Anda di halaman 1dari 18

LECTURE NOTES

TAXN6042
Introduction to
Taxation (Minor)

Week 1
General Provisions and
Tax Procedures Part 1

TAXN6040 – Introduction to Taxation


LEARNING OUTCOMES

LO 1: Explain general provisions and tax procedures in Indonesia

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):

1. Definition
2. Function of tax
3. Classification
4. Collection Proscedures
5. Right and obligation of Taxpayer
6. Tax Law

TAXN6040 – Introduction to Taxation


ISI MATERI

Defenition /
Definisi

Pajak adalah kontribusi wajib dari orang dan badan kepada pemerintah untuk membiayai suatu
pengeluaran yang ditujukan dalam rangka kepentingan umum, tanpa referensi untuk
mendapatkan manfaat khusus (Edwin R.A. Seligman dalam Essey in Taxation, New York, 1925,
sebagaimana dikutip oleh Santoso Brotodiharjo).

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan perundang-undangan, dengan tidak mendapat prestasi kembali,
yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum
berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (P.J.A Adriani, Profesor
Hukum Pajak Amsterdam University, sebagaimana dikutip oleh Santoso Brotodiharjo, 1978).

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sector swasta ke sector
pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum (Rochmat Soemitro, Profesor Hukum Pajak Universitas Padjajaran, 1979).

Pajak adalah kontribusi wajib untuk dukungan pemerintah yang dipungut atas orang, properti,
penghasilan, komoditas, transaksi dll. saat ini dengan tarif tetap yang sebagian besar
proporsional dengan jumlah, di mana kontribusi tersebut dipungut atasnya (Oxford English
Dictionary, Onions 1992, sebagaimana dikutip oleh Gitte Heij dalam Asia pacific Tax Bulletin,
2001).

Pajak adalah sejumlah uang wajib tanpa imbalan yang dapat diterima oleh unit pemerintah dari
unit institusi (IMF, 2014).

TAXN6040 – Introduction to Taxation


Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut
norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontra prestasi, dan semata-mata
digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum (N.J. Feldmann, dalam bukunya De
Overhelds-middelen van Indonesia, 1949, sebagai dikutip oleh Bustamar Ayza dalam Buku
Hukum Pajak Indonesia, 2017).

Pajak adalah pembayaran wajib tanpa adanya imbalan kepada pemerintah. Pajak tanpa adanya
imbalan berarti manfaat yang diberikan pemerintah kepada wajib pajak umumnya tidak
proporsional terhadap pembayaran mereka (OECD, 2016).

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
(Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007)

Dari berbagai definisi, terdapat lima elemen yang umumnya ditemukan (Heij, 2001) sebagai
dikutip oleh kristiaji dalam Meredefinisi ‘Pajak’ yang Lebih Ramah.

Pertama, pajak haruslah bersifat wajib atau compulsory. Perspektif ini menegaskan bahwa
pembayaran pajak sulit diwujudkan jika hanya bersifat kesukarelaan. Atau dengan kata lain,
memisahkan antara iuran-iuran yang bersifat altruism seperti halnya kontribusi sosial yang
bersifat filantropi, dan sebagainya. Sifat paksaan ini juga lekat dengan teori benefit principle,
bahwa pajak adalah suatu hal yang harus dibayar untuk memeroleh manfaat atau barang publik.

Kedua, kontribusi dalam bentuk uang atau sejenisnya. Atau dengan kata lain, pajak bukanlah
kontribusi dari masyarakat yang berupa tenaga atau fisik (wajib militer), berbentuk benda lain
yang juga memiliki manfaat ekonomis (dalam masyarakat Indonesia, misalkan ada tradisi
‘jumputan beras’), dan sebagainya.

Ketiga, adanya frasa “oleh individu, badan, atau entitas lainnya”. Elemen ini memberikan
penjelasan mengenai siapa-siapa yang dikenakan beban pajak.

Keempat, harus diterima oleh pemerintah. Artinya, arus pembayaran yang bersifat wajib
tersebut harus masuk sebagai kas pemerintah dan bukan dikelola oleh pihak lain. Elemen ini

TAXN6040 – Introduction to Taxation


menggarisbawahi perbedaan antara pungutan resmi dan tidak resmi. Di banyak negara dengan
tata kelola pemerintahan yang lemah dan rentan korupsi, sering terdapat informal tax yang
mencakup uang suap (red tape), pelicin, yang diterima oleh individu dalam birokrasi tapi tidak
dikelola pemerintah (de Rosa, Gooroochurn, dan Gorg, 2013).

