Anda di halaman 1dari 6

UNIVERSITAS INDONESIA Nama : Alda Humaira Razzak

FAKULTAS HUKUM NPM : 1706028266


PROGRAM SARJANA PARALEL
TUGAS PENYUSUNAN KONTRAK DAGANG

Nominee Arrangement
Nominee Arrangement sendiri adalah suatu mekanisme atau upaya investor asing
untuk mengenyampingkan batasan-batasan kepemilikan saham serta menghindari pula
larangan untuk mengadakan perjanjian pinjam nama atau yang dikenal dalam sistem anglo-
saxon yakni Nominee Agreement.1
Menurut Black’s Law Dictionary yang dimaksud dengan Nominee adalah :2
“1. A person who proposed for an office, membership, award or like title, or status.
An individual seeking nomination, election or appointment is a candidate. A candidate for
election becomes a nominee after being formally nominated. 2. A person designated to act in
place of another usually in a very limited way. 3. A party who holds bare legal title for the
benefit of others or who receivers and distributes funds for the benefit of others.”
Nominee berasal dari bahasa Inggris yang berarti “seseorang atau perusahaan yang
namanya digunakan untuk pembelian suatu benda seperti saham, tanah dan bangunan, dan
lainnya tetapi sebenarnya bukan pemilik asli dari benda tersebut”. 
Pada dasarnya, konsep nominee bersumber dari pranata trust dalam tradisi hukum
Common Law. Perlu diketahui bahwa secara harfiah, nominee mempunyai dua arti yang
berbeda. Pertama, nominee merujuk pada suatu usulan, atau nominasi kandidat atau calon
untuk menduduki suatu jabatan tertentu, untuk memperoleh suatu penghargaan tertentu, atau
untuk jenis-jenis pencalonan lainnya. Kedua, nominee memberikan pengertian sebagai
seseorang yang mewakili kepentingan pihak lain. Dalam pengertian yang kedua ini, seorang
nominee dibedakan dari seorang penerima kuasa. Hal ini dikarenakan nominee menjadi
pemilik dari suatu benda (termasuk kepentingan atau hak yang lahir dari perikatan) yang
berada dalam pengurusannya, sedangkan penerima kuasa tidak pernah menjadi pemilik dari
benda. Bahwa terdapat dua pihak pada konsep nominee, yaitu:3

1
David Kairupan, “Regulation on Foreign Invesment Restrictions and Nominee Practiices in
Indonesia”, Mimbar Hukum, vol. 25, no. 2, Juni 2013, hlm. 322.
2
Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, 9th edition, (St. Paul; West, 2009), pg. 1652.
3
Gunawan Widjaja, “Nominee Shareholders Dalam Perspektif Undang-Undang PT Baru Dan Undang-
Undang Penanaman Modal Baru Serta Permasalahannya Dalam Praktik,” Jurnal Hukum dan Pasar Modal III
(Agustus-Desember, 2008), hlm. 43.
1. Nominee, yaitu pihak yang tercatat secara hukum (legal owner) dan hanya dapat
bertindak dengan terbatas sesuai dengan perjanjian ataupun perintah dari beneficiary;
2. Beneficiary, yaitu pihak yang tidak tercatat secara hukum namun memiliki kuasa
untuk memerintah nominee dan menikmati setiap keuntungan dan manfaat dari setiap
tindakan nominee.
Nominee Arrangement melahirkan rangkaian perjanjian-perjanjian yang diakui dan
dikenal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“yang selanjutnya disebut dengan
KUHPerdata”) di Indonesia yang pada umumnya terdiri dari Perjanjian Gadai Saham;
Perjanjian Utang-Piutang; Perjanjian Pemberian Dividen; dan Surat Kuasa.
Konsep nominee dapat masuk dan diterapkan prakteknya di Indonesia melalu
perjanjian innominaat karena belum ada pengaturan secara khusus tentangnya dan tidak
secara tegas disebutkan dalam pasal-pasal KUHPerdata. Berdasarkan Pasal 1338
KUHPerdata, perjanjian nominee pada dasarnya dianggap sah dan mengikat para pihak.
Artinya, pihak ketiga harus menghormati substansi perjanjian yang dibuat oleh para pihak,
sebagaimana layaknya sebuah undang-undang (pacta sunt servanda). Mereka tidak boleh
melakukan intervensi terhadap substansi perjanjian yang dibuat oleh para pihak. 4 Kendati
demikian, perlu diperhatikan apakah objek atau isi dari perjanjian tersebut bertentangan
dengan undang-undang, ketertiban umum, ataupun kesusilaan.
Dalam hal ini, suatu perjanjian akan dianggap sah dan mengikat para pihak jika telah
memenuhi syarat sah perjanjian dalam Pasal 1320 hingga Pasal 1338 KUHPerdata. Terdapat
empat syarat sah suatu perjanjian yang harus dipenuhi sebelum suatu perjanjian dapat
dinyatakan mengikat secara hukum: (1) Perjanjian harus dibuat beranjak dari kehendak bebas
para pihak dan ditandai dengan adanya kata sepakat antara kedua belah pihak. (2) Pihak yang
membuat perjanjian harus memiliki kecakapan hukum untuk bertindak; (3) Perjanjian harus
mengenai hal tertentu; dan (4) apa yang diperjanjikan tidak boleh melawan hukum.
Perjanjian Nominee di Indonesia dalam praktiknya digunakan oleh pihak asing untuk
memiliki saham di Indonesia. Praktik nominee digunakan oleh pihak investor asing dengan
alasan untuk menghindar dari ketentuan peraturan-peraturan:
1. Yang membatasi pemegang saham asing untuk memiliki saham dalam PT Penanam
Modal Asing; atau
a. Perseroan terbatas pada dasarnya merupakan perjanjian antara dua pihak atau
lebih. Artinya, bahwa dibutuhkan dua pihak dalam membangun suatu
4
Syaefic Redzky Al-Farisi, Perjanjian Pinjam Nama (Nominee) dalam Penanaman Modal di Indonesia
(Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 1929/K/PDT/2013),” Skripsi Sarjana Universitas Indonesia,
Depok, 2015, hlm. 62.
perseroan terbatas. Hal demikian, bagi beberapa pelaku usaha dianggap
merugikan bagi dirinya. Karena dengan menjadi pemilik penuh atas
perusahaan atau perseroan, maka penanam modal tersebut memiliki penuh atas
hak untuk mengendalikan perusahaan dan hak untuk menerima pendapatan
bersih perusahaan. Dengan alasan-alasan di atas, oleh karenanya diadakannya
perjanjian nominee dalam bentuk nominee shareholders.
2. Yang melarang pemegang saham asing untuk melakukan kegiatan usaha yang tertutup
untuk Penanam Modal Asing.
a. Adanya suatu kebijakan yang membatasi penanam modal asing untuk
melakukan kegiatan usaha pada bidang-bidang usaha tertentu. Ketentuan
tersebut dinamakan daftar negatif investasi atau daftar skala prioritas.
Pengaturan tersebut membatasi kepemilikan saham dari 49% hingga 100%,
bergantung pada bidang usaha, sektor, maupun lokasi.
Selain itu, tidak hanya digunakan oleh pihak asing (WNA) untuk berinvestasi, namun
juga digunakan oleh pasangan perkawinan campuran beda kewarganegaraan (yang tidak
membuat perjanjian perkawinan) untuk memiliki properti di Indonesia. Sehingga keberadaan
Perjanjian Nominee di Indonesia cenderung lebih banyak digunakan sebagai salah satu cara
untuk melakukan penyelundupan hukum.5 Dikatakan sebagai penyelundupan hukum pada
konsep nominee karena pihak yang berkepentingan langsung (beneficiary) tidak memiliki hak
atau kewenangan untuk menikmati atau mendapatkan sesuatu karena ada larangan secara
hukum, sehingga dilakukan pengangkatan seorang nominee untuk mewakilinya melalui
perjanjian nominee.6
Praktik Nominee saham oleh investor asing juga dilarang didalam Undang-Undang
Penanaman Modal. Ketentuan dalam UU Penanaman Modal secara tegas telah mengatur
mengenai perjanjian dan/atau pernyataan nominee atas kepemilikan saham dalam perseroan
terbatas dalam rangka penanaman modal yang diatur dalam pasal 33 ayat (1) dan (2) UU No.
25 Tahun 2007 yakni :7
(1) “Penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing yang melakukan
penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas dilarang membuat perjanjian

