Anda di halaman 1dari 1

Nominee Agreement 

bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku di Indonesia, hal mana dapat dilihat pada
Undang- Undang Nomor  40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas pada Pasal 48 Ayat (1) yang
menyebutkan “Saham perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya”, jadi saham itu wajib atas nama si
pemegang saham, tidak boleh nama pemegang saham berbeda dengan pemilik sebenarnya. Nominee
Agreement  juga bertentangan dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal (UUPM) Pasal 33 Ayat (1) da (2) yang menyebutkan:

AYAT (1) Penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing yang melakukan penanaman
modal dalam bentuk perseoran terbatas dilarang membuat perjanjian dan/atau pernyataan yang
menegaskan bahwa kepemilikan saham dalam perseroan terbatas untuk dan atas nama orang
lain.
AYAT (2) Dalam hal penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing membuat
perjanjian dan/atau pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perjanjian dan/atau
pernyataan itu dinyatakan BATAL DEMI HUKUM.

Maka sebagaimana pada ayat (2) diatas Mengenai perjanjian nominee yang menyatakan kepemilikan seluruh
saham perseroan adalah milik orang lain, berdasarkan Pasal 33 ayat (1) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal dinyatakan bahwa seseorang dilarang mengadakan
perjanjian nominee (nominee agreement), yaitu jika seseorang mengaku sebagai pemegang saham tetapi
namanya tidak tercantum sebagai pemegang saham dalam anggaran dasar suatu perseroan, maka
keberadaannya tidak diakui, perjanjiannya seperti itu tidak memiliki causa yang halal, sehingga
perjanjiannya menjadi BATAL DEMI HUKUM.

Kalau kita lihat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Bahwa sebagaimana dalam Pasal 1337 yang
menyebutkan “ Suatu sebab adalah terlarang, jika sebab itu dilarang oleh undang-undang”, maka oleh karena itu
terhadap praktik saham pinjam nama yang dilarang dalam sistem hukum di Indonesia sehingga perjanjiannya
menjadi BATAL DEMI HUKUM.

Melihat hal tersebut maka pada Undang-Undang Penanaman Modal, yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal, pemerintah memasukkan larangan mengenai perjanjian dan/atau
pernyataan yang menegaskan bahwa kepemilikan saham dalam perseroan terbatas untuk dan atas nama
orang lain pada pasal 33 ayat (1) Undang-undang Penanaman Modal. Larangan tersebut memiliki tujuan
untuk menghindari terjadinya kepemilikan perseroan yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai