maka konsekuensinya adalah setiap pengguna nama WNI sebagai pemilik dari sebuah
property ataupun saham-saham di Indonesia, dianggap sebagai pemilik yang sah, sebagaimana
dinyatakan pada pasal 48 ayat (1) UUPT yang menerangkan bahwa “Saham Perseroan
dikeluarkan atas nama pemiliknya”.

Jika berdasarkan KUHPer maka terlihat adanya pelanggaran terhadap syarat obyektif dalam
Pasal 1320 KUHPerdata mengenai sebab yang halal dan penjabarannya mengenai sebab yang
halal dalam Pasal 1337 KUHPerdata bahwa nominee agreement tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang menjadi alasan nominee saham di Indonesia tidak dapat dituntut pemenuhannya
atau pelaksanaannya dihadapan hukum. Hal ini dikarenakan saham bertentangan dengan Pasal 52
ayat (4) UUPT mengenai konsep kepemilikan saham secara dominium plenum, serta salah satu
syarat pendirian perseroan terbatas yang terdiri dari dua) orang atau lebih dalam arti terdapat 2
pemegang saham atau lebih pada Pasal 7 ayat (1) UUPT menjadi bertentangan apabila prestasi
yang diinginkan para pihak dalam nominee agreement untuk memiliki saham dalam perseroan
sebesar 100%.9

Perjanjian yang terlarang oleh undang-undang dapat ditinjau dari 3 aspek yaitu substansi
perjanjian yang terlarang oleh undang-undang, pelaksanaan perjanjian yang dilarang oleh
undang-undang dan motivasi atau maksud dan tujuan membuat perjanjian yang dilarang oleh
undang-undang.23 3. Kata sepakat merupakan essensialia atau unsur yang mutlak ada dalam
lahirnya atau terbentuknya suatu perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1320
KUHPerdata. Kata sepakat menjadi persesuaian antara kehendak dan pernyataan. Herlien
Budiono mengatakan kehendak dimaksudkan sebagai kehendak yang dinyatakan dan ditujukan
untuk timbulnya akibat hukum. Sehingga jika dilihat dari tujuan perjanjian-perjanjian nominee
tidak langsung atau perjanjian simulasi tersebut diatas, secara normatif perjanjian-perjanjian
tersebut adalah batal demi hukum. Karena perjanjian-perjanjian yang dibuat untuk membentuk
nominee agreement yang tidak langsung (undirect nominee) merupakan perjanjian-perjanjian
9
Lucky Suryo Wicaksono, “Kepastian Hukum Nominee Agreement Kepemilikan Saham Perseroan
Terbatas”, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM No. 1 Vol. 23 Jan 2016: 42-57.
dengan kausa palsu yang bertentangan dengan undang-undang. Syarat objektif kausa yang halal
10
sesuai Pasal 1320 KUHPerdata tidak terpenuhi. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa
nominee agreement khususnya untuk nominee tidak langsung menimbulkan ketidak kepastian
hukum, karena secara normatif perjanjianperjanjian nominee tersebut adalah batal demi hukum.
Perjanjian-perjanjian tersebut di hadapan hukum tetap diakui, namun terdapat kesulitan dalam
hal pembuktian di pengadilan karena kebanyakan perjanjian-perjanjian tersebut dibuat dengan
akta notaris sehingga menjadi alat bukti yang sempurna.

10
ibid

Anda mungkin juga menyukai