Kelima, dipergunakan untuk tujuan kepentingan umum dan tidak memiliki imbalan langsung
kepada pihak yang membayar. Ada dua poin penting dalam elemen ini, sebagai berikut: (i)
adanya komitmen bahwa pembayaran yang telah dikumpulkan akan ditujukan sebesar-besarnya
untuk kepentingan publik; serta (ii) imbal hasil atau manfaatnya tidak diatribusikan secara
langsung

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu sebagaimana
ditentukan dalam Undang-Undang ini.

Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.

Sebagai hukum pajak formal UU KUP mengatur mengenai prosedur (tata cara) pemenuhan hak
dan kewajiban perpajakan serta sanksi-sanksi bagi yang melanggar kewajiban perpajakan.
Dengan kata lain UU KUP mengatur ketentuan formal dalam melaksanakan hukum pajak materil
seperti UU Pajak Penghasilan (PPh), UU Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPN & PPnBM), UU Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), UU Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), UU Bea Meterai UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
(PPSP) dan UU Pengampunan Pajak.

TAXN6040 – Introduction to Taxation


Tax Function / Fungsi Pajak

Pada mempunyai peran yang cukup besar dalam kehidupan bangsa. Ada beberapa fungsi
pajak.
a. Fungsi Anggaran (Budgetair):
Fungsi budgetair disebut sebagai fungsi utama pajak atau fungsi fiskal (fiscal function),
yaitu suatu fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana
secara optimal ke kas negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku.
Fungsi ini disebut fungsi utama karena fungsi inilah yang secara historis pertama kali
timbul. Di sini pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang terbesar.

b. Sebagai Alat Pengatur (Regulerend)


Fungsi ini mempunyai pengertian bahwa pajak dapat dijadikan sebagai instrumen untuk
mencapai tujuan tertentu. Sebagai contoh, ketika pemerintah berkeinginan untuk
melindungi kepentingan petani dalam negeri, pemerintah dapat menetapkan pajak
tambahan, seperti pajak impor atau bea masuk, atas kegiatan impor komoditas tertentu.

c. Sebagai Alat Penjaga Stabilitas


Pemerintah dapat menggunakan sarana perpajakan untuk stabilisasi ekonomi. Sebagian
barang-barang impor dikenakan pajak agar produksi dalam negeri dapat bersaing. Untuk
menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga agar defisit perdagangan tidak semakin
melebar, pemerintah dapat menetapkan kebijakan pengenaan PPnBM terhadap impor
produk tertentu yang bersifat mewah. Upaya tersebut dilakukan untuk meredam impor
barang mewah yang berkontribusi terhadap defisit neraca perdagangan.

d. Fungsi Redistribusi Pendapatan


Pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai pembangunan infrastruktur, seperti jalan
raya dan jembatan. Kebutuhan akan dana itu dapat dipenuhi melalui pajak yang hanya
dibebankan kepada mereka yang mampu membayar pajak. Namun demikian,
infrastruktur yang dibangun tadi, dapat juga dimanfaatkan olehmereka yang tidak mampu
membayar pajak.

TAXN6040 – Introduction to Taxation


Classification / Klasifikasi

a. Jenis-Jenis Pajak Berdasarkan Pihak yang Menanggung


Berdasarkan pihak yang menanggung, pajak dibedakan atas pajak langsung dan tidak
langsung.
• Pajak Langsung (Direct Tax) : Pajak langsung adalah pajak yang dikenakan secara
berkala terhadap seseorang atau badan usaha berdasarkan ketetapan pajak. Pajak
langsung dipikul sendiri oleh wajib pajak. Contoh pajak langsung adalah pajak
penghasilan dan pajak bumi dan bangunan
• Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax) : Pajak tidak langsung adalah pajak yang
dikenakan atas perbuatan atau peristiwa. Pemungutan pajak itu dipungut tanpa surat
penetapan pajak dan bisa dialihkan pada pihak lain. Contoh pajak tidak langsung
adalah pajak pertambahan nilai, pajak penjualan, dan cukai. Pada pajak pertambahan
nilai, pajak penjualan dan cukai, yang memungut adalah perusahaan dan yang
menanggung adalah konsumen.

