Anda di halaman 1dari 24

2%Nama : Amanda Febriyani

Kelas : 12 AKL 1 (04)

US Administrasi
US Administrasi Pajak
Pajak
1. Definisi Pajak Menurut UU Perpajakan (UU No. 16 Tahun 2009)
“Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Perubahan – perubahan :
1. UU No. 6 Tahun 1983
2. UU No. 17 Tahun 2000
3. UU No. 28 Tahun 2007
4. PP pengganti UU No. 5 Tahun 2008
4. UU No. 36 Tahun 2008
5. UU No. 16 Tahun 2009
 NPWP  e-registration
 SPT  e-filling atau e-SPT
 Identitas digital (digital certificate)  EFIN (Electronic Filling Identification Number)
 Surat Setoran Elektronik  e-billing
2. Pajak Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan UU dengan tidak mendapat jasa timbal
secara langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
Definisi tsb dikoreksi menjadi “Peralihan kekayaan dari pihak rakyat yang merupakan wajib ajak
kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin Negara dan surplus dari pajak digunakan
untuk public saving yang merupakan sumber utama pembiayaan public investment.”

Lima unsur pokok dalam definisi Pajak


CIRI – CIRI PAJAK
:
1. Pajak dipungut oleh Negara berdasarkan
1. Iuran / pungutan dari rakyat kpd Negara
UU
2. Pajak dipungut berdasarkan UU
2. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya
alih dana (sumber daya) dari sector swasta 3. Pajak dapat wajib dan dapat dipaksakan
(wajib pajak membayar pajak) ke sector 4. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi
Negara (pemungut pajak/ adm. Pajak)
5. Digunakan untuk membiayai rumah tangga
3. Pemungutan pajak diperuntukan bagi Negara (pengeluaran umum pemerintah)
keperluan pembiayaan umum pemerintah
4. Tidak dapat ditunjukan adanya imbalan Definisi Pajak :
(kontraprestasi)
 Kontribusi wajib
5. Pajak dapat berfungsi sebagai anggaran
 Orang pribadi & badan
(budgetair) dan fungsi mengatur (regulerend)
 UU -> memaksa
 Tidak mendapat timbal balik
(kontraprestasi)
 Kepentingan negara
Fungsi Pajak dalam perekonomian Indonesia :
o Fungsi Mengatur (regulerend)  Pemerintah dapat mengatur pertumbuhan ekonomi
melalui pajak tsb
o Fungsi Anggaran (budgetair)  Pajak sebagai sumber pendapatan Negara yang berfungsi
untuk membiayai pengeluaran Negara
o Fungsi Redistribusi Pendapatan  Pajak yg telah diambil dari WP digunakan untuk
membiayai kepentingan umum
o Fungsi Pajak Stabilitas  Pajak pemerintah mempunyai sumber dana untuk membiayai
kebijakan yang berkaitan dengan stabilitas harga dengan inflasi dapat dikendalikan

3. Jenis –Jenis Pajak


a. Menurut lembaga pemungut / pengelola :
 Jenis Pajak Pusat :
- PPN
- PPh
- PBB
- PPnBM
- Bea Materai & Cukai
- BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah & Bangunan)
 Jenis Pajak Provinsi (Tk I) :
- Pajak pengambilan & pemanfaatan air bawah tanah & air permukaan
- Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
- Bea balik nama kendaraan bermotor & kendaraan diatas air
- Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
 Jenis Pajak Kabupaten/ Kota (Tk II) : pajak daerah
- Pajak parkir
- Pajak pengambilan bahan galian golongan C
- Pajak penerangan jalan
- Pajak reklame
- Pajak hiburan
- Pajak restoran
- Pajak hotel
- Pajak burung wallet
b. Menurut Golongan :
 Pajak Langsung : PPh & PBB
 Pajak Tidak langsung : PPN, PPnBM, Bea cukai & bea materai
c. Menurut Sifatnya :
 Subjektif : PPh
 Objektif : PPN, PPnBM, PBB, PKB
4. Asas Pemungutan Pajak
a. Asas Kebangsaan  Pajak Bangsa asing di Indonesia.
Berlaku bagi wajib pajak luar negeri (WNA)
b. Asas Domisili  Berlaku untuk WNI
Penghasilan dari dalam negeri + luar negeri
c. Asas Sumber Berlaku untuk TKA (Tenaga kerja asing)
Penghasilan yang bersumber di Indonesia
Pajak untuk orang yang tinggal dan bekerja di Indonesia
o SPT Tahunan WP Orang pribadi : 1770
o SPT Tahunan WP Badan : 1771
o SPT Masa PPh ps 21 & 26 : 1721
o SPT Tahunan WP OP Sederhana : 1770 S orang pribadi yg punya penghasilan
satu / lebih
o SPT Tahunan WP OP Sangat Sederhana : 1770 SSOP yg punya penghasilan satu dan
peredaran bruto tidak melebihi Rp 60 juta setahun
o SPT Masa PPN & PPnBM : 1111
5. Pengertian Wajib Pajak
Wajib Pajak : Orang pribadi atau badan yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 1 ayat 1 UU KUP)
Subjek Pajak : Segala sesuatu yang berpotensi untuk menerima atau memperoleh penghasilan
dan menjadi sasaran dikenakannya pajak penghasilan
Objek Pajak : Penghasilan, Imbalan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam
bentuk apapun yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi (UU No. 17 Th 2000 Pasal 4 ayat 1)
6. Batas Waktu Penyampaian SPT
 Batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi : Paling lama 3 bulan
setelah berakhirnya tahun pajak.
 Batas waktu penyampaian SPT Tahunan Badan : Paling lama 4 bulan setelah berakhirnya
tahun pajak.
 Batas waktu penyampaian SPT Masa : paling lama 20 hari setelah akhir Tahun Pajak.
 Batas akhir pembayaran PPh pasal 21 : tgl 10 bulan berikutnya setelah masa pajak
berakhir
7. Penyampaian SPT, Menghitung Denda yang harus dibayar sesuai dengan ketentuan DJP
 Sanksi atas keterlambatan pembayaran pajak yang terutang : Denda bunga 2% sebulan
 Keterlambatan untuk SPT Tahunan Orang Pribadi : Sanksi administrasi Rp 100.000
 Keterlambatan untuk SPT Tahunan Badan :Sanksi administrasi Rp 1.000.000
 Untuk SPT Masa PPN : Rp 500.000
Example Penghitungan Sanksi Pajak :
PT ABC merupakan PKP yang telah dikukuhkan pada tanggal 21 januari 2017.
Berikut ini administrasi perpajakan PT ABC terkait pelanggarannya :
- SPT Masa PPN untuk masa Agustus 2018 tidak dimasukan walaupun sudah ditegur
- PT ABC selaku wajib pajak juga tidak melakukan pembukuan sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 28 & 29 UU KUP 2007
- Terhadap PT ABC, dilakukan pemeriksaan & menghasilkan kurang bayar sebesar Rp 200
juta. SKPKB diterbitkan Januari 2019
Terhadap kasus ini, dapat diterbitkan SKPKB beserta sanksinya, sbb:
 Pokok Pajak Kurang Bayar sebesar Rp 200.000.000
 Sanksi Pasal 13 ayat (3)  100% sebesar Rp 200.000.000
 Sanksi Pasal 13 ayat (2)  (5 x 2% x Rp 200 jt) sebesar Rp 20.000.000
 STP (surat tagihan pajak) Rp 50.000
 Total Pajak yang harus dibayarkan oleh PT ABC = Rp 420.050.000
 Pada kasus ini, PT ABC melakukan tindak pelanggaran dua kali tetapi sanksi yang
dikenakan tetap satu kali yaitu 100%
8. Wajib Pajak yang berkewajiban menyampaikan SPT
a. Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/POLRI dan pegawai BUMN/D sesuai dengan KEPPRES
No. 33 thn 1986
b. Wajib pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari kegiatan usaha
dan/ pekerjaan bebas
c. Wajib pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari modal dan lain-
lain
d. Kuasa warisan yg belum terbagi
e. WNI yg bekerja pada perwakilan Negara Asing dan perwakilan organisasi internasional
f. Orang asing yg berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau
orang yg dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk tinggal di
Indonesia
g. Masing-masing suami istri yg dikenakan PPh secara terpisah dalam hal :
- Suami istri telah hidup berpisah
- Dikehendaki secara tertulis oleh suami istri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan
h. Pegawai yg menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan,
jasa/kegiatan yg jumlahnya telah melebihi PTKP
Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban SPT :
a. WP Pribadi yang meninggal dunia
b. WP Pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha ataupun pekerjaan bebas
c. WP Pribadi yang berstatus sebagai WNA yang tidak tinggal lagi di Indonesia
d. Bentuk Usaha Tetap yang sudah tidak melakukan usaha lagi di Indonesia
e. WP Badan yg sudah tidak melakukan kegiatan usaha lagi, tapi belum dibubarkan sesuai
ketentuan yang berlaku
f. Bendahara yang sudah tidak melakukan pembayaran lagi
g. WP yang terkena bencana serta ketentuannya diatur dengan peraturan menteri keuangan
h. WP yang lain  WP yang dalam keadaan antara lain sbb :
- Kebakaran
- Kerusuhan massal
- Perang antar suku atau kegagalan system computer adm. Penerimaan Negara ataupun
perpajakan
- Ledakan bom atau aksi terorisme
9. Penghasilan yang dikenakan PPh Final
a. Penghasilan dari bunga deposito/ tabungan, diskonto, SBI, dan jasa giro (20% x jumlah
bruto)
b. Penghasilan dari bunga obligasi
c. Penghasilan dari hadiah undian (25% x jumlah bruto)
d. Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek (0,1 % x nilai transaksi)
e. Penghasilan dari sewa tanah dan bangunan (10% x jumlah bruto)
f. Penghasilan dari jasa konstruksi
g. Penghasilan dari perusahaan pelayaran di Indonesia
h. Penghasilan dari wajib pajak luar negeri yang memiliki kantor perwakilan di Indonesia
i. Penghasilan neto fiscal
10. Penghitungan PTKP PPh pasal 21
WP Orang Pribadi : Rp 54.000.000
WP Kawin : Rp 4.500.000
WP Tanggungan : Rp 4.500.000
WP Istri Bekerja : Rp 54.000.000
Example :
Ganda, K/I/ 3, maka besarnya PTKP (Penghasilan tidak kena pajak) setahun untuk tahun
pajak 2020 adalah…
 WP OP : Rp 54.000.000
WP Kawin : Rp 4.500.000
WP Istri Bekerja : Rp 54.000.000
WP T (3) : Rp 13.500.000 +
= Rp 126.000.000
11. Penghitungan PPh pasal 21 Terutang
Tarif PPh
 Memiliki NPWP  Tidak Memiliki NPWP
1. 0 – 50 juta : 5% 1. 6%
2. > 50 juta – 250 juta : 15% 2. 18%
3. > 250 juta – 500 juta : 25% 3. 30%
4. > 500 juta : 30% 4. 36%

Rumus PPh 21 tidak memiliki NPWP


 Jumlah PKP x %tarif PPh 21 x 120%
Example :
Jika diketahui PKP setahun sebesar Rp 850.000.000, maka besar PPh pasal 21 terutang
sebesar …
 PKP Rp 850.000.000
PPh 21 terutang :
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
25% x Rp 250.000.000 = Rp 62.500.000
30% x Rp 350.000.000 = Rp 105.000.000 +
= Rp 200.000.000
Jadi PPh pasal 21 terutang sebesar Rp 200.000.000
12. Penghitungan PPh pasal 21 Terutang
Jika diketahui PKP setahun sebesar Rp 356.000.000, maka besar PPh pasal 21 terutang
sebesar …
 PKP Rp 356.000.000
PPh 21 terutang :
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
25% x Rp 106.000.000 = Rp 26.500.000 +
= Rp 59.000.000
Jadi PPh pasal 21 terutang sebesar Rp 59.000.000
13. Karyawan yang mempunyai penghasilan melebihi PTKP
Example :
1. Penghasilan Netto bagi karyawan tetap adalah …
 Penghasilan bruto – biaya jabatan – iuran pensiun – jaminan hari tua
2. Pada tahun pajak 2018, Tn. Rahmat K/3, memiliki penghasilan neto sebulan Rp 6.500.300.
Berapakah jumlah PTKP Tn. Rahmat setahun …
 WP Orang Pribadi : Rp 54.000.000
WP Kawin : Rp 4.500.000
WP Tanggungan : Rp 13.500.000+ (4.500.000 x 3)
Rp 72.000.000
Jadi PTKP Tn. Rahmat setahun adalah Rp 72.000.000
3. Zulfan K/2. Gaji sebulan Rp 5.000.000, Tunjangan kinerja 2.500.000, dibayar sendiri iuran
pensiun sebesar Rp 50.000, JKK dan JKM dibayar oleh karyawan, besarnya masing - masing 1,5%
dari gaji, , JHT dibayar sendiri sebesar 2% dari gaji.
 Penyelesaian :
Gaji pokok Rp 5.000.000
Tunjangan kinerja Rp 2.500.000
JKK (1,5% x gaji) Rp 75.000
JKM (1,5% x gaji) Rp 75.000 +
Jumlah Penghasilan Bruto Rp 7.650.000
Dikurangi :
- Biaya Jabatan (5% x pb) Rp 382.500
- Iuran Pensiun Rp 50.000
- JHT (2% x gaji) Rp 100.000 +
Jumlah pengurang sebulan Rp 400.000 -
Penghasilan Neto Sebulan Rp 7.117.500
Penghasilan Neto Setahun (PN sebulan x 12) Rp 85.410.000
Dikurangi :
- PTKP (K/2) Rp 67.500.000-
PKP Setahun Rp 17.910.000
PPh pasal 21 terutang :
5% x Rp 17.910.000 Rp 895.500
4. Saputra seorang karyawan PT Indofood tahun 2017 memiliki gaji pokok Rp 7.500.000, tunjangan
istri 10%, tunjangan anak 2% per anak, iuran pensiun 4,5%. Status K/3. Jumlah PTKP Saputra
tahun 2017 adalah
 K/3 = 54.000.000 + 4.500.000 + 13.500.000 = 72.000.000
14. Pengisian Surat Setoran Pajak (SSP) PPh ps 21, menyimpulkan kode mata anggaran
Contoh soal :
1. MAP/ Kode jenis pajak 411128. Kode jenis setoran 100 yang dibayar di counter Bandara dan
Pelabuhan Laut adalah jenis SSP …
 PPh atas fiscal luar negeri
2. MAP/ Kode jenis pajak 411122. Kode jenis setoran 900 adalah jenis SSP …
 PPh Pasal 22 yang dipungut oleh pemungut
3. MAP/ Kode jenis pajak 411123. Kode jenis setoran 100 adalah jenis SSP …
 PPh Pasal 22 Impor dan barang bawaan penumpang
4. MAP/ Kode jenis pajak 411211. Kode jenis setoran 103 adalah jenis SSP Khusus PPh Pasal 4
ayat 2 untuk wajib pajak …
 Persewaan tanah dan/ atau bangunan oleh WP OP yang tidak memiliki NPWP
http://pelayanan-pajak.blogspot.com/2008/11/kode-map-kode-jenis-pajak-kode-jenis.html
15. Laporan Laba Rugi. Menghitung PPh Badan terutang
Berdasarkan pembukuan PT Amanda tahun 2018 diperoleh data sbb:
Penjualan Rp 8.560.000.000
HPP Rp 5.136.000.000
PKP Rp 1.230.000.000
Pajak penghasilan terutang PT Amanda tahun 2018 berdasarkan tarif PPh pasal 31 E
adalah sebesar …
 Penyelesaian
 P. Kena Fasilitas = (4,8 M / 8.560.000.000) x Rp 1.230.000.000
= 689.718.000
PPh terutang = (50% x 25%) x Rp 689.719.000
= Rp 86.214.875
 P. Tidak Kena Fasilitas = Rp 1.230.000.000 – 689.719.000
= Rp 540.281.000
PPh terutang = 25% x 540.281.000
= Rp 135.070.250
 Jumlah PPh Badan Terutang = Rp 86.214.875 + Rp 135.070.250
= Rp 221.285.125  Rp 221.285.000
Rumusnya :
 Kena Fasilitas = (Rp 4,8 M / peredaran bruto) x PKP
PPh Terutang = (50% x 25%) x jumlah kena fasilitas
 Tidak Kena Fasilitas = PKP – jumlah kena fasilitas
PPh Terutang = 25% x jumlah tidak kena fasilitas
16. Kode Jenis Setoran (MAP / Kode Mata Anggaran Penerimaan) PPh pasal 21

