Anda di halaman 1dari 45

TEKNIK PEMBUATAN AKTA

(Waris)
Dr. UDIN NARSUDIN, SH., M.Hum., SpN.
• TPA (pengantar)
PERANCANGAN
AKTA

DASAR PEMENUHAN
HUKUM/LANDASAN SYARAT FORMAL
HUKUM DAN MATERIL
AKTA
NOTARIS

KONSTRUKSI
SUBYEK/OBYEK
HUKUM
Pasal 38 UUJN :
• AWAL AKTA atau KEPALA AKTA meliputi :
• Judul Akta
• Nomor Akta
• Jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun
• Nama Lengkap dan Tempat Kedudukan Notaris
• BADAN AKTA meliputi :
• Identitas
• Keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap
• Isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan para pihak yang
berkepentingan
• Identitas saksi/saksi pengenal
• AKHIR AKTA atau PENUTUP AKTA
-uraian tentang pembacaan akta
-uraian ttg penandatangan akta dan tempat penandatangan akta
-identitas saksi
-tentang adanya perubahan
• AWAL/KEPALA AKTA
(Pasal 38 ayat (2) UUJN :

a. JUDUL AKTA.
b. NOMOR AKTA.
c. JAM, HARI, TANGGAL, BULAN DAN TAHUN.
d. NAMA LENGKAP DAN KEDUDUKAN NOTARIS.
JUDUL AKTA
• Merumuskan suatu persoalan menjadi suatu judul yang singkat tidaklah
mudah.
• Merumuskan judul terlalu singkat kadang-kadang kurang jelas, maka
hindari hal tersebut
• Jika jual beli itu belum mungkin dilakukan sedangkan para pihak sudah
bersedia mengikatkan diri dan berjanji untuk nantinya akan melakukan jual
beli atas barang tertentu, maka judulnya menjadi: Pengikatan Jual Beli,
Pengikatan Jual Beli Saham.
• Pencantuman suatu judul maka akan memudahkan orang untuk mencari
akta dalam protokol notaris.
KOMPARISI
• Komparisi (comparitie) berarti tindakan menghadap dalam hukum atau
didepan Pejabat Umum.
• Komparisi merupakan bagian dari akta Notaris yang memuat keterangan-
keterangan mengenai nama orang (-orang) yang menghadap,berhadapan,
hadir dihadapan ditempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan,
pekerjaan/jabatannya dan tempat tinggalnya serta keterangan dalam
kualitas apa orang (-orang) tersebut bertindak.
• Komparisi merupakan bagian dari Badan Akta yang ditempatkan sebelum
Premisse/Isi Akta.
• Isi komparisi ialah segala ketentuan-ketentuan yang diharuskan
sebagaimana diatur dalam Pasal 38 dan 47 Undang undang Jabatan
Notaris.
• Fungsi komparisi ialah menjelaskan identitas penghadap, dalam kedudukan
apa ia bertindak, dan atas dasar apa ia bertindak, serta ia adalah cakap dan
berwenang serta sah melakukan tindakan hukum yang disebut di dalam
akta.
DASAR DASAR KOMPARISI
PENGHADAP
• Penghadap ialah subyek hukum yang menghadap kepada Notaris, untuk
kepentingannya atau subyek hukum yang diwakilinya, yang meminta jasa
Notaris untuk membuat akta yang diperlukan oleh penghadap sendiri atau
oleh yang diwakilinya.
Penghadap dapat dibedakan menjadi 4 macam :
Penghadap untuk diri sendiri.
• -Penghadap untuk diri sendiri, ialah penghadap yang bertindak untuk dan
atas namanya sendiri, tidak untuk atas dan nama orang (badan) lain.
Misalnya :
• -Tuan Budi bertindak untuk kepentingan Tuan Budi sendiri.
Penghadap selaku kuasa.
• -Penghadap selaku kuasa, ialah penghadap yang bertindak bukan untuk
dan atas dirinya sendiri, tetapi untuk dan atas nama orang lain, berdasakan
kuasa.
Penghadap selaku wakil.
-Penghadap selaku wakil, ialah penghadap yang bertindak mewakili
orang/badan yang diwakilinya, berdasarkan peraturan/ Anggaran Dasar.
Penghadap dalam hal khusus.
Penghadap dalam hal khusus, ialah penghadap yang untuk tindakan tertentu
perlu persyaratan khusus.
