BANGUNAN
BPHTB
➢ Pasal 85 s.d Pasal 95 UU No. 28 Tahun 2009
tentang PDRD
➢ PERDA No. 11 Tahun 2010 Tentang BPHTB
BPHTB
1. Dalam UU No. 28 Tahun 2009 terdapat 11 (sebelas) jenis Pajak
Kabupaten/Kota, dan 2 (dua) diantaranya adalah jenis Pajak Pusat
yang dialihkan menjadi Pajak Kabupaten/Kota yaitu PBB
Perdesaan dan Perkotaan, serta BPHTB.
2. 11 (sebelas) jenis Pajak Kabupaten/Kota tersebut bersifat “Closed
List” sehingga Kabupaten/Kota tidak diperbolehkan memungut
pajak selain 11 (sebelas) jenis pajak dimaksud.
3. BPHTB sepenuhnya dialihkan ke Kabupaten/Kota sehingga UU
No. 21 tahun 1997 tentang BPHTB sttd UU No. 20 tahun 2000 tetap
berlaku paling lama 1 (satu) tahun sejak diberlakukannya UU
PDRD (1 Januari 2011).
4. Sehingga, mulai 1 Januari 2011 BPHTB bukan lagi menjadi Pajak
Pusat.
Local Taxing Empowerment
PENAMBAHAN JENIS PAJAK KABUPATEN/KOTA
UU 34/2000 UU 28/2009
1. Pajak Hotel 1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran 2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan 3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Parkir
(PPJ)
7. Pajak Mineral Bukan
6. Pajak Parkir Logam dan Batuan
7. Pajak Pengambilan (perubahan nomenklatur)
Bahan Galian Gol. C 8. Pajak Air Tanah
(pengalihan dari Prov)
9. Pajak Sarang Burung
Walet (baru)
10. PBB Pedesaan &
Perkotaan (baru)
11. Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan
(baru)
UU BPHTB UU PDRD
Orang pribadi atau badan yang memperoleh hak
Sama
Subjek atas tanah dan atau bangunan
(Pasal 86 Ayat 1)
(Pasal 4)
Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan Sama
Objek (Pasal 2 Ayat 1) (Pasal 85 ayat 1)
Sebesar 5% Paling Tinggi 5%
Tarif (Pasal 5) (Pasal 88 ayat 1)
Paling banyak Rp300 Juta untuk Waris dan Hibah Paling rendah Rp300 Juta untuk Waris
Wasiat dan Hibah Wasiat
(Pasal 7 ayat 1) (Pasal 87 Ayat 5)
NPOPTKP Paling banyak Rp60 Juta untuk Selain Waris dan Paling rendah Rp60 Juta untuk Selain
Hibah Wasiat Waris dan Hibah Wasiat
(Pasal 7 Ayat 1) (Pasal 87 Ayat 4)
20% 100%
80%
untuk Pemerintah Pusat untuk Pemerintah Daerah
16% 64%
100%
untuk Provinsi untuk
untuk Kab/Kota
Kab/Kota
Bea dan bukan Pajak….
BPHTB dinamai Bea, bukan Pajak ?
Tidak banyak yang tahu mengapa BPHTB dinamai dengan bea dan
bukan pajak. Ternyata ada beberapa ciri khusus yang membuatnya
dinamai bea.
PEROLEHAN HAK
ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
G Pemindahan Hak
A Pemberian Hak Baru
Jenis Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
Pasal85
• Peleburan usaha → Penggabungan dari dua atau lebih badan usaha dengan
cara mendirikan badan usaha baru dan melikuidasi badan-badan usaha yang
bergabung tersebut
◆ hak milik
◆ hak guna usaha Diatur dlm UUPA
◆ hak guna bangunan (UU No. 5 / 1960)
◆ hak pakai
Wajib Pajak
TARIF PAJAK
Pasal 88 UU PDRD
Paling Tinggi
5%
Dasar pengenaan pajak adalah :
NPOP = Rp 700.000.000,00
NJOP = Rp 750.000.000,00
Mana yang dipakai
Sebagai dasar
pengenaan ?
taofik-inc.2006
Contoh 1 :
Wajib Pajak “A” membeli tanah dan bangunan
dengan Harga Transaksi sejumlah Rp
70.000.000,00. NJOP PBB berdasarkan ketetapan
Dispenda yang tertera dalam SPPT sebesar Rp
75.000.000,00 maka yang dipakai sebagai dasar
pengenaan BPHTB adalah :
- Rp 750.000.000,00 dan
- bukan Rp 700.000.000,00.
PENENTUAN BESARNYA NILAI PEROLEHAN
OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK
BEA PEROLEHAN HAK
ATAS TANAH DAN BANGUNAN
Pasal 87 (4)
(UU PDRD/PERDA)
NPOPTKP
Ditetapkan Pemda dan perkembangan perekonomian daerah
Maks Rp400.000.000,00
dalam hal perolehan hak karena waris, atau hibah wasiat yang
diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau
satu derajat ke bawah (ortu ke anak & anak ke ortu (ayah/ibu))
dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami ke istri atau
sebaliknya
Besarnya ditetapkan (UU PDRD 300.000.000)
(PERDA 11/2010 SBY):
Maks Rp75.000.000,00
Dalam hal lainnya selain hibah wasiat dan waris.
(UU PDRD 60.000.000)
29
Contoh 1.
Pasal 2 :
BPHTB yang terutang atas perolehan
hak karena Waris dan Hibah Wasiat 50 %
adalah sebesar 50 % dari BPHTB
yang seharusnya terutang.
Pasal 3 :
Saat terutang pajak, sejak yang
bersangkutan mendaftarkan
peralihan haknya ke Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota.
Uhu, uhu, uhu Mat! babe Kalo lu sgra daftar Ke Ktr
gue udeh wafat. Uhu! gue Pertanahan, lu kena BPHTB
dpt tanah nih! 50% x 5% x (500 jt – 400 jt)
NJOPnya= Rp500 juta =Rp 2,5jt aje, krn NPOPTKP
di daerah kite seb:400 jt
Saat Pajak Terutang
◼ jual beli pasal 90
◼ tukar-menukar
◼ hibah
◼ pemasukan dlm perseroan/
badan hukum lainnya sejak tgl dibuat
◼ pemisahan hak yang dan ditandatanganinya
mengakibatkan peralihan akta
◼ hadiah
◼ penggabungan usaha
◼ peleburan usaha
◼ pemekaran usaha
atau
bila NJOP digunakan sebagai dasar pengenaan :
BPHTB = ( NJOP - NPOPTKP ) x Tarif
Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak (5%)
dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPKP). Besarnya
NPOPKP adalah NPOP – NPOPTKP.
CONTOH PERHITUNGAN
Ini gue
Jual ame lu Weleh,weleh! kalo NPOPTKPnya
Rp800 jt aje! Rp75 juta, gue musti bayar :
5% x (900 jt – 75 jt)=Rp41,25 jt,
gede banget ?!?!
SPPT
PBB
Tempat terutang pajak adalah di wilayah
Kabupaten, Kota,
atau Provinsi yang meliputi letak Objek Pajak
Ketentuan Pasca Penelitian SSB
Terhadap SSB yang telah diteliti masih dapat
diterbitkan:
Dasar
penagihan
pajak (Pasal 14)
kurang + bunga 2% / bln.
dibayar maks. 24 bln
sejak saat pajak WAJIB
FISKUS terutang s/d PAJAK
diterbitkanSKBKB
Contoh jumlah kekurangan pajak yang
terutang kurang bayar
NPOP Rp 155.000.000,00
NPOPTKP Rp 75.000.000,00
NPOP kena Pajak Rp 80.000.000,00
NPOP Rp 205.000.000,00
NPOPTKP Rp 75.000.000,00
Dasar
penagihan
(Pasal 14)
NOVUM WAJIB
FISKUS PAJAK
Contoh Perhitungan Pasal 12 Ayat (2)
Pada tahun 2003, dari hasil pemeriksaan atau keterangan lain diperoleh data baru
bahwa NPOP sbgmn tersebut dalam penjelasan Pasal 11 ayat (2) ternyata adalah
Rp 230.000.000,00, maka pajak yg seharusnya terutang :
NPOP Rp 230.000.000,00
NPOP TKP Rp 20.000.000,00
NPOP kena Pajak Rp 210.000.000,00
KEPUTUSAN
- Ditolak
- Diterima
maks 3 bln - Menambah
maks
sejak diteri-
12 bln
manya skp
Banding
BADAN PERADILAN
WAJIB PAJAK PAJAK
(Menolak)
Contoh :
taofik-inc.2006 57
A. Kondisi tertentu WP yg ada hubnya dg OP:
1.WP pribadi memperoleh hak baru melalui
program Pemerintah di bid .Pertanahan ( 75% )
2.WP pribadi menerima hibah dr keluarga sedarah
satu derajat keatas/kebawah ( 50% )
3. WP Badan memperoleh hak baru selain Hak
Pengelolaan ( 50% )
4. WP Pribadi memperoleh Hak atas tanah dan atau
bangunan RS/RSS ( 25% )
B. Kondisi WP yg ada hubnya dg sebab2 tertentu:
1. WP memperoleh Hak dari hasil pembelian uang
ganti rugi yg nilainya dibawah NJOP PBB ( 50% )
2. WP memperoleh Hak atas tanah sbg penggantian
dr tanah yg dibebaskan pemerintah utk kepent.
umum ( 50% )
3. WP Badan terkena dampak krisis ekonomi sehing
ga hrs melakukan restrukturisasi usaha / utang
usaha ( 75% )
4. WP Badan melakukan merger/konsolidasi dg
menggunakan nilai buku yg telah disetujui Dirjen
Pajak ( 50% )
5. WP memperoleh Hak ats T/B yg tdk berfungsi lagi
krn bencana alam, dlsb ( 50% )
6. WP pribadi (veteran,PNS,TNI,Polri,Pensiunan, Purna
wirawan) yg memproleh hak ats rmh dinas ( 75% )
7. WP Bank Mandiri yg memproleh Hak ats Tanah dari
BBD, BDN, Bapindo, dan Bank Exim ( 100% )
8. WP Badan ( Korpri ) yg memproleh Hak ats tanah dlm
rangka pengadaan perumahan bagi PNS ( 100% )
9. WP Badan anak perusahaan Asuransi /Reasuransi
yg memperoleh Hak ats tanah dari perusahaan
induknya ( 50% )
10. WP yg domisilinya termasuk dlm wilayah program
rehabilitasi & rekonstruksi yg memperoleh hak mll
program pem. di bid. pertanahan atau WP yg T/B
terkena bencana alam gempa bumi & tsunami di NAD
dan Nias (100%)
11. WP yg T/B terkena bencana alam gempa bumi di
DIY & sbgn Jateng yg memperoleh haknya 3 bln
sblm bencana (100%)
12. WP yg T/B terkena bencana alam gempa bumi &
tsunami di pantai selatan Jawa yg memperoleh
haknya 3 bln sblm bencana (100%)
PENGURANGAN YANG
DIHITUNG SENDIRI OLEH WP
- WP yang memenuhi syarat dapat menghitung
sendiri besar pengurangan sebelum
pembayaran BPHTB.
- Dalam Surat Setoran Bea diberi tanda
“pengurangan dihitung sendiri” dan jumlah
setoran setelah pengurangan. Dalam hal ini WP
tetap mengajukan permohonan pengurangan
sesuai dengan syarat-syarat yang telah
ditentukan.
- Bila permohonannya ditolak/dikabulkan namun
BPHTB masih kurang bayar maka terhadap WP
tersebut dikenakan sanksi bunga 2% per
bulan dari kekurangan bayar tersebut ,
maksimum 24 bulan.
- Terhadap BPHTB kurang bayar (SKBKB) tidak
dapat diajukan pengurangan kembali
Keputusan Pemberian
Pengurangan BPHTB
Mengabulkan
Jika tidak sebagian
Permohonan WP
dianggap menolak
dikabulkan
RESTITUSI BPHTB
Sebab-sebab Restitusi :
1. Pajak dibayar > pajak terutang :
a. Permohonan pengurangan dikabulkan
b. Permohonan keberatan dikabulkan
c. Permohonan banding dikabulkan
d. Perobahan peraturan
2. Pajak dibayar yg seharusnya tdk terutang
Pengembalian Kelebihan Pembayaran
SKBLB SKBLB
+ bunga 2%/bln + bunga 2%/bln SKBN
maks. 24 bln. apabila pengembalian
(Pasal 19) lewat 2 bln (Ps. 22)
MEKANISME RESTITUSI BPHTB
permohonan
Dispenda
WP
12 bln
Keputusan
1. SKBLB
2. SKBKB
3. SKBN
IMBALAN BUNGA
SKBLB
SKBKB
SKBN
LEWAT WAKTU
Syarat :
Bukti
Pem-
bayaran
BPHTB
PPAT/Notaris/Pejabat Lelang - Penandatanganan Akta/
Kakan Pertanahan Kab/Kota Risalah Lelang
- Pendaftaran hak/peralihan hak
Sanksi
PPAT/Notaris/Pejabat lelang = Denda Rp 7,5 juta
Kakan Pertanahan Kab/Kota = PP 30/1980
Pasal 25 :
Kewajiban Melapor Bagi Pejabat
PPAT/Notaris/
Ka.KLN
Pengecualian yaitu :
Bagi pembeli, tidak wajib mencantumkan NPWP jika NJOP atau NPOP
di bawah Rp60.000.000,-
Bagi penjual, tidak wajib mencantumkan NPWP jika PPh Final
terutangnya di bawah Rp3.000.000,-.
PPh Final Pasal 4 ayat (2)
atas Penghasilan Pengalihan
Hak atas Tanah dan atau Bangunan
PPh atas Penghasilan Hak atas Tanah
dan atau Bangunan
DASAR PENGENAAN
Tarif
2,5%
a. 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan selain pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan berupa Rumah Sederhana atau Rumah Susun Sederhana
yang dilakukan oleh Wajib Pajak www.peraturan.go.id 2015, No.168 -4-
yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan;
b. 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan berupa Rumah Sederhana dan Rumah Susun
Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau
c. 0% (nol persen) atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
kepada pemerintah, badan usaha milik negara yang mendapat
penugasan khusus dari Pemerintah, atau badan usaha milik daerah
yang mendapat penugasan khusus dari kepala daerah, sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai pengadaan
tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.