Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH

HUKUM PAJAK

Disusun Oleh :
DEKI LUKMAN WICAKSONO
KELAS K1 / SMT 4
NPM 201003742017764

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
Nama : Deki Lukman Wicaksono
NPM : 201003742017764
Mata Kuliah : Hukum Pajak
Dosen : Widiati Dwi Winarni, S.H., M.H.

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 1 Sedangkan hukum
pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., hukum pajak adalah suatu kumpulan
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak
dan rakyat sebagai pembayar pajak.2
Dasar hukum yang menjadi pedoman pengenaan dan pemungutan pajak di
Indonesia antara lain:
a. UUD RI 1945 pasal 23A
b. Undang-Undang : Undang-Undang Pajak Formal, dan Undang-Undang Pajak Materiil
c. Peraturan Pemerintah (peraturan yang lebih rendah yang diamanatkan Undang-
Undang)
d. Perjanjian Perpajakan (Tax- Treaty Lex Specialis terhadap Undang-Undang yang
berlaku)
e. Konvensi Internasional (hukum internasional yang mengikat)

Sistem perpajakan di Indonesia mengalami reformasi pada tahun 1983, yaitu dengan
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan yang saat ini telah mengalami beberapa kali perubahan dalam :
1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;
1
Mardiasmo, Perpajakan, Edisi Terbaru 2016, Andi, Yogyakarta, Halaman 3
2
Rochmat Soemitro, Dasar-Dasar Hukum Pajak, Eresco, 1977, Halaman 8
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;
4. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan Menjadi Undang-Undang;
5. Pasal 113Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (selanjutnya
disebut UU Perpajakan).

Pasal 1 angka 1 UU Perpajakan menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib


kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Setiap orang
yang telah memenuhi ketentuan untuk membayar pajak disebut sebagai wajib pajak,
dimana dalam Pasal 1 angka 2 UU Perpajakan dinyatakan bahwa wajib pajak adalah orang
pribadi atau badan meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Pajak dibedakan menjadi beberapa pengelompokan yang dibedakan berdasarkan
golongannya/cara pemungutannya, sifatnya dan lembaga pemungutannya. Pengelompokan
pajak berdasarkan golongan/cara pemungutannya dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu pajak
langsung dan pajak tidak langsung yang akan kami uraikan sebagai berikut:

1. Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang bebannya ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan
tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau dalam artian wajib pajak harus
membayarkan sendiri kewajibannya untuk membayar pajak. Pajak langsung biasanya
melekat pada orang pribadi si wajib pajak sehingga hak dan kewajibannya tidak
dapat dialihkan. Jenis pajak yang termasuk pajak langsung adalah :
a. Pajak penghasilan (Pph) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak
berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan
sehingga dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat
Atas Undang-Undnag Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan disebut
sebagai wajib pajak. Kewajiban pajak dalam Pph melekat pada wajib pajak atau
subjek pajak sehingga pembayaran pajak tidak dapat diwakilkan;
b. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan terhadap bumi atau
bangunan, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan yang diubah ke dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi
dan Bangunan. Subjek atau wajib pajak PBB adalah orang pribadi atau badan yang
secara nyata mempunyai hak atas bumi, memperoleh manfaat atas bumi, memiliki
bangunan, menguasai bangunan, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
c. Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan dan/atau
penguasaan kendaraan bermotor baik roda dua atau lebih sebagaimana ketentuan
dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Wajib pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi
atau badan yang memiliki kendaraan bermotor

2. Pajak Tidak Langsung


Pajak tidak langsung merupakan kebalikan dari pengenaan pajak langsung. Pajak
tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada orang lain atau
pembayarannya dapat diwakilkan kepada pihak lain. Jenis pajak yang termasuk pajak
tidak langsung diantaranya adalah:
a. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pungutan yang dibebankan atas transaksi
jual-beli barang dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau wajib pajak
badan yang telah menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP). PPN diatur dalam
Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Pajak harus dikenakan pada
setiap proses produksi dan distribusi, tetapi jumlah pajak yang terutang
dibebankan kepada konsumen akhir yang memakai produk tersebut, oleh karena
itu PPN dapat digolongkan sebagai pajak tidak langsung.
b. Pajak Bea Masuk adalah pajak yang dikenakan terhadap barang yang masuk
daerah pabean sebagaimana ketentuan dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
c. Pajak Ekspor merupakan pungutan resmi yang dikenakan terhadap barang
ekspor tertentu. Objek pajak ekspor adalah Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa
Kena Pajak (JKP).

