Pajak adalah : iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan
untuk membiayai pengeluaran umum
Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan No. 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1
mendefinisikan pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang–Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar–
besarnya kemakmuran rakyat
Unsur-Unsur Pajak
1. Iuran atau Pungutan
Jika arah datangnya pajak dari Wajib Pajak, maka pajak disebut iuran.
Jika arah datangnya kegiatan untuk mewujudkan pajak tersebut berasal dari
pemerintah, maka pajak disebut sebagai pungutan.
2. Pajak dipungut berdasarkan undang undang
Pada hakekatnya pajak adalah beban yang harus dipikul oleh rakyat banyak sehingga
harus disetujui oleh rakyat melalui DPR
Pasal 23 UUD 45 “ segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang”
3. Pajak dapat dipaksakan
Fiscus mendapat wewenang dari undang undang untuk memaksa WP supaya mematuhi
dan melaksanakan kewajiban perpajakannya (UU no 28 tahun 2007 tentang KUP dan UU
no 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa)
4. Tidak menerima atau memperoleh kontraprestasi
Ciri khas utama pajak adalah Wajib pajak (WP) yang membayar pajak tidak menerima
atau memperoleh jasa timbal atau kontraprestasi dari pemerintah
5. Untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah
seperti : jalan, sekolah, rumah sakit dsb
Fungsi pajak terdiri dari empat fungsi yaitu:
a. Fungsi budgetair disebut fungsi utama atau fungsi fiskal :
suatu fungsi dalam mana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana
secara optimal ke kas negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku
b. Fungsi Regulerend
Pajak digunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu Disebut
juga fungsi tambahan karena hanya sebagai pelengkap dari fungsi utama yaitu budgetair
Contoh : pemerintah ingin memberantas/ mengurangi kebiasaan mabuk-mabukan
dikalangan generasi muda maka pemerintah mengenakan pajak atas minuman keras
dengan demikian harga menjadi mahal dan diharapkan konsumsi minuman keras
menjadi berkurang Bentuk dan contoh penerapan fungsi regulerend pada UU
perpajakan terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 9 thn 2016
c. Fungsi Stabilitas
Pajak digunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk menjaga stabilitas.
Seperti: stabilitas nilai tukar rupiah, stabilitas moneter bahkan bisa juga stabilitas
keamanan. Contoh : Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga aga defisit
perdagangan tidak semakin melebar, pemerintah dapat menetapkan kebijakan
pengenaan PPnBM di ata
d. Fungsi redistribusi Pajak mempunyai fungsi pemerataan (Redistribusi) artinya dapat
digunakan untuk menyeimbangkan dan menyesuaikan antara pembagian pendapatan
dengan kesejahteraan masyarakat.
Pajak Menurut Cara Pembebanan
1.Pajak Langsung
Yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi
& Bangunan (PBB), Pajak Penerangan Jalan, Pajak Kendaraan Bermotor
2.Pajak Tidak Langsung Yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain atau pihak ketiga. Contoh : Pajak Penjualan, Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM), Bea Materai, Bea Cukai, Bea Balik
Kendaraan Bermotor
Pajak Menurut Pemungut atau Pengelola
Pajak Pusat Yaitu Pajak yang pemungutan dan pengelolaannya dilaksanakan oleh
pemerintah pusat. Dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) – Kementrian Keuangan Contoh : PPh, PPN, PPnBM, Bea Materai, Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) Perkebunan, PBB Kehutanan, PBB Pertambangan
Pengadministrasian yang berkaitan dengan pajak pusat, akan dilaksanakan di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP)
dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak serta di Kantor Pusat DJP
Pajak Daerah Yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah
tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah daerah dan pembangunan daerah (UU Pajak daerah No. 28 thn 2009)
Pemungutan dan pengelolaannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah, baik di tingkat
provinsi maupun Kabupaten. Pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak daerah,
akan dilaksanakan di Kantor Dinas Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak Daerah atau Kantor
sejenisnya yang dibawahi oleh Pemerintah Daerah setempat
Pajak Daerah dapat digolongkan sebagai berikut :
1.Pajak Propinsi, meliputi Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak Rokok
2.Pajak Kabupaten/Kota, meliputi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir,
Pajak Air Tanah, Pajak sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan
perkotaan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan / atau Bangunan.