b. Jenis-Jenis Pajak Berdasarkan Lembaga Pemungut


Sementara itu, berdasarkan lembaga pemungut, pajak dibedakan atas pajak negara
(pemerintah pusat) dan pajak daerah (pemerintah daerah).
• Pajak Negara: Pajak negara adalah pajak yang pemungutannya dilaksanakan oleh
pemerintah pusat. Pajak yang termasuk pajak negara adalah pajak penghasilan, pajak
tambahan nilai barang dan jasa dari pajak penjualan atas barang mewah.
• Pajak Daerah: Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, baik
oleh daerah tingkat I maupun oleh pemerintah daerah tingkat II. Pajak daerah
digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai rumah tangganya. Contoh pajak
daerah antara lain pajak pemotongan hewan, pajak radio, pajak reklame, pajak
kendaraan, pajak bermotor, dan pajak hiburan.
c. Jenis-Jenis Pajak Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, pajak dibedakan atas pajak subjektif dan pajak objektif
• Pajak Subjektif: Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal pada subjeknya (wajib
pajak). Contohnya pajak penghasilan dan pajak bumi dan bangunan
• Pajak Objektif: Pajak objektif adalah pajak yang dipungut berdasarkan objeknya tanpa

TAXN6040 – Introduction to Taxation


memperhatikan wajib pajak. Contoh pajak penjualan dan cukai.

Tax Collection /
Pemungutan Pajak

Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel:

1. Stelsel Pajak
a. Stelsel Nyata
Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada objek yang sesungguhnya
terjadi (untuk PPh, maka objeknya adalah penghasilan). Oleh karena itu, pemungutan pajaknya
baru dapat dilakuakan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah seluruh penghasilan yang
sesungguhnya dalam suatu tahun pajak diketahui. Contoh: Pajak Penghasilan Pasal 21, Pasal 22,
Pasal 23, Pasal 4 ayat 2, dan Pasal 26. Kelebihan dari stelsel nyata adalah perhitungan pajaknya
didasarkan pada penghasilan yang sesungguhnya sehingga lebih akurat dan realistis. Kekurangan
stelsel nyata adalah pajak baru dapat diketahui pada akhir periode sehingga:
• Wajib pajak akan dibebani jumlah pembayaran pajak yang tinggi pada akhir tahun,
sementara pada waktu tersebut belum tentu tersedia jumlah kas yang memadai untuk
membayar pajak tersebut; dan
• Seluruh wajib pajak akan membayar pada akhir tahun sehingga jumlah uang beredar
secara makro akan terpengaruh.

b. Stelsel Anggapan (Fictieve stelsel)


telsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur dalam
peraturan undang-undang. Sebagai contoh, penghasilan dalam suatu tahun dianggap sama
dengan penghasilan pada tahun sebelumnya, sehingga pajak yang terutang pada suatu tahun juga
dianggap sama dengan pajak yang terutang pada tahun sebelumnya. Dengan stelsel ini, berarti
besarnya pajak yang terutang pada tahun berjalan sudah dapat diketahui atau ditetapkan sejak
awal tahun yang bersangkutan. Contoh: PPh Pasal 25.

TAXN6040 – Introduction to Taxation


c. Stelsel Campuran
Stelsel campuran menyatakan bahwa pengenaan pajkanya didasarkan pada kombinasi antar
stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak yang terutang akan dihitung
berdasarkan stelsel anggapan. Kemudian pada akhir tahun, besarnya pajak akan dihitung
berdasarkan keadaan yang sesungguhnya terjadi. Jika jumlah pajak berdasarkan keadaan yang
sesungguhnya lebih besar daripada besarnya pajak menurut anggapan pada awal tahun, maka
wajib pajak harus membayar kekurangan pajak tersebut (PPh Pasal 29). Sebaliknya, jika jumlah
pajak yang sebenarnya terutang lebih kecil daripada besarnya pajak menurut anggapan,
kelebihan tersebut dapat diminta kembali oleh wajib pajak yang bersarngkutan atau
dikompensasikan pada pembayaran pajak di tahun berikutnya, setelah diperhitungkan dengan
utang pajak yang lain (PPh Pasal 28A).

2. Asas Pemungutan Pajak


a. Asas Domisili
Asas ini menyatakan bahwa negara memiliki hak untuk mengenakan pajak atas seluruh
penghasilan dari wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang
berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Setiap wajib pajak yang bertempat tinggal di
wilayah Indonesia (Wajib Pajak Dalam Negeri) akan dikenakan pajak atas seluruh penghasilan
yang diperolehnya, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia.

Contoh:
Tuan Bambang bertempat tinggal di Indonesia dalam jangka waktu tertentu yang menurut
peraturan perpajakan Indonesia telah memenuhi ketentuan sebagai Wajib Pajak dalam Negeri.
Pada tahun 2018, Tuan Bambang memperoleh penghasilan dari Indonesia sebesar Rp
500.000.000 dan dari luar negeri sebesar Rp 650.000.000. Maka, Penghasilan Tuan Bambang
yang dikenakan pajak di Indonesia selama tahun 2018 adalah sebesar Rp 1.150.000.000.

b. Asas Sumber
Asas ini menyatakan bahwa negara memiliki hak untuk mengenakan pajak atas penghasilan yang
bersumber dari wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal dari wajib pajak. Setiap orang
yang menerima penghasilan dari Indonesia akan dikenakan pajak atas penghasilannya yang
diterimanya tersebut.

TAXN6040 – Introduction to Taxation


Contoh:
Takeda adalah warga negara Jepang pada bulan Juli 2019 memperoleh penghasilan dari
Indonesia sebesar Rp 200.000.000 dan dari negara lainnya sebesar Rp 150.000.000. Menurut
peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia, Takeda merupakan Wajib Pajak Luar Negeri.
Oleh karena itu, penghasilan Takeda yang dikenakan pajak di Indonesia pada bulan Juli 2019
hanya penghasilan yang bersumber dari Indonesia saja, yaitu sebesar Rp 200.000.000.

c. Asas Kebangsaan
Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan dari suatu
negara. Contohnya, pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan atas setiap orang asing yang
bukan berkebangsaan Indonesia, tetapi bertempat tinggal di Indonesia.

3. Sistem Pemungutan Pajak


a. Official assessment system
Adalah suatu sistem pemungutan yang memiliki wewenang kepada pemerintah (fiskus)
untuk menentukan besrnya pajak yang terutan goleh wajib pajak. Dalam sistem ini
pihak fiskus masih cukup dominan untuk menghitung dan menetapkan utang pajak.
Sistem ini umumnya diterapkan terhadap jenis yang melibatkan masyarakat luas dimana
masyarakat selaku subjek pajak atau wajib pajak dipandang belum mampu disertai
tanggung jawab untuk menghitung dan menetapkan pajak.

Ciri-ciri Official assessment system


- Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus,
yaitu yang ditunjuk dalam pengelolaan pajak.
- Wajib pajak sebagai pihak yang terutang bersifat pasif. Yaitu hanya menyerahkan
laporan saja tanpa menghitung penghasilan dalam satu tahunnya.
- Utang pajak akan timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

Contoh : Pajak Bumi Bangunan (PBB) dimana besarnya pajak yang terutang dihitung dan
ditetapkan oleh fiskus melalui Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).

TAXN6040 – Introduction to Taxation


b. Self assessment system
Adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana pihak terutang, wajib pajak menentukan
sendiri jumlah pajak yang terutang. Akan tetapi jika terjadi kekeliruan maka wajib pajak
tersebut akan mendapatkan sangsi yang telah ditentukan.

Contoh: PPh Orang Pribadi, PPh Badan, Cicilan PPh yaitu PPh Pasal 25 yang dihitung,
dibayar dan dilaporkan secara mandiri oleh wajib pajak.

c. With holding system


Adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketika, tapi yang
dimaksud disini bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutang untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak, melainkan si akunting yang telah ditunjuk
oleh manajer perusahaan.

Contoh : perusahaan atau pemberi kerja berkewajiban untuk menghitung berapa PPh yang
harus dipotong atas penghasilan yang diterima pegawai. Kemudian perusahaan atau pemberi
kerja tersebut harus menyetorkan PPh yang telah dipotong ke kas negara dan melaporkan PPh
pegawainya tersebut melalui SPT Masa PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak tempat
perusahaan terdaftar.

Syarat pemungutan pajak


Syarat pemungutan pajak adalah landasan prinsip yang harus ada dalam setiap aktivitas
pemungutan pajak. Berikut ini 5 syarat pemungutan pajak di Indonesia.
• Syarat Keadilan (pemungutan pajak harus adil).
• Syarat Yuridis (pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang).
• Syarat Ekonomis (pemungutan pajak tidak mengganggu perekonomian nasional).
• Syarat Finansial (pemungutan pajak harus efisien).
• Syarat Sederhana (sistem pemungutan pajak harus sederhana).

Dalam setiap aktivitas pemungutan pajak, penerapan sekian syarat tersebut punya arti yang
penting. Sebab, tanpa syarat tersebut, aktivitas pemungutan pajak bisa menghadapi kendala
bahkan melenceng dari target yang ditetapkan.

