Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

INDONESIA BERKAH
(Contextual Teaching and Learning)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Moderasi Beragama


Dosen Pengampu: Dr. Ma’zumi, S.Ag., M.Ag

Disusun Oleh Kelompok 10:


1. Dinnar Octa Eylisha Rusliana (5552220030)
2. Reva Yuliani (5552220110)

KELAS 2A
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur diucapkan atas kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Indonesia Berkah” ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang syafaatnya kita
nantikan kelak. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Moderasi Beragama. Untuk itu,
kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ma’zumi, S.Ag.,M.Ag selaku dosen pengampu.
Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Serang, 3 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i


BAB I............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 3
BAB II ........................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 4
2.1 Entrepreneuship dan Tanggungjawab Sosial ........................................................................... 4
2.2 Bangun Usaha Bersama Sesuai Syaria ...................................................................................... 6
2.3 Mensyukuri Indonesia Kaya .....................................................................................................11
BAB III .......................................................................................................................................................15
PENUTUP ..................................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................................15
3.2 Saran ...........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam mengakui hak milik pribadi sebagai hasil usaha yang diperoleh dengan cara
yang sah dan halal, jika tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan tidak
merengut publik apabila kepemilikan itu diperoleh secara tidak sah, seperti hasil korupsi,
maka harus dicabut atau disita dari pemiliknya melalui proses peradilan yang objektif dan
jujur.

Warga berhak memiliki tanah seluas yang perlu baginya sekeluarga. Namun hak
milik tanah harus dengan sesuai sifat atau fungsi kemasyarakatan, dan tidak boleh
menindas orang lain. Tanah yang dikuasai perseorangan, tetapi dibiarkan terlantar, tidak
produktif, tidak dimanfaatkan sesuai sifat sosialnya, maka harus dikembalikan kepada
negara atau mengalihkan kepada warga yang lain.

“Barang siapa yang memiliki tanah maka hendaklah menanaminya, atau


memberikannya kepada saudaranya.” {HR.Muttafaqun ‘Alahi}.

Dalam ajaran Islam, pengakuan terhadap individualitas dan milik pribadi


merupakan bagian dari pengakuan terhadap kemerdekaan. Hanya orang merdeka yang
memilikinya secara bebas dan penuh tanggung jawab. Orang merdeka berhak
memperoleh upah dari pekerjaannya sesuai produktivitas, kreativitas dan keahliannya.

Inilah hak asasi manusia yang dianugerahkan Allah SWT. kepada manusia tanpa
kecuali supaya untuk termotivasi untuk bergerak, bekerja keras, tekun, bersaing, dan
bersanding dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka, memperbaiki nasib dan taraf hidup
mereka secara berkelanjutan. Setiap individu yang telah dewasa, sehat, dan kuat
bertanggungjawab terhadap nasib dan masa depan dirinya dan keluarganya.

Maka dari itu, bekerja adalah hak atau sekaligus kewajiban. Pemerintah wajib
menyediakan lapangan pekerjaan dan setiap orang wajib bekerja atau berusaha
menjalankan bisnis sesuai peluang, minat, bakat, dan keahlian dimilikinya. Sehingga

1
memperoleh kehidupan layak menjadi sukses dan kaya, dan memperoleh derajat mulia,
sebagaimana firman Allah;

Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka
kerjakan dan agar Allah mencukupkan mereka tiada dirugikan. {Qs. Al Ahqaf [46]:19}.

Allah dalam hadis Qudsi mengingatkan soal upah kerja sebagai berikut:

Tiga orang yang pada hari kiamat akan menjadi musuhku (Allah) di antaranya
seseorang yang mempekerjakan seorang buruh, kemudian buruh itu menunaikan
kerjanya tetapi ia tidak memberikannya upah.

Islam melarang umatnya merendahkan martabatnya dengan mengemis atau


mengandalkan hidup dari sedekah. Al kisah, ketika seseorang datang kepada Nabi SAW
mengadukan kemiskinannya, Nabi SAW tidak memberinya bantuan langsung (BLT).
Nabi SAW justru memberinya kapak agar digunakan untuk mengambil dan
mengumpulkan kayu-kayu itu pun dijual ke Pasar dan hasilnya digunakan untuk membeli
kebutuhan hidupnya.

Kredit ibarat “darah entrepreneur” atau “darah perekonomian” yang menantang


kaum miskin untuk tekun dan bekerja keras dalam mengelola bisnis, sekaligus
menumbuhkan sikap percaya diri, harga diri positif, kemandirian, dan moral akuntabilitas
untuk mengembalikan modal tersebut tepat waktu. Kredit dalam jumlah tertentu, dalam
wilayah usaha yang luas, dapat menciptakan industri kreatif, melahirkan ribuan industri
kecil, dan menggerakkan ekonomi rakyat secara umum.

Islam mengajari manusia menggunakan seluruh sumber daya yang ada untuk
kemanfaatan seluruh umat manusia. Dan pada saat yang sama, Islam mengecam orang-
orang yang tidak memfungsikan kekayaan hewani atau nabati sebagaimana mestinya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan suatu pokok masalah
yang kemudian disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Entrepreneuship dan Tanggung Jawab Sosial?


2. Apa yang dimaksud dengan Bangun Usaha Bersama Sesuai Syaria?

2
3. Apa yang dimaksud dengan Mensyukuri Indonesia Kaya?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Moderasi Beragama. Untuk menambah
wawasan tentang tema yang dibahas.
2. Untuk mengetahui apa itu Entrepreneuship dan Tanggung Jawab Sosial
3. Untuk mengetahui bagaimana cara Bangun Usaha Bersama Sesuai Syaria
4. Untuk mengetahui cara Mensyukuri Indonesia Kaya

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Entrepreneuship dan Tanggungjawab Sosial


Adapun ayat Al-Quran yang berkaitan dengan Indonesia Berkah, yaitu:

‫ض‬ َ ْ ‫س َم ۤا ِء َو‬
ِ ‫اْل ْر‬ َّ ‫ت مِنَ ال‬ َ ‫َولَ ْو اَ َّن اَ ْه َل ْالقُ ٰ ٰٓرى ٰا َمنُ ْوا َواتَّقَ ْوا لَفَتَحْ نَا‬
ٍ ‫علَ ْي ِه ْم َب َر ٰك‬
َ‫َو ٰل ِك ْن َكذَّب ُْوا فَا َ َخذْ ٰن ُه ْم ِب َما َكانُ ْوا يَ ْكسِ ب ُْون‬
Artinya: Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang
telah mereka kerjakan (QS. Al-Araf ayat 96).

Entrepreneur, baik dalam bidang perdagangan maupun dibidang pertanian. Dalam


bidang perdagangan. Nabi telah menjalan bisnis sejak berusia 11 tahun, sedangkan dalam
mengelola lahan pertanian, Nabi pernah bekerja sama dengan kaum Yahudi di Khaibar
dengan sistem bagi hasil.

Dalam kehidupan sosial Allah menciptakan manusia berpasangan, antara lain


miskin dan kaya saling membutuhkan dalam jalin kemitraan yang setara, baik dalam
bentuk mudharabah (kerja sama usaha dan investasi), musyarakah (kerja sama modal
usaha), murabahah (jual beli dengan pembayaran Tangguh), atau salam (jual beli dengan
pembayaran di muka). Dalam akad itu semua pelaku ekonomi, baik pemodal (investor)
maupun pelaku bisnis terlibat aktif, dan saling menanggung risiko: untung atau rugi
(baca: bagi hasil). Dengan model akad (kontrak) seperti ini keberadaan buruh
“dipersempit”.

Kerja sama usaha para entrepreneur dalam kontrak tersebut pada umumnya
dilakukan dalam bentuk informal lingkungan keluarga (family) dan hubungan baik
pertemanan, dan tidak secara resmi berbadan hukum koperasi. Meskipun demikian, jiwa

4
kerja sama ini sama dengan bentuk usaha koperasi yang menghargai manusia bukan
hanya faktor tenaganya semata. Lebih dari itu, manusia dihargai karena kreativitas, ide
bisnis dan kecakapannya dalam memasarkan produk kreatif tersebut.

Memotivasi para entrepreneur bekerja sama menjalankan koperasi secara


informal adalah adanya kesamaan kebutuhan untuk meningkatkan daya saing, volume
usaha, efisiensi dan keuntungan. Kesamaan kebutuhan dimaksud meliputi:

1. Kebutuhan ekonomis
a. Kebutuhkan mendapatkan pinjaman yang cepat, murah, dan cepat.
b. Produksi Bersama untuk mendapatkan harga yang layak dari barang-barang yang
jual.
c. Kebutuhan membeli bahan baku atau melakukan pembayaran bersama agar
mendapatkan keringanan atau diskon khusus.
2. Kebutuhan politis
a. Kebutuhan menghindari pemerasan ekonomi dan sosial.
b. Menghindari persaingan tidak sehat.
3. Kebutuhan manajerial
a. Menyatukan dan memperkuat potensi ekonomi, solidaritas, dan efektivitas
koordinasi antar pelaku usaha supaya mendapatkan usaha supaya mendapatkan
pelayanan yang prima, teratur, dan berkelanjutan.
b. Melakukan pembagian kerja sesuai keahlian sehingga dapat meningkatkan
kualitas mutu barang dan jasa.

Kontrak kerjasama antar pelaku ekonomi dalam masyarakat pra koperasi


dilakukan atas dasar saling percaya tanpa campur tangan pemerintah. Untuk menjamin
stabilitas kekayaan mereka dan tidak ada yang dirugikan dimasa depan, masyarakat
Indonesia menjadikan emas (dinar) sebagai standar “alat takar” kekayaan sesuai kearifan
budaya yang bersendikan ajaran agama Islam.

Emas dipercaya karena keadaannya sebagai “alat takar” dalam menghadapi


inflasi, fluktuasi mata uang. Misalnya satu dinar lima belas abad yang lampau dapat
membeli satu ekor kambing. Sekarang satu dinar yang sama masih dapat menjadi nilai

5
tukar seekor kambing. Tradisi gadai dimasyarakat Indonesia sampai hari ini bersandar
pada emas .

Atas ilustrasi di atas, banyak orang percaya bahwa emas adalah produk investasi
yang bisa menangkal inflasi.

2.2 Bangun Usaha Bersama Sesuai Syaria


Dalam UUD 1945 yang asli, politik dalam mewujudkan kesejahteraan sosial
dilakukan dengan tiga kebijakan utama. Pertama menciptakan lapangan kerja, kedua
menyelenggarakan sistem ekonomi koperasi yang berorientasi pada besar-besarnya
kemakmuran rakyat, ketiga memberikan jaminan sosial bagi kaum miskin dan orang-
orang yang terlantar.

Tiap-tiap warga berhak memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
manusia.

1. Perekonomian disusun sebagai usaha Bersama berdasar atas asa kekeluargaan.


2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat orang
banyak di kuasi oleh negara.
3. Bumi dan air kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat.
Lima ciri sistem ekonomi Indonesia sebagai berikut.
1. Perekonomian terbagi dalam dua wilayah
a. Wilayah sektor formal terdiri atas:
1) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara.
2) Cabang-cabang produksi yang menguasai hajat orang banyak.
b. Wilayah sektor informal, yaitu cabang-cabang produksi yang tidak penting bagi
negara dan tidak menguasai hajat orang banyak.
2. Kecuali dalam wilayah cabang-cabang produksi yang penting bagi negara, peranan
pemerintah dalam perekonomian lebih dititik beratkan sebagai pengawas dan
pengatur.
3. Koperasi merupakan satu satunya bentuk perusahaan yang beroperasi dalam wilayah
cabang-cabang produksi yang menguasai hajat-hajat orang banyak di kuasi oleh
negara.

6
4. Ruang gerak perusahaan swasta yang tidak berbentuk koperasi hanya boleh
beroperasi pada cabang-cabang produksi yang tidak penting bagi negara dan tidak
menguasai hajat orang banyak. Wilayah ini tidak perlu diatur oleh pemerintah.
5. Penentuan harga lebih banyak diserahkan kepada mekanisme pasar.
Asas kekeluargaan dalam bangun ekonomi Indonesia adalah koperasi. Dalam
sistem ini eksistensi perusahaan swasta milik perseorangan sifat transisional terbatas.
Perusahaan yang saat ini dan ada sejak harus zaman kolonial secara bertahap harus
berubah menjadi koperasi dengan cara menjual kepemilikan saham perusahaan kepada
manajerial dan buruh, sehingga perusahaan sepenuhnya menjadi usaha milik rakyat,
bukan milik kaum kapitalis.
Pilihan politik membatasi wilayah operasi perusahaan swasta hanya pada cabang
produksi yang tidak penting bagi negara dan tidak penting bagi negara dan tidak
menguasai hajat hidup orang namyak dimaksud untuk melindungi rakyat dari monopoli
kaum kapitalis yang kita rasakan, yang pada akhirnya menindas dan menelantarkan
rakyat. Dalam ajaran Islam gagasan ini analog dengan perintah Allah untuk memberi
peluang dan kelapangan dalam majelis ilmu untuk semua orang, bukan segelintir orang
sebagaimana firman Allah:
hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan pada kamu, “berlapang lapanglah di
dalam majelis, maka lapangkanlah. Niscaya Allah memberi kelapangan untuk kamu.”
(Qs Al-Mujadilah [58]:11)
Dalam hal peran negara, sistem ekonomi Indonesia tidak jatuh dalam sistem
komando sebagaimana sistem ekonomi komunis. Dalam sistem ekonomi komunis,
kepemilikan faktor-faktor produksi sepenuhnya ditangan pemerintah, dan semua orang
menjadi baruh. Karena itu, harga tidak ditentukan oleh negara sebagaimana negara
komunis, tetapi oleh rakyat sebagai pengguna, konsumen, atau pelanggan.
Asas kekeluargaan atau jiwa koperasi dalam sistem kenegaraan dapat dilihat
pada sistem negara pengurus, di mana wakil rakyat (DPR dan DPD) bersama pemerintah
sebagai penyelenggara negara berperan penting dalam menyusun perencanaan
pembangunan dan manajemen logistik nasional dalam sebesar besar dalam kemakmuran
rakyat. Perencanaan pembangunan nasional yang disandingkan dengan anggaran

7
pendapatan dan belanja negara (APBN) harus memperhatikan prioritas berdasarkan dasar
statistik dan kejadian lapangan.
Tugas negara adalah melakukan pemetaan mana cabang produksi yang penting
bagi negara yang harus dikuasai oleh negara dan tidak boleh diserahkan kepada swasta
kecuali yang berbentuk koperasi dan cabang produksi mana yang diberi keluasan
kepada swasta untuk berusaha dan dijamin keamanan investasi itu oleh hukum. Misalnya
sentra ekonomi pesisir dan kelautan, sentra ekonomi pertanian, dan sentra industri jasa.
Melakukan konsolidasi antara berbagai bidang produksi yang beraneka ragam disentra-
sentra tersebut, sehingga tidak terjadi tumpeng tindih antara yang satu dengan yang
lainnya.
Al-Quran telah memberi contoh perencanaan pembangunan jangka panjang,
dalam kurun waktu empat belas tahun, yang dilakukan oleh Nabi Yusa AS, manajemen
logistik ditata sedemikian rupa peningkatan produktivitas penyimpanan di lumbung
pangan, pengaturan distribusi bahan makanan dalam menghadapi krisis pangan dan
kelaparan akibat perubahan iklim yang terjadi di Mesir dan sekitarnya. Hal ini diceritakan
di dalam Al-Quran surat yusuf, berikut:
Yusuf berkata : “supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana
bisa. Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk
kamu makan. kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang
menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit
dari (bibit gandum) yang kamu simpan.” (Qs Yusuf [12]:47-48).
Dalam syarat Islam, cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai
hajat orang banyak adalah seperti air, api dan rumput, sebagaimana sabda Rasulullah
SAW berikut:
“Manusia memiliki bersama dalam tiga hal: air, rumput, dan api.” (HR.Ahmad,
Abu Dawud dan ibnu Majah)

Dalam Riwayat lain ada tambahan: yaitu “garam”.

Dalam surat Al-Hadid ayat 25 bahwa “kami ciptakan besi yang padanya terdapat
kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia…”(Al-hadid:25) Kalimat “fihi
ba’sun syadid” mengisyaratkan tentang industri teknologi perang, sedangkan kalimat

8
“Wa manaafi’u linnaas,” mengisyaratkan tentang teknologi pertanian dan public utilities
lainnya. Dengan demikian sempurnalah kedaulatan rakyat dengan kekuatan negara yang
berwibawa, baik dalam suasana aman maupun perang.

Hukum koperasi atas dasar ikatan pemersatu dan kesamaan kebutuhan. Kemudian
menghimpun modal dari simpanan anggota sesuai kesepakatan Bersama untuk
menjalankan bisnis [antara lain simpan pinjam produksi atau perdagangan barang dan
jasa]. Tujuan akhir koperasi adalah menjalankan misi negara mewujudkan kesejahteraan
seluruh rakyat Indonesia.

Koperasi mengendalikan modal dari simpanan atau tabungan anggota demi


menjaga kemandirian ekonomi. Koperasi sungguh menggali potensi sumber ekonomi dari
kekuatan rakyat, kekuatan modal bersama, dan sebisa mungkin untuk menghindari
godaan hutang dari pihak asing. Hal ini selaras dengan doa Rasulullah SAW yang mohon
perlindungan kepada Allah dari jearatan hutang, karena pihak terjerat hutang bisa saja ia
“dipaksa” oleh situasi untuk berbicara berbohong atau ingkar janji. Hutang itu membawa
keresahan dimalam hari dan kehinaan disiang hari.

Koperasi dibangun atas dasar kepntingan ekonomi yang sama, seperti koperasi
batik, serikat tani, nelayan, pedagang pasar dan kaki lima, peternak dll, atau didasarkan
pada profesi yang sama. Seperti Koperasi Unit Desa (KUD) dan seterusnya. Bisnis
koperasi harus memperlihatkan tiga hal secara seimbang, yakni laba (profit), manfaat
sosial (people), dan kelestarian bumi (planet).

Peran negara adalah bertindak sebagai pelindung dan pembangun perekonomian


rakyat dengan kewenangannya membuat peraturan perundangan-undangan yang
melindungi rakyat dari “pengisapan” kaum kapitalis, dan memberi proteksi yang wajar
kepada usaha rakyat, dengan tetap menjamin kebebasan berusaha dan persaingan usaha
yang sehat. Negara berpihak dengan memberi ruang yang luas bagi rakyat untuk
berkoperasi berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Dalam kerja nyata, peran negara dalam membangun koperasi sebagai usaha
Bersama milik rakyat yang berdaya saing adalah dengan membangun infrastruktur
transportasi, jalan dan jembatan, serta pelabuhan dan bandar udara secara terintegrasi

9
dengan pembangunan basis ekonomi rakyat, seperti pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, pesisir, kelautan, dan perikanan, serta perdagangan antar pulau. Kolaborasi
negara bersama kekuatan rakyat yang terhimpun dalam badan hukum koperasi menjadi
gelombang ekonomi yang bisa menjalankan fungsi sokoguru ekonomi nasional.

Selain itu, peran negara sebagai pembangun ekonomi rakyat adalah memberikan
kemudahan kredit usaha koperasi yang bersumber dari tabungan negara. Negara
menggunakan uang regara untuk membiayai kegiatan bisnis Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dan bisnis koperasi (badan usaha milik bersama) pada sektor riil dalam rangka
melakukan percepatan pembangunan wilayah dan perluasan lapangan kerja, serta
memperlancar mobilisasi orang dan distribusi barang (logistik) secara efisien. Hal ini
sejalan dengan syariat Islam yang mengajarkan agar pemerintah menjaga uang negara
layaknya uang anak yatim dan mengusahakannya untuk investasi pada kegiatan produktif
dan menguntungkan.

Kita perlu kolaborasi negara bersama Koperasi! Kedahsyatan modal sosial dalam
ideologi Koperasi dapat ilustrasikan dengan berhimpunnya ribuan pengrajin kecil di
Indonesia secara suka rela, karena kepentingan ekonomi yang sama. Para pengrajin kecil
yang semula lemah, tetapi setelah berhimpun dalam jumlah besar berubah menjadi
kekuatan industri rakyat yang kuat, terorganisir dalam suatu jaringan usaha antar desa,
antar kecamatan, antar daerah, antar pulau di seluruh Indonesia.

Investasi dilakukan Pemerintah untuk membiayai bisnis BUMN yang


menjalankan cabang produksi yang penting bagi negara dan membiayai bisnis Koperasi
yang menjalankan cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak. Dengan
cara ini, pembangunan tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan tetapi juga sekaligus
pemerataan dan peningkatan taraf hidup rakyat. Sebaliknya, tanpa keberpihakan negara
terhadap usaha koperasi, tidak ada kedaulatan rakyat, bahkan cepat atau lambat rakyat
akan terjajah oleh kaum kapitalis dari bangsa sendiri atau bangsa asing.

Dalam hal ini, koperasi tani, nelayan, pengrajin dan koperasi pasar harus berdiri
di garda terdepan dalam jihad ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. Dalam
semangat Islam, koperasi adalah jamaah ekonomi rakyat yang dapat meninggikan ‘izzah
(harga diri) umat di hadapan bangsa-bangsa lain.

10
Karena dalam prinsip koperasi, usaha tidak hanya menjalankan bisnis tetapi juga
menjalankan fungsi pendidikan dan pembangunan sosial. Tidak hanya mencari
keuntungan tetapi juga menyediakan kebutuhan umum dan pelayanan sosial.

Koperasi sebagai usaha milik bersama yang berasaskan kekeluargaan menetapkan


dalam anggaran dasarnya untuk mengalokasikan 5 sampai dengan 10% keuntungannya
untuk dana sosial dan pembangunan wilayah. Dana itu digunakan untuk koperasi
terutama untuk mendidik rakyat yang menjadi anggotanya mengajarkan pengetahuan,
kerajinan, dan kemampuan profesional melalui pengalaman langsung memproduksi dan
menjual segala kebutuhan dasarnya, baik materiil ataupun spirituil.

Dalam hal ini, koperasi masjid Indonesia seharusnya menjadi institusi paling
depan dalam menjalankan fungsi peribadatan sekaligus fungsi pelayanan sosial dan
dakwah ;pelayanan pendidikan dan kesehatan ;pemberdayaan usaha mikro kecil
menengah (UMKM) dan pengembangan masyarakat Islam.

Pengabaian terhadap ketentuan UUD 1945 di atas menyebabkan Indonesia jatuh


pada kemiskinan. Lahan tidur yang dikuasai oleh pemilik modal (kapitalis) dan
membiarkan terlantar, sementara para petani penggarap menjerit karna kehilangan alat
produksi mereka. Petani kita tidak menguasai lahan pertanian. Demikian juga kemiskinan
di kawasan pesisir karena nelayan tidak memiliki akses untuk ke laut. Kini, sepanjang
pesisir dikuasai oleh pemilik modal, kapitalis. Negara harus mengembalikan lahan
kepada rakyat petani. Mengembalikan pesisir pantai dan muara sungai yang
menghubungkan laut dan darat kepada rakyat, menjadi milik bersama, bukan pemilik
perseorangan.

2.3 Mensyukuri Indonesia Kaya


Indonesia merupakan wilayah dengan wilayah yang kaya dan memiliki potensi
yang besar dalam upaya memakmurkan rakyat. Makmur diadopsi dari bahasa Arab dan
digunakan Al-Quran sebagai cermin dari kehidupan surga yang dihuni oleh adam dan
istrinya hawa, sebelum keduanya turun kebumi dalam rangka melaksanakan tugas
kekhalifahan. Kemakmuran surgawi sudah ada dan akan selalu muncul dalam memori
setiap batin anak cucu adam. Kemakmuran surgawi tersebut dilukiskan antara lain
sebagai berikut:

11
Maka kami berkata: “hai adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu
dan bagi istrimu, maka sesekali jangan sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari
surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan
kelaparan didalamnya dan tidak akan merasa telanjang. Dan sesungguhnya kamu tidak
akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya”.
(Qs.Thaha [20]:117-119)

Mereka tidak mendengar di dalamnya (surga) perkataan yang sia-sia dan tidak
pula perkataan yang menimbulkan dosa, akan tetapi mereka mendengar ucapan salam.
(Qs.Al-Waqi’ah:[56]:25-26).

Ayat di atas menjelaskan bahwa unsur kemakmuran masyarakat surga adalah


terpenuhinya segala kebutuhan dasar, terutama pangan, sandang, dan rumah tunggal yang
diistilahkan dengan “tidak lapar, dahaga, telanjang, dan kepanasan”. Kemudian
masyarakat disurga juga hidup dalam suasana aman, damai, harmonis, tidak terdapat
suatu dosa, penindasan, kriminalitas atau perilaku asusila yang menimbulkan rasa takut.
Di surga juga tiada pengangguran ataupun sesuatu yang sia-sia yang menimbulkan
kekhawatiran masa depan. Penduduk surga hidup bahagia bersama sanak keluarganya
yang beriman.

Cita kemakmuran dalam Al-Quran juga tercermin dalam doa Nabi Ibrahim yang
mengharapkan Makkah menjadi negeri yang aman dan damai (baladin amin), mampu
melindungi seluruh rakyat dari ketakutan, makmur dan sejahtera (baldatin thyyibah)
memiliki kedaulatan dan pangan yang kuat.

Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku ,jadikanlah negeri ini (mekah), negeri yang aman,
dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-hala”. (Qs.Ibrahim
[14]:35)

Maka hendaklah mereka menyembah tuhan pemilik rumah ini (ka’bah), yang
telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan
mereka dari ketakutan. (Qs. Al-Quraisy [106]:3-4)

Uraian di atas menunjukkan bahwa kemakmuran tidak terbatas pada dimensi


ekonomi, tetapi juga berdimensi sosial politik. Pertumbuhan ekonomi menghendaki

12
stabilitas politik dan keamanan. Kebijakan politik ekonomi harus berorientasi pada
kesejahteraan sosial yang merata, sehingga pertumbuhan tidak melahirkan kesenjangan
sosial, yang pada akhirnya menciptakan keresahan dan konflik kelas sosial. Kemakmuran
surgawi yang komprehensif seperti inilah yang menjadi impian setiap keturunan Adam,
menjadi arah dan tujuan pembangunan semua bangsa, tidak terkecuali Indonesia,
sebagaimana tertulis pada sila kelima Pancasila; “keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”.

Dari dimensi ekonomi, kemakmuran ditandai dengan terpenuhinya standar hidup


layak. Ukuran keyakinan itu secara umum dapat dilihat dari kemampuan daya beli,
terutama kesanggupan memenuhi kebutuhan pokok, yakni: makanan, pakaian,
perumahan, pendidikan kesehatan, dan hiburan. Dalam soal ini, standar hidup layak
secara numerik dapat kita rumuskan dengan memeriksa kajian fikih Islam terkait dengan
fidyah, zakat fitrah, dan zakat mal.

Dalam ukuran fidyah, kelayakan diukur dengan kemampuan menyajikan satu


porsi makan sekurang-kurangnya senilai 600 gram bahan makanan pokok. “Dalam zakat
fitrah, kelayakan diukur dengan kemampuan membeli kebutuhan pangan senilai 2.5 Kg
bahan makanan pokok setiap hari. Sedangkan dalam ukuran nisab zakat hasil pertanian,
kekayaan diukur dengan pemilikan 815 kg bahan makanan pokok dalam setahun.
Kekayaan dalam bentuk mata uang diukur dengan pemilikan tabungan minimal.

Dalam mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan sosial itu, setiap orang wajib
bekerja dan berusaha, baik sendiri-sendiri atau secara bersama-sama. Dalam lingkup
keluarga, Islam mewajibkan suami (ayah) memberikan nafkah kepada istri dan anak-
anaknya berupa keperluan pangan sebulan sekali, satu paket pakaian sekurang-kurangnya
enam bulan sekali, dan (sewa) tempat tinggal setiap tahun. Jadi, secara kualitatif, kriteria
seseorang disebut fakir miskin adalah sebagai berikut:

1. Pengangguran dan tidak punya usaha apalagi harta


2. Memiliki penghasilan di bawah standar hidup layak
3. Memiliki usaha dan harta kurang dari separoh kebutuhan minimum keluarga satu
tahun

13
4. Memiliki usaha dan harta hanya untuk mencukupi separoh atau lebih kebutuhan
dirinya dan sekeluarga dan tanggungan setahun.

Di Mesir, suami yang tidak melaksanakan kewajiban nafkah hidup untuk dirinya
sekeluarga dikenai hukuman, karena termasuk tindakan kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT). Kepala keluarga tidak boleh bersikap bakhil kepada keluarga dan karib
kerabatnya karena takut hidup melarat atau berpura-pura zuhud. Namun bagi orang yang
tidak mampu bekerja karena faktor objektif, misalnya lanjut usaha, sakit menahun, atau
cacat fisik yang bersikap tetap, negara atau pemerintah bersama masyarakat, wajib
memberikan jaminan sosial. Misalnya setiap warga miskin dengan ketentuan tersebut
mendapatkan tunjangan beras dan lauk pauk per bulan.

14
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kolaborasi negara bersama kekuatan rakyat yang terhimpun dalam badan hukum
koperasi menjadi gelombang ekonomi yang bisa menjalankan fungsi sokoguru ekonomi
nasional.

Kita perlu kolaborasi negara bersama Koperasi! Kedahsyatan modal sosial dalam
ideologi Koperasi dapat ilustrasikan dengan berhimpunnya ribuan pengrajin kecil di
Indonesia secara suka rela, karena kepentingan ekonomi yang sama. Para pengrajin kecil
yang semula lemah, tetapi setelah berhimpun dalam jumlah besar berubah menjadi
kekuatan industri rakyat yang kuat, terorganisir dalam suatu jaringan usaha antar desa,
antar kecamatan, antar daerah, antar pulau di seluruh Indonesia.

Dalam hal ini, koperasi tani, nelayan, pengrajin dan koperasi pasar harus berdiri
di garda terdepan dalam jihad ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. Dalam
semangat Islam, koperasi adalah jamaah ekonomi rakyat yang dapat meninggikan ‘izzah
(harga diri) umat di hadapan bangsa-bangsa lain.

3.2 Saran
Makalah ini memang belum sempurna dan perlu ditingkatkan lagi untuk
keefektivitasannya. Sudah sebaiknya dalam memilih seorang pemimpin, kita harus
melihat bagaimana pribadinya. Dalam hal pembuatan peraturan dan kebijakan,

15
seorang pemimpin tidak boleh berlawanan dengan ajaran tuhan. Diharapkan kita
semua dalam menyelesaikan permasalahan dan membuat keputusan dilakukan dengan
cara musyawarah.

DAFTAR PUSTAKA

Fadlullah, dkk. (2023). MODERASI BERAGAMA Integrasi Islam dan Wawasan Kebangsaan.
Serang: CV. Raja Wangwa Globalindo.

16

Anda mungkin juga menyukai