Pajak Menurut Sifatnya
1. Pajak subjektif adalah pajak yang pada waktu pengenaannya yang pertama-tama kali
dilihat adalah subjeknya, setelah ditemukan subjeknya baru dicari objeknya Contoh :
Pajak Penghasilan
2. Pajak Objektif adalah pajak yang pada waktu pengenaannya yang pertama-tama
diperhatikan adalah objeknya, setelah objek ditemukan baru dicari subjeknya. Contoh :
PPN, PPn BM, PBB, pajak kendaraan bermotor, bea materai, bea masuk,
Definisi Jenis-Jenis Pajak
1. Pajak Penghasilan (PPh) yaitu pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atau
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak. (Siti Resmi,2009)
2. PPh Pasal 4 Ayat 2 yaitu pajak yang dikenakan pada wajib pajak badan maupun wajib
pajak pribadi atas beberapa jenis penghasilan yang didapat dan pemotongan pajaknya
bersifat final (UU PPh No. 36 thn 2008)
3. PPh Pasal 15 yaitu pajak atas penghasilan yang diperoleh Perusahaan pelayaran atau
penerbangan international, perusahaan asuransi luar negeri, perusahaan pengeboran
minyak, gas dan panas bumi, perusahaan dagang asing dan perusahaan yang
berinvestasi dalam bentuk bangun-gunaserah (UU PPh No. 36 thn 2008)
4. PPh Pasal 21 yaitu pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subyek
pajak dalam negeri. (Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER 32/PJ/2015)
5. PPh Pasal 22 yaitu pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan
lembaga-lembaga Negara lain, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang;
dan badan-badan tertentu baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan
kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lainnya (Siti Resmi, 2011)
6. PPh Pasal 23 merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak dalam negeri (orang pribadi mmaupun badan), dan bentuk usaha
tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain
yang telah dipotong PPh pasal 21 (Siti Resmi, 2014)
7. PPh Pasal 24 yaitu pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari
luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri yang dapat
dikreditkan terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan dalam negeri
berdasarkan Undang-undang dalam tahun pajak yg sama (UU PPh No. 36 thn 2008)
8. PPh Pasal 25 merupakan angsuran yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk
setiap bulan dalam tahun berjalan setelah dikurangi dengan kredit pajak (PPh 21, 22, 23
dan 24) (Siti Resmi,2003)
9. PPh Pasal 26 merupakan pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang
diterima Wajib Pajak Luar Negeri dari Indonesia selain bentuk usaha tetap (BUT) di
Indonesia (UU PPh No. 36 thn 2008)
10. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi di
dalam negeri (di dalam Daerah Pabean), baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa
(Waluyo,2011)
11. Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan pada
barang yang tergolong mewah yang dilakukan oleh produsen (pengusaha) untuk
menghasilkan atau mengimpor barang tersebut dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya (UU PPN & PPnBM No. 42 thn 2009)
12. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pajak yang bersifat kebendaan dan besarnya pajak
terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi / tanah / dan bangunan keadaan
subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besar pajak
13. Pajak Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen yang bersifat perdata
dan dokumen untuk digunakan di pengadilan (UU Bea Materai No. 13 thn 1985)
14. Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan / atau penguasaan
kendaraan bermotor
15. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik
kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau
keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, watisan atau pemasukan
kedalam badan usaha
16. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar
kendaraan bermotor. Bahan bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar
cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor
17. Pajak Air Permukaan adalah pajak atas Pengambilan dan / atau Pemanfaatan Air
Permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah,
tidak termasuk air laut baik yang berada di laut maupun di darat
18. Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh instansi pemerintah
yang berwenang memungut cukai bersama dengan pemungutan cukai rokok
19. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang
dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain
20. Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau
pengusahaan sarang burung wallet
21. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa
penginapan / peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran,
yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma peristirahatan,
pesanggrahan, rumah penginapan, dan sejenisya serta rumah kos dengan jumlah kamar
lebih dari 10.
22. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran
adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang
mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk
jasa boga/katering
23. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran.
Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, atau
keramaian dengan nama dan bentuk apa pun yang ditonton atau dinikmati oleh setiap
orang dengan dipungut bayaran.
24. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat,
perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan
komersial, dan dipergunakan untuk memper- kenalkan, menganjurkan, mempromosikan
atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang atau badan yang
dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan dana / atau dinikmati oleh umum, kecuali yang
dilakukan pemerintah
Pertemuan 2
Prinsip Pemungutan Pajak
Menurut Adam Smith, terdapat 4 prinsip pemungutan pajak
1.Equality : Tekanan pajak diantara subjek pajak masingmasing hendak
2.Certainty : Pajak yang harus dibayar seseorang harus terang dan pasti tidak dapat dimulur-
mulur atau ditawartawar
3.Convenience : Dalam memungut pajak hendaknya memperhatikan saat-saat yang paling
baik dan tepat
4.Efficiency : Pemungutan pajak hendaknya dilaksanakan dengan sehemat-hematnya,
jangan sampai biayanya lebih tinggi
Menurut E.R. A. Seligmen, pd awalnya dasar pertimbangan pemungutan pajak adalah
besarnya kepentingan individu kepada negara, yg kemudian berganti menjadi kemampuan
untuk membayar (ability to pay) Kemampuan membayar (ability to pay ) Wajib pajak dapat
dilihat dari :
Poll : Setiap orang / kepala mempunyai kemampuan yang sama untuk membayar pajak
Expenditure : Besarnya pengeluaran yang dilakukan
Property : Harta yang dimiliki
Product : kemampuan harta yang dimiliki untuk menghasilkan penghasilan
Income : Besarnya jumlah penghasilan
Sistem Perpajakan
1. Self assessment system adalah suatu sistem perpajakan yang memberikan kepercayaan
kepada WP untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan
hak perpajakannya yang dikenal dengan 5M
a.Mendaftarkan b. Menghitung c. Menyetor d. Melaporkan e. Menetapkan
Contoh penerapan self assessment system adalah Penetapan PPh pasal 25
2. Official Assessment system adalah suatu sistem perpajakan dimana inisiatif untuk
memenuhi kewajiban perpajakan berada di pihak fiskus Dalam sistem ini fiskus yang mencari
WP, memberikan NPWP sampai dengan penetapan jumlah pajak.
Contoh penerapan Official assessment system adalah Pengenaan PPh Pasal (4) Ayat (2)
atas pengalihan tanah dan/ atau bangunan dari WP kepada pemerintah
3. Withholding tax system adalah suatu sistem perpajakan dimana pihak ketiga diberi
kepercayaan (Kewajiban) atau diberdayakan oleh UU perpajakan untuk memotong pajak
penghasilan sekian persen dari penghasilan yang dibayarkan kepada wajib pajak
Tipe pajak yang dipotong melalui Withholding system :
Provisional (bersifat sementara): Jmlh pajak yg telah dibyr dpt menjadi kredit pajak atau
mengurangi pajak terhutang atas seluruh penghasilan sesudah akhir thn
Final : Pajak yg tlh dibyr tdk dijadikan kredit pajak / mengurangi pajak yg hrs dibyr di akhir
thn, & tentunya pengh yg dikenakan pajak final tdk dijumlah kan kpd penghasilan lain yg
dikenakan pajak tdk final
Contoh penerapan Witholding Tax system adalah Pemotongan dan pemungutan PPh 21,
22, 23, dan 26
Stelsel Pajak
1. Stelsel Riil (Nyata)
a. Pengenaan pajak didasarkan pada keadaan dari objek pajak yang sesungguhnya
b. Dengan stelsel riil tidak dimungkinkan pemungutan pajak diawal atau selama masa/
tahun pajak, Pemungutan baru bisa dilakukan setelah masa/tahun pajak berakhir
c. Kelebihan : wajib pajak maupun fiscus tidak akan dirugikan apabila teryata terjadi
perubahan keadaan objek pajak karena perubahan tersebut ikut dipertimbangkan dalam
penentuan jumlah pajak
d. Kekurangan: Terlambatnya uang pajak masuk kas negara
Contoh : PPh Pasal 25
3. Stelsel Campuran
a. Merupakan perpaduan dua stelsel yang telah diuraikan sekaligus upaya untuk
menghilangkan kekurangan kedua stelsel tersebut
b. Dalam stelsel campuran Utang pajak ditetapkan dengan stelsel anggapan diawal
masa/tahun pajak yang merupakan ketetapan sementara, kemudian diakhir masa/tahun
pajak akan dikoreksi berdasarkan objek pajak yang sesungguhnya
c. Kelebihan: Awal masa/tahun pajak uang hasil pajak sudah dapat dimasukkan ke kas
negara sehingga dapat segera digunakan & apabila terjadi perubahan dapat diperbaiki di
akhir masa/tahun pajak
Contoh : PPh Pasal 29
Tarif Pajak
Mengacu pada UU Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP)
maka terjadi perubahan level tarif pajak pada beberapa ruang lingkup perpajakan berikut :
1.Perubahan UU PPH – Efektif berlaku pada tahun pajak 2022.
