Anda di halaman 1dari 3

PAJAK BALIK NAMA WARIS

UNTUK SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH DAN BANGUNAN


TERLETAK DI PANGLIMA POLIM DAN PASAR REBO

RUMUS UNTUK PANGLIMA POLIM : (NJOP − NPOPTKP) x 5% x 50% RUMUS UNTUK PASAR REBO : (NJOP − NPOPTKP) x 5%

NJOP adalah Nilai Jual Objek Pajak. ➢ Pasal 7 ayat (1) Peraturan ➢ Pasal 6 Peraturan ➢ Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 111 Tahun 2000 tentang Pengenaan Bea
Daerah Provinsi DKI Daerah Provinsi DKI Perolehan Hak Atas Tanah dan Banguna Karena Waris dan Hibah Wasiat
NPOPTKP adalah Nilai Pokok Objek Pajak Tidak Jakarta Nomor 18 Tahun Jakarta Nomor 18
Kena Pajak. 2010 tentang Bea Tahun 2010 tentang “Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan yang terhutang atas perolehan hak
➢ Pasal 5 ayat 7 dan ayat 8 Peraturan Daerah Perolehan Hak Atas Tanah Bea Perolehan Hak karena waris dan hibah wasiat adalah 50% dari bea perolehan hak atas tanah dan
Provinsi DKI Jakarta Nomor 18 Tahun 2010 dan Bangunan Atas Tanah dan bangunan yang seharusnya terutang.”
tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Bangunan. “Besarnya pokok Bea ➢ Pasal 5 ayat 1 Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 112 Tahun
Perolehan Hak Atas Tanah “Tarif Bea Perolehan 2011 tentang Prosedur Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
(7) “Besarnya nilai perolehan objek pajak tidak dan Bangunan yang terutang Hak Atas Tanah dan
kena pajak ditetapkan sebesar Rp.80.000.000,- “ dihitung dengan cara Bangunan ditetapkan “Pengenaan BPHTB yang terutang atas perolehan hak karena waris dan hibah
mengalikan tarif sebesar 5%” wasiat adalah sebesar 50% dari BPHTB yang seharusnya terutang”
(8) “Dalam hal perolehan hak karena waris atau sebagaimana dimaksud
hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang dalam Pasal 6 dengan dasar ➢ Pasal 77 ayat 4 dan Pasal 87 ayat 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam pengenaan pajak tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah disebutkan :
garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau sebagaimana dimaksud 1. Besarnya NJOPTKP ditetapkan paling rendah sebesar Rp. 10.000.000,- untuk
satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah dalam Pasal 5 setelah setiap wajib pajak.
wasiat atau waris termasuk suami/istri. Nilai dikurangi Nilai Perolehan 2. Besarnya NPOPTKP ditetapkan paling rendah sebesar Rp. 60.000.000,- untuk
perolehan objek pajak tidak kena pajak Objek Pajak Tidak Kena setiap wajib pajak
ditetapkan sebesar Rp.350.000.000,- “ Pajak sebagaimana Dengan demikian, pemberian pengurangan dilakukan sebagai berikut :
dimaksud Pasal 5 ayat 7 atau
ayat 8. 1. NJOPTKP untuk PBB-P2 diberikan satu kali per wajib pajak untuk setiao tahun
➢ Pasal 13 Peraturan Gubernur Provinsi DKI pajak.
Jakarta Nomor 112 Tahun 2011 tentang 2. NPOPTKP untuk BPHTB diberikan satu kali per wajib pajak
Prosedur Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Meskipun wajib pajak memiliki beberapa objek PBB-P2 atau wajib pajak
Bangunan melakukan transaksi yang menyebabkan peralihan hak atas tanah dan/atau
bangunan lebih dari satu di wilayah kabupaten/kota bersangkutan
Besar NPOPTKP ditetapkan sebagai berikut :
a) sebesar Rp. 80.000.000,- untuk setiap
transaksi selain waris dan hibah wasiat, atau
b) sebesar Rp. 350.000.000,- untuk waris dan
hibah wasiat”.
LANJUTAN ….

MAKA UNTUK PASAR REBO


MAKA UNTUK PANGLIMA POLIM
(NJOP − NPOPTKP) x 5%
(NJOP − NPOPTKP) x 5% x 50%
(Rp 576.300.000 − 350.000.000) x 5%
(Rp 12.081.750.000 − 350.000.000) x 5% x 50% = Rp 11.315.000,-
= Rp. 293.293.750,-

➢ Berdasarkan Pasal 77 ayat 4 dan Pasal 87 ayat 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, bahwa Pengenaan Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang terutang atas perolehan hak karena waris sebesar 50% dari BPHTB yang seharusnya terutang hanya dapat dilakukan
satu kali dalam setahun. Dalam hal ini, Ahli Waris memiliki beberapa objek hak atas tanah dan/atau bangunan yang terletak di Panglima Polim dan Pasar Rebo yang akan
dibalik nama waris pada tahun yang sama. Sehingga untuk Pengenaan BPHTB yang terutang sebesar 50% hanya dapat dikenakan untuk salah satu objek hak atas tanah dan
bangunan. Maka untuk pengenaan BPHTB yang terutang sebesar 50% akan dikenakan untuk BPHTB lebih besar yaitu BPHTB Panglima Polim, sedangkan BPHTB Pasar
Rebo tidak mendapatkan pengenaan BPHTB yang terutang sebesar 50%.
PAJAK BALIK NAMA WARIS
UNTUK SERTIFIKAT HAK GUNA BANGUNAN
YANG TELAH HABIS/LEWAT JANGKA WAKTU BERLAKUNYA
TERLETAK DI KELAPA GADING

Hak Guna Bangunan (HGB) memiliki jangka waktu tertentu. HGB pada dasarnya merupakan tanah negara yang diberikan kepada seseorang dengan suatu jangka waktu
terbatas. Oleh karena itu, apabila jangka waktu hak atas tanah tersebut habis (telah lewat), sesuai Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1966 maka proses yang diajukan oleh
para ahli waris bukanlah perpanjangan hak, melainkan permohonan hak atas tanah yang baru. Walaupun tentu saja ahli waris tersebut memiliki hak preference (hak istimewa
yang didahulukan) untuk mengajukan permohonan hak atas dimaksud dibandingan dengan pihak yang bukan ahli waris. Oleh karena itu, perhitungan pajak yang dikenakan
tidak menggunakan rumus perhitungan BPHTB waris.
Mengenai perhitungan pajak tersebut juga ditegaskan dalam Surat Direktur Jenderal Pajak No. S-458/PJ.331/2005 tanggal 1 Juni 2005 tentang Penegasan Saat Terhutangnya
BPHTB, khususnya point 2 yang menyatakan bahwa:
“dalam hal jangka waktu perolehan hak guna bangunan telah berakhir, maka status tanah menjadi tanah milik negara sampai dengan diberikannya hak baru lagi.”
Oleh karena itu, perlakuan pajaknya tidak mengikuti ketentuan mengenai BPHTB waris, melainkan menggunakan perhitungan BPHTB permohonan hak baru yang
perhitungannya sebagaimana hal biasa seperti jual beli.

PERHITUNGAN PAJAK HGB YANG HABIS/LEWAT JANGKA WAKTUNYA = PAJAK JUAL BELI

MAKA :
(NJOP – NPOKTP) x 5%
(Rp 1.004.728.000 - 80.000.000) x 5%
= Rp 46.236.400,-

Anda mungkin juga menyukai