Misalnya :
-Anak dibawah umur yang membuat Perjanjian Sewa Menyewa harus
dibantu ortuanya.
PRAEMISE
• PRAEMISSE/PRAEMITTO, berasal dari BAHASA LATIN)
• Praemise adalah bagian badan akta yang mendahului isi akta, dan sesudah
komparisi, sebagai pendahuluan sebagai sebuah keterangan atau
pernyataan awal dari sebuah isi akta.
• Merupakan alasan atau latar belakang akta dibuat, dan HARUS dalam
bentuk pernyataan sebenarnya atau dalam bentuk penyajian suatu fakta2,
bukan suatu opini atau suatu analisa sebuah peristiwa.
ISI
ESENSIALIA
segala sesuatu yg hrs ada yg merup hal pokok yang tidak boleh diabaikan
dan harus tercantum dlm perjanjian.
Bila tidak terpenuhi maka perjanjian menjadi batal.
NATURALIA
Ketentuan hukum umum, suatu syarat yang biasanya dicantumkan dalam
perjanjian. tanpa pencantuman syarat tsb perjanjian tetap sah.
ACCIDENTALIA
yaitu berbagai hal khusus yang dinyatakan dlm perjanjian yang disetujui
oleh para pihak.
-tidak harus ada tetapi dicantumkan untuk kepentingan tertentu dengan
maksud khusus sebagai kepastian.
Untuk ketentuan-ketentuan esensinya ialah :
Barang dan Harga, Pindahan Risiko, Pindahannya hak milik, Penjual
menjamin tentang barang yang dijualnya
Untuk ketentuan-ketentuan tambahan ialah:
Barang yang dijual pengirimannya menjadi tanggungan pembeli, Barang
yang dijual harus dibungkus dengan karton.
Untuk ketentuan-ketentuan wajib ialah:
Sebelum akta ditutup wajib disebut ketentuan-ketentuan mengenai :
• Biaya pembuatan akta ini dan biaya-biaya yang berhubungan dengan akta
ini harus ditegaskan siapa yang membayar.
• Para penghadap memilih domisili atau kediaman hukum.
• Alinea terakhir, tentang penghadap dikenal oleh atau diperkenalkan kepada
Notaris.
• Isi dari akta yang sederhana biasanya langsung setelah komparisi.
SAKSI_SAKSI
SAKSI PENGENAL
• Penghadap 1 Orang Yang Tidak Dikenal Oleh Notaris Dan Diperkenalkan Oleh 2 Orang
Saksi Pengenal
• -Tuan DASEP, lahir di Bandung, pada tanggal 12-01-1967 (dua belas Januari seribu
sembilan ratus enam puluh tujuh), Warga Negara Indonesia, Pedagang, bertempat
tinggal di Jalan Mawar Nomor 4 Bandung.
• -pengenal yang turut menghadap kepada saya, Notaris dengan hadirnya para saksi dan
atas pertanyaan mengaku bernama Tuan BAMBANG, lahir di Bandung pada tanggal 03-
03-1975 (tiga Maret seribu sembilan ratus tujuh puluh lima), Warga Negara Indonesia,
Wiraswasta, bertempat tinggal di Jalan Margahayu Nomor. 2 Bandung dan Tuan
ASMUNI, lahir di Bandung pada tanggal 23-08-1975 (dua puluh tiga Agustus seribu
sembilan ratus tujuh puluh lima), Warga Negara Indonesia, Swasta, bertempat tinggal di
Yos Sudarso Nomor.10 Kota Bandung.
AKHIR / PENUTUP AKTA
• AKHIR / PENUTUP AKTA macam-macam :
Dengan kalimat :
•DEMIKIAN AKTA INI atau
•Maka akta ini untuk menjadi bukti yang sah atau
•Maka surat ini.
Kemudian dilanjutkan :
a. Sebagai Minuta.
• Dibuat sebagai minuta dan diselesaikan di Yogyakarta pada pukul, hari, tanggal,
bulan dan tahun sebagaimana tersebut pada bagian awal akta ini dengan dihadiri
oleh :……….
Sebagai para saksi.----------------------------------------------------------------------------------
• Bila dibuat dalam bentuk aslinya (originali), maka kalimatnya: Dibuat dalam
originali dan diselesaikan di Yogyakarta, pada pukul, hari, tanggal, bulan dan
tahun sebagaimana tersebut pada bagian awal akta ini, dengan dihadiri oleh:
……………….. dst ………
• Dibuat 2 (dua) rangkap dan berlaku sebagai satu dan satu berlaku untuk semua.
• Dasar Hukumnya adalah pasal 16 ayat 3 dan ayat 4 UUJN.
Pembacaan Akta.
DIBACAKAN
“Akta ini setelah saya, Notaris bacakan kepada (para) penghadap, para saksi dan saya
Notaris,……………………”
TIDAK DIBACAKAN
Sesuai pasal 16 ayat 7 UUJN, akta dapat tidak dibacakan oleh Notaris, jika penghadap
menghendaki agar akta tidak dibacakan karena penghadap telah membaca sendiri,
mengetahui, memahami dan menyetujui isinya, dengan ketentuan bahwa hal tersebut
dinyatakan dalam penutup akta serta pada setiap halaman Minuta, Kemudian Akta
diparaf oleh penghadap, saksi, dan Notaris.
“Akta ini setelah dibaca sendiri, diketahui, dan dipahami isinya oleh para penghadap dan
para saksi, maka akta ini segera dibubuhi paraf pada setiap halaman dan ditandatangani
oleh para penghadap, para saksi dan saya, Notaris”.-
Penandatanganan Akta
……………………, maka seketika itu juga ditanda tangani oleh (para)
penghadap, para saksi dan saya Notaris”.
Ada 2 (dua) orang komparan, yang satu bisa tanda tangan dan yang lain
tidak beisa tandatangan, disebabkan tidak bisa membaca dan menulis.
• “Akta ini setelah saya, Notaris bacakan kepada para penghadap dan para
saksi, maka seketika itu juga ditandatangani oleh penghadap Tuan BUDI,
para saksi dan saya, Notaris sedangkan penghadap Nyonya SANTI
membubuhkan cap jempol tangan kirinya, sebab menurut keterangannya
tidak bisa membaca dan menulis.
Penandatangan DALAM AKTA BERITA ACARA
-Ada 2 (dua) variasi, yang satu bisa menandatangani sedang yang lainnya
telah meninggalkan ruang rapat.
“Akta ini setelah saya, Notaris bacakan kepada para penghadap dan para
saksi, maka seketika itu juga ditandatangani oleh penghadap Tuan ASEP, para
saksi dan saya, Notaris, sedangkan penghadap Tuan JAJANG USEP, tidak
menandatangani sebab telah meninggalkan ruang rapat sebelum selesai akta
ini”.
RENVOI atau PERUBAHAN
• Apabila didalam tulisan akta terdapat salah ketik, salah kata, salah kalimat atau
penafsiran yang tidak disetujui (para) penghadap, maka dapat dibuat renvoi atau
perubahan, berupa tambahan, coretan atau coretan degan pengganti.
Ketentuan-ketentuan Renvoi :
• Renvoi ditulis pada bagian kiri kertas yang kosong. Apabila renvoi tersebut panjang
sehingga tidak cukup ditulis dipinggir kiri kertas, maka ditulis bagian akhir akta atau
pada kertas lain (kertas sendiri).
• Renvoi tambahan untuk halaman sekian baris sekian (Renvoi coretan dengan
penggantian untuk halaman sekian baris kesekian).
• Renvoi dalam minuta akta harus dibubuhi paraf dari (para) penghadap, para saksi dan
Notaris.
• Banyak yang menganggap penegasan dalam kepala akta dan akhir akta
dalam proses penanda-tanganan akta notaris hanya sekedar formalitas
belaka dan hanya untuk memenuhi syarat sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 38 UUJN.
• Proses penandatanganan akta notaris dilakukan berturut-turut oleh pihak
penghadap, saksi-saksi dan terakhir notaris.
• Pengecualiannya adalah untuk akta wasiat terbuka menurut Pasal 939 BW
urutan-urutan penanda-tanganannya adalah penghadap, notaris dan
terakhir saksi-saksi.
• Nah, urutan penanda-tanganannya sendiri gimana?
• Karena masih banyak yang menanda-tangai tidak bersamaan baik hari dan
jam......
• Padahal harus difahami bahwa setiap akta notaris yang secara lahir tampak
sebagai akta, dianggap sebagai akta otentik yang memiliki kekuatan
pembuktian sempurna, sepanjang tidak dibuktikan sebaliknya bahwa akta
itu tidak asli atau palsu.
• Oleh karena itu dengan adanya keterangan notaris pada akta yang
menegaskan orang yang menghadap kepadanya dikenal atau dikenalkan
serta penegasan yang tercantum pada akhir akta mengenai penanda-
tanganan para pihak maka:
• -penegasan itu merupakan jaminan atas kebenaran identitas dan tanda-
tangan para pihak yang datang menghadap kepada notaris.
• -bahwa dengan penegasan tersebut maka keaslian atau orisinalitas
identitas dan tanda-tangan sudah terjamin.
• Dengan penjelasan tersebut siapapun termasuk hakim dalam hal ini harus
menerima dan menghargai keasliannya dalambentuk dugaan, yaitu
menurut hukum setiap akta otentik harus dianggap asli. Sehingga siapa
saja yang meragukan keasliannya atau menyatakan akta notaris tersebut
palsu, harus membuktikan kepalsuan tersebut.
• Dapat dipedomani Putusan MARI Nomor 702 K/SIP/1991 yang kaidah
hukumnya mengatakan Tindakan PN membatalkan akta notaris tidak tepat,
karena notaris hanya mencatat apa yang diterangkan penghadap, dan dia
tidak diwajibkan untuk menyelidiki kebenaran materi apa yang
dikemukakan kepadanya.
• Kasus: Ada pengakuan dari seseorang yang merupakan pihak dalam akta
Notaris, yang bersangkutan mengatakan bahwa pada waktu tanda-tangan
dihadapan Notaris tersebut menurut keadaan sebenarnya tidak sesuai
dengan isi akta yang ditanda-tanganinya.
• Lalu apakah serta merta aktanya tidak sah?
• Akta Notaris tidak bisa serta merta dikatakan tidak benar karena Akta
notaris sebagai produk pejabat publik, maka penilaian terhadap akta
notaris harus dilakukan dengan asas praduga sah (vermoeden
vanrechtmatigeheid) atau presumption iustae causa.
• Asas ini dapat dipergunakan untuk menilai akta notaris, yaitu dimana akta
notaris tersebut harus dianggap sah sampai ada pihak yang menyatakan
akta tersebut tidak sah. Untuk menyatakan atau menilai akta tersebut tidak
sah harus dengan gugatan ke pengadilan umum.
• Selama dan sepanjang gugatan berjalan sampai dengan ada keputusan
pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht), maka akta
notaris tetap mengikat para pihak atau siapa saja yang berkepentingan
dengan akta tersebut.
• Dalam gugatan untuk menyatakan akta notaris tersebut tidak sah, maka
harus dibuktikan ketidak absahan dari aspek lahiriah, formal dan
materilnya akta notaris. Jika tidak dapat dibuktikan maka akta yang
bersangkutan tetap sah mengikat para pihak atau siapa saja yang
berkepentingan dengan akta tersebut.
• Asas ini telah diakui dalam UUJN, tersebut dalam Penjelasan Bagian Umum
bahwa: Akta Notaris sebagai alat bukti tertulis yang terkuat dan terpenuh,
apa yang dinyatakan dalam Akta Notaris harus diterima, kecuali pihak yang
berkepentingan dapat membuktikan hal sebaliknya secara memuaskan di
hadapan persidangan pengadilan.
• 1. Pembuatan Surat Keterangan Waris atau Keterangan Ahli
Waris untuk WNI Keturunan Tionghoa.
• Berdasarkan Surat Departemen Dalam Negeri Direktorat Jenderal Agraria
Direktorat Pendaftaran Tanah (Kadaster), tanggal 20 Desember 1969,
Nomor Dpt/12/63/12/69 tentang Surat Keterangan Warisan dan
Pembuktian Kewarganegaraan dan Pasal 111 ayat (1) huruf c Peraturan
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun
1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
• Dalam 2 (dua) ketentuan tersebut disebutkan 3 (tiga) bentuk formal bukti
waris dan 3 (tiga) institusi yang dapat membuat keterangan ahli waris yang
disesuaikan dengan golongan atau etnis penduduk atau Warga Negara
Indonesia. Ketiga bentuk formal keterangan ahli waris dan institusinya
yaitu:
• i. Golongan Eropa, Cina/Tionghoa, Timur Asing (kecuali orang Arab yang
beragama Islam) berdasarkan Keterangan Ahli Waris yang dibuat oleh
Notaris, dalam bentuk Surat Keterangan Waris.
• ii. Golongan Timur Asing (Bukan Cina/Tionghoa), berdasarkan Keterangan
Ahli Waris yang dibuat oleh BHP.