2.Perubahan UU PPN – Efektif berlaku pada 01 April 2022.
3.Perubahan UU KUP – Efektif berlaku mulai tanggal diundangkan.
4.Program Pengungkapan Sukarela - Efektif berlaku pada 01 Januari – 30 Juni 2022.
5.Pajak Karbon - Efektif berlaku pada 01 April 2022.
6.Perubahan UU Cukai - Efektif berlaku mulai tanggal diundangkan.
1. Tarif Lump Sum / Spesifik / Tetap Suatu tarif yang berupa suatu jumlah tertentu yang
sifatnya tetap dan tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah dasar pajak, objek pajak maupun
subjek pajak Contoh : Bea Materai (Rp. 10,000)
2. Tarif Proporsional Tarif ini merupakan sebuah “persentase tunggal” yang dikenakan
terhadap semua objek pajak berapapun nilainya Contoh: Tarif PPN 10% (Tarif Lama)
Dengan berlaku nya UU HPP di ubah menjadi 11%
3. Tarif Progresif (Persentase meningkat)
a. Tarif ini berupa persentase yang meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah
yang dikenai pajak
b. Penerapan tarif progresif dalam PPh tidak dilakukan secara absolut (flat rate)
melainkan dilakukan secara berlapis (bricket rate)
Contoh :
4. Tarif Advalorem Adalah suatu tarif dengan persentase tertentu yang dikenakan /
ditetapkan pada harga atau nilai suatu barang
Contoh : PT XZY mengimpor barang jenis A sebanyak 1500 unit dengan harga per unit
Rp. 100.000,00. Jika tarif Bea Masuk atas Impor Barang tersebut 20%, maka besarnya
Bea Masuk yang harus dibayar adalah : Nilai Barang Impor = 1500 x Rp. 100.000 = Rp.
150.000.000 Tarif Bea Masuk 20%, maka Bea Masuk yang harus dibayar : 20% x Rp.
150.000.000 = Rp. 30.000.000
5. Tarif Spesifik Adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis barang tertentu
atau suatu satuan jenis barang tertentu
Contoh : Misalnya PT ABC mengimpor barang jenis Z sebanyak 1500 unit dengan harga
per unit Rp. 100.000. Jika tarif Bea Masuk atas impor barang Rp. 10.000 per unit, maka
besarnya Bea Masuk yang harus dibayar adalah : Jumlah Barang Impor = 1500 unit Tarif
Bea Masuk Rp. 10.000, maka Bea Masuk yang harus dibayar : Rp. 10.000 x 1500 = Rp.
15.000.000
Pasal 1 Angka 8 UU KUP, mendefinisikan Tahun Pajak sbb : Tahun Pajak adalah Jangka
waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak
sama dengan tahun kalender. Jangka waktu 1 Tahun Kalender adlh jangka waktu dari tgl 1
Jan s.d tgl 31 Des. Wajib Pajak dapat menggunakan tahun pajak selain tahun kalender
dengan terlebih dahulu mengajukan izin ke Kantor Pelayanan Pajak
Contoh : Tahun Pajak Sama Dengan Tahun Kalender : Pembukuan dimulai 1 Jan 2015 dan
berakhir 31 Des 2015, disebut tahun pajak 2015. Tahun Pajak Tidak Sama Dengan Tahun
Kalender : Pembukuan dimulai 1 Juli 2014 dan berakhir 30 Juni 2015
Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak. Bagian dari jangka
waktu 1(satu) Tahun Pajak bisa 1 (satu) bulan Kalender atau beberapa bulan Kalender
Contoh : Pada awal Januari 2017, PT. X melakukan perubahan tahun buku dari Januari –
Desember berubah menjadi April – Maret dan disetujui oleh Direktorat Jenderal Pajak,
mulai tahun pajak April 2017 – Maret 2018.
