Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PERPAJAKAN

Disusun Oleh :

Febri Riski Ansyah

NPM : 22.11.1001.3443.067

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI MANAJEMEN

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Seiring dengan usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan tax ratio, sejak tahun 2001
pemerintah telah melakukan berbagai kegiatan untuk

ekstensifikasi dibidang perpajakan. Selain melalui kegiatan

canvassing, upaya eksensifikasi juga dilakukan DJP dengan

cara "memaksa" Wajib Pajak Orang Pribadi untuk memiliki NPWP secara

system, misalnya kewajiban memiliki NPWP sebagai salah satu syarat

dalam permohonan kredit perbankan bagi wajib pajak orang pribadi.

Dalam siaran pers DJP tanggal 25 Agustus 2005 ditegaskan bahwa

berdasarkan informasi dari Pusat Data Pajak dan sistem komputerisasi

pajak, DJP akan memberikan NPWP (secara jabatan) terhadap:

 Pemilik tanah dan bangunan mewah;


 Pemilik mobil mewah;
 Pemilik kapal pesiar atau yacht;
 Pemegang saham, baik di dalam negeri maupun di luar negeri;
 Orang asing;
 Pegawai tetap yang berpenghasilan di atas PTKP; dan lain-

lain, yang belum ber-NPWP.


B. Tujuan penulisan

Makalah yang berjudul perpajakan ini bertujuan membahas tentang beberapa hal diantaranya
sebagai berikut:

1) Apa itu pajak?


2) Apa saja jenis-jenis pembayaran pajak?
3) Mengapa adanya pembayaran pajak?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pajak dan landasan pajak

Pajak adalah iyuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) untuk
menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk
secara langsung.

Pengetian pajak menurut bebetapa ahli :

1) Prof Dr Adriani

pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan, yang terutang oleh wajibpajak
membayarnya menurut peraturan derngan tidak mendapat imbalan kembali yang dapat ditunjuk
secara langsung.

2) Prof. DR. Rachmat Sumitro,SH

pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari kas rakyat ke sector
pemerintah berdasarkan undang-undang)(dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal
(tegen prestasi)yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum.

Lima unsur pokok dalam defenisi pajak

1) Iuran / pungutan
2) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang
3) Pajak dapat dipaksakan
4) Tidak menerima kontra prestasi
5) Untuk membiayai pengeluaran umun pemerintah

Karakteristik pokok dari pajak adalah: pemunngutanya harus berdasarkan undang-undang.


diperlukan perumusan macam pajak dan berat ringannya tariff pajak itu, untuk itulah masyarakat
ikut didalam menetapkan rumusannya.
Ketentuan mengenai penghasilan tidak kena pajak (PTKP)

1) untuk wajib pajak pertahun PTKP adalah Rp. 2.880.000;


2) untuk istri dan suami Rp. 1.440.000;
3) tambahan untu8k seorang istri Rp. 2.880.000; diberikan sapabila ada penghasilan istri
yang digabungkan dengan penghasilan suami dalam hal istri.
4) Rp. 1.440.000;tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah ,misalnya (ayah,ibu atau
anak kandung atau semenda) dalam garis keturunan lurus sertaanak angkat yang menjadi
tanggungan sepenuhnya paling banyak tiga orang untuk ssetiap keluarga.

Enam undang-undang hasil tax reform tahun 2000

1) UU RI NO 16 tentang prubahan kedua atas uu no. 6 thn 1983 yaitu tentang ketentuan
umum dan tata cara perpajakan
2) UU RI NO 17 tahun 2000 tentang perubahan kedua atas uu no 7 thn 1983 tentang pajak
penghasilan
3) UU RI NO 18 tahun 2000 tentang perubahan kedua atas uu no 8 thn 1983 tentang pajak
pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah
4) UU RI NO 19 tahun 2000 tentang perubahan atas uu no 19 thn 1997 tentang penghasilan
pajak dengan surat paksa
5) UU RI NO 20 tahun 2000 tentang perubahan uu no 21 thn 1997 tentang peralihan hak
atas tanah dan bangunan . kelima uu ini diundangkan pada tanggal 2 agustus 2000 dan
berlaku sejak 1 januari 2001
6) UU RI NO 34 tahun 2000 tentangperubahan atas undang-undang no 18 thn 1997 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah. Undang-undng ini diundangkan pada tanggal 20
Desember 2000 dan berlaku saat diundangkan.

Satu undang-undang hasil tax reform tahun 1985

7) UU RI NO 17tahun 1985 tentang bea dan material

Satu undang undang hasil tax reform tahun 1994


8) UU RI NO 17 thun 1994 tentang perubahan atas uu no 12 thn 1985 tentang pajak bumi
dan bangunan

Satu undang-undang hasil tax reform thn 2002

9) UU RI NO 14 tahun 2002 tentang pengadiloan pajak sebagai penhganti uu no 17 thn


1997 tentang badan penyelesaian sengketa pajak .

Pasal 79 mencantumkan sunber pendapatan daerah terdiri dari:

1) PAD (pendapatan asli daerah )


 Hasil pajak daerah
 Hasil retribusi daerah
 Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan
 Dan lain-lain penghasilan daerah yang sah

2) dana perimbangan
3) pinjaman daerah

Pasal 80 ayat 1

Dana perimbangan sebagaimana dimaksut dalam pasal 79 terdiri atas

 bagian daerah dari penerimaan PBB, biaya perolehan hak atas tanah dan bangunan dan
penerimaan atas sda
 dana alokasi umum
 dana alokasi khusus

Ayat 2

Bagian dari PBB sector pedesaan perkotaan serta perkebunan serta biaya perolehan hak atas
tanah dan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diterima langsung oleh daeerah
penghasil.

Ayat 3

Bagian daerah dari sector pertambangan dan kehutanan dan penerimaan SDA sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 diterima oleh daerah penghasil dan daerah linnya untuk pemerataan sesuai
dengan undang-undang

Ayat 4

Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksu pada ayat 1,2 dan 3 ditetapkan undang undang.
Berdasarkan UU NO 34 THN 2000 tentang perubahan atas uu no 18b thn 1997 tentang pajak
daerah dan retribusi daerah maka jenis pajak untuk profinsi kabupaten, kota adalah sebagai
berikut:

1) Jenis pajak propinsi terdiri dari:

 Pajak kendraan bermotor dengan kendraan atas air, bbn kendraan bermotor dan
atas air
 Pajak bahan bakar kendraan bermotor
 Pajak pengeambilan dan pemanfaatan air bawh tanah dan permukaan
2) Jenis pajak kabupaten kota
 Pajak hotel, restoran, hiburan , pajak reklame, pajak penerangan jalan , pajak
pengambilan bahan galian golongan c , pajak parkir
 Untuk lebih mendalami mata kuliah perpajakan secara garis besar kita harus
mengetahui:
 Siapa yang dikenakan pajak( subjek pajak)
 Apa yang dikenakan pajak ( objek pajak)
 Berapa pajaknya (tariff pajak)
 Bagaimana melaksanakan hukum pajak?

Cara melaksanakan hukum pajak diantaranya sebagai barikut:

1) Pajak dapat dipaksakan

Undang-undang memberikan wewenang kepada fiskus untuk memaksa wp untuk mematuhi dan
melaksanakan kewajiban pajaknya. Sebab undang undang menurut sanksi-sanksi pidana fiscal
(pajak) sanksi administrative yang kususnya diatur oleh undang-undang no 19 tahun 2000
termasuk wewenang dari perpajakan untuk mengadsakan penyitaan terhadap harta bergerak/
tetap wajib pajak.

Dalam hukum pajak Indonesia dikenal lembaga sandera atau girling yaitu wajib pajak yang pada
dasarnya mampu membayar pajak namun selalu menghindari pembayaran pajak dengan berbagai
dalih, maka fiskus dapat menyandera wp dengan memasukkannya kedalam penjara.

2) Pajak tidak menerima kontra prestasi


Ciri kas pajak dibandiong dengan jenis pungutan lainnya adalah wajib pajak (tax payer ) tidak
menerima jasa timbal yang dapat ditunjuk secara langsung dari pemerintah namun perlu
dipahami bahwa sebenarnya subjek pajak ada menerima jasa timbal tetapi diterima secara
kolektif bersama dengan masyarakat lainnya.

3) Untuk membiayai biaya umum pemerintah

Pajak yang dipungut tidak pernah ditujukan untuk biaya khusus . dipandang dari segi hokum
maka pajak akan terutang apabila memenuhi syarat subjektif dan syaratobjektif .

Syarat objektif : ,yang berhubungan dengan objek pajak misalnmya adanya penghasilan atau
penyeerahan barang kena pajak . syarat subjektif adlah syarat yang berhubungan dengan subjek
pajak , apakah orang pribadi atau badan.