• iii. Golongan Pribumi (Bumiputera) berdasarkan Keterangan Ahli Waris
yang dibuat dibawah tangan, bermeterai, oleh para ahli waris sendiri dan
diketahui atau dibenarkan oleh Kepala Desa/Lurah dan Camat sesuai
dengan tempat tinggal terakhir pewaris.
• Pasal 15 ayat (1) UUJN menyebutkan :
• “Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-
undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan
akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,
semuanya itu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh
undang-undang”.
• Dalam prakteknya keterangan ahli waris dibuat dibawah tangan oleh (para)
ahli waris dengan dikuatkan oleh Kepala Desa/Kepala Kelurahan dan Camat
untuk golongan Warga Negara Indonseia asli (Bumiputera), dibuat oleh
Notaris untuk golongan Warga Negara Indonesia Keturunan Cina/Tionghoa
dan dibuat oleh BHP untuk golongan Warga Negara Indonesia Keturunan
Timur Asing lainnya dengan dasar hukum yang berlainan dan tidak
konsisten sehingga hal tersebut tidak memenuhi asas kepastian hukum.
Keterangan ahli waris yang merupakan instrumen yang sangat penting
dalam hukum waris perundang-undangan yang mengaturnya harus
konsisten, dimana adanya keteraturan atau ketertiban dalam usaha
pembangunan merupakan sesuatu yang diinginkan, sehingga fungsi hukum
menjamin adanya kepastian dan ketertiban dapat tercapai.
• Sebelum keterangan ahli waris dibuat, notaris harus terlebih dahulu
melakukan pengecekan ke Daftar Pusat Wasiat Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia mengenai ada tidaknya wasiat yang ditinggalkan oleh
pewaris semasa hidupnya (sekarang dengan menggunakan mekanisme on-
line). Hal ini penting untuk menentukan siapa-siapa saja yang menjadi ahli
waris dari pewaris berdasarkan keinginan terakhirnya dan akan sangat
berpengaruh terhadap bagian atau porsi dari masing-masing ahli waris.
• Terdapat hal-hal yang penting dalam pembuatan keterangan ahli waris
yang harus dicantumkan dalam keterangan ahli waris, yang harus tetap
dipertahankan dan menjadi konsep yang masih harus dipakai dalam
pembuatan keterangan ahli waris di Indonesia yaitu:
• Nama, nama kecil, serta tempat tinggal terakhir pewaris
• - Nama, nama kecil, tempat tinggal dan jika masih di bawah umur, tanggal
dan tahun kelahiran mereka yang mendapat hak dengan menyebutkan
bagian mereka menurut undang-undang, dan surat wasiat atau surat
pemisahan dan pembagian (boedelscheiding).
• - Sedapat mungkin nama, nama kecil dan tempat tinggal wakil anak-anak
dibawah umur (yaitu wali, pemegang kekuasaan orang tua), termasuk para
pengurus khusus (bewindvoerder).
• -Suatu perincian tepat surat wasiat, atau dalam hal pewarisan menurut
undang-undang, hubungan antara pewaris dan para ahli waris, yang
menjadi dasar diperolehnya hak itu.
• -Semua pembatasan yang ditentukan oleh pewaris terhadap hak untuk
memindah-tangankan apa yang diperoleh, dengan menyebut nama, nama
kecil, dan sedapat mungkin tempat tinggal mereka yang terkenakan
pembatasan itu, serta menyebut orang-orang yang boleh menerimanya
dan mereka yang harus membantunya apabila pemindah-tanganan harus
dilakukan.
• -Serta pernyataan pejabat yang membuat keterangan ahli waris bahwa dia
telah meyakinkan diri atas kebenaran dari apa yang ditulisnya.
• Prosedur pembuatan keterangan ahli waris yang dilakukan oleh notaris
adalah sebagai berikut:
• Tahap Pertama
• -Notaris minta permohonan dari pemohon/ahli waris atau kuasa diatas
meterai;
• -Meminta surat kematian dari pewaris ;
• -Melakukan pengecekan wasiat ke Daftar Pusat Wasiat, apakah pewaris
pernah membuat wasiat atau tidak (melalui online), hal ini erat kaitannya
dengan pembagian warisan apakah dilakukan dengan secara ab-intestato
atau testametair atau agar terhindar dari konflik.
• Tahap Kedua
• -Notaris membuat keterangan ahli waris.