TAXN6040 – Introduction to Taxation


Right and Obligation of Taxpayer /
Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Hak dan kewajiban wajib pajak sebagai berikut.


• Hak wajib pajak:
1. Melaporkan beberapa masa pajak dalam 1 SPT.
2. Mengajukan keberatan dan banding.
3. Memperpanjang waktu penyampaian SPT .
4. Membetulkan SPT.
5. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
6. Mengajukan keberatan atas SKP.
7. Mengajukan permohonan banding.
8. Menunjuk seorang kuasa untuk menjalankan hak dan kewajiban.
9. Memperoleh pengurangan/penghapusan sanksi administrasi.

• Kewajiban wajib pajak:


1. Mendaftarkan diri pada kantor DJP.
2. Melaporkan usahanya pada kantor DJP.
3. Mengisi SPT dengan benar,lengkap dan jelas, dalam Bahasa Indonesia satuan mata
uang Rupiah.
4. Menyampaikan SPT dalam Bahasa Indonesia dengan menggunakan mata uang selain
rupiah yang diizinkan.
5. Membayar pajak yang terutang dengan SSP ke kas negara.
6. Membayar pajak terutang sesuai peraturan perpajakan.
7. Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan.
8. - Memperlihatkan buku/catatan/dokumen yang menjadi dasarnya.
- Memberi kesempatan ke tempat/ruang yang dipandang perlu.
- Memberi keterangan lain yang diperlukan apabila diperiksa.

TAXN6040 – Introduction to Taxation


Tax Law /
Hukum Pajak

Hubungan Hukum Pajak, Hukum Publik dan Hukum Perdata


Sistem hukum yang berlaku di Indonesia sekarang adalah civil law system atau sistem Eropa
Kontinental. Dalam sistem ini hukum dibagi menjadi dua, yaitu hukum privat dan hukum publik.
Hukum privat adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antara sesama individu dalam
kedudukan yang sederajat, misalnya hukum perjanjian, hukum kewarisan, hukum keluarga, dan
hukum perkawinan.

Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan warga negara atau
dengan kata lain, hukum yang mengatur kepentingan umum. Hukum publik ini berurusan dengan
hal-hal yang berhubungan dengan masalah kenegaraan serta bagaimana negara melaksanakan
tugasnya.

Hukum privat, terdiri atas 1) Hukum Perjanjian, 2) Hukum Kewarisan; 3) Hukum Perkawinan;
4) Hukum Keluarga; 5) Hukum Dagang; dan 6) Hukum Publik, yang meliputi hukum pidana;
hukum tata negara; hukum administrasi negara; hukum lingkungan; hukum pajak; dan lain-lain.
Pada umumnya, hukum pajak dimasukkan sebagai bagian dan hukum publik yang mengatur
hubungan hukum antara penguasa dengan rakyatnya. Hal tersebut dapat dimengerti, karena di
dalam hukum pajak diatur mengenai hubungan antara penguasa/Pemerintah dalam fungsinya
selaku fiscus (pemungut pajak) dengan rakyat dalam kaptasitasnya sebagal wajib pajak.

Hukum pajak merupakan bagian dan hukum administrasi negara karena itu sekarang ada yang
menghendaki agar hukum pajak itu bisa berdiri sendiri. Kenyataannya sampai saat ini hukum
pajak sudah berdiri sendiri di samping hukum administrasi negara, karena hukum pajak juga
mempunyai tugas yang bersifat lain dari pada hukum administtasi negara pada umumnya, yaitu
hukum pajak juga dipergunakan sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian Negara.
Selain itu, umumnya hukum pajak juga mempunyai tata tertib dan istilah-istilah tersenditi untuk
lapangan pekerjaannya.

TAXN6040 – Introduction to Taxation


Walaupun hukum pajak merupakan hukum publik tetapi hukum pajak mempunyai hubungan
yang erat dengan hukum perdata (privat) dan saling bersangkutan. Hal ini karena kebanyakan
hukum pajak mencari dasar kemungkinan pemungutannya atas kejadian-kejadian, keadaan-
keadaan dan perbuatan-perbuatan hukum yang bergerak dalam lingkungan perdata seperti
pendapatan, kekayaan, perjanjian, penyerahan, pemindahan hak karena warisan, kompensasi
pembebasan utang, dan sebagainya.

Hubungan antara hukum pajak dengan hukum perdata ini mungkin sekali timbul karena banyak
dipergunaknya istilah-itilah hukum perdata dalam pajak. Walaupun harus dipegang teguh prinsip
bahwa pengertian pengertian yang dianut oleh hukum perdata tidak selalu dianut oleh hukum
pajak.

Hirarki Hukum Pajak.


Berikut adalah hirarki hukum pajak mulai yang tertinggi sampai yang terendah :
• Undang Undang Dasar (UUD)
• Undang Undang Perpajakan
• Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang (Perpu)
• Peraturan Pemerintah (PP)
• Keputusan Presiden (Keppres)
• Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
• Keputusan Menteri Keuangan (KMK)
• Peraturan Dirjen Pajak (PER Dirjen Pajak)
• Keputusan Dirjen Pajak (Kep Dirjen Pajak)
• Surat Edaran Dirjen Pajak (SE Dirjen Pajak)

Dalam penerapannya LEX SUPERIORI DEROGAT LEGI INFERIORI “ketentuan peraturan (UU) yang
mempunyai derajat lebih tinggi didahulukan pemanfaatannya/penyebutannya daripada ketentuan yang
mempunyai derajat lebih rendah.

Asas Hukum Pajak


Dalam memungut pajak, institusi pemungut pajak hendaknya memerhatikan berbagai faktor
yang selanjutnya dikenal sebagai asas pemungutan pajak. Pada uraian di bawah ini disajikan

TAXN6040 – Introduction to Taxation


berbagai asas pemungutan pajak menurut para ahli ekonomi.

Adam Smith
1. Asas Equality, pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan
kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif
terhadap wajib pajak.
2. Asas Certainty, semua pungutan pajak harus berdasarkan UU, sehingga bagi yang
melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.
3. Asas Convinience of Payment, pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib
pajak (saat yang paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru menerima penghasilannya
atau disaat wajib pajak menerima hadiah.
4. Asas Efficiency, biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai
terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.

W.J. Langen
1. Asas Daya Pikul, besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar kecilnya
penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pajak yang
dibebankan.
2. Asas Manfaat, pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan untuk kegiatan-kegiatan
yang bermanfaat untuk kepentingan umum.
3. Asas Kesejahteraan, pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
4. Asas Kesamaan, dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan yang lain
harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama (diperlakukan sama).
5. Asas Beban Yang Sekecil-kecilnya, pemungutan pajak diusahakan sekecil-kecilnya
(serendah-rendahnya) jika dibandingkan dengan nilai obyek pajak sehingga tidak
memberatkan para wajib pajak.

Adolf Wagner
1. Asas Politik Finansial, pajak yang dipungut negara jumlahnya memadai sehingga dapat
membiayai atau mendorong semua kegiatan negara.

TAXN6040 – Introduction to Taxation


2. Asas Ekonomi, penentuan obyek pajak harus tepat, misalnya: pajak pendapatan, pajak
untuk barang-barang mewah
3. Asas Keadilan, pungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi, untuk kondisi
yang sama diperlakukan sama pula.
4. Asas Administrasi, menyangkut masalah kepastian perpajakan (kapan, dimana harus
membayar pajak), keluwesan penagihan (bagaimana cara membayarnya) dan besarnya
biaya pajak.
5. Asas Yuridis, segala pungutan pajak harus berdasarkan undang-undang.

TAXN6040 – Introduction to Taxation


SIMPULAN

1. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dapat memberikan pemahaman berkaitan
Hak dan Kewajiban setiap Wajib Pajak
2. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dibuat bertujuan agar setiap Wajib Pajak
memahami pentingnya pajak untuk pembangunan dan sebagai panduan baik dalam
memahami istilah, tata cara pelaksanaannya untuk mempermudah setiap Wajib Pajak
dalam memenuhi kewajiban pajaknya.
3. Hukum pajak merupakan hukum publik tetapi hukum pajak mempunyai hubungan
yang erat dengan hukum perdata (privat) dan saling bersangkutan.
4. Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan obyektif sesuai
dengan peraturan perundang – undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

TAXN6040 – Introduction to Taxation


DAFTAR PUSTAKA

1. Siti Resmi. (2017). Perpajakan : Teori dan Kasus (Buku 1). Edisi 10. Salemba
Empat. Jakarta. ISBN: 978-979-061-715-5.
2. Undang – Undang no 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
3. `taxBase 6.0

TAXN6040 – Introduction to Taxation

Anda mungkin juga menyukai