Struktur pajak di Indonesia berdasarkan urian diatas adalah sebagai berikut:

 pajak penghasilan (PPh)


 pajak pertambahan nilaio barang dan jasa dan penjualan atas baeang mewah
 pajak bumi dan bangunan
 pajak daerah dan retribbusi daerah
 bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB)
 bea materai

Untuk mewujudkan pajak-pajak tersebut menjadi kenyataan, terdapat hokum pajak formal yaitu
UU RI NO 16 thn 2000 tentang perubahan kedua dari uu no 6 1983 tentang ketentuan umum dan
tata cara perpajakan.Bagi wajib pajak yang menghindari pajak uu no 19 thn 2000 tentang
penagihan pajak dan surat paksa.

Bagi wajib pajak yang banding berdasarkan uu no 17 thn 1997 tentang badan penyelesaian
sengketa pajak BPSP tyelah disebutkan diatas telah diubah dan diganti dengan uu no 14 thn 2002
tentang penaagihan pajak

B. Fungsi pajak

1. Fungsi budgetair

Fungsi budgeteir merupakan fungsi utama pajak dan fungsi fiscal yaitu suatu fungsi dimana
pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas negara
berdasarkan undang-undang perepajakan yang berlaku “segala pajak untuk keperkuan negara
berdasarkan undang-undang.

Yang dimaksud dengan memasukkan kas secara optimal adalah sebagi berikut:

 jangan sampai ada wajib pajak/subjek pajak yang tidak membayar kewajiban pajaknya.
 Jangan sampai wajib pajak tidak melaporkan objek pajak kepada fiskus
 Jangan sampai ada objek pajak dai pengamatan dan perhitungan fiskkus yang terlepas

Dengan demikian maka optimalisasi pemasukan dana ke kas negara tercipta atas usaha wajib
pajak dan fiskus.

System pemungutan pajak suatu negara menganut dua system :

1) Self assessment system; menghitung pajak sendiri


2) official assessment system ;menghitung pajak adalah pihak fiscus.

Factor yang turut mempengaruhi optimalisasi pemasukan dana kekas negara adalah:

1) filsafat negara

Negara yang berideologi yang berorientasi kepada kesejahtraan rakyat banyak akan mendapat
dukungan dari rakyatnya dalam hal pembayaran pajak. Untuk itu rakyat diikut sertakan dalam
menentukanberat rinngannya pajak melalui penetapan undang-undang perpajakan oleh DPR
sebaliknya dinegara yang berorientasi kepada kepenmtingan penguasa sangat sulit untuk
mengharapkan partisipasi masyarakat untuk kewajiban pajaknya.

2) Kejelasan undang-undang dan peraturan perpajakan

Yang jelas mudah dan sederhana serta pasti akan menimbulkan penafsiran yang baik dipihak
fiscus maupun dipihak wajib pajak

3) Tingkat pendidikan penduduk / wajib pajak

Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pendidikan wajib pajak maka makin mudah
bagi mereka untuk memahami peraturan perpajakan termasuk memahami sanksi administrasi dan
sanksi pidana fiscal.

4) Kualitas dan kuantitas petugas pajak setempat

Sangat menentukan efektifitas uu dan peraturan perpajakan . fiscus yang professional akan akan
berusaha secara konsisten untuk menggali objek pajak yang menurut ketentuan pajak harus
dikenakan pajak.
5) Strategi yang diterapkan organisasi yang mengadministrasikan pajak di Indonesia, unit-
unit untuk ini adalah:
 Kantor pelayanan pajak
 kantor pemeriksaan dan penyelidikan pajak yanmg dilakukan dirjen pajak

Perwujudan fungsi budgetair dalam kehidupan kenegaraan dapat terlihat dalam APBN yang
setiap tyahun disahkan dengan undang-undang. Penerimaan negara selalu meningkat dari tahun
ketahun khususnya setelah reformasi uu perpajakan thn 1983/1984.

