HUKUM PAJAK
Disusun Oleh :
DEKI LUKMAN WICAKSONO
KELAS K1 / SMT 4
NPM 201003742017764
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 1 Sedangkan hukum
pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., hukum pajak adalah suatu kumpulan
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak
dan rakyat sebagai pembayar pajak.2
Dasar hukum yang menjadi pedoman pengenaan dan pemungutan pajak di
Indonesia antara lain:
a. UUD RI 1945 pasal 23A
b. Undang-Undang : Undang-Undang Pajak Formal, dan Undang-Undang Pajak Materiil
c. Peraturan Pemerintah (peraturan yang lebih rendah yang diamanatkan Undang-
Undang)
d. Perjanjian Perpajakan (Tax- Treaty Lex Specialis terhadap Undang-Undang yang
berlaku)
e. Konvensi Internasional (hukum internasional yang mengikat)
Sistem perpajakan di Indonesia mengalami reformasi pada tahun 1983, yaitu dengan
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan yang saat ini telah mengalami beberapa kali perubahan dalam :
1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;
1
Mardiasmo, Perpajakan, Edisi Terbaru 2016, Andi, Yogyakarta, Halaman 3
2
Rochmat Soemitro, Dasar-Dasar Hukum Pajak, Eresco, 1977, Halaman 8
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;
4. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan Menjadi Undang-Undang;
5. Pasal 113Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (selanjutnya
disebut UU Perpajakan).
1. Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang bebannya ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan
tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau dalam artian wajib pajak harus
membayarkan sendiri kewajibannya untuk membayar pajak. Pajak langsung biasanya
melekat pada orang pribadi si wajib pajak sehingga hak dan kewajibannya tidak
dapat dialihkan. Jenis pajak yang termasuk pajak langsung adalah :
a. Pajak penghasilan (Pph) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak
berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan
sehingga dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat
Atas Undang-Undnag Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan disebut
sebagai wajib pajak. Kewajiban pajak dalam Pph melekat pada wajib pajak atau
subjek pajak sehingga pembayaran pajak tidak dapat diwakilkan;
b. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan terhadap bumi atau
bangunan, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan yang diubah ke dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi
dan Bangunan. Subjek atau wajib pajak PBB adalah orang pribadi atau badan yang
secara nyata mempunyai hak atas bumi, memperoleh manfaat atas bumi, memiliki
bangunan, menguasai bangunan, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
c. Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan dan/atau
penguasaan kendaraan bermotor baik roda dua atau lebih sebagaimana ketentuan
dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Wajib pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi
atau badan yang memiliki kendaraan bermotor
2. Pajak Objektif
Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal pada objek pajak. Pada dasarnya, pajak
objektif ini fokus pengenaannya dengan memperhatikan objeknya, yaitu berupa
benda, keadaan, perbuatan, ataupun peristiwa yang dapat menyebabkan adanya
utang pajak. Contoh pajak objektif adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB), dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Pajak merupakan tulang punggung pendapatan negara. Peran pajak sangat besar
dalam pembangunan negara. Sebagai warga negara yang baik, kita tidak hanya wajib
membayar pajak melainkan mengetahui perpajakan di Indonesia termasuk macam-macam
pajak dan fungsi pajak bagi negara. berdasarkan penggolongannya pajak dibagi menjadi dua
yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pajak Pusat merupakan pajak yang dikelola pemerintah
pusat yang diwakili oleh Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan. Sedangkan pajak
daerah adalah pajak yang dikelola pemerintah daerah yang dalam hal ini adalah pemerintah
tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang diadministrasikan oleh Dinas/Badan
Pendapatan Daerah setempat.
A. Macam-macam Pajak Pusat
1. Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan (PPh) merupakan pungutan yang dikenakan kepada orang pribadi
atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak.
Penghasilan tersebut dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan
lain sebagainya. Subjek PPh sendiri terbagi menjadi dua yaitu wajib pajak dalam dan
luar negeri. Menurut ketentuan perpajakan di Indonesia, mereka adalah pihak yang
membayar, memotong, dan memungut pajak yang terutang atas objek pajak. Objek
PPh merupakan setiap penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak.
Penghasilan tersebut diperoleh wajib pajak dari dalam maupun luar negeri. Pajak
Penghasilan diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan.
4. Bea Materai
Bea meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen yang bersifat perdata dan
dokumen untuk digunakan di pengadilan. Bea meterai juga dapat diartikan pajak
atas dokumen yang terutang sejak saat dokumen tersebut ditandatangani oleh
pihak-pihak yang berkepentingan, atau diserahkan kepada pihak lain jika dokumen
itu hanya dibuat oleh satu pihak. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985
Tentang Bea Materai, disebutkan kalau fungsi materai adalah pajak dokumen yang
dibebankan oleh negara untuk dokumen tertentu. Jadi pada dasarnya, bea meterai
adalah pajak atau objek pemasukan kas negara yang dihimpun dari dana masyarakat
yang dikenakan terhadap dokumen tertentu. Subjek bea materai adalah :
a. Pihak yang menerima atau mendapatkan manfaat dokumen, kecuali pihak yang
bersangkutan menentukan berbeda.
b. Jika dokumen dibuat secara sepihak, seperti kwitansi, bea meterai terutang oleh
penerima kwitansi.
c. Jika dokumen dibuat oleh dua pihak atau lebih, seperti surat perjanjian, masing-
masing pihak terutang bea meterai.
d. Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang merupakan pajak pusat adalah PBB
Sektor P3 (Pajak Bumi dan Bangunan Pertambangan, Perhutanan, dan Perkebunan)
yang diadministrasikan langsung oleh pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal
Pajak. Hal tersebut sebagaimana Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
Per-47/PJ/2015 Tentang Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Pertambangan Untuk Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
Berikut ini macam-macam pajak daerah atau pajak yang dipungut pemerintah
daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (UU 28/2009):
4. Pajak Rokok
Pajak Rokok diatur pada Pasal 26 sampai dengan pasal 31 UU 28/2009. Pajak Rokok
dipungut oleh instansi Pemerintah yang berwenang memungut cukai bersamaan
dengan pemungutan cukai rokok. Selanjutnya hasil dari Penerimaan Pajak Rokok ini
disetorkan ke Kas Daerah. Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh
persen) dari cukai rokok. Pajak rokok sendiri memiliki pengertian berbeda dengan
cukai rokok, baik dari cara pungutan maupun besaran pungutannya. Pajak rokok
dapat diartikan sebagai pungutan atas cukai yang dipungut pemerintah. Sedangkan,
cukai rokok adalah pungutan terhadap rokok dan produk tembakau lainnya,
termasuk cigaret, cerutu dan rokok daun. Pembebanannya pun berbeda. Kalau cukai
rokok dibebankan kepada perokok, sementara pajak rokok dibebankan kepada
produsen rokok.
6. Pajak Hotel
Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/ peristirahatan termasuk jasa terkait
lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk
pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan, dan sejenisnya,
serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Pajak Hotel dipungut
atas pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa
penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan
kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Pengaturan atas Pajak Hotel
terdapat pada Pasal 32 s/d Pasal 36 UU 28/2009.
7. Pajak Restoran
Restoran adalah fasilitas penyedia makan dan/ minuman yang dipungut bayaran,
yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya
termasuk jasa boga/ katering. Pajak Restoran dipungut pajak atas pelayanan yang
disediakan oleh restoran. Sehingga objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang
disediakan oleh restoran. Ketentuan Pajak Restoran terdapat pada Pasal 37 s/d Pasal
41 UU 28/2009.
8. Pajak Hiburan
Pajak Hiburan diatur dalam Pasal 42 s/d Pasal 46 UU 28/2009. Pengertian hiburan
dalam UU 28/2009 adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau
keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Pajak Hiburan dipungut atas
jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran. Objek Pajak Hiburan adalah
jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran.
9. Pajak Reklame
Pajak reklame merupakan biaya yang harus dibayar agar mendapatkan izin
penyelenggaraan reklame. Jika tidak membayar pajak reklame, siap-siap saja baliho
atau spanduk Anda akan diturunkan. pajak reklame adalah pungutan yang dikenakan
atas semua penyelenggaraan reklame. Kita biasanya mengidentikkan reklame
dengan media periklanan besar yang ditempatkan pada area yang sering dilewati
masyarakat umum seperti sisi jalan raya. Reklame umumnya berisi informasi dengan
ilustrasi yang besar dan menarik. Pajak Reklame diatur dalam Pasal 47 s/d Pasal 51
UU 28/2009.