Anda di halaman 1dari 20

PERJANJIAN NOMINEE DALAM

PRAKTEK

Disampaikan oleh:
Dewi Tenty Septi Artiany SH, MH, Mkn

Dalam rangka Seminar Nasional


Diselenggarakan oleh:
Fakultas Hukum
Universitas Trisakti
31 Mei 2016

DEFINISI PERJANJIAN NOMINEE


Blacks Law Dictionary:
Nominee is One who has been nominated or proposed for an office

DEFINISI PERJANJIAN NOMINEE


Blacks Law Dictionary:
Beneficiary is One for whose benefit a trust is created; a cestui que trust.

DEFINISI PERJANJIAN NOMINEE


Perjanjian Nominee:
1 Menyiasati Larangan Kepemilikan (baik Tanah atau Saham);
2 Perjanjian Bawah Tangan (bersifat Rahasia) Yang mengikat Para
Pihak dalam Perjanjian (Obligatoir), tapi tidak dimata hukum.
3 Dilakukan oleh Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan (biasanya
WNA) untuk memiliki Aset (biasanya Tanah atau Saham) yang
diatasnamakan orang lain (biasanya WNI), untuk kepentingan
Pihak Tertentu (Beneficiary).
4 Karena sifatnya hanya Perjanjian, jika dilanggar maka tuntutannya
wanprestasi.

DEFINISI PERJANJIAN NOMINEE


Nominee Agreement dalam Praktek:
Pihak Nominee
Yang Tercatat dalam
Dokumen Perjanjian (baca:
Komparisi)

Pihak Beneficiary
Pemilik sebenarnya yang
memperoleh manfaat
(beneficiary) atas
kepemilikan Tanah atau
Aset

Yang Umum Dilakukan dalam Perjanjian Nominee:

Saham

Terdapat Larangan dalam


UU No. 25 Tahun 2007
Tentang Penanaman Modal

Tanah

Terdapat Larangan dalam


UU Pokok Agraria

SYARAT SAH-NYA PERJANJIAN (1)

Pasal
1320

Pasal
1337

Kesepakatan Kedua belah


Pihak
Kecakapan Membuat suatu
Perikatan
Suatu Hal Tertentu
Adanya Sebab yang Halal

Sebab Terlarang adalah jika


dilarang oleh (i) UU; (ii)
Kesusilaan; dan (iii) Ketertiban
Umum

Syarat Subyektif

Syarat Obyektif

SYARAT SAH-NYA PERJANJIAN (2)

Tidak
Dipenuhinya
Syarat
SUBYEKTIF

Dapat Dibatalkan/
Permohonan
Pembatalan

Tidak
Dipenuhinya
Syarat
OBYEKTIF

BATAL DEMI
HUKUM

TINDAKAN KEPEMILIKAN TANAH (1)


Pasal 9 UUPA
(4) Hanya WNI dapat mempunyai hubungan yang sepenuhnya dengan bumi, air dan ruang
angkasa, dalam batas-batas ketentuan pasal 1 dan pasal 2.
(5) Tiap-tiap WNI, baik laki-laki maupun wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk
memperoleh sesuatu hak atas tanah serta untuk mendapat manfaat dan hasilnya, baik bagi
diri sendiri maupun keluarganya.
Pasal 21 UUPA
(4) Hanya WNI dapat mempunyai hak milik.
(5) Oleh Pemerintah ditetapkan badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik dan
syarat-syaratnya.
(6) Orang asing yang sesudah berlakunya Undang-undang ini memperoleh hak milik karena
pewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta karena perkawinan, demikian pula
warganegara Indonesia yang mempunyai hak milik dan setelah berlakunya undang-undang
ini kehilangan kewarganegaraannya wajib melepaskan hak itu di dalam jangka waktu satu
tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau hilangnya kewarganegaraan itu. Jika sesudah
jangka waktu tersebut lampau hak milik itu tidak dilepaskan, maka hak tersebut hapus
karena hukum dan tanahnya jatuh pada Negara, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak
lain yang membebaninya tetap berlangsung.
(7) Selama seseorang di samping kewarganegaraan Indonesianya mempunyai
kewarganegaraan asing maka ia tidak dapat mempunyai tanah dengan hak milik dan
baginya berlaku ketentuan dalam ayat (3) pasal ini.