2. Fungsi regulerend

Atau fungsi mengatur dan sebagainya juga fungsi pajak dipergunakan oleh pemerintah sebagai
alat untuk mencapai tujuan tertentu , dan sebagainya sebagai fungsi tambahan karena fungsi ini
hanya sebagai pelengkap dari fungsi utama pajak. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pajak
dipakai sebagai alat kebijakan, mis : pajak atas minuman keras ditinggikan untuk mengurangi
konsumsi fasilitas perpajakan sehingga perwujudan dari pajak regulerend yang terdapat dalam
UU No I tahun 1967 tentang penanaman modal asing. Contoh:

a) Bea materai modal

b) Bea masuk dan pajak penjualan

c) Bea balik nama

d) Pajak perseroan

e) Pajak devident

C. Yusdifikasi Pajak Dan Prinsip Pemungutan Pajak

Dalam hal ini akan dikemukakan asas-asas pemungutan pajak dan alas an-alasan yang menjdi
dasar pembenaran pemungutan pajak oleh fiskus negara, sehingga fiskus negara merasa punya
wewenang untuk memungut pajak dari penduduknya.
Teori asas pemungutan pajak:

a) Teori ansuransi

Negara berhak memungut pajak dari penduduk karena menurut teori ini negara melindungi
semua rakyat dan rakyat membayar premi pada negara.

b) Teori kepentingan

Bahwa negara berhak memungut pajak karena penduduk negara tersebut mempunyai
kepentingan pada negara, makin besar kepentingan penduduk kepada negara maka makin besar
pula pajak yang harus dibayarnya kepada negara.

c) Teori bakti

Mengajarkan bahwa pwnduduk adalah bagian dari suatu negara oleh karena itu penduduk terikat
pada negara dan wajib membayar pajak pada negara dalam arti berbakti pada negara.

d) Teori gaya pikul

Teori ini megusulkan supaya didalam hal pemungutan pajak pemerintah memperhatikan gaya
pikul wajib pajak.

e) Teori gaya beli

Menurut teori ini yustifikasi pemungutan pajak terletak pada akibat pemungutan pajak. Misalnya
tersedianya dana yang cukup untuk mrmbiayai pengeluaran umum negara, karena akibat baik
dari perhatian negara pada masyarakat maka pemuingutan pajak adalah juga baik.

f) Teori pembangunan

Untuk Indonesia yustifikasi pemungutan pajak yang paling tepat adalah pembangunan dalam arti
masyarakat yang adil dan makmur

Disamping itu terdapat juga asas-asas pemungutan pejak seperti:

 Asas yuridis yang mengemukakan supaya pemungutan pajak didasarkan pada undang-
undang
 Asas ekonomis yang menekankan supaya pemungutan pajak jangan sampai menghalangi
produksi dan perekonomian rakyat
 Asas finansial menekankan supaya pengeluaran-pengeluaran untuk memungut pajak
harus lebih rendah dari jumlah pajak yang dipungut.
Prisip-prinsip pemungutan pajak:

Menurut Era Saligman ada empat Prisip pemungutan pajak:

1. Prisip fiscal
2. Prinsip Administrative
3. Prinsip ekonomi
4. Prinsip Etika

D. Hukum Pajak

Adalah: Keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerinth untuk


mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada masyarakat melalui kas
negara. Sehingga hukum pajak tersebut merupakan hukum publik yang mengatur hubungan
negara dan orang-orang atau badan-badan hukum yang berkewajiban membayar pajak.

Hukum pajak dibedakan atas:

1) Hukum pajak material

Yaitu: memuat ketentuan-ketentuan tentang siapa yang dikenakan pajak dan siapa-siapa yang
dikecualikan dengan pajak dan berapa harus dibayar.

2) Hukum pajak formal

Yaitu: memuat ketentuan-ketentuan bagaiman mewujudkan hukum pajak material menjadi


kenyataan.

Kutipan beberapa definisi Pajak dari para pakar. Prof. Erwin R.A. Seligman dalam buku Esay in
Taxation yang diterbitkan di Amerika menyatakan: “Tax is compulsory Contribution from the
person, to Government to depray the expenses incurred in the common interest of all, without
reference to special benefit conperred” Secara garis besar terlihat adanya kontribusi seseorang
yang ditujukan kepada Negara tanpa adanya manfaat yang ditujukan khusus pada seseorang,
bagaimanapun pajak itu ditujukan manfaatnya kepada masyarakat.

Mr. Dr. N.J. Feldmann dalam bukunya De over heidsmiddelen Van Indonesia (terjemahan):
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut
norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontra prestasi, dan semata-mata
digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

Menurut Nurmatu (2003) Pajak memiliki dua fungsi yaitu fungsi penerimaan (budgeter) dan
fungsi mengatur (regular). Fungsi budgeter merupakan fungsi pajak sebagai sumber dana yang
diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Contoh: dimasukannya
pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. Sedangkan fungsi regular merupakan
fungsi pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah di bidang
ekonomi dan social. Sebagai contoh yaitu dikenakan pajak yang lebih tinggi terhadap minuman
keras sehingga konsumsi minuman keras dapat ditekan.

