Anda di halaman 1dari 6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pajak

Secara umum pajak adalah salah satu kontribusi rakyat kepada Negara yang
diatur pelaksanaannya dalam Undang-Undang. Adapun pengertian pajak menurut
beberapa ahli sebagai berikut :

Definisi pajak menurut Soemitro dalam buku Mardiasmo (2019:1) : “Pajak


adalah iurang kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (Kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan keempat


atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan pada Pasal 1 Ayat 1 menerangkan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib
kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

Pajak menurut Prof. Dr. P.J.A Adriani dalam buku Konsep Dasar Perpajakan
Diana Sari (2013:34) adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan umum (Undang-Undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran
umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Menurut Waluyo (2011:4) Pajak adalah kewajiban yang melekat kepada


setiap warga Negara yang memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Undang-
Undang agar membayar sejumlah uang ke kas Negara yang bersifat memaksa, dan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung.

2. Ciri-ciri pajak
Dijelaskan dalam buku Perpajakan Teori dan Kasus Siti Resmi (2014:2),
yaitu:
a. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual
oleh pemerintah.
c. Pajak dipungut oleh Negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila dari
pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public
investment.

3. Fungsi pajak
Fungsi pajak menurut Diana Sari (2013:37) ada 2, yaitu :
a. Fungsi penerimaan (Budgetair)
Sebagai alat (sumber) untuk memasukan uang sebanyak-banyaknya dalam
kas Negara dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran Negara yaitu
pengeluaran rutin dan pembangunan. Sebagai sumber pendapatan Negara, pajak
berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara. Untuk
menjalankan tugas-tugas rutin Negara dan melaksanakan pembangunan Negara
membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Pajak
digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang,
pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang
dikeluarkan dari tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan
sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini
terus diharapkan dari sektor pajak.
b. Fungsi mengatur (Regulerend)
Sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu di bidang keuangan
(umpamanya bidang ekonomi, politik, budaya, pertahanan, dan keamanan).
Misalnya : mengadakan perubahan tarif, memberikan pengecualian-pengecualian,
keringanan-keringanan atau sebaliknya pemberatan-pemberatan yang khusus
ditunjukan kepada masalah tertentu. Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan
ekonomi melalui kebijakan pajak. Dengan fungsi megatur, pajak bisa digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Palaksanaan fungsi ini bisa positif dan
negative. Pelaksanaan fungsi pajak yang positif maksudnya jika suatu kegiatan
yang dilakukan masyarakat oleh pemerintah dipandang sebagai sesuatu yang
positif, oleh karena itu didorong oleh pemerintah dengan memberikan dorongan
berupa insentif pajak (tax incentive) yang dilakukan dengan cara pemberian
fasilitas perpajakan. Sementara itu, pelaksanaan fungsi mengatur yang bersifat
negative dimaksudkan untuk mencegah atau menghalangi perkembangan yang
menjuruskan kehidupan masyarakat kea rah tujuan tertentu. Hal ini dapat
dilakukan dengan membuat peraturan dibidang perpajakan yang menghambat dan
memberatkan masyarakat untuk melakukan suatu kegiatan yang ingin diberantas
oleh pemerintah.

4. Pengelompokan Pajak
Pengelompokan pajak menurut Mardiasmo (2011:7), adalah:

a. Menurut golongannya :
1) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri, tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan.
2) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.

b. Menurut sifatnya :
1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Contoh :
Pajak Penghasilan.
2) Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
c. Menurut Lembaga Pemungutannya :
1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Bea
Materai.
2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

5. Sistem Pemungutan Pajak


Menurut Mardiasmo (2011:7) sistem pemungutan pajak terdiri dari :

a. Official Assesment System


Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak. Ciri-cirinya :
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.
2) Wajib Pajak bersifat pasif.
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

b. Self Assesment System


Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-
cirinya :
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak
sendiri.
2) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri
pajak yang terutang.
3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

c. With Holding System


Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga (bukan fiskus dan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya :
1) Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga,
pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

6. Pengertian Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan


Menurut Rahayu dan Lingga (2009), sistem Administrasi Perpajakan
merupakan pelaksanaan dari berbagai program dan kegiatan yang ditetapkan dalam
reformasi administrasi perpajakan jangka menengah. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan adalah sistem yang mengalami
penyempurnaan atau perbaikan untuk meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak
dengan memanfaatkan teknologi informasi yang diharapkan dapat meningkatkan
kepatuhan wajib pajak dan penerimaan pajak. (Triwigati, 2013 cite Arifah, Rita
Andini, Kharis Raharjo, 2017:4).
Modernisasi perpajakan yang dilakukan merupakan bagian dari reformasi
perpajakan secara komperhensif sebagai satu kesatuan dilakukan terhadap tiga bidang
pokok yang secara langsung menyentuh pilar perpajakan yaitu bidang Administrasi,
bidang Peraturan, dan bidang pengawasan (Siti Kurnia Rahayu, 2013:109 cite Zuhdi,
M., Suryadi, D., & Yuniati Y. 2019).
Pemanfaatan teknologi informasi khususnya dalam administrasi pajak
menyebabkan terjadinya berbagai macam perubahan seperti tugas yang dilakukan
manusia digantikan oleh tenaga mesin atau elektronik. Teknologi informasi adalah
suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses,
mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi, data dalam berbagai cara untuk
menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu infomasi yang relevan, akurat dan
tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan bisnis, pribadi dan pemerintah dan
merupakan informasi strategis untuk pengambilan keputusan. (Gusti Ayu Kade Dewi
Utari, Luh Kade Datrini, dan Ni Nengah Seri Ekayani, 2020:34-38).

Anda mungkin juga menyukai