TINDAKAN KEPEMILIKAN TANAH (2)


Pasal 26 UUPA
(1) Jual-beli, penukaran, penghibahan, pemberian dengan wasiat, pemberian menurut adat dan
perbuatan-perbuatan lain yang dimaksudkan untuk memindahkan hak milik serta
pengawasannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
(2) Setiap jual beli, penukaran, penghibahan, pemberian dengan wasiat dan perbuatanperbuatan lain yang dimaksudkan untuk langsung atau tidak langsung memindahkan hak
milik kepada orang asing, kepada seorang warganegara yang disamping kewarganegaraan
Indonesianya mempunyai kewarganegaraan asing atau kepada suatu badan hukum, kecuali
yang ditetapkan oleh Pemerintah termaksud dalam pasal 21 ayat (2), adalah batal karena
hukum dan tanahnya jatuh kepada Negara, dengan ketentuan, bahwa hak-hak pihak lain
yang membebaninya tetap berlangsung serta semua pembayaran yang telah diterima oleh
pemilik tidak dapat dituntut kembali.

TINDAKAN KEPEMILIKAN TANAH (3)

Pasal 9

Pasal 21

Pasal 26

Hanya WNI yang memiliki hubungan sepenuhnya dengan tanah


sebagai bagian dari bumi, dan hubungan yang dimaksud adalah wujud
Hak Milik yang hanya dapat dipunyai oleh WNI, sedangkan bagi WNA
dapat diberikan Hak Pakai.
Ketentuan tentang persyaratan subyek hak, khususnya terhadap WNA
disertai dengan sanksi terhadap pelanggarannya yang secara khusus
dimuat dalam
Pasal 26 Ayat 2 UUPA. Pelanggaran terhadap ketentuan itu
berakibat bahwa peralihan HM kepada WNA itu batal demi hukum
dan hak atas tanahnya jatuh pada Negara.

TINDAKAN KEPEMILIKAN TANAH (4)


42 UUPA

45 UUPA
42 UUPAYang dapat menjadi pemegang45
Yang dapat mempunyai hak pakai adalah:
hakUUPA
sewa ialah:
a.Warga Negara Indonesia;
b.Orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
c.Badan hukum yang didirikan menurut hukum
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;
d.Badan hukum asing yang mempunyai
perwakilan di Indonesia

a.Warga Negara Indonesia;


b.Orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
c.Badan hukum yang didirikan menurut hukum
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;
d.Badan hukum asing yang mempunyai
perwakilan di Indonesia.

Berdasarkan ketentuan Pasal 42 dan 45 UUPA,


pemberian Hak Atas Tanah bagi Orang Asing dan Badan
Hukum Asing di Indonesia adalah Hak Pakai dan
Hak Sewa

TINDAKAN KEPEMILIKAN SAHAM (1)


Pasal 5 (3) UU PM

Pasal 33 UU PM
42yang
UUPA(1) Penanam Modal Dalam Negeri
45 UUPA
Penanam modal dalam negeri dan asing
dan
melakukan penanaman modal dalam bentuk
perseoran terbatas dilakukan dengan:
a. mengambil bagian saham pada saat pendirian
perseroan terbatas;
b.membeli saham; dan
c. melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Penanam Modal Asing dilarang untuk


membuat perjanjian dan/atau pernyataan
yang menegaskan bahwa kepemilikan
saham dalam perseroan terbatas untuk dan
atas nama orang lain.
(2) Perjanjian semacam itu dinyatakan Batal
Demi Hukum.

a. Alasannya adalah untuk menghindari terjadinya perseroan yang


secara normatif dimiliki seseorang tetapi secara materi atau
substantif pemiliknya adalah orang lain.
b. Hal ini dilakukan untuk menyiasati ketentuan UU PM dan
peraturan tentang Daftar Negatif Investasi (DNI) yang
membatasi adanya bidang usaha yang tertutup untuk asing
ataupun terbuka untuk asing dengan syarat yang cukup ketat.

