Anda di halaman 1dari 13

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan undang- undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak adalah iuran rakyat pada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) yang
tidak langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sedangkan
Retribusi adalah Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan
(pasal 1 angka 26 UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi).

Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar
bidang keuangan. contoh penerapan pajak sebagai fungsi pengatur adalah: Pajak yang tinggi dikenakan
terhadap barang-barang mewah. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPNBM) dikenakan pade saat
terjadi transaksi jual beli barang mewah. Makin mewah suatu barang maka tarif pajaknya makin tinggi
sehingga barang tersebut makin mahal harganya. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak
berlomba-omba untuk mengonsumsi barang mewah (mengurangi gaya hidup mewah)

Subjek Pajak merupakan orang pribadi maupun badan yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku di Indonesia, Satu hal penting lainnya, hak dan kewajiban yang
dimiliki oleh setiap subyek pajak berbeda-beda satu sama lain. Bahkan kenyataannya, tidak seluruh
subyek pajak memiliki kewajiban perpajakan seperti halnya membayar dan melaporkan pajak pada
umumnya.

Wajib Pajak (WP) Adalah pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang undangan
perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan termasuk pemungutan dan pemotongan
pajak

Syarat-syarat pemungutan pajak antara lain yaitu :

a. Syarat keadilan, Pemungutan pajak harus berlandaskan keadilan, baik dalam peraturan perundang-
undangan maupun dalam pelaksanaan pemungutan pajak. Landasan keadilan ini merupakan syarat yang
harus dipenuhi untuk mencapai keadilan bagi masyarakat. Contoh dari adil yang dimaksud antara lain:
Wajib pajak memiliki hak dan kewajiban yang diatur oleh undang-undang. Setiap warga negara yang
memenuhi syarat sebagai wajib pajak haruslah menyetorkan pajaknya. Adanya sanksi untuk
pelanggaran-pelanggaran pajak yang terjadi.Syarat yuridis

b. Syarat Yuridis, Pemungutan pajak selalu didasarkan pada undang-undang yang berlaku. Salah satu
undang-undang yang mengatur pemungutan pajak adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum Perpajakan. Dengan adanya pengaturan dalam bentuk undang-undang,
pemerintah memberikan jaminan hukum bagi terlaksananya aktivitas pemungutan pajak
C. Syarat Ekonomis, Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu aktivitas perekonomian yang dapat
mengakibatkan kelesuan perekonomian nasional. Contohnya, pemungutan pajak tidak boleh
mengganggu aktivitas produksi ataupun perdagangan yang sedang berlangsung. d. Syarat Financial

D. Syarat Financial, Pemungutan pajak harus dilakukan dengan efisien dan efektif sehingga hasil yang
diperoleh maksimal. Efisien maksudnya pemungutan pajak harus dilakukan dengan mudah, tepat
sasaran, tepat waktu dan biaya minimal. Efektif artinya pemungutan pajak harus membawa hasil sesuai
perhitungan yang telah dilakukan. Dalam syarat ini, biaya pemungutan pajak harus lebih kecil daripada
pemasukan pajak yang diterima kas negara.

E. Sistem pemungutan harus sederhana, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah
dimengerti wajib pajak. Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan membantu wajib pajak dalam
melaporkan pajak mereka dan mendorong masyarakat memenuhi kewajiban perpajakan. Dengan
demikian, pemasukan negara dari pajak akan semakin meningkat.

Asas Pemungutan Pajak

a. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal) Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak
atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya baik penghasilan yang
berasal dari dalam maupun luar negeri. Setiap Wajib Pajak yang berdomisili atau bertempat tinggal di
wilayah Indonesia (Wajib Pajak dalam Negeri) dikenakan pajak atas seluruh penghasilan yang
diperolehnya baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. Contoh: Tuan Akbar bertempat tinggal di
Indonesia dalam jangka waktu tertentu yang menurut peraturan perpajakan Indonesia telah memenuhi
ketentuan sebagai Wajib Pajak dalam Negeri. Pada tahun 2011, Tuan Akbar memperoleh penghasilan
dari Indonesia sebesar Rp50.000.000 dan dari luar negeri sebesar Rp75.000.000. Penghasilan Tuan
Akbar yang dikenakan pajak di Indonesia pada tahun 2011 adalah sebesar Rp.125.000.000

b.Asas Sumber, Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan
bersumber di wilayahnya tanpa memerhatikan tempat tinggal Wajib Pajak. Setiap orang yang
memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenakan pajak atas penghasilan yang diperolehnya tadi. yang
Contoh: Nomura adalah warga negara Jepang yang pada bulan Juli 2011 memperoleh penghasilan dari
Indonesia sebesar Rp100.000.000 dan dari negara lain sebesar Rp50.000.000. Menurut peraturan
perpajakan yang berlaku di Indonesia, Nomura bukan Wajib Pajak dalam Negeri. Oleh karena itu,
penghasilan Nomura yang dikenakan Pajak di Indonesia pada bulan Juli 2011 adalah hanya penghasilan
yang bersumber dari Indonesia saja yaitu sebesar Rp100.000.000.

c. Asas Kebangsaan Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan
suatu negara. Misalnya, pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan atas setiap orang asing vang bukan
berkebangsaan Indonesia, tetapi bertempat tinggal di Indonesia.

Teori perpajakan

1. Teori Asuransi Teori ini menyatakan bahwa negara bertugas untuk melindungi orang dan segala
kepentingannya, meliputi keselamatan dan keamanan jiwa juga harta bendanya. Seperti halnya dalam
perjanjian asuransi (pertanggungan), untuk melindungi orang kepentingan tersebut diperlukan
pembayaran premi.

2. Teori Kepentingan Teori ini awalnya hanya memerhatikan pembagian beban pajak yang harus dipun
dari seluruh penduduk. Pembagian beban ini harus didasarkan atas kepenting masing-masing orang
dalam tugas-tugas pemerintah, termasuk perlindungan jiwa orang-orang itu beserta harta bendanya.
Oleh karena itu, sudah sewajarnya jik biaya-biaya yang dikeluarkan oleh negara dibebankan kepada
mereka.

3. Teori Gaya Pikul Teori ini menyatakan bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada jasa-jag
yang diberikan oleh negara kepada warganya, yaitu perlindungan atas jiwa dan harta bendanya. Untuk
kepentingan tersebut, diperlukan biaya-biaya yang harus dipikul oleh segenap orang yang menikmati
perlindungan itu yaitu dalam bentuk pajak.

4. Teori Kewajiban Pajak Mutlak (Teori Bakti), Berlawanan dengan ketiga teori sebelumnya yang tidak
mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan warganya, teori ini mendasarkan pada paham
Organische Steatsleer. Paham ini mengajarkan bahwa karena sifat suatu negara, timbulah hak mutlak
untuk memungut pajak. Orang-orang tidaklah berdiri sendiri, dengan tidak adanya persekutuan tidak
akan ada individu.

5. Teori Asas Gaya Beli, teori ini tidak mempersoalkan asal mula negara memungut pajak, melainkan
hanya melihat pada efeknya dan memandang efek yang baik itu sebagai dasar keadilannya.

Menurut golongannya:
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan
atau dilimpahkan kepada orang lain, contoh PPh.
b. Pajak Tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada
orang lain, contoh PPn
Menurut Sifatnya:
a. Pajak Subyektif, adalah pajak yang berpangkal pada subyeknya, yaitu dengan memperhatikan
keadaan diri wajib pajak
b.Pajak obyektif, adalah pajak yang berpangkal pada obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri
wajib pajak
Menurut lembaga yang memungutnya:
a.Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pempus dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga negara, contoh PPh, PPn, PPn-BM, PBB, Bea materai
b.Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah contoh PKB, BBNKB, Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Penerangan
Jalan dll.

Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak Negara (Pajak Pusat), pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Contoh: PPh, PPN, dan PPNBM.
b. Pajak Daerah, pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat (pajak provinsi)
maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah
masing-masing. Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan
Bakar Kendaraan, Pajak Air Permukaan, Pajak Rokok, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah,
Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan. Pajak Provinsi meliputi Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air, Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor,
serta Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Pajak Kabupaten/Kota
meliputi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak
Pengambilan Bahan Galian Golongan C, Pajak Parkir, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan,
dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Dasar hukum UU No.16 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas UU No.6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta Wajib pajak untuk secara
langsung dan bersama-sama melaksanakan pembangunan negara.
Terminologi Pasal (1) UU.No.16/2000, WAJIB PAJAK (WP) Adalah pribadi atau badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban
perpajakan termasuk pemungutan dan pemotongan pajak.

BADAN Adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukanusaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma,
kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya.

PENGUSAHA Adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk kegiatan usaha atau pekerjaannya
menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan,
memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.

PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) Adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenakan pajak berdasarkan UU Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan,
kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan menjadi PKP.

MASA PAJAK Adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan TAKWIM atau jangka
waktu lain yang ditetapkan keputusan mnteri keuangan paling lama 3 (tiga) bulan takwim.

PAJAK YANG TERUTANG Adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat dalam Masa Pajak, Tahun
Pajak atau dalam Bagian Tahun Pajak menurut ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan.
SURAT PAKSA Adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan menurut UU
No.19/2000 tentang penagihan dengan Surat Paksa
KREDIT PAJAK Adalah Pajak Masukan (PM) yang dapat dikreditkan setelah dikurangi dengan
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau setelah dikurangi dengan pajak yang telah
dikompensasikan, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.

PENANGGUNG PAJAK Adalah pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak
termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban WP menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan

NPWP pasal (2) ayat (1) UU.No.16/2000 (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), NPWP adalah nomor yang
diberikan kepada WP sebagai suatu sarana dalam administrasi perpajakanyang digunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas WP dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya
Dikeluarkan oleh Ditjen Pajak merupakan satu set nomor yang dikelompokkan atas fungsinya untuk
angka pengecekan dan kode kantor KPP
NPPKP = Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, NPPKP adalah nomor yang diberikan kepada
pengusaha yang memenuhi syarat sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Dalam rangka penyederhanaan
adm perpajakan dipandang perlu mempergunakan SATU NOMOR IDENTITAS WP yaitu NPWP dan NPPKP
adalah SAMA (SuratEdaran Ditjen Pajak No.02/PJ09/1998 tgl 4 Mei 1998)

FUNGSI NPWP :Dipergunakan untuk mengetahui identitas WP yang sebenarnya, sehingga setiap WP
hanya diberikan satu NPWP, Sarana dalam administrasi perpajakan, Berguna untuk menjaga ketertiban
dalam pembayaran pajak dan dalam administrasi perpajakan.

FUNGSI NPPKP: Dipergunakan sebagai identitas Pengusaha Kena Pajak, Berguna untuk administrasi
pemenuhan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah ( PPN dan PPnBM ),
Berguna untuk pengawasan administrasi perpajakan.

Sanksi tidak punya NPWP/NPPKP. Sanksi bagi WP yang tidak mendaftar, menyalahgunakan atau
meggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP yang dapat merugikan negara dipidana penjara
selama-lamanya 6 tahun dan atau denda setinggi-tingginya 4 kali jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar
PENGHAPUSAN NPWP, WP pindah dari satu KPP ke KPP lain, WP meninggal dunia, Warisan telah selesai
dibagi, Badan termasuk BUT dibubarkan, WP wanita kawin dan tidak pisah harta.

Tata Cara Pendaftaran NPWP dan Pengukuhan PKP Wajib Pajak (WP)

mengisi formulir pendaftaran dan menyampaikan secara langsung atau melalui pos ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) setempat
dengan melampirkan ketentuan sebagai berikut.

1. Untuk WP Orang Pribadi Nonusahawan

Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal
dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi Suise SurIo
2. Untuk WP Orang Pribadi Usahawan

a. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat keterangan tempat
tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing

b. Surat Keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi yang berwenang
minimal Lurah atau Kepala Desa.

3. Untuk WP Badan

a. Fotokopi akta pendirian dan perubahan terakhir atau surat keterangan penunjukkan dari kantor
pusat bagi BUT.

b. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat keterangan tempat
tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing, dari salah
seorang pengurus aktif.

c. Surat Keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala
Desa.

4. Untuk Bendaharawan sebagai Pemungut/Pemotong

a. Fotokopi KTP bendaharawan.

b. Fotokopi surat penunjukan sebagai bendaharawan.

5. Untuk joint operation sebagai Wajib Pajak Pemotong/pemungut

a. Fotokopi perjanjian kerja sama sebagai joint operation.

b. Fotokopi NPWP masing-masing anggota joint operation.

C. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat keterangan tempat
tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing, dari salah
seorang pengurus joint operation.

6. Wajib Pajak dengan status cabang, orang pribadi pengusaha tertentu atau wanita kawin tidak pisah
harta harus melampirkan fotokopi surat keterangan terdaftar.

7. Apabila permohonan ditandatangani orang lain harus dilengkapi dengan surat kuasa khusus.

Penghapusan NPWP

Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak apabila:

1. diajukan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak oleh Wajib Pajak dan/ atau ahli
warisnya apabila Wajib Pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/ atau objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
2. Wajib Pajak badan dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan usaha;

3. Wajib Pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia;

4. Wajib Pajak orang pribadi wanita menikah dan tidak melaksanakan kewajiban pajak sendiri;

5. Wajib Pajak yang piutangnya dihapuskan akibat tidak memiliki kekayaan atau meninggal tanpa
warisan;

6. dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan Nomor Pokok Wajib Pajak dari
Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan atas permohonan
penghapusan NPWP dalam jangka waktu 6 (enam) bulan untuk Wajib Pajak orang pribadi atau 12 (dua
belas) bulan untuk Wajib Pajak badan, sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap. Dasar
hukummnya yaitu KEP-516/PJ/2000 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha,
Tata Cara Pendaftaran dan penghapusan NPWP, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak.

Dasar hukum Pajak Penghasilan pasal 21 adalah UU no. 36 Tahun 2008, yang dimaksud dengan PPh
Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan
oleh Wajib pajak orang pribadi dalam negeri.

Pemotong Pajak atau Subjek Pajak atas PPh Pasal 21 adalah :


a. Pemberi kerja terdiri atas orang pribadi dan badan, termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT) baik
merupakan induk atau cabang perwakulan atau unit.

b. Bendaharawan pemerintah termasuk bendaharawan pada pemerintah pusat, pemerintah daerah,


instansi atau lembaga pemerintah, lembaga lembaga negara lainnya dan kedutaan besar RI di luar
negeri.

c. Dana pensiun, PT. Taspen, PT. Jamsostek dan badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja
lainnya, atau badan badan lain yang membayar uang pensiun, Tabungan Hari Tua atau Tunjangan Hari
Tua (THT).

d. Yayasan, lembaga, kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan dan organisasi dalam bentuk apapun dalam
bidang kegiatan

e. Badan atau organisasi internasional dalam bentuk apapun yang tidak dikecualikan sebagai Pemotong
Pajak berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan.
f. BUMN dan BUMDTidak termasuk sebagai Subjek Pajak PPh pasal 21/26 adalah :

a. Badan Perwakilan Negara lain,.


b. Badan atau organisasi Internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan

Objek PPh Pasal 21

Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21/26 adalah:


1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah,
honorarium (termasuk untuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas), premi bulanan,
uang lembur, tunjangan tunjangan termasuk tunjangan pajak, premi asuransi yang dibayar pemberi
kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.
2. Penghasilan yang diterima dan diperoleh secara tidak teratur yang berupa jasa produksi, tantiem,
gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan dan
penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap yang biasanya dibayarkan sekali dalam setahun.

3. Upah harian, upah mingguan, upah borongan dan upah satuan.

4. Uang Tebusan Pensiun, uang Tabungan Hari Tuan atau Tunjangan Hari Tua (THT), uang pesangon, dan
pembayaran lain sejenis.
5. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi,
beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh Wajib pajak dalam negeri.

6. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan tunjangan lain yang terkait dengan gaji yang diterima oleh pejabat
negara, PNS dan ABRI serta yang pensiun dan tunjangan lain yang terkait.

7. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun yang diberikan oleh
bukan Wajib pajak.
8. Imbalan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau yang diperoleh orang pribadi
dengan status Wajib pajak luar negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.

Wajib pajak orang pribadi yang mempunyai anggota keluarga sedarah dan semenda dalam keturunan
lurus yang menjadi tanggungan sepenuhnya, misalnya orang tua, mertua, anak kandung, atau anak
angkat diberikan tambahan penghasilan tidak kena pajak (PTKP) untuk paling banyak 3 (tiga) orang.

Pengertian keluarga semenda dalam garis keturunan lurus adalah hubungan keluarga dengan mertua
dan anak angkat. Pengertian keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus digunakan
dalam perhitungan PTKP untuk menghitung besarnya PPh pasal 21 dan PPh pasal 25/29 orang pribadi.
Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus,
serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, yang paling banyak (tiga) orang. Yang
dimaksud hubungan kelaurga sedarah hubungan keluarga dan sedarah semenda adalah sbb:

1.sedarah

-Lurus satu derajat: Ayah, ibu, anak kandung

-Ke samping satu derajat: saudara kandung


b. semenda

-lurus satu derajat : mertua, anak tiri

-Kesamping satu derajat : Saudara ipar


Dengan demikian maka termasuk tidak mendapat tambahan pengurangan PTKP adalah :
-Saudara kandung, karena termasuk dalam pengertian keluarga sedarah kesamping satu derajat

-Saudara Ipar

-Saudara dari bapak/Ibu, karena tidak termasuk dalam pengertian keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus.

Tarif Pajak pph 22

Pajak penghasilan pasal 22 ini merupakanp pajak penghasilan yang


dikenakan atas :
1. Impor barang
impor (menurut undang undang pajak) adalah kegiatan memasukkan barang dari luar wilayah pabean
Indonesia (luar negeri) ke dalam wilayah pabean Indonesia
2. Penjualan atau penyerahan barang kepada instansi pemerintah, BUMN atau BUMD.Apabila
pembayaran atas pembelian barang tersebut berasal dari belanja negara dan atau belanja daerah

3. Hasil produk atau penyerahan barang tertentu.

Pemungut Pajak pasal 22

Pemungut pajak penghasilan pasal 22 ini diantaranya:

1.Bank Devisa,
2. Direktorat Jendral Bea Cukai,
3. Badan lain:

a. Direktorat Jenderal Anggaran

b. Bendaharawan pemerintah (pusat maupun daerah)

c.BUMN dan BUMD yang melakukan pembayaran atas pembelian barang dari belanja negara

atau belanja daerah.

d.Badan usaha yang bergerak di bidang:

1). Industri semen

2) Industri rokok
3). Industri kertas

4) Industri baja

5). Industri otomotif, atas penjualan hasil produksinya dalam negeri

e. Pertamina dan badan usahayang bergerak di bidang bahan bakar minyak jenis:

1). premix

2). gas selain pertamina, atas penjualan hasil produksinya kepada para penyalur dan agennya

f. Badan urusan logistik (BULOG), atas penyerahan gula pasir dan tepung terigu kepada penyalur dan
agennya

Bukan objek pasal 22

1. Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak tidak
terutang PPh. Dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh pasal 22.

2. Impor Barang yang dibebaskan dari Bea Masuk.

3. Impor sementara jika akan di ekspor kembali.

4. Pembayaran untuk pembelian barang atas penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

5. Pembayaran atas pembelian barang oleh bendahara pemerintah yang


jumlahnya paling banyak Rp.2.000.000 dan tdk merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.

6. Pembayaran oleh BUMN yang jumlahnya paling banyak Rp.10.000.000 atas


pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya.

7. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, dan benda pos.

8. Atas impor emas batangan yg akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan emas untuk
tujuan ekspor dinyatakan dengan SKB.

9. Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh KPN.

10. Re-impor barang-barang yg telah diekspor utk tujuan perbaikan, pengerjaan dan pengujian.

Terutang PPh Pasal 22


Penyetoran & Bukti Pemungutan

Jangka WaKTU PENYETORAN & PELAPORAN

INSTANSI PEMERINTAH

1,5% dari harga pembelian barang dan 1,5% dari dana APBN/APBD.
Hotel Arya Digunaguna merupakan salah satu BUMN dibidang jasa perhotelan. Pada oktober 2012
membeli Televisi seharga Rp 540.000.000 untuk mengganti beberapa televisi yang rusak. Dari jumlah
tersebut Rp 350.000.000 di danai dari dana APBN. Hitung PPh Pasal 22!!!

x Rp 350.000.000= Rp 5.250.000

IMPORT

Yang menggunakan Angka Pengenal Import (API) sebesar 2,5% dari Nilai Import
a Pengenal Import (Non API) sebesar 7,5% dari Nilai Import

dari Harga Jual Lelang.


PT Perdana adalah importir barang-barang elektronika yang mempunyai API. Pada bulan Mei 2010
melakukan import barang dari Jepang dengan harga faktur US $ 100.000. Biaya asuransi yang dibayar
diluar negeri dan biaya angkut pengapalan barang dari jepang ke dalam daerah pabean (Indonesia)
masing-masing sebesar 2% dan 5% dari harga faktur. Tarif bea masuk dan bea masuk tambahan masing-
masing sebesar 20% dan 10% dari CIF. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu
adalah Rp 9.000 / US $1. al 22 !

 Cost $ 100.000
 Insurance 2% x US $ 100.000 $ 2.000
 Freight 5% x US $ 100.000 $ 5.000 +
 CIF $ 107.000
 CIF dalam Rupiah$107.000 x Rp 9000 Rp 963.000.000
Ditambah
 Bea Masuk 20% x 963.000.000 Rp 192.600.000
 Bea Masuk Tambahan 10% x 963.000.000 Rp 96.300.000 +
Nilai Import Rp1.251.900.000

ATAS PENJUALAN HASIL PRODUKSI YANG BERGERAK DI BIDANG USAHA TERTENTU

Industri Semen sebesar 0,25% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN

aan Pajak (DPP) PPN

-bahan berupa hasil kebun, pertanian,


kehutanan, peternakan, perikanan yang belum melalui proses industri sebesar 0,25% dari penjualan.

pertambangan sebesar 1,5% dari pembelian

Pertamina dan badan usaha lainnya yang bergerak di bidang bahan bakar minyak

harga jual (tidak termasuk PPN dan PPnBM


Yang tergolong sangat mewah
Pesawat pribadi, Harga Jual -> 20 M
Kapal pesiar dan sejenisnya, Harga Jual -> 10 M
Rumah beserta tanah, Harga jual -> 10 M, dan Luas Bangunan ->500 M2
Apartemen dan sejenisnya, Harga Jual -> 10 M, Luas bangunan ->400 M2
Kendaraan bermotor roda 4 pengangkutan kurang dari 10 orang, Harga Jual ->5M, kapasitas silinder -
>3.000 cc
Soal

PT Jambu Kulutuk dalam bulan September 2008 menjual rokok hasil produksinya dengan harga bandrol
Rp 150.000.000 kepada UD Permata Indah.

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Jambu Kulutuk adalah

Anda mungkin juga menyukai