BPHTB
Hukum berganda.
2. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan
Retribusi Daerah yang menjelaskan: Bahwa pemerintah
kabupaten/pemerintah kota memiliki wewenang dalam
melakukan pemungutan atas Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) di sektor pedesaan dan perkotaan (PBB-P2). Bahwa
pemerintah atau pusat memiliki wewenang terhadap sektor
Pertambangan, Perhutanan, dan Perkebunan (PBB-P3).
PBB dan BPHTB
PBB adalah pajak karena memiliki atau menguasai dan mendapatkan manfaat
atas bumi atau bangunan. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada
di bawahnya permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman termasuk
rawa-rawa tambak dan perairan serta wilayah republik Indonesia. Dan Bangunan
adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah
dan atau perairan.
Sedangkan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah perbuatan atau
peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau
bangunan oleh orang pribadi atau badan. Atau bea atau pajak yang harus dibayar
karena memperoleh hak atas tanah dan bangunan.
Objek Pajak PBB
Yang menjadi objek pajak adalah bumi dan atau
bangunan, yang dimaksud dengan klasifikasi
bumi dan bangunan adalah pengelompokan
bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan
digunakan sebagai pedoman serta untuk
memudahkan perhitungan pajak yang terutang.
Objek Pajak PBB
a. Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks
bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya
yang merupakan suatu kesatuan dengan komplek
bangunan tersebut
b. Jalan tol
c. Kolam renang
d. Pagar mewah
e. Tempat olahraga
f. Galangan kapal, dermaga
g. Taman mewah
h. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas,
pipa minyak
i. Muara
Adapun menentukan klasifikasi bumi atau tanah
diperhatikan faktor-faktor antara lain:
a) Letak
b) Peruntukan
c) Pemanfaatan
2. SUBJEK PAJAK
Subjek pajak BPHTB adalah orang pribadi atau
badan yang memperoleh Hak atas Tanah
dan/atau Bangunan.
Tarif Pajak
1. PBB
Berdasarkan Pasal 41 UU HKPD Nomor 1 Tahun 2022, tarif
PBB maksimal sebesar 0,5%. Sebelum UU HKPD ini
diberlakukan, tarif PBB adalah berkisar antara 0,1-0,3%.
2. BPHTB
Pungutan biaya BPHTB mengacu pada Undang-Undang No. 01 Tahun 2022
tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah. Pada UU No. 01 Tahun 2022 Pasal 47 menyebutkan jika biaya BPHTB
ditetapkan paling tinggi sebesar 5%. Dimana biaya BPHTB di masing-masing
kota/kabupaten ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah.
Dasar Pengenaan PBB
1. Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual objek pajak (NJOP).
2. Besarnya nilai jual objek pajak (NJOP) yang ditetapkan setiap 3 tahun oleh kepala kantor
wilayah direktorat jenderal pajak atas nama menteri keuangan yang dipertimbangkan
pendapat gubernur atau bupati atau walikota pemerintah daerah setempat.
3. Dasar perhitungannya pajak adalah yang ditetapkan serendah-rendahnya 20% dan setinggi-
tingginya 100% dari nilai jual objek pajak (NJOP).
4. Besarnya persentase ditetapkan dalam peraturan pemerintah dengan memperhatikan
kondisi ekonomi nasional.
Contoh:
Nilai jual suatu objek pasar sebesar 4 juta persentase nilai jual 20% maka besarnya
= 20% x 4 juta = 800.000
Rumus Pajak PBB
1. PBB = tarif 0.5% x Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)
2. NJKP = 40% x (Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) – NJOPTKP)
a. 40% apabila lebih dari Rp1.000.000.000;
b. 20% apabila kurang dari nilai tersebut;
Jadi, PBB = 0,5% x [Persentase NJKP x (NJOP – NJOPTKP)]
Catatan:
Besar NJOPTKP melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK.03/2014 tentang Penyesuaian Besarnya Nilai Jual Objek
Pajak Tidak Kena Pajak Bumi dan Bangunan. Dalam Pasal 1 ayat (3) PMK Nomor 23 Tahun 2014 ini, besar NJOP ditetapkan
sebesar Rp12.000.000.
Namun besar NJOPTKP ini hanya berlaku untuk Pajak Bumi dan Bangunan atau pajak PBB selain sektor perdesaan dan
perkotaan. Dengan demikian, untuk besar NJOPTKP untuk sektor perdesaan dan perkotaan masih mengacu pada UU PDRD
No. 28/2009, yakni pada Pasal 77 ayat (4) dan Pasal 87 ayat (4), yang disebutkan bahwa besarnya NJOPTKP ditetapkan paling
rendah sebesar Rp10.000.000 untuk setiap wajib pajak.
Sehingga pemberian pengurangan NJOPTKP untuk PBB ditetapkan masing-masing daerah dengan mengacu peraturan yang
diterbitkan Kementerian Keuangan.
Contoh Perhitungan
1. Tuan Jamal mempunyai bangunan dan tanah di Tangerang Selatan yang NJOP-
nya Rp35.000.000,00 dan NJOPTKP untuk daerah tersebut adalah Rp10.000.000,00.
Maka besar pajak yang terutang adalah:
Jawab:
Yang menjadi dasar pengenaan pajak adalah Nilai Perolehan Objek Pajak
(NPOP) yg ditentukan sebesar:
1. Harga transaksi
2. Nilai pasar objek pajak
3. Harga yang tercantum dalam Risalah Lelang
4. Nilai Jual Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan (NJOP PBB), apabila
besarnya NPOP sebagaimana dimaksud dalam poin 1 dan 2 tidak diketahui
atau NPOP lebih rendah daripada NJOP PBB
Rumus Pajak BPHTB
Catatan:
1. NPOPTKP berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2009 pasal 87 ayat 4 ditetapkan besaran paling
rendah sebesar Rp60.000.000 untuk setiap wajib pajak.
2. Dalam hal NPOP hak karena waris atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hal
hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke
bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/ istri, NPOPTKP ditetapkan sebesar Rp. 300 juta.
Contoh Perhitungan
Nona Rosa membeli tanah dan bangunan di Bekasi dengan Nilai Perolehan Objek Pajak
Rp80.000.000,00. Sedangkan NPOPTKP yang berlaku di kota Bekasi sebesar
Rp60.000.000,00. Maka, besarnya BPHTB yang terutang adalah:
Jawab:
1. Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim. Jangka waktu satu tahun
takwim adalah dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
2. Saat yang menentukan pajak yang terutang adalah menurut keadaan objek
pajak pada tanggal 1 Januari.
3. Tempat pajak yang terutang untuk daerah Jakarta di wilayah daerah khusus
Jakarta untuk daerah yang lain di wilayah kabupaten atau kota tersebut.
Saat dan Tempat yang menentukan pajak terutang
(BPHTB)
A. Saat yang menentukan terutangnya pajak adalah:
1. Sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta
2. Sejak tanggal penunjukan pemenang lelang
3. Sejak tanggal putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap
4. Sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya ke kantor
bidang pertanahan
5. Sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian hak
B. BPHTB yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat tanah dan/atau bangunan
mjberada.
Surat pemberitahuan objek pajak (SPOP), surat
pemberitahuan pajak terutang (SPPT), dan surat
keterangan pajak (SKP)