KJS JENIS SETORAN KETERANGAN


100 Masa PPh Pasal 21 untuk pembayaran pajak yang masih harus disetor yang
tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 21 termasuk SPT
pembetulan sebelum dilakukan pemeriksaan

106 Pembayaran Pajak Masa yang berasal dari untuk pembayaran pajak yang masih harus disetor
kegiatan permintaan keterangan yang sebagai akibat permintaan keterangan yang dilakukan
dilakukan terhadap pihak-pihak terkait terhadap pihak-pihak terkait yang tercantum dalam
yang tercantum dalam BAPK/BAP BAPK/BAP

199 Pembayaran Pendahuluan SKP PPh Pasal untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat
21 ketetapan pajak PPh Pasal 21.

300 STP PPh Pasal 21 untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang
tercantum dalam Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal
21.

310 SKPKB PPh Pasal 21 untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang
tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 21.

311 SKPKB PPh Final Pasal 21 Pembayaran untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang
Sekaligus Atas Jaminan Hari Tua, Uang tercantum dalam SKPKB PPh Final Pasal 21 pembayaran
Tebusan Pensiun, dan Uang Pesangon sekaligus atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan Pensiun,
dan Uang Pesangon.

320 SKPKBT PPh Pasal 21 untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang
tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 21.

321 SKPKBT PPh Final Pasal 21 Pembayaran untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang
Sekaligus Atas Jaminan Hari Tua, Uang tercantum dalam SKPKBT PPh Final Pasal 21
Tebusan Pensiun, dan Uang Pesangon pembayaran sekaligus atas Jaminan Hari Tua, Uang
Tebusan Pensiun dan Uang Pesangon.

390 Pembayaran atas Surat Keputusan untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Putusan Banding, atau Putusan Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali
Peninjauan Kembali, termasuk atas pajak yang
seharusnya tidak dikembalikan.

401 PPh Final Pasal 21 Pembayaran Sekaligus untuk pembayaran PPh Final Pasal 21 pembayaran
Atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan sekaligus atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan Pensiun,
Pensiun, dan Uang Pesangon dan Uang Pesangon.

402 PPh Final Pasal 21 atas honorarium atau untuk pembayaran PPh Final Pasal 21 atas honorarium
imbalan lain yang diterima Pejabat atau imbalan lain yang diterima Pejabat Negara, PNS,
Negara, PNS, anggota TNI/POLRI dan anggota TNI/POLRI dan para pensiunnya yang
para pensiunnya bersumber dari APBN/APBD.

500 PPh Pasal 21 atas pengungkapan untuk kekurangan pembayaran pajak yang masih harus
ketidakbenaran disetor yang tercantum dalam SPT PPh Pasal 21 atas
pengungkapan ketidakbenaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (3) atau Pasal 8 ayat (5) Undang-
Undang KUP.

501 PPh Pasal 21 atas penghentian penyidikan untuk kekurangan pembayaran pajak yang masih harus
tindak pidana disetor yang tercantum dalam SPT PPh Pasal 21 atas
penghentian penyidikan tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44B ayat (2) Undang-Undang
KUP

510 Sanksi administrasi berupa denda atau untuk pembayaran sanksi administrasi berupa denda atau
kenaikan atas pengungkapan kenaikan, atas pengungkapan ketidakbenaran perbuatan
ketidakbenaran perbuatan atau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) atau
ketidakbenaran pengisian SPT PPh Pasal pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT
21 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (5) Undang-
Undang KUP.

511 Sanksi administrasi berupa denda atas untuk pembayaran sanksi administrasi berupa denda, atas
penghentian penyidikan tindak pidana di penghentian penyidikan tindak pidana di bidang
bidang perpajakan
perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44B ayat
(2) Undang-Undang KUP.

17. Lampiran Khusus SPT WP Badan SPT 1771


Lampiran SPT Tahunan :
 1771 : SPT Tahunan PPh WP Badan
 1771-I : Penghitungan Penghasilan Netto Fiskal
 1771-II : Perincian HPP, biaya usaha lainnya, & biaya dari luar usaha secara komersial
 1771-III : Kredit Pajak Dalam Negeri
 1771-IV : PPh Final & Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak
 1771-V : Daftar Pemegang Saham/ deviden yang dibagikan & Daftar susunan pengurus
dan komisaris
 1771-VI : Daftar penyertaan modal pada perusahaan afiliasi
Daftar utang dari pemegang saham dan/ atau perusahaan afiliasi
Daftar piutang kepada pemegang saham dan/ atau perusahaan afiliasi
Lampiran Khusus WP Badan :
a) Lamp. 8A-1 : Industri Manufaktur 8B : untuk perusahaan mata uang asing
b) Lamp. 8A-2 : Perusahaan Dagang
c) Lamp. 8A-3 : Bank Konvensional
d) Lamp. 8A-4 : Bank Syariah
e) Lamp. 8A-5 : Perusahaan Asuransi
f) Lamp. 8A-6 : Non Kualifikasi
g) Lamp. 8A-7 : Dana Pensiun
h) Lamp. 8A-8 : Perusahaan Pembiayaan
https://www.online-pajak.com/wp-content/uploads/2019/07/lampiran-khusus-spt-1771-
rp.pdf
18. Laporan Laba Rugi Perusahaan. Format lampiran 8 SPT 1771
Lihat format lampiran di no 17
19. Lamp. Khusus No. 1A. Daftar Penyusutan & amortisasi fiscal
Daftar Aset Tetap
Kelompok Aktiva Berwujud Tarif Penyusutan
Masa manfaat Lurus Saldo Menurun
I Bukan bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,50% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II Bangunan
Permanen 20 tahun 5% -
Tidak Permanen 10 tahun 10% -
Kelompok Aktiva Tak Berwujud Tarif Amortisasi
Masa manfaat Garis Lurus Saldo Menurun
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
20. SPT 1771-1 Menghitung penghasilan neto fiskal
Liat di buku paket ijo
1. Penghasilan Neto Komersial Dalam Negeri
a. Penghasilan Neto dari Usaha
 Peredaran Usaha/Penjualan Neto - HPP - Biaya usaha lainnya
b. Penghasilan Neto dari Luar Usaha
Penghasilan dari luar usaha (pendapatan lain-lain) – Biaya dari luar usaha
c. Jumlah Penghasilan Neto dalam negeri
 Penghasilan Neto dari usaha + Penghasilan Neto dari luar usaha
2. Penghasilan Neto Komersial Luar Negeri : jarang ada
3. Jumlah Penghasilan Neto Komersial
 Jumlah penghasilan neto dalam negeri + luar negeri
21. SPT 1771 Menghitung PPh WP Badan terutang (sama kaya no 15)
1. Lampiran SPT 1771
Penjualan Neto fiskal (peredaran bruto) Rp 8.300.000.000
Penghasilan Neto fiskal Rp 1.136.250.000
Berapa PPh WP Badan terutang …
Penyelesaian
 Kena Fasilitas = (Rp 4,8 M / 8,3 M) x Rp 1.136.250.000
= Rp 657.108.433  Rp 657.108.000
PPh terutang = (50% x 25%) x Rp 657.108.000
= Rp 82.138.500
 Tidak Kena Fasilitas = Rp 1.136.250.000 – Rp 657.108.000
= Rp 479.142.000
PPh terutang = 25% x Rp 479.142.000
= Rp 119.785.500
 Total PPh Badan Terutang = Rp 82.138.500 + Rp 119.785.500
= Rp 201.924.000
2. Ditemukan peredaran bruto untuk PT Damai Rp 35 M dan PKP Rp 2.950.000.000 Maka PPh
badan terutang milik PT Damai adalah …
 Penyelesaian
 Kena Fasilitas = (4,8 M / 35 M) x 2.950.000.000
= Rp 404.571.428  404.571.000
PPh terutang = (50% x 25%) x 404.571.000
= Rp 50.571.375
 Tidak Kena Fasilitas = Rp 2.950.000.000 – 404.571.000
= Rp 2.545.429.000
PPh terutang = 25% x 2.545.429.000
= Rp 636.357.250
 PPh Badan terutang = Rp 50.571.375 + 636.357.250
= Rp 686.928.625
22. PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
PPh pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honor, tunjangan, dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam bentuk apapun, sehubungan dengan pekerjaan.
23. Daftar Lampiran SPT WP Orang Pribadi
SPT Tahunan WP OP
 1770 : Mempunyai penghasilan (dari usaha/ pekerjaan bebas yang
menyelenggarakan pembukuan norma penghitungan penghasilan neto; dari satu atau lebih
pemberi kerja; yang dikenakan PPh final dan/ atau bersifat final; dari penghasilan lain)
 1770 – I hal. 1 : Penghitungan penghasilan neto dalam negeri dari usaha dan/ atau
pekerjaan bebas bagi WP yang menggunakan pembukuan
 1770 – I hal. 2 : Penghitugan penghasilan neto dalam negeri yang menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto; penghasilan neto dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan;
penghasilan dalam negeri lainnya
 1770 – II : Daftar pemotongan / pemungutan PPh oleh pihak lain; PPh yang dibayar
/ dipotong di luar negeri dan PPh ditanggung pemerintah
 1770 – III : Penghasilan yang dikenakan Pajak Final dan/ atau bersifat final;
Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak; Penghasilan istri yang dikenakan pajak secara
terpisah
 1770 – IV : Harta pada akhir tahun; Kewajiban/ utang pada akhir tahun; Daftar
susunan anggota keluarga
24. Menghitung PKP WP OP
Example :
1. Zulfan K/2. Gaji sebulan Rp 5.000.000, Tunjangan kinerja 2.500.000, dibayar sendiri iuran
pensiun sebesar Rp 50.000, JKK dan JKM dibayar oleh karyawan, besarnya masing - masing 1,5%
dari gaji, , JHT dibayar sendiri sebesar 2% dari gaji.
 Penyelesaian :
Gaji pokok Rp 5.000.000
Tunjangan kinerja Rp 2.500.000
JKK (1,5% x gaji) Rp 75.000
JKM (1,5% x gaji) Rp 75.000 +
Jumlah Penghasilan Bruto Rp 7.650.000
Dikurangi :
- Biaya Jabatan (5% x pb) Rp 382.500
- Iuran Pensiun Rp 50.000
- JHT (2% x gaji) Rp 100.000 +
Jumlah pengurang sebulan Rp 400.000 -
Penghasilan Neto Sebulan Rp 7.117.500
Penghasilan Neto Setahun (PN sebulan x 12) Rp 85.410.000
Dikurangi :
- PTKP (K/2) Rp 67.500.000-
PKP Setahun Rp 17.910.000
PPh pasal 21 terutang :
5% x Rp 17.910.000 Rp 895.500
2. Pada tahun pajak 2018, Tn. Rahmat K/3, memiliki penghasilan neto sebulan Rp 6.500.300 dan
PTKP Rp 72.000.000. Berapakah jumlah PKP setahun …
 Penghasilan neto setahun = Rp 6.500.300 x 12 = Rp 78.003.600
PKP = Penghasilan Neto setahun – PTKP
= Rp 78.003.600 – Rp 72.000.000
= Rp 6.003.600  6.003.000
3. Diketahui gaji pokok yang diterima Tn. Husein K/2 pada bulan Juli 2019 sebesar Rp 5.000.000,
JKK 2% dan JKM 2,5%. Tunjangan Keluarga sebesar Rp 1.000.000. Tiap bulan Tn Husein
membayar sendiri iuran pensiun Rp 100.000 dan JHT Rp 50.000. Berdasarkan data tsb, hitunglah
PKP Tn. Husein setahun!
Gaji Setahun = Rp 60.000.000
Tunjangan Keluarga = Rp 12.000.000
JKK = Rp 1.200.000
JKM = Rp 1.500.000
Biaya Jabatan = (Rp 3.000.000)
Iuran Pensiun = (Rp 1.200.000)
JHT = (Rp 600.000)
Penghasilan Neto Setahun = Rp 69.900.000
PTKP (K/2) = Rp 67.500.000
PKP = Rp 2.400.000
Jadi PKP Tn. Husein sebesar Rp 2.400.000
25. Memilih Kode jenis MAP dan setoran (Sama kaya No 14 & 16)
26. Langkah – langkah Pengisian Surat Setoran Elektronik (SSE)
1. Akses situs DJP Online atau ASP (Application Service Provider)
2. Klik bagian e – Billing
3. Isi Form SSE (surat setoran elektronik)
- NPWP - Masa Pajak
- Nama WP - Tahun Pajak
- Alamat WP - Jumlah setor
- Kota - Terbilang
- Jenis Pajak - Uraian
- Jenis Setoran
4. Klik simpan Id Billing
Setelah klik simpan, maka akan muncul 2 kotak dialog konfirmasi :
a) Klik Ya  untuk kotak dialog pertama
b) Klik OK  untuk kotak dialog kedua
5. Kemudian, akan muncul halaman yang terdapat 2 tombol perintah
a) Pada pilihan ubah SSP  berfungsi untuk mengubah data yang sudah dimasukkan
b) Pada pilihan Kode billing  berfungsi untuk melanjutkan proses
6. Saat memilih kode billing, akan muncul kotak dialog baru sebagai “pemberitahuan bahwa
kode billing sudah dibuat”. Kemudian klik OK
7. Kode billing berhasil dibuat.
8. Halaman berikutnya menunjukkan informasi WP serta nomor kode billing serta masa
berlakunya
9. Pilih kotak cetak kode billing kemudian klik, apabila ingin mencetaknya
27. Menentukan formulir SPT berdasarkan jumlah & jenis penghasilan dengan tepat
o SPT Tahunan WP Orang pribadi : 1770
o SPT Tahunan WP Badan : 1771
o SPT Masa PPh ps 21 & 26 : 1721
o SPT Tahunan WP OP Sederhana : 1770 S orang pribadi yg punya penghasilan
satu / lebih
o SPT Tahunan WP OP Sangat Sederhana : 1770 SSOP yg punya penghasilan satu dan
peredaran bruto tidak melebihi Rp 60 juta setahun
o SPT Masa PPN & PPnBM : 1111
28. Penghitungan PPh WP OP terutang (sama kaya no 11 & 12)
1. Zulfan K/2. Gaji sebulan Rp 5.000.000, Tunjangan kinerja 2.500.000, dibayar sendiri iuran
pensiun sebesar Rp 50.000, JKK dan JKM dibayar oleh karyawan, besarnya masing - masing 1,5%
dari gaji, , JHT dibayar sendiri sebesar 2% dari gaji. Berapakah PPh 21 terutang …
Penyelesaian
Gaji pokok Rp 5.000.000
Tunjangan kinerja Rp 2.500.000
JKK (1,5% x gaji) Rp 75.000
JKM (1,5% x gaji) Rp 75.000 +
Jumlah Penghasilan Bruto Rp 7.650.000
Dikurangi :
- Biaya Jabatan (5% x pb) Rp 382.500
- Iuran Pensiun Rp 50.000
- JHT (2% x gaji) Rp 100.000 +
Jumlah pengurang sebulan Rp 400.000 -
Penghasilan Neto Sebulan Rp 7.117.500
Penghasilan Neto Setahun (PN sebulan x 12) Rp 85.410.000
Dikurangi :
- PTKP (K/2) Rp 67.500.000-
PKP Setahun Rp 17.910.000
PPh pasal 21 terutang :
5% x Rp 17.910.000 Rp 895.500
Jadi PPh 21 terutang adalah Rp 895.500

Soal untuk nomor 2


Saputra (K/3) seorang karyawan PT Indofood tahun 2016 memiliki gaji pokok Rp 7.500.000
per bulan. Saputra membayar iuran pensiun sebesar Rp 50.000. JKK dan JKM dibayar oleh
karyawan masing – masing sebesar 2% dan 1,5%.
2. Berdasarkan soal diatas, besarnya PPh 21 terutang adalah …
 Gaji setahun = Rp 90.000.000 (7,5 juta x 12)
JKK = Rp 1.800.000 (2% x 90 juta)
JKM = Rp 1.350.000 (1,5% x 90 juta)
Biaya jabatan = (Rp 4.500.000) (5% x 90 juta)
Iuran pensiun = (Rp 600.000) (50 ribu x 12)
Penghasilan Neto Setahun = Rp 88.050.000
PTKP (K/3) = Rp 72.000.000
PKP = Rp 16.050.000
PPh 21 terutang:
5% x 16.050.000 = Rp 802.500
Jadi PPh 21 terutang sebesar Rp 802.500
29. Laporan Keuangan Fiskal
 Laporan Keuangan Fiskal  Laporan yg dibuat untuk kepentingan perpajakan mengacu pada
semua peraturan perpajakan.
 Laporan Keuangan Komersial  Laporan yg digunakan sebagai acuan pembuatan laporan
fiskal, mengacu pada prinsip akuntansi yang bersifat netral dan tidak memihak.
 Dasar penyusunan & pembuatan laporan keuangan fiskal perusahaan UU & Peraturan
Perpajakan
 Dasar penyusunan & pembuatan laporan keuangan komersial perusahaan  PSAK
Rekonsiliasi Fiskal  Usaha mencocokan perbedaan yg terdapat dalam laporan keuangan
komersial dengan perbedaan yg terdapat dalam laporan keuangan fiskal.
Atau Proses penyesuaian antara laba akuntansi komersial dengan laba yang dianggap sesuai dengan
peraturan perpajakan.
 Koreksi Positif = Bukan Biaya Fiskal
 Koreksi Negatif = Biaya Fiskal
Perbedaan / penyebab terjadinya Rekonsiliasi Fiskal :
Berdasar Sifat :
- Koreksi positif  akan meningkatkan PKP dan PPh terutang
- Koreksi negative  akan mengurangi PKP dan PPh terutang
Berdasar Jangka Waktu :
- Temporer  perbedaan terjadi karena perbedaan pengajuan waktu, namun akan
berujung pada hasil akhir serupa
- Permanen  perbedaan bersifat tetap/ permanen antara komersial dengan fiskal
Ex : biaya usaha menurut komersial namun bukan biaya usaha menurut UU PPh
Contoh Soal :
1. 2 Cara atau teknik rekonsiliasi fiskal adalah ….
 Rekonsiliasi dan koreksi fiskal
2. Dalam rekonsiliasi fiskal, terdapat perbedaan yang perlu disesuaikan agar laba yang
diperhitungkan secara akuntansi dapat diperlakukan sebagai laba atau Penghasilan Kena Pajak,
sebagai dasar menghitung PPh. Berdasarkan sifatnya, perbedaan tersebut dibagi menjadi dua yaitu
Positif dan negative
3. Salah satu objek PPh yang dikenai Pajak Final adalah …
 Hadiah undian
4. Termasuk biaya yang diakui secara fiskal adalah …
 PPh 21 ditanggung perusahaan
5. Salah satu penghasilan bukan objek pajak adalah …
 Deviden dari laba ditahan dengan kepemilikan lebih dari 25%
6. Sanksi administrasi pajak merupakan …
 Non deductible expense
7. Penghasilan atas sewa tanah dan atau bangunan bersifat final dengan tarif sebesar …
 10 %
8. Jika jumlah penyusutan aktiva tetap menurut laporan keuangan komersial lebih besar
dibandingkan jumlah penyusutan menurut penghitungan fiskal, maka selisihnya perlu dilakukan …
 Koreksi positif
9. Jika jumlah penyusutan aktiva tetap menurut laporan komersial lebih kecil dibandingkan jumlah
penyusutan menurut penghitungan fiskal, maka selisihnya perlu dilakukan …
 Koreksi negative
10. Dalam UU PPh mengenai tarif PPh badan, sesuai Pasal 31 UU PPh, dapat diterapkan dengan
ketentuan …
 Peredaran bruto sampai dengan Rp 50 M mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif 50 % yang
dikenakan atas PKP dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4,8 M
30. Menganalisis pengaruh biaya terhadap koreksi fiskal
Koreksi Positif = Bukan Biaya Fiskal
Koreksi Negatif = Biaya Fiskal & PPh Final

Biaya Fiskal Bukan Biaya Fiskal


1. Biaya yang berkaitan dengan kegiatan usaha : 1. Deviden
- Biaya pembelian bahan 2. Biaya yg dibebankan /
- Upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, & dikeluarkan untuk kepentingan
tunjangan yg diberikan dalam bentuk uang pribadi pemegang saham, sekutu, /
- Bunga, sewa, & royalty anggota
- Biaya perjalanan 3. dana cadangan
- Biaya pengolahan limbah 4. Premi asuransi kesehatan,
- Premi asuransi asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
- Biaya promosi & penjualan yg diatur
asuransi dwiguna, asuransi
Permenkeu
beasiswa, yg dibayar oleh WP OP
- Biaya administrasi
5. Harta yg dihibahkan, bantuan,
- PPh Final
2. Penyusutan dan amortisasi yg masa manfaat sumbangan, warisan
lebih dari 1 tahun 6. Pajak Penghasilan
3. Iuran kepada dana pensiun 7. Gaji yg dibayarkan kepada pemilik
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan 8. Sanksi administrasi berupa bunga,
harta denda, dan kenaikan serta sanksi
5. Kerugian selisih kurs mata uang asing pidana
6. Biaya penelitian & pengembangan perusahaan 9. Penggantian / imbalan
yg dilakukan di Indonesia sehubungan dengan pekerjaan atau
7. Biaya beasiswa, magang & pelatihan jasa yg diberikan dalam bentuk
8. Cadangan / penyisihan piutang natura atau kenikmatan
9. Zakat dan Sumbangan
10. Pemberian Natura
11. Telepon seluler / kendaraan sedan
12. Pajak daerah / retribusi daerah
13. Entertainment / jamuan
Contoh soal :
1. Berikut adalah salah satu jenis koreksi fiskal negative yaitu …
 Penghasilan bunga deposito
2. Atas pemberian imbalan berupa natura dan kenikmatan terkait pekerjaan perlu dilakukan …
 Koreksi positif
3. Penghasilan PT Bakery berupa bunga deposito dengan jumlah Rp 120 juta akan dikenakan PPh
… dengan besar tarif …
 PPh Final dengan tariff 20%
4. Penghasilan sewa atas tanah dan bangunan akan dikenakan PPh … dengan tarif …
 PPh Final dengan tarif 10%
5. Penghasilan atas sewa tanah dan atau bangunan bersifat final dengan tarif sebesar …
 10%
31. Menentukan laba fiskal
1. Pendapatan Luar usaha PT Agung terdiri atas :
- Pendapatan sewa kendaraan Rp 50.000.000
- Bunga Deposito Rp 15.000.000
- Laba Penjualan Tanah Rp 65.000.000
Atas pendapatan luar usaha tsb, yg perlu dilakukan koreksi fiskal adalah …
Koreksi negatif untuk Bunga deposito & Laba Penjualan atas tanah
2. PT Andromeda bergerak di bidang dagang. Berdasarkan data tahun 2018 menurut pembukuan,
Jumlah Penjualan sebesar Rp 5.302.000.000 dan HPP sebesar Rp 4.378.000.000, Biaya Penjualan
Rp 291.500.000 dan Biaya Administrasi Rp 172.700.000. Kerugian tahun 2017 Rp 25.300.000.
Penghasilan Kena Pajak PT Andromeda adalah sebesar …
Penjualan Rp5.302.000.000
HPP Rp 4.378.000.000-
Laba Rp 924.000.000
Beban Penjualan Rp291.500.000
Beban Administrasi Rp 172.700.000
Kerugian tahun 2017 Rp 25.300.000-
PKP Rp 434.500.000
Jadi PKP PT Andromeda sebesar Rp 434.500.000
Rumus :
Laba Fiskal : Laba komersil + koreksi positif – koreksi negative
32. Menganalisis Koreksi Laporan Laba Rugi sesuai dg ketentuan fiskal
1. Dalam Laporan L/R Komersial, terdapat perkiraan sbb :
- PPh Pasal 21 Rp 5.000.000
- Biaya Angkut Rp 10.000.000
- Sumbangan Amal Bakti Rp 2.500.000
Atas perkiraan – perkiraan tsb yg perlu dikoreksi adalah …
Koreksi positif untuk perkiraan : PPh pasal 21 dan Sumbangan Amal Bakti
2. Dalam Laporan L/R Komersial, perkiraan biaya promosi Rp 25 juta, didalamnya terdapat biaya
jamuan yg tidak ada daftar nominative sejumlah Rp 5 juta. Atas kejadian tsb, maka harus dilakukan
koreksi …
Koreksi Positif Rp 5 juta
3. Dalam Lap. Keuangan Komersial PT Tesla, diketahui pendapatan luar usaha berupa deviden
sebesar Rp 65 juta. Diketahui deviden tsb didapat karena penyertaan saham sebesar 35% pada
perusahaan luar negeri. Atas penghasilan tsb, dalam proses rekonsiliasi fiskal, maka
pemberlakuannya adalah …
Koreksi negatif karena kepemilikan saham lebih dari 25%
33. Menyimpulkan Pajak kurang atau lebih bayar
 Pajak masukan lebih besar  Lebih bayar  dikompensasikan / direstitusi
 Pajak keluaran lebih besar  Kurang Bayar
Example :
1. Data PPN PT Anugrah pajak masukan Rp 16. 000.000 dan pajak keluaran Rp 18.000.000 maka
menurut pajak keadaan perusahaan ini adalah …
Pajak keluaran ; 18.000.000
Pajak masukan : 16.000.000
Kurang Bayar 2.000.000
2. Perusahaan telah mencicil pajak selama 5 bulan sebesar Rp 15.000.000. Pada akhir periode pajak
yang harus dibayar adalah sebesar Rp 18.000.000, Maka dalam hal ini perusahaan …
Pajak keluaran : 18.000.000
Pajak masukan : 15.000.000
Kurang Bayar 3.000.000
3. Data PPN PT Amanda pajak masukan Rp 20.000.000 dan pajak keluaran Rp 16.000.000 maka
menurut pajak keadaan perusahaan ini adalah …
Pajak keluaran : 16.000.000
Pajak masukan : (20.000.000)
Lebih Bayar 4.0000.000
34. Sifat, Tipe, dan Prinsip Pemungutan PPN
A. Sifat Pemungutan
1. PPN sebagai pajak objektif
2. PPN sebagai pajak tidak langsung (Indirect tax)
3. Pemungutan PPN multi stage tax
4. PPN bersifat netral
5. PPN dipungut dengan menggunakan alat bukti faktur pajak
6. PPN tidak menimbulkan pajak ganda
7. PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau
Jasa Kena Pajak (JKP)
B. Tipe Pemungutan
1. Consumption Type Value Added Tax
Pembelian yang digunakan untuk produksi termasuk barang modal dikurangkan dari nilai
tambahnya sehingga memberikan sifat netral PPN atas pola produksi
2. Net Income Type Value Added Tax
Tidak dimungkinkan adanya pengurangan pembelian barang modal dari pasar pengenaan
3. Gross Product Type Value Added Tax
Bahwa pembelian barang modal tidak diperkenankan sama sekali untuk dikurangkan dari
dasar pengenaan pajak
C. Prinsip Pemungutan
1. Prinsip Tempat Tujuan (Destination)
 Pada prinsip ini PPN dipungut ditempat barang atau jasa tsb dikonsumsi
2. Prinsip Tempat Asal (Origin Principle)
 Pada prinsip ini diartikan bahwa PPN dipungut ditempat asal barang atau jasa yang akan
dikonsumsi
D. Pemungut PPN
1. Kantor Bendaharawan Pemerintah
2. Bendaharawan Pemerintah Pusat dan daerah baik tingkat I maupun tingkat II
3. Pertamina
4. Kontraktor bagi hasil dan Kontrak Karya dibidang Minyak dan Gas Bumi dan Pertambangan
Umum
5. Bank Pemerintah dan Bank Pemungutan Daerah
35. Barang Kena Pajak (BKP)
BKP Berwujud :
- Kendaraan (mobil, truck, motor, bis, dll)
- Peralatan (excavator, aspal sprayer, dan breaker)
- Mesin – mesin produksi
- Perlengkapan (komputer, alat fotokopi, dan laptop)
BKP Berwujud Tidak Bergerak :
- Tanah
- Bangunan (rumah, apartemen, gedung)
BKP Tidak Berwujud :
- Merk dagang atau brand sebuah perusahaan
- Hak cipta, hak paten
36. Menghitung PPN
UU No. 42. Tahun 2009  PPN & PPnBM
 Tarif PPN 10%
 Tarif PPnBM terendah 10% ; tertinggi 200%
 Tarif PPN 0% dikenakan atas :
- Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud
- Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
- Ekspor Jasa Kena Pajak
Pajak keluaran = PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya
Pajak masukan = PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau membuat produknya.
Example :
1. PT Cemerlang merupakan PKP yg menjual elektronik di Jakarta. Selama Agustus 2017, PT
Cemerlang melakukan berbagai transaksi sbb :
1. Penjualan secara langsung kepada konsumen Rp 1.600.000.000
2. Penyerahan BKP, yakni barang elektronik kepada Pemerintah Kota Jakarta Rp
660.000.000. Harga tsb sudah termasuk PPN.
3. PT Cemerlang juga membangun sebuah gudang elektronik seluas 500 m2 di kawasan
pergudangan sendiri dengan biaya Rp 550.000.000
4. Menyumbang ke sebuah yayasan panti jompo 1 buah TV dengan harga Rp 2.000.000
termasuk keuntung Rp 200.000
Selain transaksi diatas, terdapat tambahan transaksi selama bulan Agustus sbb :
1. Membeli sebuah mobil box untuk mengangkut barang dengan harga Rp 550.000.000
dan harga tsb sudah termasuk PPN.
Dari transaksi – transaksi yg terjadi diatas, maka hitunglah PPN dari transaksi tsb! Dan berapa
total PPN yang disetorkan?
Penyelesaian
PPN dan PPnBM setiap transaksi sbb:
Transaksi 1 :
PPN = 10% x Rp 1.600.000.000 = Rp 160.000.000 (Pajak keluaran / penjualan)
Transaksi 2 :
DPP = 100/110 x Rp 660.000.000 = Rp 600.000.000
PPN = 10% x Rp 600.000.000 = Rp 60.000.000 (Pajak keluaran/ penjualan)
Transaksi 3 :
PPnBM = 20% x Rp 550.000.000 = Rp 110.000.000
PPN = 10% x Rp 550.000.000 = Rp 55.000.000 (Pajak keluaran)
Transaksi 4 :
DPP = Rp 2.000.000 – Rp 200.000 = Rp 1.800.000 (Pajak keluaran)
PPN = 10% x Rp 1.800.000 = Rp 180.000
Transaksi Tambahan :
DPP = 100/110 x Rp 550.000.000 = Rp 500.000.000
PPN = 10 % x Rp 500.000.000 = Rp 50.000.000 (Pajak masukan)
Total PPN yang harus disetorkan :
PPN Keluaran = Rp 160.000.000 + Rp 60.000.000 +Rp 55.000.000 +Rp 180.000
= Rp 275.180.000
PPN Masukan = Rp 50.000.000
PPN yang harus disetor : PPN Keluaran – PPN Masukan
: Rp 275.180.000 – Rp 50.000.000
: Rp 225.180.000
Jadi Total PPN yang perlu PT Cemerlang setorkan atas transaksi bulan Agustus 2017 adalah Rp
225.180.000
2. Toko Sentosa menjual kulkas sebanyak 20 kulkas dengan harga satuan sebesar Rp 6.000.000.
Lalu, berapakah PPN terutang Toko Sentosa yang wajib disetorkan …
 Total DPP atas penjualan kulkas : 20 x Rp 6.000.000 = Rp 120.000.000
PPN : 10% x Rp 120.000.000 = Rp 12.000.000
Jadi PPN Terutang yang wajib disetorkan Toko Sentosa adalah Rp 12.000.000
Rumus :
Misal PPN 10%
PPnBM 20%
Harga barang xxx
DPP : 100/130 x Harga barang
PPN : 10% x DPP
PPnBM: 20% x DPP
37. Pengertian PPnBM
PPnBM (Pajak Penjualan atas barang mewah)  pajak yang dikenakan atas penjualan suatu barang
mewah.
Pengertian Barang Mewah :
- Barang tsb tidak termasuk bahan kebutuhan pokok
- Barang tsb hanya dikonsumsi oleh golongan masyarakat tertentu
- Barang tsb dikonsumsi untuk menunjukan status kekayaan semata
- Barang tsb dikonsumsi oleh masyarakat dengan pendapatan tinggi
38. Menghitung PPnBM
Tarif PPnBM diklasifikan berdasarkan beberapa kategori adalah:
1. Tarif 10% untuk kendaraan bermotor kategori tertentu, alat rumah tangga, hunian mewah,
alat pendingin, televisi, minuman non-alkohol.
2. Tarif 20% untuk kendaraan bermotor kategori tertentu, peralatan olahraga impor, berbagai
jenis permadani, alat fotografi dan barang sanitary.
3. Tarif 25% untuk kendaraan bermotor memiliki kapasitas berat dan berbahan bakar solar,
misalnya minibus, pick up.
4. Tarif 35% untuk barang – barang seperti minuman bebas alkohol, batu kristal, barang
berbahan kulit import, barang pecah belah, bus.
Example :
1. Bapak Ahmad merupakan seorang pengusaha di bidang produksi film, pada suatu saat beliau
membeli sebuah mobil sport mewah dengan harga Rp 900.000.000. Berdasarkan DPP, mobil tsb
terkena tariff PPnBM sebesar 40%. Lalu, berapakah nilai uang yg harus dibayarkan Bapak Ahmad
untuk membawa masuk mobilnya ke Indonesia …
 PPN = Tarif PPN x (Harga Barang – PPnBM)
= 10% x (Rp 900.000.000 – (Rp 900.000.000 x 40%)
= 10 x (Rp 900.000.000 – Rp 360.000.000
= 10% x Rp 540.000.000
= Rp 54.000.000
PPnBM = 40% x Rp 900.000.000
= Rp 360.000.000
Total Harga Mobil yg harus dibayarkan Bapak Ahmad :
Total = Harga Mobil + PPN + PPnBM
= Rp 900.000.000 + Rp 54.000.000 + Rp 360.000.000
= Rp 1.314.000.000
2. PT Kosmos merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi berbagai macam barang
elektronik mewah seperti AC dan lemari pendingin. Barang yang diproduksi disini termasuk dalam
kategori barang mewah dengan tarif PPnBM sebesar 20%.
Pada bulan Desember 2019 PT Kosmos menjual lemari pendingin ke Toko Jaya Abadi sebanyak
30 unit dengan harga jual per barang sekitar Rp 6.000.000. Lalu, berapakah nilai PPN dan PPnBM
yang harus dipungut dan dibayarkan PT Kosmos ke Pemerintah …
 Total Harga barang = 30 x Rp 6.000.000 = Rp 180.000.000
PPN = 10 % x Rp 180.000.000
= 18.000.000
PPnBM = 40 % x Rp 180.000.000
= Rp 72.000.000
PPN = Tarif PPN x (Harga barang – PPnBM)
= 10% x ((30 x Rp Rp 6.000.000) – (harga barang total x 40%))
= 10% x (Rp 180.000.000 – (Rp 180.000.000 x 40%))
= 10% x (Rp 180.000.000 – Rp 72.000.000)
= 10% x Rp 108.000.000
= Rp 10.800.000
Jadi Total PPN dan PPnBM yang harus dibayar adalah Rp 10.800.000
39. SPT Masa PPN
 Form 1111  Induk SPT Masa PPN
 1111 AB  Rekapitulasi Penyerahan dan Perolehan
 1111 A1  Daftar Ekspor BKP Berwujud, BKP Tidak Berwujud, dan atau JKP
 1111 A2  Daftar Pajak Keluaran atas penyerahan dalam negeri dengan faktur
pajak
 1111 B1  Daftar Pajak Masukan yang dapat atas impor BKP dan Pemanfaatan
BKP tidak berwujud / JKP dari luar daerah pabean
 1111 B2  Daftar Pajak Masukan yang dapat dikreditkan atas perolehan BKP/JKP
dalam negeri
 1111 B3  Daftar Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan atau yang
mendapat fasilitas
40. Isi SPT untuk melaporkan PPnBM (sama kaya no 39)
a) Jenis Pajak
b) Nama Wajib Pajak
c) NPWP
d) Tanda Tangan WP
e) Jumlah Penyerahan
f) Jumlah DPP
g) Jumlah pajak keluaran
h) Jumlah pajak masukan
i) Jumlah kekurangan/ kelebihan pajak
j) Tanggal penyetoran
k) Data lainnya terkait kegiatan usaha WP/PKP

Sistem Pajak di Indonesia


a. Official Assessment System (1967)
- Penentuan besar kecilnya pajak dilakukan oleh petugas pajak sehingga WP hanya bersifat pasif.
- Pemerintah memiliki control sepenuhnya dalam menentukan jumlah pajak yg dibayar oleh WP.
- WP akan mengetahui utang pajaknya saat pemerintah telah menetapkan.
Contohnya : PBB
b. With Holding System (1968 – 1983)
 - besarnya pajak ditentukan oleh pihak ketiga yg diberi mandat (bukan fiskus ataupun WP)
- WP tidak repot menghitung serta menyetor besar pajakny sendiri karena adanya pihak ketiga yang
menjalankan hal tsb
c. Self Assesment System (1983 – sekarang)
 - cara pemungutan pajak dengan WP berperan aktif di dalam perhitungan serta penyetoran pajak
- WP dapat menghitung sendiri pajaknya tanpa ada campur tangan fiskus
- disini petugas pajak berfungsi sebagai pemberi bantuan pada WP yg belum paham dan mengawasi
jalannya pemungutan & penyetoran pajak
*fiskus : pegawai atau pejabat pemerintah yang bertugas untuk mengurus dan menarik pajak
Tarif Pajak
a. Tarif Pajak Tetap
> 5 juta : make materai 10.000
< 5 juta : engga pake materi
b. Tarif Pajak Progresif
 tarif pajak meningkat persentasenya seiring objek pajak mengalami peningkatan
Contoh : PPh
c. Tarif Pajak Proporsional/ Sebanding
 tariff pajak menggunakan persentase tetap terhadap berapa saja jumlah objek pajak, saat dihitung besar
pajak akan sebanding dengan besar jumlah objek pajak.
Contoh : pengenaan tariff PBB sebesar 0,5% berapapun jumlah objek pajaknya.
d. Tarif Pajak Regresif / Degresif
 pengenaan tariff pajak makin menurun bila objek pajaknya makin banyak.
Contoh :
1. jumlah OP 0 - 25 juta : tariff 15 %
2. jumlah OP 25 juta – 50 juta : 12,5%
3. jumlah OP 50 juta – 1 milyar : 10%

Tata Cara pemungutan pajak (mardiasmo : 2008)


a. Stelsel nyata (riil stelsel) : diketahui di akhir tahun pajak
b. Stelsel Anggapan (fictieve stelsel) : diketahui di awal tahun pajak, dianggap sama dengan tahun pajak
sebelumnya.
c. Stelsel Campuran : gabungan antara stelsel nyata & stelsel anggapan. Apabila stelsel nyata > stelsel
anggapan maka diharuskan untuk menambah, tetapi jika lebih kecil kelebihan pajak yang dibayarkan dapat
diminta kembali

Anda mungkin juga menyukai