Anda di halaman 1dari 16

Nama Anggota Kelompok

Novia Rahmida (201810170311172)


Syahratul Intan (201810170311173)
Qonita Febriana (201810170311179)
Fina Andani K. Nisa (201810170311180)
Amirah Khansa Pane (201810170311188)
Zayyan Ahmad Nuryaddin (201810170311191)
Feby Alviatus Zahro (201810170311197)
Raisha Yulia Presy (201810170311198)
Inaz Tahirah (201810170311200)
Lailatul Qomariyah R (201810170311202)
Toni Satrio Rejo (201810170311206)
Tika Utari Ningseh (201810170311207)
PENGERTIAN BEA PEROLEHAN
HAK ATAS TANAH BANGUNAN
(BPHTB)
Pengertian BPHTB

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan


(BPHTB) adalah pajak yang dikenakan atas perolehan
hak atas tanah dan atau bangunan. Dasar hukum
BPHTB adalah Undang-Undang Nomor 21 tahun 1997.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2000 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 tahun
1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan. Kemudian pajak ini masuk dalam UU No.
28 Tahun 2009 tentang PDRD Pasal 85 sampai
dengan Pasal 93.
Karakteristik BPHTB

 Bea materai tidak diperlukan nomor identitas baik


untuk wajib pajak maupun objek pajak.
 Pembayaran bea materai terjadi terlebih dahulu
daripada saat terutang.
 Waktu pembayaran dapat dilakukan secara
insidentil dan tidak terikat waktu.
Subjek BPHTB

Subjek pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan


yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan
dengan kata lain adalah pihak yang menerima
pengalihan hak baik itu badan mapupun orang
pribadi. Subjek pajak yang dikenakan kewajiban
membayar pajak menjadi wajib pajak.
Objek BPHTB

Objek pajak BPHTB adalah perolehan hak atas tanah atau


bangunan yaitu terhadap peristiwa hukum atau perbuatan
hukum atas transaksi/peralihan haknya yang meliputi
pemindahan hak dan pemberian hak baru. Hak tersebut
meliputi:
 Pemindahan hak
1. Jual beli,
2. Tukar menukar,
3. Hibah
4. Hibah wasiat
5. Waris
6. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya,
7. Pemisahan yang menyebabkan peralihan
8. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai
kekuatan hukum tetap
9. Penunjukkan pembeli dalam lelang
10. Penggabungan usaha, seperti Peleburan usaha,
Pemekaran usaha, Hadiah.
 Pemberian hak baru.
1. Kelanjutan pelepasan hak, yaitu pemberian hak
baru atas tanah kepada orang pribadi atau
badan hukum dari negara atas tanah yang
berasal dari pelepasan hak,
2. Diluar pelepasan hak, yaitu pemberian hak baru
atas tanah kepada orang pribadi atau badan
hukum dari negara atau dari pemegang hak
milik menurut peraturan perundang-undang
yang berlaku.
 Ketentuan Bagi Pejabat
a. Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan Kepala Kantor yang
membidangi pelayanan lelang yang melanggar ketentuan
dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp
7.500.000,00 untuk setiap pelanggaran.
b. Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan Kepala Kantor yang
membidangi pelayanan lelang negara, yang melanggar ketentuan
dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp
250.000,00 untuk setiap laporan.
c. Kepala Kantor Bidang Pertanahan yang melanggar ketentuan
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
 Sistem Pemungutan
Self Assessment : WP diberikan kepercayaan untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang
terutang dengan menggunakan SPTPD.
Jenis-Jenis Hak atas Tanah

Diatur dalam UU Pokok Agraria (UU No. 5 / 1960):


 Hak milik
 Hak guna usaha
 Hak guna bangunan
 Hak pakai
Diatur dalam UU Rumah Susun (UU No. 16 / 1985):
 Hak milik atas satuan rumah susun
 Diatur dalam PP No. 8 Tahun 1953:
 Hak pengelolaan
 Tempat Terutangnya BPHTB
Tempat pajak terutang adalah di wilayah Kabupaten,
Kota, atau Propinsi yang meliputi letak tanah dan atau
bangunan.
 Pembayaran BPHTB
Pajak yang terutang dibayar ke kas negara melalui
Kantor Pos dan atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau
Bank Badan Usaha Milik Daerah atau Tempat Pembayaran
lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan Surat
Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan
(SSB).
Ketetapan BPHTB