Dalam hal ini ada bagian dari tahun 2017 yaitu Januari 2017 – Maret 2017 yang disebut
bagian tahun pajak 2017
Saat Pengajuan NPWP Pelaksanaan Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri mendapatkan
NPWP dapat dibedakan sebagai berikut :
1.WP Badan, harus mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama 1 bulan setelah
saat usaha mulai dijalankan, yaitu saat yang terjadi lebih dahulu antara pendirian dan usaha
nyata-nyata mulai dilakukan.
Misal : PT Abadi didirikan pada tgl 1 Jan 2008, dan baru mulai nyata-nyata terdapat kegiatan
usaha pada tgl 1 Maret 2008. Kewajiaban mempunyai NPWP paling lama harus dilaksanakan
pada tgl 1 februari 2008.
2.WP orang pribadi, harus mendaftarkan diri sebagai WP untuk diberikan NPWP dapat
dibedakan :
a. WP OP menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP paling lambat akhir bulan berikutnya Pekerjaan bebas : adlh pekerjaan
yg dilakukan oleh OP yg mempunyai keahlian khusus sbg usaha utk memperoleh pengh yg
tdk terikat oleh hubungan kerja.
b. WP OP tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas. Apabila penghasilan sebulan
setelah disetahunkan telah melebihi PTKP setahun, wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP paling lambat akhir bulan berikutnya.
c. WP OP yg memerlukan NPWP, untuk mendapatkan sesuatu seperti persyaratan pinjaman
bank dan pendirian usaha
TATA CARA MENDAPATKAN NPWP Semua WP yang telah memenuhi persyaratan subyektif
dan obyektif berdasarkan sistem self assessment wajib mendaftarkan diri pada kantor
Direktorat Jendral Pajak untuk dicatat sebagai WP dan sekaligus mendapatkan NPWP
Persyaratan Subyektif : persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subyek pajak
dalam UU PPh
Persyaratan Obyektif : persyaratan bagi subyek pajak yang menerima atau memperoleh
penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan penotongan / pemungutan sesuai dengan
ketentuan UU PPh
1. Pendaftaran NPWP secara langsung. Dimana WP dengan secara langsung datang ke KPP (
Kantor Pelayanan Pajak), atau KP2KP ( Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Pajak )
a. Mengajukan permohonan NPWP
b. Penelitian kelengkapan dokumen
c. Pemberian NPWP
2. Pendaftaran NPWP secara elektronik atau e-Registration atau e-Reg dilakukan WP
melalui media internet
NPPKP
Menurut UU KUP Pasal 2 ayat 2 : Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP)
adalah nomor yang diberikan kepada setiap wajib pajak sebagai pengusaha yang dikenakan
pajak pertambahan nilai (PPN) berdasarkan undang-undang PPN, wajib melaporkan
usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak
Menurut UU KUP Pasal 1 angka 5 : Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yg melakukan
penyerahan barang kena pajak (BKP) & atau penyerahan jasa kena pajak yg dikenai pajak
berdasarkan UU PPN 1984 & perubahannya
Berdasarkan PMK No. 6197/PMK.03/2013 Pengusaha Kecil adalah pengusaha yang selama
1 (satu) tahun buku melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp.
4.800.000.000,00. Pengusaha kecil tidak perlu dikukuhkan sebagai PKP, namun demikian
bagi pengusaha kecil dapat memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP untuk dapat memperoleh
hak sebagai PKP.
SURAT PEMBERITAHUAN
Pasal 1 Angka 11 UU KUP, mendefinisikan Surat Pemberitahuan (SPT) sbb : SPT adalah surat
yang oleh WP digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak,
obyek pajak dan atau bukan obyek pajak dan atau harta dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan ( Pasal 1 angka 11 UU KUP)
Fungsi SPT
1.Fungsi Pelaporan
a.Fungsi Pelaporan SPT bagi WP, adalah berkaitan dengan kegiatan seperti berikut ini :
–Penghitungan jmlh PPh yg sebenarnya terhutang
–Pembayaran / pelunasan pajak yg tlh dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan
atau pemungutan pihak lain dalam bagian/tahun pajak.