TINDAKAN KEPEMILIKAN SAHAM (2)


Pasal 52 (4) UU No. 40/2007

Pasal 60 (4) UU No. 40/2007

42 UUPA

45 UUPA

Setiap saham memberikan kepada Hak suara atas saham yang


pemiliknya hak yang tidak
diagunkan dengan gadai atau
dapat dibagi.
jaminan fidusia tetap berada
pada pemegang saham.
Pasal 52 (4) dan Pasal 60 (4) UU No. 40/2007 menganut
konsep kepemilikan saham secara sempurna atau
sepenuhnya (dominium plenum) sehingga tidak ada
pembagian antara kepemilikan manfaat atas saham atau
kepemilikan saham secara terdaftar oleh pihak lainnya,
sehingga saham dari suatu perseroan merupakan suatu
kesatuan yang utuh termasuk hak-hak yang melekat pada
saham itu sendiri seperti hak suara.

KETENTUAN TENTANG JABATAN NOTARIS (1)


Undang-undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sebagaimana diubah
dengan Undang-undang No. 2 Tahun 2014 (UU Jabatan Notaris)
Pasal 4 (2)

Pasal 52 (2) (e)

Pasal 16 (1) (a) dan (d)

Saya bersumpah/berjanji:
bahwa saya akan patuh dan setia
kepada Negara Republik
Indonesia, Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945,
Undang-Undang tentang Jabatan
Notaris serta peraturan
perundang-undangan lainnya.
bahwa saya akan menjalankan
jabatan saya dengan amanah,
jujur, saksama, mandiri, dan
tidak berpihak. bahwa saya akan
menjaga sikap, tingkah laku
saya, dan akan menjalankan
kewajiban saya sesuai dengan
kode etik profesi, kehormatan,
martabat, dan tanggung jawab
saya sebagai Notaris. ..

Notaris berwenang
memberikan penyuluhan hukum
sehubungan dengan pembuatan
Akta;.

(a) bertindak jujur, saksama,


mandiri, tidak berpihak, dan
menjaga kepentingan pihak
yang terkait dalam perbuatan
hukum; (d) memberikan
pelayanan sesuai dengan
ketentuan dalam
Undang-Undang ini, kecuali ada
alasan untuk
Menolaknya.

KETENTUAN TENTANG JABATAN NOTARIS (2)


Undang-undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sebagaimana diubah
dengan Undang-undang No. 2 Tahun 2014 (UU Jabatan Notaris)
Ketentuan yang dilanggar oleh Notaris dalam hal pembuatan Perjanjian Nominee):

Pasal 9,
Pasal 21,
Pasal 26
UU PA

Pasal 5 (3)
Pasal 33
UU PM

Pasal 4
Pasal 5
Pasal 16
UU JN

Pasal 55 KUHPidana: Dipidana sebagai pelaku


tindak pidana: (i) mereka yang melakukan, yang
menyuruh melakukan, dan yang turut serta
melakukan perbuatan; (ii) mereka yang dengan
memberi atau menjanjikan sesuatu dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan
kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan
memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja
menganjurkan orang lain supaya melakukan
perbuatan.

Perbuatan
Melawan
Hukum

Aspek
Pidana

KETENTUAN TENTANG JABATAN NOTARIS (3)


Undang-undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sebagaimana diubah
dengan Undang-undang No. 2 Tahun 2014 (UU Jabatan Notaris)
Bertindak jujur, mandiri, tidak berpihak, penuh rasa
tanggung jawab, berdasarkan peraturan perundangundangan dan isi sumpah jabatan Notaris.

Peraturan
Per UU

Notaris

Kode Etik
Notaris
(Pasal 3 ayat 4)

Notaris harus bertindak jujur kepada para pihak, yaitu


memberitahukan bahwa UUPM dalam Pasal 33 (1) dan
(2) telah melarang kepemilikan saham untuk dan atas
nama orang lain dalam PT yang penanaman modalnya
dilakukan baik oleh penanam modal dalam negeri atau
asing.

Notaris harus bertindak jujur kepada para pihak,


yaitu memberitahukan bahwa UUPM dalam Pasal
33 (1) dan (2) telah melarang kepemilikan saham
untuk dan atas nama orang lain dalam PT yang
penanaman modalnya dilakukan baik oleh penanam
modal dalam negeri atau asing.