Sedangkan pengelompokan pajak berdasarkan sifatnya juga dibedakan


menjadi 2 (dua), yaitu pajak subjektif dan pajak objektif yang akan kami uraikan
sebagai berikut:
1. Pajak Subjektif
Pajak Subjektif adalah pajak yang berpangkal pada subjeknya atau dalam artian wajib
pajak dikenakan berdasarkan atas subyek atau keadaan diri wajib pajak. Contoh
pajak subjektif adalah Pajak Penghasilan (Pph).

2. Pajak Objektif
Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal pada objek pajak. Pada dasarnya, pajak
objektif ini fokus pengenaannya dengan memperhatikan objeknya, yaitu berupa
benda, keadaan, perbuatan, ataupun peristiwa yang dapat menyebabkan adanya
utang pajak. Contoh pajak objektif adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB), dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Pajak merupakan tulang punggung pendapatan negara. Peran pajak sangat besar
dalam pembangunan negara. Sebagai warga negara yang baik, kita tidak hanya wajib
membayar pajak melainkan mengetahui perpajakan di Indonesia termasuk macam-macam
pajak dan fungsi pajak bagi negara. berdasarkan penggolongannya pajak dibagi menjadi dua
yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pajak Pusat merupakan pajak yang dikelola pemerintah
pusat yang diwakili oleh Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan. Sedangkan pajak
daerah adalah pajak yang dikelola pemerintah daerah yang dalam hal ini adalah pemerintah
tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang diadministrasikan oleh Dinas/Badan
Pendapatan Daerah setempat.
A. Macam-macam Pajak Pusat

1. Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan (PPh) merupakan pungutan yang dikenakan kepada orang pribadi
atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak.
Penghasilan tersebut dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan
lain sebagainya. Subjek PPh sendiri terbagi menjadi dua yaitu wajib pajak dalam dan
luar negeri. Menurut ketentuan perpajakan di Indonesia, mereka adalah pihak yang
membayar, memotong, dan memungut pajak yang terutang atas objek pajak. Objek
PPh merupakan setiap penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak.
Penghasilan tersebut diperoleh wajib pajak dari dalam maupun luar negeri. Pajak
Penghasilan diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan.

2. Pajak Pertambahan Nilai


Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah pungutan yang dibebankan atas transaksi
jual-beli barang dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau wajib pajak
badan yang telah menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pedagang/Penjual yang
berkewajiban memungut, menyetor dan melaporkan PPN, akan tetapi pihak yang
berkewajiban membayar PPN adalah Konsumen Akhir. Objek yang dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai atau biasa disebut dengan Objek PPN adalah:
A. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah
Pabean yang dilakukan oleh pengusaha
B. Impor Barang Kena Pajak
C. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean
D. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
E. Ekspor Barang Kena Pajak berwujud atau tidak berwujud dan Ekspor Jasa Kena
Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan
pada barang yang tergolong mewah yang dilakukan oleh produsen (pengusaha)
untuk menghasilkan atau mengimpor barang tersebut dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya. Barang-barang yang tergolong mewah dan harus dikenai PPnBM ialah:
a. Barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok
b. Barang yang hanya dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
c. Barang yang hanya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi
d. Barang yang dikonsumsi hanya untuk menunjukkan status atau kelas sosial.
Menurut Pasal 8 Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, tarif
pajak penjualan atas barang mewah ditetapkan paling rendah 10% (sepuluh persen)
dan paling tinggi sebesar 200% (dua ratus persen). Jika pengusaha melakukan ekspor
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah maka akan dikenai pajak dengan tarif
sebesar 0% (nol persen).