Direktorat Jenderal Pajak (menurut UU No. 20 Tahun 2000) atau Kepala


Daerah (menurut UU No. 28 Tahun 2009) dalam jangka waktu 5 tahun
sesudah terutangnya BPHTB setelah terlebih dahulu melakukan pemeriksaan
lapangan ataupun kantor dan dapat menerbitkan Surat Ketetapan Bea (SKB)
atau Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD):
 Lebih bayar (LB), apabila pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah
pajak yang terutang.
 Nihil (N), apabila jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak
terutang,
 Kurang bayar (KB) apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan
lainnya jumlah pajak yang terutang tidak atau kurang bayar.
 Kurang bayar tambahan (KBT) apabila ditemukan data baru dan atau data
yang semula belum terungkap (novum) yang menyebabkan penambahan
jumlah pajak yang terutang kecuali WP melapor sebelum pemeriksaan.
Surat Tagihan BPHTB (STB)

Menurut UU No. 20 Tahun 2000 Direktorat Jenderal Pajak dapat


menerbitkan STB apabila;
 Pajak yang terutang tidak atau kurang bayar,
 Dari hasil pemeriksaan kantor surat setoran BPHTB terdapat
kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau
salah hitung,
 Wajib pajak dikenakan sanksi berupa denda dan atau bunga,
 Sanksi administrasi dikenakan bunga sebesar 2% sebulan untuk
jangka waktu paling lama 24 bulan sejak terutangnya pajak.
Syarat mengurus BPHTB

Untuk jual beli, persyaratannya antara lain sebagai berikut:


 SSPD BPHTB
 Fotokopi SPPT PBB untuk tahun yang bersangkutan
 Fotokopi KTP Wajib Pajak
 Fotokopi STTS/ Struk ATM Bukti pembayaran PBB untuk 5 Tahun Terakhir
(Untuk tahun 2013 hanya 3 tahun terakhir yaitu tahun 2011, 2012, dan 2013)
 Fotokopi Bukti Kepemilikan Tanah (Sertifikat, Akta Jual Beli, Letter C/ atau
Girik)
Jika untuk hibah, waris atau jual beli waris sebagai berikut:
 SSPD BPHTB
 Fotokopi SPPT PBB untuk tahun yang bersangkutan
 Fungsi: untuk mengecek kebenaran data NJOP pada SSPD BPHTB
 Fotokopi KTP wajib Pajak
 Fotokopi STTS/Struk ATM bukti pembayaran PBB untuk 5 tahun
terakhir(untuk tahun 2013 hanya 3 tahun terakhir). Fungsi: untuk
mempermudah melakukan penagihan, jika masih ada piutang
PBB, karena biasanya pembeli tidak mau ditagih pajaknya
sebelum tahun dialihkan.
 Fotokopi bukti kepemilikan tanah. Fungsi: untuk mengecek
ukuran luas tanah, luas bangunan, tempat/lokasi tanah dan atau
bangunan, dan diketahui status tanah yang akan dialihkan.
 Fotokopi surat keterangan waris atau akta hibah. Fungsi:
dibutuhkan untuk memberikan pengurangan pada setiap
transaksi.
 Fotokopi kartu keluarga.
Contoh Perhitungan BPHTB

Diperjual-belikan sebidang tanah kosong di Jakarta Selatan dengan data-


data sebagai berikut:
Luas=1.000m2
NJOP=1.000.000,-/meter
NJOPTKP adalah Rp80.000.000,- (DKI Jakarta)
Harga kesepakatan antara penjual dan pembeli adalah Rp2.000.000,-/meter
Maka nilai NPOP (Nilai Transaksi) = 1.000 x 2.000.000,- =
Rp2.000.000.000,-
Besarnya PPh dan BPHTB adalah sebagai berikut:
PPh = 5 % x NPOP
Besarnya PPh = 5 % x Rp2.000.000.000,- = Rp100.000.000,-
BPHTB = 5 % x (NPOP – NPOPTKP)
Besarnya BPHTB = 5 % x (Rp2.000.000.000 – Rp80.000.000) =
Rp96.000.000,-
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai