Anda di halaman 1dari 10

TUGAS STRUKTUR 1

HUKUM PAJAK

Deskripsi Mata Kuliah Hukum Pajak

Oleh :
Muamar Fawaid 206010200111002

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOKTARIATAN


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2020
Deskripsi Mata Kuliah Hukum Pajak
Hubungan Pajak dan Masyarakat

Mata kuliah ini bertujuan memberikan pengetahuan tentang peraturan-


peraturan perpajakan, prosedur - prosedur perpajakan yang berlaku saat ini,
mengetahui tata cara pemungutan pajak dan ketentuan tarif pajak, mengetahui
tentang kewajiban perpajakan, memahami hak dan kewajiban sebagai wajib pajak
memahami aspek-aspek penagihan pajak.

Hukum pajak adalah hukum yang bersifat public dalam mengatur hubungan
negara dan orang/badan hukum yang wajib untuk membayar pajak. Selain itu,
hukum pajak diartikan sebagai keseluruhan dari peraturan-peraturan yang
mencakup tentang kewenangan pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang
dan menyerahkan kembali kepada masyarakat melalui uang/kas negara.

Hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik yang mengatur


hubungan antara pemerintah (Fiskus) sebagai pemungut pajak dengan
masyarakatnya yaitu para Wajib Pajak. Hukum pajak menganut prinsip pemajakan
terjadi kalau terpenuhi 2 syarat yaitu syarat objektif dan syarat subjektif. Baik syarat
objektif maupun syarat subjektif berkaitan erat dengan ketentuan hukum perdata.
Berikut pembahasan hubungan hukum pajak dengan hukum perdata dalam kaitan
syarat objektif dan syarat subjektif.

Hukum pajak secara umum masuk dalam Hukum Administrasi Negara, akan tetapi
menurut Prof.PJA. Adriani, hukum pajak harus dipisahkan dan tidak menjadi bagian
Hukum administrasi negara, hal ini disebabkan karena hukum pajak mempunyai
fungsi ikut menentukan politik perekonomian suatu negara, yang fungsi ini tidak
dimiliki oleh Hukum Administrasi negara.

Hukum pajak dengan hukum administrasi negara.

 Dalam hukum pajak, untuk timbulnya hutang pajak bagi warga negara harus
terlebih dahulu ditetapkan oleh pemerintah ( SPT).(utang pajak menurut
ajaran Formal).

 Menurut ajaran materiil, timbulnya utang pajak muncul dengan sendirinya


yaitu pada saat ditentukanuleh undang-undang sekaligus dipenuhi syarat
subyek dan syarat objek.

 Syarat subyektif adalah syarat yang melekat pada diri subyek yang
bersangkutan. Seperti lahir di indonesia, domisili di indonesia,
berkedudukan dan didirikan di indonesia, memiliki kekayaan di indonesia
dll.
 Syarat obyektif adalah syarat yang berkaitan dengan sasaran pengenaan
pajak (objek pajak). Seperti orang yang tinggal di indonesia memperoleh
penghasilan dan penghasilan memenuhi syarat untuk dikenai pajak.

Unsur dan ciri ciri pajak


Dengan melihat definisi yang dikemukakan oleh para sarjana tersebut, maka
“ unsur-unsur” yang terdapat dalam definisi tersebut adalah :

a. Iuran dari rakyat kepada negara yang berhak memungut


pajak adalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan
barang).
b. Berdasarkan Undang-undang. Pajak dipungut
berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-undang serta
aturan pelaksanaannya.
c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang
secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran
pajak tidak ditunjukkan adanya kontraprestasi individual
oleh pemerintah.
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara,
yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi
masyarakat luas.

Adapun beberapa karakteristik atau ciri dari pungutan, diantaranya adalah sebagai
berikut:

A. Pajak adalah Kontribusi Wajib Warga Negara


Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk membayar pungutan, tetapi
apabila warga negara itu telah memenuhi syarat subjektif serta syarat
objektif.
B. Pajak Bersifat Memaksa Bagi Warga Negara
Apabila seorang individu sengaja tidak membayar pungutan padahal ia telah
memenuhi syarat, maka terdapat ancaman sanksi administratif dan hukuman
yang menunggu secara pidana.
C. Warga Negara Tidak Memperoleh Imbalan Langsung 
Pajak adalah usaha untuk memeratakan pendapatan warga negara. Timbal
balik yang nantinya diterima oleh warga negara berwujud fasilitas umum
yang telah disediakan oleh negara.
D. Berdasarkan undang-undang
Terdapat beberapa undang-undang yang telah mengatur mengenai
mekanisme perhitungan, pembayaran, serta pelaporan pungutan.
BERBAGAI MACAM PUNGUTAN PAJAK
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, disebutkan jika pajak merupakan kontribusi wajib
kepada negara yang terutang secara pribadi maupun kelembagaan tertentu dan
bersifat memaksa. Imbal balik pembayaran iuran pajak bersifat tidak langsung serta
berguna bagi kesejahteraan rakyat.

Dari pernyataan mengenai pengertian pajak di atas, bisa disimpulkan bila


keberadaan pajak begitu memengaruhi serta mempunyai arti penting bagi negara
karena pungutan pajak berperan untuk menciptakan sumber kesejahteraan serta
kemakmuran di berbagai aspek untuk masyarakat.

Namun selain pajak, terdapat jenis pungutan resmi lainnya yang ditetapkan
oleh pemerintah dan dilandasi oleh kekuatan hukum tetap. Setidaknya, ada 4 jenis
pungutan resmi selain pajak yang wajib dibayarkan oleh masyarakat kepada negara
demi terlaksananya pembangunan nasional serta tercapainya kepentingan umum.

Berbeda dengan pajak, terdapat beberapa jenis pungutan selain pajak yang
bersifat tidak mengikat alias bersifat sukarela. Hal ini pun memperjelas jika jenis-
jenis pungutan resmi selain pajak yang berjalan di Indonesia mempunyai
karakteristik serta kegunaannya.

I. Retribusi

Retribusi adalah pemungutan iuran kepada masyarakat atas penggunaan


fasilitas tertentu yang disediakan oleh negara, di mana pungutan tersebut kemudian
disetorkan melalui kas negara. Iuran tersebut nantinya akan digunakan untuk
pembangunan sarana dan prasarana demi kepentingan serta kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan sifatnya, retribusi berbeda dengan pajak karena hanya wajib


dibayarkan apabila menggunakan sarana milik negara alias tidak bersifat mengikat
dan dibayarkan sesuai penetapan periode secara berkala. Terdapat 3 jenis dar
retribusi, diantaranya retribusi perizinan atau izin mendirikan bangunan, retribusi
jasa umum, dan retribusi jasa usaha.

Bisa disimpulkan bila perbedaan dari retribusi dan pajak terletak pada
pembayaran iuran langsung kepada negara demi kepentingan masyarakat,
sedangkan perbedaannya berkaitan dengan penerimaan nilai manfaat dari kedua
hal tersebut. Pada pajak, sudah sangat jelas jika manfaatnya tidak langsung
dinikmati, namun dalam retribusi manfaatnya bisa dirasakan secara langsung
melalui penggunaan sarana milik negara.

II. Bea
Bea adalah pungutan yang dikenakan atas aktivitas penerimaan barang
keluar dan barang masuk pada wilayah pabean. Singkatnya, barang masuk dan
keluar pada wilayah pabean wajib membayarkan sejumlah iuran agar diperbolehkan
masuk atau keluar secara resmi.

Berdasarkan jenisnya, bea dibedakan menjadi 2, yaitu bea masuk dan bea
keluar. Bea masuk merupakan pungutan oleh negara terhadap barang-barang impor
yang masuk ke dalam wilayah pabean Indonesia. Sedangkan bea keluar merupakan
pungutan resmi oleh negara pada barang yang akan dikirim atau ekspor ke luar
negeri.

Tujuan diberlakukannya bea adalah sebagai bentuk pengurangan jumlah


impor di Indonesia karena membawa pengaruh besar bagi kehidupan masyarakat,
baik dari segi pembentukan kebiasaan maupun persaingan usaha.

III. Cukai

Cukai adalah jenis pemungutan iuran yang dibebankan kepada masyarakat


atas penggunaan, pemakaian, dan konsumsi atas pemakaian barang-barang tertentu.
Tujuan pemungutan iuran tersebut adalah untuk membatasi penggunaan terhadap
beberapa jenis barang.