4. Bea Materai
Bea meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen yang bersifat perdata dan
dokumen untuk digunakan di pengadilan. Bea meterai juga dapat diartikan pajak
atas dokumen yang terutang sejak saat dokumen tersebut ditandatangani oleh
pihak-pihak yang berkepentingan, atau diserahkan kepada pihak lain jika dokumen
itu hanya dibuat oleh satu pihak. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985
Tentang Bea Materai, disebutkan kalau fungsi materai adalah pajak dokumen yang
dibebankan oleh negara untuk dokumen tertentu. Jadi pada dasarnya, bea meterai
adalah pajak atau objek pemasukan kas negara yang dihimpun dari dana masyarakat
yang dikenakan terhadap dokumen tertentu. Subjek bea materai adalah :
a. Pihak yang menerima atau mendapatkan manfaat dokumen, kecuali pihak yang
bersangkutan menentukan berbeda.
b. Jika dokumen dibuat secara sepihak, seperti kwitansi, bea meterai terutang oleh
penerima kwitansi.
c. Jika dokumen dibuat oleh dua pihak atau lebih, seperti surat perjanjian, masing-
masing pihak terutang bea meterai.
d. Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang merupakan pajak pusat adalah PBB
Sektor P3 (Pajak Bumi dan Bangunan Pertambangan, Perhutanan, dan Perkebunan)
yang diadministrasikan langsung oleh pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal
Pajak. Hal tersebut sebagaimana Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
Per-47/PJ/2015 Tentang Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Pertambangan Untuk Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

B. Macam-Macam Pajak Daerah

Berikut ini macam-macam pajak daerah atau pajak yang dipungut pemerintah
daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (UU 28/2009):

1. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.


Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik
kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak
atau keadaan terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau
pemasukan ke dalam badan usaha. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 9 ayat (1)
UU 28/2009, Objek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah penyerahan
kepemilikan kendaraan bermotor. Pasal 2 ayat (2) UU 28/2009 menyebutkan bahwa
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah Pajak Provinsi.

2. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor.


Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor merupakan Jenis Pajak yang termasuk
didalam Pajak Provinsi. Pengertian dari Bahan Bakar Kendaraan Bermotor itu sendiri
adalah semua jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan
bermotor, sedangkan Pajaknya dipungut pajak atas penggunaan bahan bakar
Kendaraan Bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan untuk Kendaraan
Bermotor. Objek Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan
bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan di air
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 16 UU 28/2009. Bahan bakar Kendaraan
Bermotor sebagaimana yang dimaksud adalah bahan bakar dalam bentuk cair atau
gas.

3. Pajak Air Permukaan


Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan adalah pungutan daerah
(Provinsi) atas pengambilan dan pemanfaatan air permukaan. Air Permukaan adalah
air yang berada di atas permukaan bumi tidak termasuk air laut kecuali air laut
tersebut telah dimanfaatkan di darat. Pasal 21 ayat (1) mengatur bahwa objek dari
Pajak Air Permukaan adalah:
a. Pengambilan air permukaan;
b. Pemanfaatan air permukaan; dan
c. Pengambilan dan pemanfaatan air permukaan;
Sedangkan pengecualikan dari objek Pajak Air Permukaan, yaitu :
a. Pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan untuk keperluan dasar
rumah tangga;
b. Pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan untuk kepentingan
pengairan pertanian dan perikanan rakyat;
c. Pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah; dan

4. Pajak Rokok
Pajak Rokok diatur pada Pasal 26 sampai dengan pasal 31 UU 28/2009. Pajak Rokok
dipungut oleh instansi Pemerintah yang berwenang memungut cukai bersamaan
dengan pemungutan cukai rokok. Selanjutnya hasil dari Penerimaan Pajak Rokok ini
disetorkan ke Kas Daerah. Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh
persen) dari cukai rokok. Pajak rokok sendiri memiliki pengertian berbeda dengan
cukai rokok, baik dari cara pungutan maupun besaran pungutannya. Pajak rokok
dapat diartikan sebagai pungutan atas cukai yang dipungut pemerintah. Sedangkan,
cukai rokok adalah pungutan terhadap rokok dan produk tembakau lainnya,
termasuk cigaret, cerutu dan rokok daun. Pembebanannya pun berbeda. Kalau cukai
rokok dibebankan kepada perokok, sementara pajak rokok dibebankan kepada
produsen rokok.