Ciri yang melekat pada pengertian pajak adalah sebagai berikut:

1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya


dapat dipaksakan

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh
masyarakat

3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari


pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.

5. Pajak dapat pula pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

6. Retribusi

7. Sumbangan

E. Perbedaan Pajak Dan Jenis Pungutan Lainnya Pebedaan Hukum Pajak Materiil
Dan Hukum Pajak Formal
Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiskus) selaku pemungut pajak dengan
Wajib Pajak. Apabila memperhatikan materinya Hukum Pajak diedakan menjadi:

1) Hukum Pajak Materiil

Memuat norma-norma yang menerangkan keadaan, perbuatan , peristiwa hukum yang dikenakan
pajak (objek-objek), siapa yang dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak yang dikenakan,
segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hokum antara pemerintah
dan wajib pajak sebagai contoh : Undang-undang penghasilan

2) Hukum Pajak Formal

Memuat bentuk/ tata cara untuk mewujudkan hokum materiil menjadi kenyataan, hokum pajak
formal ini memuat antara lain

1) Tatacara penetapan utang pajak.


2) Hak-hak fiskus untuk mengawasi wajib pajak mengenai keadaan, perbuatan, dan
peristiwa yang menimbulkan utang pajak.
3) Kewajiban Wajib Pajak sebagai contoh menyelenggarakan pembukuan / pencatatan dan
hak-hak wajob pajak mengajukan keberatan dan banding.

Contoh : Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara
Perpajakan.

F. Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat, Dan Pemungutannya

Menurut Golongan

a. Pajak Langsung

Pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban
langsung Wajib Pajak yang bersangkutan. Sebagai contoh Pajak Penghasilan.

b. Pajak Tidak LangsungPajak yang pembebannya dapat dilimpahkan ke pihak lain. Sebagai
contoh Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Menurut Sifat

a. Pajak Subjektif

Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat
objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan wajib pajak.

Contoh : Pajak Penghasilan

b. Pajak Objektif

Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri
Wajib Pajak.

Contoh: PPN dan PPn BM.

Menurut Pungutan

a. Pajak Pusat

Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
Negara.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPn BM) Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.

b. Pajak Daerah

Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
daerah.

Contoh: Pajak reklame, dan pajak hiburan.


G. Perbedaan Antara Penghindaran Pajak (Tax Avoidance), Penyelendupan Pajak (Tax
Evasion) Dan Penghematan Pajak (Tax Saving)

Suatu perencanaan pajak atau disebut juga sebagai perbuatan penghindaran pajak yang sukses,
haruslah dibedakan secara jelas dengan perbuatan penyelundupan pajak. Pembahasan mengenai
penghindaran pajak dan penyelundupan pajak telah banyak dilakukan dalam beberapa literature,
namun hingga saat ini tidak ada satu pun yang memberikan indikasi dan rincian yang tegas
tentang perbedaan dimaksud.

Semua ahli sependapat bahwa sesungguhnya antara penghindara pajak dan penyelundupan pajak
terdapat perbedaan yang fundamental, akan tetapi kemudian ternyata bahwa perbedaan tersebut
menjadi kabur, baik secara teori maupun aplikasinya. Secara konseptual. Justru dalam
menentukan perbedaan antara penghindaran pajak dan penyelundupan pajak. Kesulitanya
terletak pada penentuan perbedaanya, akan tetapi berdasarkan konsep perundang-undangan, garis
pemisahnya antar melanggar undang-undang (unlawful) dan tidak melanggar undang-undang
(lawful).

Penghindaran pajak yang juga disebut tax planning, adalah proses pengendalian tindakan agar
terhindar dari konsekwensi pengenaan pajak yang tidak dikehendaki. Penghindaran pajak adalah
suatu tindakan yang benar-benar legal. Seperti halnya suatu pengadilan yang tidak enghukum
seseorang karena perbuatannya tidak melanggar hokum atau tidak termasuk dalam kategori
pelanggaran atau kejahatan, begitu pula mengenai pajak yang tidak dipajaki, apabila tidak ada
tindakan tindakan/transaksi yang dapat dipajaki. Dalam hal ini sama sekali tidak ada suatu
pelanggaran hokum yang dilakukan dan malahan sebaliknya diperoleh penghematan (tax saving)
dengan cara mengatur tindakan yang menghindarkan aplikasi pengenaan pajak melalui
pengendalian fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga terhindar dari pengenaan pajak yang lebih
besar atau sama sekali tidak kena pajak.