Adapun jenis-jenis barang tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 39


Tahun 2007, diantaranya barang mengandung tembakau meliputi rokok serta
barang mengandung etanol dalam jumlah kadar berapapun.

IV. Sumbangan

Sumbangan adalah jenis pungutan iuran resmi kepada masyarakat yang


dilakukan oleh pemerintah. Hadirnya sumbangan sebagai pungutan resmi selain
pajak bertujuan untuk menutupi pengeluaran tidak dapat diambil dalam kas negara.

FUNGSI PAJAK
Adapun fungsi hukum pajak secara lebih lengkap adalah sebagai berikut:

 Sebagai sumber yang menerangkan siapa subjek pajak dan objek pajak
yang perlu atau tidak perlu dijadikan sumber pemungutan pajak. Dengan adanya
hukum pajak, maka akan terlihat jelas apakah seseorang merupakan wajib pajak
atau bukan dan apakah suatu barang tertentu mendapat beban pajak atau tidak.

 Sebagai acuan dalam menciptakan sistem pemungutan pajak yang


berlandaskan keadilan, efisiensi, dan diatur sejelas-jelasnya dalam undang-undang
mengenai hukum pajak itu sendiri.

Menjadi Bagian dari Hukum Publik


Hukum pajak adalah bagian dari hukum publik. Jika wajib pajak merasa
keberatan atas besaran pajak yang perlu dipenuhi dan melakukan gugatan akan hal
tersebut tetapi belum ada keputusan resmi dari Direktorat Jenderal Pajak tentang
keberatan pembayaran pajak, maka wajib pajak harus membayar pajak terlebih
dahulu sesuai dengan besaran yang ditetapkan. Selengkapnya mengenai hukum
perdata dan hukum publik adalah sebagai berikut:

 Hukum Perdata, adalah sebuah hukum yang mengatur hubungan antara


satu individu dengan individu lainnya.

 Publik, adalah hukum yang mengatur hubungan antara pemerintah dengan


rakyatnya. Hukum publik terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha Negara
atau Hukum Administrasi Negara, Hukum Pidana, dan Hukum Pajak.

Berdasarkan dua poin di atas, dapat diketahui bahwa kedudukan hukum


pajak merupakan bagian dari hukum p

ublik. Mengatur hubungan antara pemerintah selaku pemungut pajak dan


rakyat sebagai wajib pajak. Hukum pajak terbagi lagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Hukum Pajak Formal

Berisikan sebuah rangkaian prosedur untuk mewujudkan hukum pajak


materiil menjadi suatu kenyataan. Hukum pajak ini memuat tata cara atau prosedur
untuk menetapkan jumlah utang pajak, termasuk hak-hak fiskus untuk mengadakan
monitoring dan evaluasi.

Kewajiban wajib pajak untuk mengadakan pembukuan (pencatatan) dan


prosedur pengajuan surat keberatan hingga banding pun juga tertera pada hukum
pajak formil. Contoh wujud dari hukum pajak formal memuat adanya Ketentuan-
Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan.

2. Hukum Pajak Materiil

Hukum pajak material menjadi serangkaian norma yang menjelaskan tentang


keadaan, perbuatan, pihak yang dikenai pajak atau wajib pajak atau subjek pajak,
peristiwa hukum yang dikenai pajak atau objek pajak, besaran atau jumlah pajak
yang dikenakan atau tarif pajak, sanksi-sanksi dalam hubungan hukum antara
pemerintah dan wajib pajak, serta segala sesuatu yang berkaitan dengan timbul dan
dihapusnya utang pajak.

Contoh dari hukum pajak materiil adalah Pajak Pertambahan Nilai, Pajak
Penjualan atas Barang Merah, dan Pajak Penghasilan.

Selain mengetahui pajak apa yang harus kamu penuhi, sekarang kaum
milenial seperti kamu juga mengerti tentang hukum pajak. Jadi, selain memenuhi
kewajibanmu, kamu juga akan tahu hukum yang mengatur pajak itu sendiri. Dengan
ini, kamu akan memahami serangkaian aturan yang mengurus pajakmu dan lebih
mengetahui fungsi dari adanya pungutan yang bersifat memaksa tersebut.

AZAS PUNGUTAN PAJAK


Asas Wilayah

Asas wilayah, hampir sama dengan asas tempat tinggal. Asas ini berlaku
berdasarkan pada lokasi tempat tinggal wajib pajak. Sederhananya, wajib pajak yang
memiliki objek pajak dalam bentuk apapun di wilayah negara Indonesia, maka wajib
mematuhi peraturan perpajakan Indonesia.

Sama halnya jika ada warga negara asing yang misal memiliki aset atau objek
pajak di Indonesia, maka warga negara asing tersebut wajib menaati peraturan
perpajakan yang berlaku. Mungkin terdapat sedikit perbedaan, namun pada
dasarnya pemberlakuan pengenaan pajak akan dilakukan secara merata.

Asas Kebangsaaan

Asas ini mendasarkan pengenaan pajak pada setiap orang yang lahir dan
tinggal di Indonesia. Hal yang sama juga berlaku untuk warga negara asing yang

telah tinggal atau berada di wilayah negara Indonesia selama lebih dari
jangka waktu 12 bulan tanpa pernah sekalipun meninggalkan negara. Untuk WNA
yang memenuhi syarat tersebut, maka setiap penghasilan yang didapatkan akan
memiliki tanggung jawab pajak penghasilan yang berlaku di Indonesia. Dengan
demikian, pengenaan pajak juga akan berlaku secara merata.

 Asas Sumber

Asas sumber diartikan sebagai pemungutan pajak berdasarkan tempat


perusahaan berdiri atau tempat tinggal wajib pajak. Pada dasarnya pajak yang
berlaku di Indonesia adalah pajak untuk orang yang tinggal dan bekerja di
Indonesia. Jika misal seseorang tinggal di Indonesia, namun memiliki penghasilan di
luar negeri, selama penghasilan tersebut akan digunakan di Indonesia, maka juga
akan dikenai pajak. Namun demikian, pajak yang diberlakukan memiliki peraturan
sendiri, akan masuk dalam PPh Pasal 22.

 Asas Umum

Asas umum diartikan sebagai pemungutan pajak yang dilakukan di Indonesia


akan diterapkan pada setiap objek pajak dan wajib pajak secara umum. Dengan
perhitungan yang cermat, setiap wajib pajak akan memiliki besaran tanggungan
pajak yang sesuai dengan porsinya.

Asas umum juga berarti bahwa setiap pemungutan yang dilakukan di


Indonesia hasilnya akan digunakan untuk kepentingan umum. Wujudnya beragam,
seperti jalan raya, pembangunan sarana transportasi, serta fasilitas umum lainnya.

 Asas Yuridis
Dasar pemberlakuan asas yuridis di Indonesia adalah Pasal 23 Ayat 2 UUD
145. Regulasi ini kemudian juga didukung dengan beberapa regulasi lain mengenai
pemungutan pajak di Indonesia.

1. UU Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

2. UU Nomor 19 Tahun 2000 tentang Aturan dan Prosedur Penagihan Pajak


dengan Surat Paksa

3. UU Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan

4. UU Nomor 14 Tahun 2002 Pengadilan Pajak yang Berlaku di Indonesia

UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara


Perpajakan

6. UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

7. UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan


Jasa, serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah

Asas Ekonomis

Diartikan bahwa pemungutan pajak idealnya dapat meningkatkan


perekonomian negara dan masyarakat secara umum. Pemungutan pajak yang
dilakukan pemerintah tidak boleh hingga memberatkan masyarakat dan malah
membuat ekonomi secara umum merosot.

Hal ini berkaitan dengan pemanfaatan sebesar-besarnya pada hasil


pendapatan pajak untuk kepentingan bersama.

Asas Finansial

Artinya setiap wajib pajak akan dikenakan pajak berdasarkan kondisi


finansial yang bersangkutan. Wajib pajak dengan pendapatan Rp5.000.000 tentu
akan memiliki beban pajak yang lebih kecil daripada wajib pajak dengan
pendapatan Rp1.000.000.000. Asas pemungutan pajak yang terakhir ini menjadi
pedoman utama perhitungan beban pajak yang dimiliki.

Terkait dengan asas pemungutan pajak, memang ketujuh asas di atas


diberlakukan secara bersamaan demi menjamin keadilan sosial. Tentu saja, dengan
sistem self assessment yang kini diberlakukan, wajib pajak diberikan kepercayaan
penuh oleh negara untuk menghitung, membayar atau menyetor serta melaporkan
pajak yang menjadi tanggung jawabnya.

JENIS – JENIS PAJAK PUSAT


Setidaknya terdapat 5 jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
dikelola secara langsung. Jenis-jenis pajak pusat yang perlu diketahui diantaranya
yaitu:

1. Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak Penghasilan ini dikenakan pada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang diterima dalam periode satu tahun pajak. Konsultan pajak
Serpong, membantu pengurusan PPh dan pajak lainnya dengan lebih efektif.
Penghasilan yang dikenbakan pajak secara definitif, dipahami sebagai suatu
pertambahan kemampuan ekonomis yang diterima oleh wajib pajak tersebut. ini
bisa berasal dari Indonesia atau dari luar negeri yang digunakan dengan tujuan
untuk konsumsi atau menambah kekayaan.

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak ini dikenakan atas kegiatan konsumsi suatu Barang Kena Pajak (BKP)
atau Jasa Kena Pajak (JKP). Yang mana kegiatan tersebut dilakukan di Daerah
Pabean dalam hal ini wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pajak ini
menjadi tanggungan dari seorang Pengusaha Kena Pajak (PKP), namun dibebankan
pada pihak konsumen akhir. Namun, terdapat pengecualian yang telah diatur dalam
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.

3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Pajak ini dikenal dengan istilah PPnBM, yang mana merupakan pajak untuk
konsumsi Barang Kena Pajak (BKP) yang masuk dalam golongan mewah. Berbeda
dengan PPN, pajak ini lebih spesifik pengenaannya atas barang-barang kena pajak
yang dianggap mewah.

Dimana barang yang masuk dalam golongan tersebut adalah barang yang
bukan merupakan kebutuhan pokok. Barang-barang ini dikonsumsi oleh masyarakat
tertentu, yaitu masyarakat dengan penghasilan tinggi. Dan dikonsumsi untuk
menunjukkan statusnya. Serta barang-barang yang dapat merusak kesehatan serta
moral masyarakat seperti minuman dengan kandungan etil alkohol dan sejenisnya

4. Bea Materai

Ini merupakan pajak yang dikenakan atas pemanfaatan suatu dokumen


seperti surat perjanjian, akta notaris, kwitansi pembayaran, surat berharga atau
efek. Dimana dokumen-dokumen tersebut memuat jumlah uang atau nominal
tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Tertentu


Pajak ini biasa dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan suatu tanah
dan bangunan. Dalam jenis pajak pusat, PBB ini tertentu jenisnya seperti
pemanfaatan dan pemilikan area perkebunan, perhutanan serta pertambangan.
Pengurusan pajak akan lebih mudah dengan layanan jasa konsultan pajak Serpong

PERLAWANAN PAJAK
Perlawanan pajak yaitu perlawanan aktif dan perlawanan pasif. Di dalam
perlawanan aktif, dibagi lagi menjadi dua cara, yang pertama adalah tax avoidance
(penghindaran pajak) dan yang kedua dengan cara tax evasion (penggelapan pajak).
Terdapat perbedaan di antara tax avoidance dan tax evasion yaitu terletak di sisi
legalitasnya. Artinya tax avoidance merupakan upaya untuk mengurangi atau
meminimalkan beban pajak dengan cara-cara yang diperkenankan secara hukum
Dari sudut pandang hukum, tax avoidance merupakan tindakan yang legal dengan
memanfaatkan kelemahan yang terdapat dalam ketentuan perundangundangan
perpajakan yang berlaku. Lain halnya dengan tax evasion, karena upaya
penghindaran pajak lebih mengarah pada penggelapan pajak yang dari sisi
legalitasnya sudah dikategorikan sebagai tindakan ilegal. Upaya penghindaran pajak
pada tax evasion dilakukan dengan cara-cara yang bertentangan dengan hukum
perpajakan yang berlaku. Di sini wajib pajak sudah memiliki niat untuk tidak
membayar pajak.

Anda mungkin juga menyukai