• Pembuatan keterangan ahli waris yang lebih menjamin kepastian hukum,
membutuhkan juga selain ketelitian notaris yang membuatnya dan
kerjasama dari para ahliwaris membuktikan dari akta-akta pencatatan sipil
mereka juga partisipasi pemerintah yang menyelenggarakan :
• -data-data yang akurat/dapat dipercaya kebenarannya yang dimuat dalam
akta-akta catatan sipil.
• -data-data yang akurat dan tertib dari Kementerian Hukum dan HAM
tentang pendaftaran wasiat yang dikelola secara baik dan nasional (seluruh
Indonesia) bekerja sama dengan para notaris se-Indonesia yang
berdasarkan Pasal 16 ayat (1) huruf h UUJN, yang mewajibkan notaris
membuat dan mengirimkan daftar akta wasiat selambat-lambatnya tanggal
5 (lima) setiap bulan (sekarang dilakukan dengan on-line).
• 2. Pembuatan akta pembagian dan pemisahan harta
peninggalan.
• Pasal 1074 KUHPerdata menyebutkan:
• Pemisahan harta itu harus dibuat dalam satu akta dihadapan Notaris yang dipilih
oleh pihak yang berkepentingan, atau bila ada perselisihan, diangkat oleh
Pengadilan Negeri atas permohonan pihak-pihak yang berkepentingan yang
paling siap.
• Akta Pembagian dan Pemisahan Harta Peninggalan berisikan:
• -Tanda-tangan dari seluruh ahli waris;
• -Penyebutan secara terperinci jumlah dan macam jenis barang harta
peninggalan;
• -Penyebutan nama para ahli waris dan jumlah pecahan bagian warisan yang
menjadi hak masing-masing ahli waris;
• -Penyebutan jumlah dan jenis barang yang diterima oleh masing-masing para
ahli waris;
• -Penyebutan adanya kuasa dari sluruh ahli waris kepada masing-masing
para ahli waris untuk dapat melakukan suatu tindakan hukum atau bagian
barang harta peninggalan yang diterima oleh masing-masing para ahli
waris.
• Berkaitan dengan objek harta peninggalan yang berupa HAT atau HMRS,
maka PPAT membuat APHB. APHB tersebut dibuat:
• -berdasarkan Akta Pembagian dan Pemisahan Harta Peninggalan
Sebagaimana tersebut diatas;
• -APHB hanya ditandatangani oleh ahli waris penerima hak saja, dimana ahli
waris penerima hak tersebut akan bertindak dalam 2 (dua) kapasitas yaitu
selaku kuasa dari seluruh ahli waris, dan bertindak selaku diri sendiri
sebagai penerima hak;
• -Isi APHB akan menyebutkan perincian harta peringgalan yang diterima
oleh ahli waris penerima hak tersebut.
• Harus difahami dengan baik bahwa Akta Pembagian dan Pemisahan Harta
Peninggalan adalah alat bukti yang kuat yang dapat dipergunakan untuk
melakukan perbuatan hukum baik pengurusan maupun pemilikan.
• Pengurusan diartikan bahwa ahi waris yang mendapat bagian atau
menerima warisan barang harta peninggalan yang telah ditentukan
tersebut dapat menguasai, menikmati hasilnya dan lain-lainnya layaknya
sebagai seorang pemilik barang.
• Pemilikan yaitu ahli waris yang mendapat bagian atau menerima warisan
barang harta peninggalan yang telah ditentukan yaitu;
• -melakukan baliknama atas barang-barang harta peninggalan tersebut,
apabila barang-barang harta peninggalan tersebut hendak dipakai sendiri
oleh ahli waris;
• -menggadaikan atau dengan cara apapun menjaminkan barang-barang
harta peninggalan tersebut kepada pihak lain atau kreditor apabila ahli
waris hendak meminjam uang atau meminta kredit;
• -mengalihkan barang-barang harta peninggalan tersebut kepada pihak lain;
• Bahwa ahli waris penerima hak berdasarkan Akta Pembagian dan
Pemisahan Harta Peninggalan, berhak untuk diri sendiri dan atas nama
para ahli waris lainnya, untuk melakukan perbuatan-perbuatan hukum
yang berupa tindakan pemilikan sebagaimana tersebut diatas karena
dalam Akta Pembagian dan Pemisahan Harta Peninggalan TERCANTUM,
KUASA dari para ahli waris kepada ahli waris yang bersangkutan untuk
melakukan tindakan hukum atas barang-barang harta peninggalan yang
menjadi bagian haknya.
• Ngopi heula….

Anda mungkin juga menyukai