KETENTUAN TENTANG JABATAN NOTARIS (3)

Akta Notaris terdiri dari:


Kepala Akta

Badan Akta

Akhir/
Penutup Akta

Judul Akta
Nomor Akta
Jam, Hari, Tanggal, Bulan dan
Tahun
Nama Lengkap dan Kedudukan
Notaris

Nama lengkap, tempat dan tanggal


lahir, kewarganegaraan, pekerjaan,
jabatan, kedudukan, tempat tinggal
para penghadap dan/atau orang yang
mereka wakili.
Keterangan mengenai kedudukan
bertindak penghadap
Isi Akta yang merupakan kehendak
dan keinginan dari pihak yang
berkepentingan; dan
Nama lengkap, tempat dan tanggal
lahir, serta pekerjaan, jabatan,
kedudukan, dan tempat tinggal dari
tiap-tiap saksi pengenal.

Uraian tentang pembacaan Akta sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 16 ayat (1) huruf m atau Pasal 16 ayat (7).
Uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan
atau penerjemahan Akta jika ada.
nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan,
kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi Akta; dan
uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam
pembuatan Akta atau uraian tentang adanya perubahan yang dapat
berupa penambahan, pencoretan, atau penggantian serta jumlah
perubahannya.

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN NOMINEE


1.

Penolakan dari nominee

2.

Karena pewarisan

Menurut KUHPerdata, prinsip dari pewarisan adalah:


1. Harta Waris baru terbuka (dapat diwariskan kepada pihak lain)
apabila terjadinya suatu kematian. (Pasal 830 KUHPerdata);
2. Adanya hubungan darah di antara pewaris dan ahli waris, kecuali untuk suami atau isteri dari pewaris.
(Pasal 832 KUHPerdata), dengan ketentuan mereka masih terikat dalam perkawinan ketika pewaris
meninggal dunia.

Menurut KUHPerdata, prinsip dari pewarisan adalah:


1. Harta Waris baru terbuka (dapat diwariskan kepada pihak lain) apabila terjadinya suatu kematian. (Pasal 830
KUHPerdata);
2. Adanya hubungan darah di antara pewaris dan ahli waris, kecuali untuk suami atau isteri dari pewaris. (Pasal
832 KUHPerdata), dengan ketentuan mereka masih terikat dalam perkawinan ketika pewaris meninggal dunia.
Artinya, kalau mereka sudah bercerai pada saat pewaris meninggal dunia, maka suami/isteri tersebut bukan
merupakan ahli waris dari pewaris.

Berdasarkan prinsip tersebut, maka yang berhak mewaris hanyalah orang-orang yang mempunyai hubungan
darah dengan pewaris. Baik itu berupa keturunan langsung maupun orang tua, saudara, nenek/kakek atau
keturunannya dari saudara-saudaranya. Sehingga, apabila dimasukkan dalam kategori, maka yang berhak mewaris
ada empat golongan besar, yaitu:
1.

Golongan I: suami/isteri yang hidup terlama dan anak/keturunannya (Pasal 852 KUHPerdata).

2.

Golongan II: orang tua dan saudara kandung Pewaris

3.

Golongan III: Keluarga dalam garis lurus ke atas sesudah bapak dan ibu pewaris

4. Golongan IV: Paman dan bibi pewaris baik dari pihak bapak maupun dari pihak ibu, keturunan paman dan bibi
sampai derajat keenam dihitung dari pewaris, saudara dari kakek dan nenek beserta keturunannya, sampai derajat
keenam dihitung dari pewaris.

1. Golongan I: suami/isteri yang hidup terlama dan anak/keturunannya (Pasal 852


KUHPerdata).

2.

Golongan II: orang tua dan saudara kandung Pewaris

3. Golongan III: Keluarga dalam garis lurus ke atas sesudah bapak dan ibu
pewaris

4. Golongan IV: Paman dan bibi pewaris baik dari pihak bapak maupun dari pihak ibu,
keturunan paman dan bibi sampai derajat keenam dihitung dari pewaris, saudara dari
kakek dan nenek beserta keturunannya, sampai derajat keenam dihitung dari pewaris.

Anda mungkin juga menyukai