Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME MATERI

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)

I. Pengertian Pajak

Berdasarkan Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas
Undang - Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Dari definisi pajak tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, pajak merupakan iuran
yang wajib disetorkan kepada negara dalam satuan jumlah uang yang dapat dipaksakan
secara hukum serta tidak mendapatkan kontraprestasi secara langsung.

II. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

Salah satu jenis pajak yang wajib di bayarkan adalah Pajak Bumi dan Bangunan. Singkatnya
bahwa Pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang dikenakan atas Bumi dan bangunan.
Yang menjadi subjek Pajak dalam PBB adalah orang atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hal atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bumi dan atau memiliki
penguasaan dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
merupakan suatu jenis pajak yang sepenuhnya diatur oleh pemerintah dalam menentukan
besar pajaknya, yang dimana pajak bumi dan bangunan ini menganut sistem pemungutan
official assessmen system. Pajak ini bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang
ditentukan oleh keadaan objek yaitu berupa bumi/tanah dan/atau bangunan. Di sini keadaan
subyek (siapa yang menjadi penanggung atau pembayar PBB) tidak ikut dalam menentukan
besarnya pajak terutang. Dalam istilah-istilah pembahasan tentang Pajak Bumi dan Bangunan
di atur tentang Ketentuan Umum yang memberikan penjelasaan atau definisi-definisi PBB
sebagai berikut:

a. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Pengertian ini
berarti bukan hanya tanah permukaan bumi saja tetapi betul - betul tubuh bumi dari
permukaan sampai dengan magma, hasil tambang, gas material yang lainnya. (pasal 1
ayat 1)
b. Bangunan adalah konstruksi teknik yang di tanam atau di lekatkan secara tetap pada
tanah dan/atau perairan.
c. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Adalah harga rata-rata yang di peroleh dari transaksi
jual beli yang terjadi secara wajar dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli
obyek pajak di tentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis.
(pasal 1 ayat 3 d)
d. Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP) adalah surat yang di gunakan oleh wajib
pajak untuk melaporkan data obyek pajak menurut Undangundang. (pasal 1 ayat 4)

III. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan

Hukum pajak atau yang disebut juga dengan hukum fiskal merupakan sekumpulan peraturan
tertulis yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dengan rakyat
sebagai pembayar pajak. Adapun yang menjadi Dasar hukum Pajak Bumi dan Bangunan adalah
sebagai berikut:

a. Undang-undang No.12/Tahun 1985 sebagaimana telah di ubah dengan undang-undang


No.12/Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
b. Peraturan Pemerintah No.25/Tahun 2002 Tentag Penetapan besarnya Nilai Jual Kena
pajak untuk Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan.
c. Peraturan Pemerintah No.16/Tahun 2000 Tentang Pembagian Hasil Penerimaan PBB
antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 532/KMK.04/1998 yang telah diganti peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 150/PMK.03/2010 Tentang Klasifikasi
dan Besarnya NJOP sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan.
e. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 201/KMK.04/2000 YANG TELAH DIGANTI
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 67/PMK.03/2011 Tentang
Penetapan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak.
f. Keputusan Drektur Jenderal Pajak Nomor 533/PJ/2000 Tentang Petunjuk pelaksanaan
Pendaftaran, Pendataan, dan Penilaian Objek dan Subjek Pajak PBB dalam Rangka
Pembentukkan dan/atau Pemeliharaan Basis Data SISMIOP.
g. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 16/PJ.6/1998 yang telah diganti Peraturan
Direktur Jenderal pajak Nomor PER – 64/PJ/2010 Tentang Pengenaan Pajak Bumi dan
Bangunan.
h. Petunjuk Pelaksanaan Lainnya.

IV. Prosedur Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan

a. Penentuan Obyek Pajak

Penentuan Obyek Pajak diatur dalam UU No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994 Pasal 9 dan 10, adalah sebagai berikut :

 Pasal 9
1. Dalam rangka pendataan, subyek pajak wajib mendaftarkan obyek
pajaknya dengan mengisi Surat Pemberitahuan Obyek Pajak.
2. Surat Pemberitahuan Obyek Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani dan
disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang wilyah kerjanya
meliputi letak obyek pajak, selambat-lambatnya 30 hari setelah tanggal
diterimanya Surat Pemberitahuan Obyek Pajak oleh subyek pajak.
3. Pelaksanaan dan tata cara pendaftaran obyek pajak sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh menteri keuangan.
 Pasal 10
1. Berdasarkan Surat Pemberitahuan Obyek Pajak sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 ayat (1) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang.
2. Direktur Jenderal Pajak dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak dalam
hal-hal sebagai berikut :
a. Apabila Suarat Pemberitahuan Obyek Pajak tidak disampaikan sebagai
mana dimaksud dalam pasal 9 ayat (2) dan setelah ditegur secara
tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat
teguran.
b. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata
jumlah pajak yeng terhutang lebih besar dari jumlah pajak yang
dihitung berdasarkan Surat Pemberitahuan Obyek Pajak yang
disampaikan oleh wajib pajak.
3. Jumlah pajak yang terhutang dalam Surat Ketetapan Pajak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) huruf a, adalah pokok pajak ditambah dengan
denda administrasi sebesar 25% dihitung dari pokok pajak.
4. Jumlah pajak yang terhutang dalam Surat Ketetapan Pajak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) huruf b, adalah pokok selisih pajak yang
terhutang berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain dengan
pajak yang terhutang yang dihitung berdasarkan Surat Pemberitahuan
Oyek Pajak ditambah denda administrasi ditambah 25% dari selisih pajak
yang terhutang.

b. Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak Bumi dan Bangunan

Pengenaan dan cara menghitung pajak diatur dalam pasal 6 UU No. 12 tahun 1994,
adalah sebagai berikut :

1. Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).


2. Besarnya Nilai Jual Obyek Pajak sebagai mana dimaksud dalam ayat 1,
ditetapkan setiap 3 tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah
tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan daerahnya.
3. Dasar perhitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan
serendah-rendahnya 20% dan setingi-tingginya 100% dari nilai jual obyek
Pajak.
4. Besarnya prosentase nilai jual kena pajak sebagai mana dimaksud dalam ayat
3, ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan memperhaikan kondisi
ekonomi masyarakat.

c. Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan

Tata cara pembayaran PBB diatur dalam pasal 11 UU No. 12 tahun 1994, adalah
seagai berikut :

1. Pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang


sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat 1 harus dilunasi selambat-
lambatnya 6 bulan sejak tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang oleh wajib pajak.
2. Pajak yang terhutang berdasarkan Surat Ketetapan Pajak sebagaimana
dimaksud dalam pasal 10 ayat (3) dan ayat (4) harus dilunasi selambat-
lambatnya 1 bulan sejak tanggal diterimanya Surat Ketetapan Pajak oleh wajib
pajak.
3. Pajak yang terhutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar
atau kurang dibayar dikenakan denda administrasi sebesar 2% sebulan, yang
dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka
waktu paling lama 24 bulan.
4. Denda administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 ditambah dengan
hutang pajak yang belum atau kurang dibayar ditagih dengan Surat Tagihan
Pajak yang harus dilunasi selambat-lambatnya 1 bulan sejak tanggal
diterimanya Surat Tagiahan Pajak oleh wajib pajak.
5. Pajak yang terhutang dibayar di bank, kantor pos dan giro dan tempat lain
yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
6. Tata cara pembayaran dan penagihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
(2), (3), (4), (5) diatur oleh Menteri Keuangan.
DAFTARA PUSATAKA

https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2007_28.pdf

http://eprints.undip.ac.id/59127/3/BAB_III.pdf

Anda mungkin juga menyukai