Anda di halaman 1dari 11

Beban PPh dan BPHTB Atas Transaksi Jual Beli

Tanah dan Bangunan


Kelompok 3 :
Karel Marcellino (12004002)
Diana Pratiwi (120040045)
Eri Rahmawati (120040048)
Amelia Marsella (120040056)
Giovanni Arroyo (120040057)
Dea Indriyani (120040069)
Aviv Tihan (120040070)
Definisi Pajak Penjualan Tanah
Berdasarkan harfiahnya, pajak jual beli tanah adalah
pungutan yang harus dibayarkan penjual maupun
pembeli berkaitan dengan tanah yang menjadi objek
atau transaksi jual beli tersebut. Pajak yang dikenakan
kepada penjual disebut Pajak Penghasilan (PPh),
sedangkan pajak yang dibayar pembeli disebut Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTP).
Objek, Subjek, danTarif
1. Objek
Berdasarkan pasal 85 UU No. 28/2009, objek pajak Bea Berdasarkan pasal 85 UU No. 28/2009,
Objek pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah Perolehan Hak atas Tanah dan/
Bangunan. Perolehan tersebut salah satunya adalah menunjukkan pembeli dalam lelang.
2. Subjek
Subjek dan Wajib Pajak Bea Peolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah orang Pribadi atau
Badan yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.
Objek, Subjek, danTarif
3. Tarif
Berkenaan dengan hal tersebut maka Pembeli tanah atau tanah dan bangunan baik pribadi atau
Badan yang ditunjuk dalam lelang wajib membayar BPHTB. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Namun sesuai dengan pasal 88 UU No.28/2009, Tarif
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (lima persen).
Besaran pokok Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang terutang dihitung dengan
cara mengalikan tarif dengan Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) setelah dikurangi Nilai Perolehan
Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP). NPOPTKP merupakan nilai pengurang NPOP sebelum
dikenakan tarif BPHTB Besaran NPOPTKP ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Namun sesuai pasal
87 ayat 4 UU No.28/2009, Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan paling
rendah sebesar Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.
Dasar Hukum PPh atas
Penjualan Tanah
Dasar hukum pajak penjualan tanah yang dikenakan kepada penjual,
yakni PPh. Pajak Penghasilan (PPh) atas penghasilan dari pengalihan
hak atas tanah dan/atau bangunan sudah diatur dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 34 Tahun 2016 tanggal 8 Agustus 2016.
Adapun berdasarkan aturan ini, besarnya PPh yang dikenakan adalah
sebesar 2,5% dari total (bruto) nilai pengalihan hak atas tanah
yang ditransaksikan.
PPh harus dibayarkan oleh pihak penjual sebelum memperoleh AJB
(Akta Jual Beli). Bila transaksi dipaksakan berjalan tanpa pembayaran
PPh yang menimbulkan tidak adanya AJB, maka akan menimbulkan
sengketa atas tanah di masa mendatang sekalipun ada kwitansi jual beli
tanah tersebut. Tanpa ada pembayaran PPh, maka penjual dianggap
melanggar aturan sehingga Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dapat
menolak membuat akta jual beli.
Dasar Hukum BPHTB
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB adalah pungutan atas
perolehan hak tanah dan bangunan. Perolehan hak atas tanah ini bisa juga disebut
sebagai perbuatan atau peristiwa hukum yang akhirnya diperoleh hak atas bangunan
oleh orang pribadi maupun badan.
Dasar hukum pajak jual beli tanah untuk BPHTB, diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan di Indonesia yaitu UU No. 20 Tahun 2000 tentang
Perubahan Atas UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan. BPHTB dikenakan untuk semua transaksi properti, yang dibeli dari
perorangan maupun developer dan besarnya 5% dari nilai transaksi setelah
dikurangi NJOPTKP (Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak). NJOPTKP sendiri
berbeda besarannya di setiap daerah.
Dalam prosesnya, pemerintah pusat memiliki fungsi untuk memungut BPHTB.
Namun sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD), maka sejak Januari 2011 BPHTB sudah
dialihkan agar menjadi pajak daerah yang langsung dipungut oleh pemerintah
kota atau kabupaten.
Cara Menghitung PPh
Misalnya dalam sebuah transaksi jual beli tanah, kedua
belah pihak telah sepakat untuk melakukan transaksi
tanah senilai Rp400.000.000,maka berdasarkan peraturan
yang ditetapkan,
besarnya PPh adalah:
= 2.5% x Rp400.000.000
=Rp 10.000.000,00.
Cara Menghitung BPHTB
Misalnya, ada sebidang tanah yang sedang ditransaksikan memiliki
NPOP sebesar Rp150.000.000 NPOPTKP sebesar Rp80.000.000.
Dengan demikian, maka pajak penjualan tanah BPHTB menjadi seperti
berikut ini:
NJOP Kena Pajak = NPOP – NPOPTKP
= Rp150.000.000,00 -Rp80.000.000,00
= Rp70.000.000,00

BPHTB Terutang =5% x Rp70.000.000,00 = Rp3.500.000,00


Thank you!!!

Anda mungkin juga menyukai