Anda di halaman 1dari 10

Bea perolehan

hak bumi &


bangunan
4 international class
Introduction

Riska Oktaperina Resha Amelia Putri Artika Putri Aulia Carina Fitri
2110631020041 2110631020137 2110631020062 2110631020008
Pengertian & Dasar
HUkum Bphtb
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB) adalah
pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan. Dasar hukum BPHTB adalah Undang-Undang Nomor 21
tahun 1997 jo. Undang-Undang Nomor 20 tahun2000 tentang
Perubahan atas Undang- Undang Nomor 21 tahun 1997 tentang Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Kemudian pajak ini masuk
dalam UU No. 28 Tahun 2009 tentang PDRD Pasal 85 sampai dengan
Pasal 93.
Subjek & objek bphtb

Subjek pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas
tanah dan bangunan dengan kata lain adalah pihak yang menerima pengalihan hak
baik itu badan mapupun orang pribadi. Subjek pajak yang dikenakan kewajiban
membayar pajak menjadi wajibpajak. Objek pajak BPHTB adalah perolehan hak atas
tanah atau bangunan yaitu terhadap peristiwa hukum atau perbuatan hukum atas
transaksi/peralihan haknya yang meliputi pemindahan hak dan pemberian hak baru
Perolehan hak tersebut meliputi; Dasar Pengenaan BPHTB. Dasar pengenaan BPHTB
adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP). Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan adalah Nilai PerolehanObjek Pajak. Untuk transaksi lelang
sesuai pasal 87 ayat 2 UU No.28/2009
Tarif & cara menghitung
bphtb
BPHTB = 5% x (NPOP – NPOPTKP)
Tarif BPHTB menurutUndang-Undang Nomor 21 tahun
Atau
1997 jo. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2000 Pasal 5
adalah sebesar 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak 5% x (NJOP – NPOPTKP)
Kena Pajak (NPOPKP). Sedangkan menurut UU No. 28 Sedangkan perhitungan BPHTB menurut UU
Tahun 2009 tentang PDRD Pasal 88 disebutkan bahwa Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 89 adalah
tarif BPHTB ditetapkan paling tinggisebesar 5% dan
sebagai berikut:
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
BPHTB = max 5% x (NPOP – NPOPTKP)
Perhitungan BPHTB berdasarkan Undang-Undang No.
21 Tahun 1997 jo. Undang-Undang Nomor 20 tahun Atau
2000 Pasal 8 adalah sebagai berikut: max 5% x (NJOP – NPOPTKP)

Saat terutangnya bphtb

Pajak terutang harus


dilunasi pada saat
terjadinya perolehan hak,
dengan kata lain saat
terutang pajak BPHTB
adalah merupakan saat
untuk wajib membayar
pajak.
pembayaran & ketetapan
bphtp
Direktorat Jenderal Pajak (menurut UU No. 20 Tahun 2000) atau Kepala Daerah (menurut
UU No. 28 Tahun 2009) dalam jangkawaktu 5 tahun sesudah terutangnya BPHTB setelah
terlebih dahulu melakukan pemeriksaan lapangan ataupun kantor dan dapat menerbitkan
Surat Ketetapan Bea (SKB) atau Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD):

a) Lebih bayar (LB), apabila c) Kurang bayar (KB)


pajak yang dibayar ternyata apabila berdasarkan hasil
lebih besar daripada jumlah pemeriksaan atau
pajak yang terutangatau keterangan lainnya
dilakukan pembayaran pajak ternyata jumlah pajak yang
yang tidakseharusnya terutang tidak atau kurang
terutang bayar. d) Kurang bayar tambahan
(KBT) apabila ditemukan data
b) Nihil (N), apabila baru dan atau data yang
semula belum terungkap
jumlah pajak yang (novum) yang menyebabkan
dibayar sama penambahan jumlah pajak
yang terutang kecuali WP
dengan jumlah pajak melapor sebelum pemeriksaan
terutang
Surat tagihan bphtb (stb)
Menurut UU No. 20 Tahun 2000 Direktorat
Jenderal Pajak dapat menerbitkan STB
apabila;
A Pajak yang terutang tidak atau kurang
bayar

B Dari hasil pemeriksaan kantor surat setoran


BPHTB terdapat kekurangan pembayaran
pajak sebagai akibat salah tulis dan atau
salah hitung

C Wajib pajak dikenakan sanksi berupa


denda dan atau bunga
Sanksi administrasi dikenakanbunga sebesar
D 2% sebulan untuk jangka waktu paling lama
24 bulan sejak terutangnya pajak.

Contoh surat BPHTB


Contoh kasus
Contoh Kasus Cara Menghitung BPHTB Pabrik Jayabayayang berlokasi di
Jakarta, diperjual-belikan dengan rincian sebagai berikut:

Nilai pajak penghasilan dan BPHTB :


Luas tanah : 1000 meter2 PPh = 5% x NPOP
NJOP : Rp 1 juta/ meter PPh = 5% x Rp 2 Miliar PPh = Rp 100 juta.
NJOPTKP : Rp 80 juta (wilayah Jakarta) BPHTB = 5% x (NPOP – NPOPTKP)
Selama menjalankan akad jual beli, akhirnya BPHTB = 5% x (Rp 2 Miliar – Rp 80 juta) = Rp
disepakati harga tanah tersebut adalah Rp 2 96 juta.
juta/ meter. Urusan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Nilai NPOP (nilai transaksi) : 1000 m2 x Rp 2 juta Bangunan sudah selesai dalam transaksi jual
= Rp 2 Miliar beli tanah atau rumah.
trims

Anda mungkin juga menyukai