Walaupun pada dasarnya antar penghindaran pajak dan penyelundupan pajak mempunyai
sasaran yang sama, yaitu mengurangi beban pajak, akan tetapi cara penyelundupan pajak jelas-
jelas merupakan illegal dalam usaha mengurangi beban pajak tersebut. Beberapa definisi tentang
penghindaran pajak dan penyelundupan pajak sebagaimana dibawah ini:

1) Menurut Harry Graham Balter

Penyelundupan pajak mengandung arti sebagai usaha yang dilakukan oleh wajib pajak apakah
berhasil atau tidak untuk mengurangi atau sama sekali menghapus hutang pajak yang
berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai pelanggaran terhadap perundang-undangan
perpajakan, sedangkan Penghindaran pajak merupakan usaha yang sama, yang tidak melanggar
ketentuan perundang-undangan perpajakan.

2) Menurut Ernest R mortenson

Penyelundupan pajak adalah usaha yang tidak dapat dibenarkan berkenaan dengan kegiatan
wajib pajak untuk lari atau menghindarkan diri dari pengenaan pajak, sedang

Penghindaran pajak berkenaan dengan pengaturan suatu peristiwa sedemikian rupa untuk
meminimkan atau menghilangkan beban pajak dengan memperhatikan ada atau tidaknya akibat-
akibat pajak yang ditimbulkan. Oleh karena itu penghindaran pajak tidak merupakan pelanggaran
atas perundang-undangan perpajakan atau secara etik tidak dianggap salah dalam rangka usaha
wajib pajak untuk mengurangi, menghindari, meminimkan atau meringankan beban pajak
dengan cara yang memungkinkan oleh perundang-undangan pajak

3) Menurut Robert H. Anderson

Penyelundupan pajak adalah penyelundupan pajak yang melanggar undang-undang pajak,


sedangkan

Penghindaran pajak adalah cara mengurangi pajak yang masih dalam batas ketentuan perundang-
undangan perpajakan dan dapat dibenarkan, terutama perencanaan pajak.

Selanjutnya dikemukakan bahwa suatu hal yang wajar apabila seseorang wajib pajak membayar
pajaknya tidak melebihi apa yang menjadi kewajibannya sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku dengan mengingat asumsi yang dbuat pada waktu
merencankan undang-undang pajak tersebut bahwa wajib pajak akan melaporkan semua
penghasilannya dengan benar dan mengklaim semua potongan-potongan yang diperkenankan
oleh undang-undang perpajakan, sehingga secara moral pun tianggap tidak salah, apabila
pengurangan beban pajak melalui penghindaran pajak tersebut dianggap masih dalam batas
ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari semua uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa:

1. Pajak merupakan iuran wajib yang harus di bayar oleh setiap warga Negara Indonesia
berdasarkan jenisnya masing-masing.

2. Apabila terjadinya pelanggaran seperti tidak membayar iuran wajib pajak tersebut maka
akan mendapatkan sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

3. Di dalam pembayaran iuran perpajakan tidak adanya toleransi.

4. Ketentuan pembayaran pajak sesuai menurut jenisnya masing-masing.

A. Saran

Makalah yang berjudul perpajakan ini merupakan karya tulis berdasarkan himpunan material
yang di ambil dari berbagai sumber. Oleh karena itu, jika ada kesalahan dalam penulisan dan
dalam penyajian bahan penulis sangat mengharpakan kritik dan saran dari para pembaca demi
terwujudnya kebenaran yang kita kehendaki semua dan demi kesempurnaan penyelesaian
makalah pajak ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abut, Hilarus.2005. Perpajakan Jakarta. Diadit. Media

Djuanda, gustian. 2003. Pajak penghasilan orang pribadi. Jakarta. PT. Salemba empat.

Gunadi. 2002. Ketentuan Dasar pajak penghasilan. Jakarta. PT. salemba empat.

Indonesia, direktorat jendral pajak.2000. KMK 535KMK 03/2000. Tentang wajib pajak tertentu
yang di kecualikan dari kewajiban menyampaikan pemberitahuan surat pemberitahuan tahunan.
22 Desember 2000.

Anda mungkin juga menyukai