Anda di halaman 1dari 1

Maraknya Perusahaan Modal Asing (PMA) di Indonesia membuktikan tingginya minat warga Negara asing

untuk turut berinvestasi di negeri ini. Tentunya, untuk mencapai keberhasilan dalam mengembangkan
bisnis PMA perlu diperhatikan beberapa aspek penting. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan yang
signifikan antara perusahaan biasa dengan PMA. Perbedaan tersebut yakni adanya kontribusi langsung
dari warga Negara asing baik dalam hal menanamkan modal saja maupun turut menjadi pengurus dalam
perusahaan tersebut.

Namun, warga Negara asing tidak serta merta dapat menanamkan modalnya begitu saja di Indonesia.
Terdapat hal yang perlu diperhatikan yakni Daftar Negatif Investasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah.
Dalam daftar tersebut diatur sedemikian rupa terkait bidang usaha apa saja yang dapat dan tidak dapat
diberikan modal oleh asing. Daftar inilah yang akhirnya menjadi batasan para calon pemodal asing untuk
dapat leluasa mencari keuntungan di Indonesia.

Dalam rangka mencari jalan pintas untuk tetap merealisasikan keinginannya tersebut, akhirnya banyak
praktik pinjam nama antara pemodal asing dengan warga Negara Indonesia. Praktik tersebut dikenal pula
dengan sebutan nominee arrangement. Dimana kemudian dituangkan dalam perjanjian nominee antara
pemodal dan orang yang dipinjam namanya.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan nominee?

Simplenya, nominee adalah seseorang yang diberikan kepercayaan oleh pihak lain untuk mewakilinya
dalam melakukan perbuatan hukum tertentu sesuai dengan perjanjian. Jika pihak yang diberikan
kepercayaan dikenal dengan sebutan nominee, maka pihak yang memberikan kepercayaan disebut
dengan beneficial owner. Dalam pembahasan ini berarti nominee diberikan kepercayaan oleh beneficial
owner untuk mewakilkan dirinya sebagai pemegang saham suatu perusahaan.

Apa di Indonesia praktik ini dapat dilakukan?

Praktik di lapangan menunjukkan bahwa perjanjian nominee marak terjadi. Hal ini didukung dengan
keabsahan jenis perjanjian ini di Negara common law. Dimana tidak menutup kemungkinan warga Negara
asing yang menggunakan perjanjian tersebut memang berasal dari Negara penganut common law. Namun
semenjak diberlakukannya UU Penanaman Modal, perjanjian semacam ini tidak sah bahkan beresiko batal
demi hukum. Tujuan utama Pemerintah melarang praktik ini antara lain untuk menghindari perseroan
yang secara normatif dimiliki seseorang, namun secara materiil adalah milik orang lain. Larangan
penggunaan praktik ini semakin dikuatkan oleh UU Perseroan Terbatas. Dalam undang-undang tersebut
ditentukan bahwa saham hanya bisa dikeluarkan atas nama pemiliknya.

Untuk itu, para beneficial owner beserta nominee perlu waspada apabila tetap ingin melanjutkan
perjanjian ini. Konsekuensi yang akan diterima apabila tetap berkehendak melanjutkan perjanjian ini
adalah batalnya perjanjian tersebut secara otomatis. Serta pemegang saham yang sah adalah nominee
tersebut. Hasilnya, harapan pemodal untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak tidak dapat
terealisasikan dengan adanya ketentuan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai