Anda di halaman 1dari 36

Eko Pramono, S.T.

Sejarah BPHTB

Ordonansi Bea Balik Nama


Staatsblad 1924 Nomor 291

mengatur tentang
Bea Balik Nama atas setiap perjanjian pemindahan hak atas harta tetap
yang ada di wilayah Indonesia, termasuk peralihan harta karena hibah
wasiat yang ditinggalkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal terakhir
di Indonesia.

Harta tetap adalah barang-barang tetap dan hak-hak kebendaan atas tanah
yang pemindahan haknya dilakukan dengan pembuatan akta menurut cara
yang diatur dalam Ordonansi Bea Balik Nama Staatsblad 1834 Nomor 27.
Sejarah BPHTB

UU No.5 Tahun 1960 tentang UU PA


Peraturan Dasar Pokok-Pokok 24 Sept 1960
Agraria

Tidak lagi mengakui hak-hak atas tanah menurut hukum barat


sebagaimana diatur dalam Ordonansi Balik Nama Staatsblad 1834
Nomor 27 sehingga Bea Balik Nama atas harta tetap berupa hak atas
tanah tidak dapat dipungut lagi.

Peralihan harta bergerak dikenakan Bea Balik Nama, seperti mobil


dan sepeda motor.
Sejarah BPHTB

UU Nomor 21 Tahun 1997 UU BPHTB


(diperbaharui dg UU No.20 Tahun 2000) 29 Mei 1997
berlaku 1 Januari 1998
tentang Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan
Bea Balik Nama atas harta tetap
berupa hak atas tanah dipungut
lagi dengan nama BPHTB.

BPHTB dikelola Pemerintah Pusat c.q. Direktorat Jenderal Pajak.

UU Nomor 28 Tahun 2009


tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
( UU PDRD )
ditetapkan 15 September 2009 berlaku mulai 1 Januari 2010

BPHTB dikelola Pemerintah Daerah sejak 1 Januari 2011.


Filosofi Dasar Pemungutan BPHTB

Tanah dan bangunan selain berfungsi untuk


juga merupakan dan
yang
oleh karena itu
mereka
.
Dasar Hukum BPHTB

UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi


Daerah
Pasal 85 s.d. pasal 90.

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 18 Tahun 2010 tentang


Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Pasal 3 s.d. pasal 9.

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 112 Tahun 2011


tentang Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan
Pasal 3 s.d. pasal 17.
Objek Pajak BPHTB

PEROLEHAN HAK ATAS TANAH &/ BANGUNAN


Perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah
dan / atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.
Yang •Jual beli
meliputi •Tukar Menukar
•Hibah
•Hibah wasiat
•Waris
karena •Pemasukan dalam perseroan / badan hukum lainnya
PEMINDAHAN HAK •Pemisahan hak yg mengakibatkan peralihan
•Peralihan hak karena putusan hakim yg mempunyai
kekuatan hukum tetap
•Penggabungan / Peleburan / Pemekaran Usaha
•Hadiah
•Penunjukan pembeli dalam lelang

karena
•Kelanjutan pelepasan hak
PEMBERIAN HAK BARU •Di luar pelepasan hak
Objek Pajak BPHTB

Hak atas Tanah terdiri dari :

Hak Milik

Hak Guna Usaha UU No. 5 Tahun 1960


diatur (UU Pokok Agraria)
dalam
Hak Guna Bangunan

Hak Pakai
UU No. 16 Tahun 1985
Hak Milik atas Satuan Rumah Susun diatur dalam tentang Rumah Susun

PP No. 8 Tahun 1953


Hak Pengelolaan diatur dalam tentang Penguasaan
Tanah-tanah Negara
Objek Pajak Yang Tidak Dikenakan BPHTB

OBJEK PAJAK YANG DIPEROLEH :


o Perwakilan diplomatik dan konsulat (asas timbal balik)
o Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan/atau untuk
pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum
o Badan/perwakilan lembaga internasional
o Orang pribadi/badan karena konversi hak/perbuatan hukum lain
dengan tidak adanya perubahan nama
o Orang pribadi/badan karena wakaf
o Orang pribadi/badan yg digunakan untuk kepentingan ibadah
Subjek Pajak BPHTB

ORANG PRIBADI ATAU BADAN YANG MEMPEROLEH HAK ATAS TANAH & BANGUNAN

yang dikenakan
kewajiban
membayar pajak

WAJIB PAJAK
Dasar Pengenaan BPHTB

NILAI PEROLEHAN OBJEK PAJAK (NPOP)

•Jual beli Harga Transaksi

•Tukar Menukar
•Hibah
•Hibah wasiat
•Waris
•Pemasukan dalam perseroan / badan hukum lainnya
•Pemisahan hak yg mengakibatkan peralihan Nilai Pasar
•Peralihan hak karena putusan hakim yg mempunyai kekuatan hukum
tetap
•Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak
•Pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak
•Penggabungan / Peleburan / Pemekaran Usaha
•Hadiah Harga Transaksi
yang tercantum
•Penunjukan pembeli dalam lelang dalam Risalah
Lelang
Dasar Pengenaan BPHTB

NILAI PEROLEHAN OBJEK PAJAK (NPOP)

Harga NPOP
Tidak Diketahui atau
Transaksi
Lebih Rendah dari NJOP NJOP
PBB
Nilai Pasar

NPOP

Harga Transaksi Harga Transaksi


yang tercantum Lebih Rendah dari NJOP yang tercantum
dalam Risalah PBB dalam Risalah
Lelang Lelang
Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak

DKI Jakarta
Rp80 Juta

Paling rendah Rp60 Juta untuk selain Waris dan Hibah Wasiat

DKI Jakarta
Rp350 Juta

Paling rendah Rp300 Juta untuk Waris dan Hibah Wasiat


Berlaku bagi orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus 1 (satu) derajat ke atas atau 1 (satu) derajat
ke bawah dengan pemberi waris dan hibah wasiat termasuk suami / istri.
Tarif dan Cara Perhitungan BPHTB

TARIF Paling tinggi 5%


DKI Jakarta 5%

CARA PERHITUNGAN

NPOP > NJOP BPHTB = (NPOP – NPOPTKP) X TARIF

atau

NPOP < NJOP BPHTB = (NJOP – NPOPTKP) X TARIF


Cara Perhitungan BPHTB

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 103 Tahun 2011


tentang Pemberian Pengurangan, Keringanan, dan Pembebasan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Pasal 2 ayat (2)

Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai hubungan sedarah dalam


garis keturunan lurus 1(satu) derajat ke atas atau 1(satu) derajat ke
bawah (Hibah) mendapatkan pengurangan BPHTB sebesar 50 % (lima
puluh persen).

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 112 Tahun 2011


tentang Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan
Pasal 5 ayat (1)

Pengenaan BPHTB yang terutang atas perolehan hak karena Waris dan
Hibah Wasiat adalah sebesar 50 % (lima puluh persen) dari BPHTB yang
seharusnya terutang.
Cara Perhitungan BPHTB

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 112 Tahun 2011


tentang Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan
Pasal 9

Pengenaan BPHTB yang terutang karena pemberian Hak Pengelolaan


adalah 0 % (nol persen) dari BPHTB yang seharusnya terutang dalam
hal penerima Hak Pengelolaan adalah Kementerian, Lembaga
Pemerintah non Departemen, Pemerintah Daerah, Lembaga
Pemerintah lainnya dan Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan
Nasional (Perum Perumnas) dan 50 % (lima puluh persen) dari BPHTB
yang seharusnya terutang dalam hal penerima Hak Pengelolaan
adalah selain subjek pajak sebagaimana tersebut di atas.
Cara Perhitungan BPHTB

 WP “A” membeli tanah di wilayah Jakarta Timur


 NPOP sebesar Rp 75.000.000,00
 NPOPTKP untuk perolehan hak selain karena waris atau hibah wasiat
yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu
derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/isteri
ditetapkan sebesar Rp 80.000.000,00

Perhitungannya adalah sebagai berikut :


NPOP = Rp 75.000.000,00
NPOPTKP = Rp 80.000.000,00
NPOPKP = Nihil
BPHTB terutang (5%) = Nihil
Cara Perhitungan BPHTB

 WP “A” membeli tanah di wilayah Jakarta Timur


 NPOP sebesar Rp 100.000.000,00
 NPOPTKP untuk perolehan hak selain karena waris atau hibah wasiat
yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu
derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/isteri
ditetapkan sebesar Rp 80.000.000,00

Perhitungannya adalah sebagai berikut :


NPOP = Rp 100.000.000,00
NPOPTKP = Rp 80.000.000,00
NPOPKP = Rp 20.000.000,00
BPHTB terutang (5%) = Rp 1.000.000,00
Cara Perhitungan BPHTB

 WP “C” menerima hibah tanah dan bangunan di wilayah Jakarta Selatan


 NPOP sebesar Rp 80.000.000,00
 NPOPTKP untuk perolehan hak selain karena waris atau hibah wasiat
yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu
derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/isteri
ditetapkan sebesar Rp 80.000.000,00
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
NPOP = Rp 80.000.000,00
NPOPTKP = Rp 80.000.000,00
NPOPKP = Nihil
BPHTB terutang (5%) = Nihil
Pengurangan 50% = Nihil
BPHTB yang harus dibayar = Nihil
Cara Perhitungan BPHTB

 WP “C” menerima hibah tanah dan bangunan di wilayah Jakarta Selatan


 NPOP sebesar Rp 150.000.000,00
 NPOPTKP untuk perolehan hak selain karena waris atau hibah wasiat
yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu
derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/isteri
ditetapkan sebesar Rp 80.000.000,00
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
NPOP = Rp 150.000.000,00
NPOPTKP = Rp 80.000.000,00
NPOPKP = Rp 70.000.000,00
BPHTB terutang (5%) = Rp 3.500.000,00
Pengurangan 50% = Rp 1.750.000,00
BPHTB yang harus dibayar = Rp 1.750.000,00
Cara Perhitungan BPHTB

 WP “D” mendaftarkan warisan berupa tanah dan bangunan di wilayah


Jakarta Barat
 NPOP sebesar Rp 350.000.000,00
 NPOPTKP untuk perolehan hak karena waris atau hibah wasiat yang
diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke
bawah dengan pemberi waris atau hibah wasiat, termasuk suami/isteri,
ditetapkan sebesar Rp 350.000.000,00
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
NPOP = Rp 350.000.000,00
NPOPTKP = Rp 350.000.000,00
NPOPKP = Nihil
BPHTB terutang (5%) = Nihil
Pengenaan 50% = Nihil
BPHTB yang harus dibayar = Nihil
Cara Perhitungan BPHTB

 WP “D” mendaftarkan warisan berupa tanah dan bangunan di wilayah


Jakarta Barat
 NPOP sebesar Rp 1.000.000.000,00
 NPOPTKP untuk perolehan hak karena waris atau hibah wasiat yang
diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke
bawah dengan pemberi waris atau hibah wasiat, termasuk suami/isteri,
ditetapkan sebesar Rp 350.000.000,00
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
NPOP = Rp 1.000.000.000,00
NPOPTKP = Rp 350.000.000,00
NPOPKP = Rp 650.000.000,00
BPHTB terutang (5%) = Rp 32.500.000,00
Pengenaan 50% = Rp 16.250.000,00
BPHTB yang harus dibayar = Rp 16.250.000,00
Cara Perhitungan BPHTB

 Seorang anak memperoleh hibah wasiat dari ayah kandungnya sebidang tanah
dan bangunan
 Nilai Pasar sebesar Rp 500.000.000,00
 NJOP pada SPPT PBB pada tahun yang bersangkutan atas tanah dan bangunan
tersebut sebesar Rp 450.000.000,00
 NPOPTKP untuk hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam
hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus 1 (satu) derajat ke
atas atau 1 (satu) derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk
suami/isteri ditetapkan sebesar Rp 350.000.000,00
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
NPOP = Rp 500.000.000,00
NPOPTKP = Rp 350.000.000,00
NPOPKP = Rp 150.000.000,00
BPHTB terutang (5%) = Rp 7.500.000,00
Pengenaan 50% = Rp 3.750.000,00
BPHTB yang harus dibayar = Rp 3.750.000,00
Cara Perhitungan BPHTB

 Yayasan Panti Asuhan Anak Yatim Piatu memperoleh hibah wasiat dari seseorang
berupa sebidang tanah dan bangunan
 Nilai Pasar sebesar Rp 900.000.000,00
 NJOP pada SPPT PBB pada tahun yang bersangkutan atas tanah dan bangunan tersebut
sebesar Rp 1.000.000.000,00
 NPOPTKP untuk perolehan hak selain karena waris atau hibah wasiat yang diterima
orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat,
termasuk suami/isteri ditetapkan sebesar Rp 80.000.000,00
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
NPOP = Rp 1.000.000.000,00
NPOPTKP = Rp 80.000.000,00
NPOPKP = Rp 920.000.000,00
BPHTB terutang (5%) = Rp 46.000.000,00
Pengenaan 50% = Rp 23.000.000,00
BPHTB yang harus dibayar = Rp 23.000.000,00
Cara Perhitungan BPHTB

 Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum Perumnas)


memperoleh Hak Pengelolaan atas tanah seluas 10 Ha
 NPOP sebesar Rp 1.000.000.000,00
 NPOPTKP untuk perolehan hak selain karena waris atau hibah wasiat
yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu
derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/isteri
ditetapkan sebesar Rp 80.000.000,00
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
NPOP = Rp 1.000.000.000,00
NPOPTKP = Rp 80.000.000,00
NPOPKP = Rp 920.000.000,00
BPHTB terutang (5%) = Rp 46.000.000,00
Pengenaan 0% = Nihil
BPHTB yang harus dibayar = Nihil
Cara Perhitungan BPHTB

 Suatu BUMN memperoleh Hak Pengelolaan atas tanah seluas 10 Ha


 NPOP sebesar Rp 1.000.000.000,00
 NPOPTKP untuk perolehan hak selain karena waris atau hibah wasiat
yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu
derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/isteri
ditetapkan sebesar Rp 80.000.000,00
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
NPOP = Rp 1.000.000.000,00
NPOPTKP = Rp 80.000.000,00
NPOPKP = Rp 920.000.000,00
BPHTB terutang (5%) = Rp 46.000.000,00
Pengenaan 50% = Rp 23.000.000,00
BPHTB yang harus dibayar = Rp 23.000.000,00
Keberatan, Pengurangan, Keringanan, dan Pembebasan BPHTB

Keberatan BPHTB
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 112 Tahun 2011
Pasal 18 s.d. pasal 24.
Pengurangan BPHTB
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 103 Tahun 2011
Pasal 2, 6, 7, 8.

Keringanan BPHTB
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 103 Tahun 2011
Pasal 3, 9, 10.

Pembebasan BPHTB
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 112 Tahun 2011
Pasal 4, 11.
Keberatan BPHTB

Keberatan diajukan atas :


a. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar BPHTB (SKPDKB-BPHTB); atau
b. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan BPHTB (SKPDKBT-BPHTB); atau
c. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar BPHTB (SKPDLB-BPHTB); atau
d. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil BPHTB (SKPDN-BPHTB).

Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal
diterimanya surat ketetapan oleh Wajib Pajak

Kantor Pajak Daerah harus memberikan keputusan atas pengajuan permohonan


keberatan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal dterimanya
surat permohonan keberatan, jika dalam jangka waktu tsb. tidak memberikan suatu
keputusan, maka permohonan keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Keputusan permohonan keberatan dapat berupa :


a. Mengabulkan seluruhnya; atau
b. Mengabulkan sebagian; atau
c. Menolak; atau
d. Menambah besarnya jumlah pajak yang terutang.
Pengurangan BPHTB

Atas permohonan Wajib Pajak, Gubernur atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan
pengurangan BPHTB setinggi-tingginya 50% (lima puluh persen) dari pokok pajak
berdasarkan pertimbangan untuk kepentingan daerah, kepentingan sosial dan
keagamaan.

Pengurangan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
diterbitkan Keputusan Kepala Kantor Pertanahan.

Rumah Sederhana (RS), Rumah Sangat Sederhana (RSS) dan Rumah Susun
Sederhana yang diperoleh langsung dari pengembang dan dibayar secara angsuran. 25%

Wajib Pajak Badan yang memperoleh hak baru selain hak pengelolaan dan telah
menguasai tanah dan/atau bangunan secara fisik lebih dari 20 (dua puluh) tahun
50%
yang dibuktikan dengan surat pernyataan dan keterangan dari pejabat pemerintah
setempat

Wajib Pajak orang pribadi yang menerima hibah dari orang pribadi yang
mempunyai hubungan sedarah dalam garis keturunan lurus 1 (satu) derajat ke atas 50%
atau 1 (satu) derajat ke bawah
Pengurangan BPHTB

Wajib Pajak Badan dari perusahaan asuransi dan reasuransi yang memperoleh hak
atas tanah dan/atau bangunan yang berasal dari perusahaan induknya selaku
pemegang saham tunggal sebagai kelanjutan dari pelaksanaan Keputusan Menteri 50%
Keuangan tentang Kesehatan Keuangan dari perusahaan asuransi dan reasuransi
Tanah dan/atau Bangunan yang digunakan kepentingan sosial atau pendidikan yang
semata-mata tidak untuk mencari keuntungan antara lain untuk panti asuhan,
50%
panti jompo, rumah yatim piatu, sekolah/universitas dan sejenisnya, rumah sakit
swasta milik institusi/lembaga pelayanan sosial masyarakat
Wajib Pajak orang pribadi, Veteran, PNS, TNI/POLRI, Pensiunan PNS,
Purnawirawan TNI/POLRI atau janda/dudanya yang memperoleh hak atas tanah
dan/atau bangunan rumah dinas melalui jual beli atau perbuatan hukum lainnya 50%
yang diperoleh dari Veteran, PNS, TNI/POLRI, Pensiunan PNS, Purnawirawan
TNI/POLRI atau janda/dudanya yang sah sebagai penerima rumah dinas
pemerintah.
Pemberian pengurangan BPHTB hanya dapat diberikan untuk 1 (satu) SSPD-BPHTB per objek
pajak. Terhadap Wajib Pajak yang sama yang memiliki beberapa objek pajak hanya dapat
mengajukan permohonan pengurangan BPHTB untuk 1 (satu) objek pajak yang Nilai
Perolehan Objek Pajaknya (NPOP) terbesar diantara objek pajak yang lainnya.
Pengurangan BPHTB

Berdasarkan permohonan pengurangan BPHTB dari Wajib Kepala Dinas selanjutnya


melakukan penelitian administrasi dengan ketentuan sebagai berikut :
a.Menolak permohonan apabila permohonan beserta persyaratannya tidak memenuhi
ketentuan;
b.Menerima permohonan apabila permohonan beserta persyaratannya memenuhi
ketentuan.
Keringanan BPHTB

Gubernur karena jabatannya dapat memberikan keringanan BPHTB setinggi-tingginya 50%


(lima puluh persen) dari dasar pengenaan pajak atau pokok pajak.

Berdasarkan permohonan keringanan BPHTB dari Wajib Kepala Dinas selanjutnya


melakukan penelitian administrasi dengan ketentuan sebagai berikut :
a.Menolak permohonan apabila permohonan beserta persyaratannya tidak memenuhi
ketentuan;
b.Menerima permohonan apabila permohonan beserta persyaratannya memenuhi
ketentuan.
Pemberian keringanan BPHTB diberikan dengan pertimbangan keadaan tertentu seperti
krisis ekonomi dan/atau keuangan dan bencana alam, antara lain :
a. Wajib Pajak Badan yang terkena dampak krisis ekonomi dan moneter yang berdampak
luas pada kehidupan perekonomian nasional sehingga wajib pajak harus melakukan
restrukturisasi usaha dan/atau utang usaha sesuai dengan kebijakan pemerintah.
b. Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan yang tidak berfungsi
lagi seperti semula disebabkan oleh bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tsunami,
kebakaran dan lain-lain yang terjadi dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak
penandatanganan akte.
Pembebasan BPHTB

Gubernur karena jabatannya atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan pembebasan
kepada Wajib Pajak atau objek pajak tertentu berdasarkan azas keadilan dan azas timbal
balik (resiprositas). Pemberian pembebasan dapat diberikan sebagian atau seluruhnya.

Pembebasan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
diterbitkan Keputusan Kepala Kantor Pertanahan.
1.Wajib Pajak Orang Pribadi yang memperoleh hak baru melalui program pemerintah di
bidang pertanahan (PRONA) dan tidak mempunyai kemampuan secara ekonomi;
2.Wajib Pajak Orang Pribadi yang namanya tercatat langsung sebagai penerima rumah dinas 75%
dari pemerintah yaitu Veteran, Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI, POLRI, Pensiunan PNS,
Purnawirawan TNI/POLRI atau janda/dudanya.
1. Wajib Pajak Badan Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) yang memperoleh hak
atas tanah dan/atau bangunan dalam rangka pengadaan perumahan bagi anggota
KORPRI/PNS;
2. Kepada Duta Besar dengan anggota Korps Diplomatik Negara Sahabat dengan
100%
pertimbangan azas timbal balik (resiprositas) sesuai dengan Konvensi Wina 1961 dan
perubahannya.
Saat dan Tempat Terutang

•Jual beli
•Tukar Menukar
•Hibah
•Hibah wasiat Sejak tanggal dibuat dan
•Pemasukan dalam perseroan / badan hukum lain ditandatanganinya akta
•Pemisahan hak yg mengakibatkan peralihan
•Penggabungan / Peleburan / Pemekaran Usaha
•Hadiah
•Lelang Sejak tanggal penunjukan Pemenang lelang
•Putusan hakim Sejak tanggal putusan Pengadilan yang tetap
•Warisan Sejak tanggal pendaftaran hak
•Pemberian hak baru atas tanah sebagai
kelanjutan dari pelepasan hak Sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan
•Pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan Pemberian hak
hak

Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tempat Terutang


Matriks Perbandingan BPHTB

UU BPHTB UU PDRD
Orang pribadi atau badan yang
Subjek memperoleh hak atas tanah dan atau Sama
bangunan
Perolehan hak atas tanah dan atau
Objek Sama
bangunan
Tarif Sebesar 5% Paling Tinggi 5%
Paling banyak Rp300 Juta untuk Waris Paling rendah Rp300 Juta
dan Hibah Wasiat untuk Waris dan Hibah Wasiat
NPOPTKP
Paling banyak Rp60 Juta untuk Selain Paling rendah Rp60 Juta untuk
Waris dan Hibah Wasiat Selain Waris dan Hibah Wasiat

BPHTB 5% (Maksimal) x (NPOP-


5% x (NPOP – NPOPTKP)
Terutang NPOPTKP)

Anda mungkin juga menyukai