–Penghitungan penghasilan yang merupakan obyek pajak dan atau bukan obyek pajak –
Harta dan kewajiban
b. Fungsi Pelaporan SPT bagi PKP, bagi PKP fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk
melaporkan kegiatan berikut :
– Penghitungan jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terhutang
– Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran
– Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan atau
melalui pihak lain dalam satu masa pajak
2. Fungsi Pertanggungjawaban
Fungsi Pertanggungjawaban pada SPT dapat dibedakan menurut yang mempertanggung
jawabkannya :
a. Fungsi Pertanggungjawaban SPT bagi WP, atas pembayaran dari kegiatan
pemotongan atau pemungutan PPh yang dilakukannya terhadap PPh OP atau badan Lain
dalam satu masa pajak.
b. Fungsi Pertanggungjawaban SPT bagi PKP, sebagai pemotong atau pemungut pajak
fungsi SPT adalah sarana untuk mempertanggungjawabkan pajak yang telah dipotong
atau dipungut dan disetorkannya
UU KUP No. 16 Tahun 2009, Pasal 1 Angka 14 mendefinisikan Surat Setoran Pajak (SSP)
sebagai berikut : SSP adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan
dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke Kas Negara
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri keuangan
Fungsi SSP adalah sebagai bukti pembayaran pajak bila telah disahkan oleh Pejabat kantor
penerima pembayaran yang berwenang, atau bila telah mendapatkan validasi dari pihak lain
yang berwenang.
Jenis-Jenis SSP
1.SSP Standar, adalah surat yang oleh WP digunakan atau berfungsi untuk melakukan
pembayaran atau penyetoran pajak yang terhutang ke kantor Penerima Pembayaran dan
digunakan sebagai bukti pembayaran dengan bentuk, ukuran dan isi sesuai dengan yang
telah ditentukan.
2.SSP Khusus, adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak terutang ke Kantor Penerima
Pembayaran yang dicetak oleh Kantor Penerima Pembayaran dengan menggunakan mesin
transaksi dan atau alat lainnya yang isinya sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan
Direktur Jenderal Pajak, dan mempunyai fungsi yang sama dengan SSP standar dalam
administrasi perpajakan.
3. SSPCP (Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak dalam rangka Impor) adalah SSP yang
digunakan importir atau wajib bayar dalam rangka impor. SSPCP digunakan untuk
melakukan penyetoran penerimaan negara dalam rangka impor. SSPCP dibuat dalam
rangkap 8 yang peruntukannya adalah sbb :
4. SSCP ( Surat Setoran Cukai atas Barang kena Cukai dan PPN hasil tembakau buatan
dalam negeri) adalah SSP yang digunakan oleh pengusaha untuk cukai atas barang kena
cukai dan PPN hasil tembakau buatan dalam negeri. SSCP digunakan untuk melakukan
penyetoran penerimaan negara dari cukai atas barang kena cukai & PPN hasil tembakau
buatan dalam negeri.
Surat Ketetapan Pajak dapat diterbitkan karena berdasarkan pemeriksaan atau penelitian
atas data WP, bahwa pajak yang dihitung atau dilaporkan dalam SPT tidak benar, sehingga
masih terdapat :
1.Pajak yang tidak atau kurang dibayar
2.Pajak yang tidak atau kurang dipotong atau dipungut.
2.Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan pajak yang
menetukan besarnya pajak jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi Administrasi, dan jumlah yang masih harus
dibayar (Pasal 1 huruf 16 UU KUP)
3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) Adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan
jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak (Pasal 1 huruf 18 UU KUP).
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) Adalah surat ketetapan pajak yang
menetukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar
daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terhutang ( Pasal 1 huruf 19 UU KUP )
5. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) Adalah surat ketetapan pajak
yg menentukan tambahan atas jmlh pajak yg tlh ditetapkan (Psl 1 huruf 17 UU KUP)
SURAT TAGIHAN PAJAK
UU KUP No. 16 Tahun 2009, Pasal 1 Huruf 20 mendefinisikan Surat Tagihan Pajak (STP)
sebagai berikut: STP adalah surat yang diterbitkan untuk melakukan tagihan pajak
dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda
SANKSI PAJAK
SANKSI DENDA Disebabkan antara lain :
1.Terlambat lapor SPT masa maupun tahunan
a.Sebesar Rp 500.000 untuk SPT masa PPN
b.Sebesar Rp 100.000 untuk SPT masa lainnya
c.Sebesar Rp 1.000.000 untuk SPT tahunan WP Badan
d.Sebesar Rp 100.000 untuk SPT tahunan OP
3. Keterlambatan Pembayaran Pajak pada SPT Masa. WP yang terlambat atau tidak
membayar kewajiban masa pajak akan dikenakan sanksi bunga 2% perbulan yang dihitung
dari jatuh tempo pembayaran s/d tgl pembayaran
4. Sanksi Keterlambatan Pembayaran Pajak pada SPT Tahunan Pembayaran pajak yang
kurang dibayar pada SPT tahunan harus dilunasi sebelum batas waktu pelaporan SPT
dilakukan, apabila melebihi batas tersebut akan dikenakan bunga 2% perbulan yang
dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian SPT Tahunan s/d tgl pembayaran.
5. Sanksi pada SKP Pajak Hasil Pemeriksaan. Kekurangan pajak yang terhutang dalam SKP
hasil pemeriksaan atau keterangan lain ditambah sanksi bunga 2% sebulan untuk selama-
lamanya 24 bulan, dihitung mulai saat terhutangnya atau berakhirnya masa pajak s/d
diterbitkan SKP
6. Sanksi Kurang Bayar Setelah 5 Thn WP Keluar Penjara. WP yang keluar dari penjara
akibat tindak pidana perpajakan atau pidana lainnya walaupun telah lebih 5 tahun sejak saat
pajak terhutangf atau berakhirnya masa/bagian/tahun pajak dapat diterbitkan SKPKB
dengan ditambah sanksi bunga 48%.
7. Sanksi pada STP Hasil Penelitian dan Pemeriksaan Tahun Berjalan. STP dapat diterbitkan
berdasarkan hasil penelitian diketahui PPh tahun berjalan tidak atau kurang dibayar,
kekurangan pembayaran pajak akibat salah tulis atau salah hitung. Atas hasil penelitian
tersebut diterbitkan STP atas sanksi bunga 2% setiap bulannya paling banyak 24 bulan.
2.Sanksi pada SKPKB Hasil Pemeriksaan SPT Tidak benar. Pengenaan sanksi kenaikan ini
dapat dibedakan :
–Sanksi SPT Tidak Dilaporkan walaupun sudah ditegur
–Sanksi Pembukuan Tidak Dilakukan dengan benar
– Sanksi PPh Kurang Dipungut atau Kurang Dipotong – PPn tidak harus dikompesasikan,
direstitusi, tarif 0%
5. Sanksi pada SKPKBT Data baru Dalam hal masih ditemukan data baru atau data yang
semula belum terungkap atas perhitungan pajak yang terhutang dalam SKPKBT ditambah
sanksi administrasi berupa kenaikan 100% dari jumlah kurang bayar
UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat 1 & 1a serta Pasal 2 ayat 2, 3, 4 dan 5 , menjelaskan
bahwa Subjek PPh yaitu
1. Orang Pribadi (OP), meliputi :
a.OP Dalam Negeri yaitu OP yg Bertempat tinggal / berada di Indonesia lebih dari 183 hari
dlm 12 bulan; atau dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
bertempat tinggal di Indonesia
b.OP Luar Negeri yaitu OP yg tidak Bertempat tinggal / berada di Indonesia tdk lebih dari
183 hari dlm 12 bln
2. Badan, meliputi :
a. Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu badan pemerintah
b. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang :
- Menjalankan usaha atau kegiatan melalui BUT di Indonesia
- Menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha
atau kegiatan melalui BUT di Indonesia
3. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, bersifat menggantikan yang berhak
UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 3, menjelaskan bahwa Yang Tidak Termasuk Subjek PPh
yaitu :
1.Kantor perwakilan negara asing
2.Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing dan orang
yang diperbantukan/ yang bekerja dan bertempat tinggal bersama mereka
3.Organisasi - organisasi internasional, yang ditetapkan Menkeu
4.Pejabat – pejabat perwakilan organisasi internasional
UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 1, menjelaskan bahwa yang termasuk Objek PPh
yaitu :
1.Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam UU Pajak
Penghasilan
2.Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
3.Laba usaha
4.Keuntungan krn penjualan atau karena pengalihan harta
5.Penerimaan kembali pembayaran pajak yg tlh dibeban kan sbg biaya & pembayaran
tambahan pengembalian pajak 6.Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena
jaminan pengembalian utang