5
Miggi Sahabati, “Perjanjian Nominee Dalam Kaitannya Dengan Kepastian Hukum Bagi Pihak
Pemberi Kuasa Ditinjau Dari Undang – undang Pokok Agraria, Undang – undang Penanaman Modal, dan
Undang–undang Kewarganegaraan,” Magister Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Depok, 2011, hlm. 37.
6
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek: Buku Keempat, (Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 1997) hlm. 108.
7
UU No. 25 Tahun 2007
dan/ atau pernyataan yang menegaskan bahwa kepemilikan saham dalam perseroan
terbatas untuk dan atas nama orang lain.”
(2) “Dalam hal penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing membuat
perjanjian dan/atau pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perjanjian
dan/atau pernyataan itu dinyatakan batal demi hukum.”
Penjelasan ayat (1) Pasal 33 UU Penanaman Modal tersebut menegaskan bahwa
tujuan pengaturan ayat ini adalah menghindari terjadinya perseroan yang secara normatif
dimiliki seseorang, tetapi secara materi atau substansi pemilik perseroan tersebut adalah
orang lain.
Dengan adanya peraturan penanaman modal asing yang berlaku untuk membatasi
kepemilikan saham bagi pemegang saham asing untuk bidang-bidang tertentu atau sama
sekali tertutup bagi asing membuat praktik nominee semakin marak digunakan oleh pihak
investior asing. Melalui praktik nominee para pemegang asing dapat menjadi pemegang
saham dalam perusahaan yang tertutup bagi asing atau agar dapat memperoleh saham lebih
dari yang ditentukan dalam peraturan.
Pihak investor asing menggunakan konsep nominee agreement karena dengan
menggunakan konsep ini memungkinkan nama dan identitas pemegang saham nominee yang
akan tercatat sebagai pemegang saham dalam perusahaann yang bersangkutan, sedangkan
nama dan identitas dari pemilik asli saham tersebut akan dirahasiakan kecuali terdapatnya
perintah dari pengadilan. Sehingga, kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak investor
asing tidak diketahui secara umum maupun pemerintah sehingga terlindungi secara tidak
langsung.
Selain itu dalam pasal 48 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas juga mengatur
bahwa saham dikeluarkan atas nama pemiliknya sehingga saham wajib atas nama si
pemegang saham, tidak dapat nama pemegang saham berbeda dengan pemilik sebenarnya.
Perusahaan dan hukum tidak mengakui pemilik asli saham dalam kepemilikan saham dalam
perusahaan yang bersangkutan, dengan dasar perjanjian pemegang saham nominee yang
dibuat hanya mengikat pemegang saham nominee dan pemilik saham, dan karenanya tidak
mengikat pihak ketiga lainnya.
Demikian halnya dengan kepemilikan Hak Atas Tanah telah diatur dalam Pasal 9 ayat
(1) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria, ditentukan bahwa Hanya warganegara Indonesia dapat mempunyai
hubungan yang sepenuhnya dengan bumi, air dan ruang angkasa, dalam batas-batas ketentuan
pasal 1 dan 2.
Lebih lanjut dalam Pasal 26 ayat (1) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, disebutkan : “Setiap jual-beli,
penukaran, penghibahan, pemberian dengan wasiat dan perbuatan-perbuatan lain yang
dimaksudkan untuk langsung atau tidak langsung memindahkan hak milik kepada orang
asing, kepada seorang warganegara yang disamping kewarganegaraan Indonesia mempunyai
kewarganegaraan asing atau kepada suatu badan hukum, kecuali yang ditetapkan oleh
Pemerintah termaksud dalam pasal 21 ayat 2, adalah batal karena hukum dan tanahnya jatuh
kepada Negara, dengan ketentuan, bahwa pihak-pihak lain yang membebaninya tetap
berlangsung serta semua pembayaran yang telah diterima oleh pemilik tidak dapat dituntut
kembali.
Dengan adanya ketentuan dalam pasal tersebut maka perjanjian nominee yang dibuat
antara WNA dengan WNI menjadi batal demi hukum. Suatu syarat batal adalah syarat yang
bila dipenuhi akan menghapuskan perikatan dan membawa segala sesuatu kembali pada
keadaan semula, seolah-olah tidak pernah ada suatu perikatan. Dalam hal demikian maka
yang akan menjadi pemilik saham secara sah dan pemegang seluruh hak yang melekat pada
saham tersebut adalah pemilik yang namanya tercantum dalam akta perusahaan dan
dicatatkan pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Pada praktiknya, saat ini perjanjian dengan pemegang saham nominee dalam bentuk
perjanjian atau pernyataan telah tumbuh dan berkembang di masyarakat dikarenakan
meningkatnya arus modal asing yang masuk ke Indonesia. Menurut penulis, dengan
penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa nominee arrangement merupakan
perbuatan ilegal di Indonesia. Ketentuan tersebut juga dilakukan demi melindungi
kepentingan pelaku bisnis di Indonesia sehingga tidak dikuasai oleh asing. Selain itu, jika
nominee agreement tetap dilakukan dalam rangka penghindaran suatu pembatasan
kepemilikan modal asing dalam negative list dapat dikategorikan sebagai kesepakatan yang
bertentangan dengan hukum yang berlaku atau dengan kata lain tidak memiliki sebab yang
halal atau sah, sehingga dengan demikian batal demi hukum karena tidak memenuhi syarat
sah perjanjian dalam Pasal 1320 sampai 1338 KUHPerdata. Dalam beberapa artikel
dijelaskan bahwa lebih baik  tidak menyepakati, membuat, dan menandatangani Perjanjian
Nominee Arrangement dan mencari solusi lain, karena tidak mempunyai kekuatan hukum
yang mengikat sehingga para pihak yang terlibat tidak mendapatkan perlindungan hukum dan
keadaan tersebut akan menyulitkan bisnis tersebut kedepannya.
Menurut penulis, meskipun nominee arrangement merupakan perbuatan ilegal atau
tidak sah di mata hukum, pada praktik nya nominee arrangement dapat dilakukan atau halal
bagi pebisnis karena hal ini untuk mengembangkan bisnis mereka yang terhambat oleh aturan
yang ada. Namun, jika nominee arrangement tetap dilakukan oleh pebisnis, maka tidak
terdapat suatu perlindungan hukum atas tindakan tersebut karena perbuatannya tidak sah di
mata hukum. Dengan demikian, pebisnis harus menanggung segala resiko yang timbul dari
nominee arrangement tersebut.

Anda mungkin juga menyukai