5. Pajak Kendaraan Bermotor


Pajak Kendaraan Bermotor diatur dalam Pasal 3 s/d Pasal 8 UU 28/2009. Adapun
yang dimaksud dengan kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda
berserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan
oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berpungsi untuk
mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga bergerak kendaraan
bermotor yang bersangkutan, termasuk alat berat dan alat besar yang dalam
operasinya mengunakan roda dan motor yang tidak melekat secara permanen serta
kendaran bermotor yang dioperasikan di air. Pajak Kendaraan Bermotor, dipungut
pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.

6. Pajak Hotel
Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/ peristirahatan termasuk jasa terkait
lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk
pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan, dan sejenisnya,
serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Pajak Hotel dipungut
atas pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa
penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan
kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Pengaturan atas Pajak Hotel
terdapat pada Pasal 32 s/d Pasal 36 UU 28/2009.

7. Pajak Restoran
Restoran adalah fasilitas penyedia makan dan/ minuman yang dipungut bayaran,
yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya
termasuk jasa boga/ katering. Pajak Restoran dipungut pajak atas pelayanan yang
disediakan oleh restoran. Sehingga objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang
disediakan oleh restoran. Ketentuan Pajak Restoran terdapat pada Pasal 37 s/d Pasal
41 UU 28/2009.
8. Pajak Hiburan
Pajak Hiburan diatur dalam Pasal 42 s/d Pasal 46 UU 28/2009. Pengertian hiburan
dalam UU 28/2009 adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau
keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Pajak Hiburan dipungut atas
jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran. Objek Pajak Hiburan adalah
jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran.

9. Pajak Reklame
Pajak reklame merupakan biaya yang harus dibayar agar mendapatkan izin
penyelenggaraan reklame. Jika tidak membayar pajak reklame, siap-siap saja baliho
atau spanduk Anda akan diturunkan. pajak reklame adalah pungutan yang dikenakan
atas semua penyelenggaraan reklame. Kita biasanya mengidentikkan reklame
dengan media periklanan besar yang ditempatkan pada area yang sering dilewati
masyarakat umum seperti sisi jalan raya. Reklame umumnya berisi informasi dengan
ilustrasi yang besar dan menarik. Pajak Reklame diatur dalam Pasal 47 s/d Pasal 51
UU 28/2009.

10. Pajak Penerangan Jalan


Penerangan jalan termasuk ke dalam pajak daerah. Lampu-lampu yang berjajar di
sepanjang jalan, menerangi kala malam hari, ternyata turut dikenai pajak. Pajak
penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan
sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Pada konteks ini, sumber lain tersebut
adalah tenaga listrik dari PLN dan/atau bukan PLN.

11. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan


Setiap kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan dipungut pajak
dengan nama Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan. Objek Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan adalah kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan
yang meliputi asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung,
batu permata, bentonit, dolomite, feldspar, garam batu (halite), grafit,
granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien,
oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, phospat, talk, tanah serap (fullers earth),
tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, trakkit, dan
mineral bukan logam dan batuan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

12. Pajak Parkir


Pajak Parkir dipungut atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik
yang disediakan berakaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai
suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Objek
Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu
usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

13. Pajak Air Tanah


Setiap pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah dipungut pajak dengan nama
Pajak Air Tanah. Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan
air tanah.

14. Pajak Sarang Burung Walet


Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau
pengusahaan sarang burung walet. Objek pajaknya adalah pengambilan dan/atau
pengusahaan sarang burung walet. Subjek pajaknya adalah orang pribadi atau badan
yang melakukan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet.

15. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan


Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau
bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau
Badan untuk sektor perdesaan dan perkotaan kecuali kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

16. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan


Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pungutan atas
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan
diperolehnya hak atas dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.

17. Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan


Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau
bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau
Badan untuk sektor perdesaan dan perkotaan kecuali kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, Perpajakan, Edisi Terbaru 2016, Andi, Yogyakarta, Halaman 3


Rochmat Soemitro, Dasar-Dasar Hukum Pajak, Eresco, 1977, Halaman 8
https://hukumexpert.com/macam-macam-pajak/?detail=ulasan

Anda mungkin juga menyukai