BP : 1800542065
Keuangan Perbankan
Merupakan surat kuasa yang diberikan hak tanggungan kepada debitur sebagai penerima hak
tanggungan untuk membebankan hak tanggungan atas objek hak tanggungan. SKMHT
adalah surat kuasa khusus yang memberikan kuasa kepda debituruntuk membebankan hak
tanggungan.
Dalam SKMHT ini pemilik sertifikat (pemegang hak) memberi kuasa kepada pihak kreditur
untuk membebankan Hak tanggungan diatas Hak Atas Tanah-nya. Sehingga, saat proses di
BPN telah selesai, maka pemilik jaminan tidak perlu lagi menanandatangani APHT karena
telah memberikan kuasa kepada kreditur yang akan bertindak berdasarkan kuasa dari pemilik
jaminan sebagaimana dinyatakan dalam SKMHT.
Jika kredit berupa KPR, maka sebelum menandatangani APHT terlebih dahulu transaksi jual
beli dilakukan dengan menandatangani Akta Jual Beli, sebab yang menjadi jaminan dalam
KPR adalah rumah yang baru dibeli.
Mengatur persyaratan dan ketentuan mengenai pemberian Hak Tanggungan dari debitur
kepada kreditur sehubungan dengan hutang yang dijaminkan dengan Hak Tanggungan.
Pemberian hak ini dimaksudkan untuk memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
kreditur yang bersangkutan (Kreditur Preferens) dibandingkan kreditur lain (Kreditur
Kongkruen).
Pembebanan Hak Tanggungan wajib memenuhi syarat yang ditetapkan dalam UUHT:
Ada beberapa perjanjian yang ditandatangani sebelum munculnya ketiga dokumen diatas:
1. Perjanjian kredit
Setiap lembaga keuangan memiliki kebijakan yang berbeda apakah Perjanjian Kredit
dibuat dengan akta Notariil atau cukup dibawah tangan.
PK dibawah tangan biasanya dibuat oleh pihak bank (kreditur) dalam bentuk
perjanjian baku. Jika PK dibuat dibawah tangan maka pihak lembaga keuangan dan
debitur cukup tanda tangan tidak didepan notaris.
Inti dari PK adalah :
“Debitur berjanji untuk meminjam sejumlah uang pada kreditur dan kreditur
berjanji untuk memberikan pinjaman sejumlah uanh pada Debitur”. Dalam PK
ini diatur dan disepakati jumlah pinjaman, besar bunga, biaya administrasi,
jangka waktu, besar angsuran, tgl pembayaran setiap bulannya dan tgl jatuh
tempo.
Setiap lembaga keuangan memiliki kebijaksanaan yang berbeda apakah PK dibuat
dengan akta Notarill atau cukup dibawah tangan.
PK dibawah tangan biasanya dibuat oleh kreditur (pihak bank) dalam bentuk
perjanjian baku. PK tersebut tidak dapat diubah isinya “take it or leave it agreement”
dan dibuat dalam jumlah banyak (massal) yang bertujuan untuk efisiensi bagi pihak
Bank.
Jadi yang menandatangani PK adalah Pihak lembaga keuangan (Pihak Bank)
2. Pengakuan Hutang
Umumnya selalu dibuat dalam bentuk akta notariil, oleh karena itu pembuatannya
dilakukan oleh notaris berdasarkan kesepakatan para pihak dan penandatangan pun
dilakukan dihadapan notaris.
Dasar dari pembuatan PH adalah PK. Intinya Pengakuan Hutang ini berisi bahwa
debitur mengakui telah berhutang sejumlah uang kepada kreditur sebagaimana telah
diperjanjikan dalam PK dan Kreditur menerima baik pengakuan hutang tersebut.
Dasar dari pembuatan Akta Pengakuan Hutang (PH) adalah PK.
Inti dari PH adalah :
“Bahwa Debitur mengakui telah berhutang sejumlah uang pada Kreditur
sebagaimana yg telah diperjanjikan dalam PK dan Kreditur menerima baik
pengakuan hutang tersebut”
Jadi yang menandatangani PH adalah Pihak lembaga keuagan dan Pihak debitur yang
berhutang