Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

HUKUM PAJAK

Disusun Oleh :

NAMA: AHMAD SOBARI


STAMBUK: (H1A118486)

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2020
A. Jenis Pajak Berdasarkan Sifat

Berdasarkan sifatnya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: pajak tidak langsung dan
pajak langsung.

1. Pajak Tidak Langsung (UU NO. 18 TAHUN 2000)

Pajak tidak langsung merupakan pajak yang hanya diberikan kepada wajib pajak bila
melakukan peristiwa atau perbuatan tertentu. Sehingga pajak tidak langsung tidak dapat
dipungut secara berkala, tetapi hanya dapat dipungut bila terjadi peristiwa atau perbuatan
tertentu yang menyebabkan kewajiban membayar pajak.Berikut ini contoh dan
penjelasannya masing-masing.

 Pajak Pertambahan Nilai (pasal 4 UU NO. 18 TAHUN 2000)

PPN masuk kategori pajak pusat. Oleh karenannya, PPN dikelola oleh pemerintah pusat
melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Sesuai namanya, pajak ini dikenakan pada setiap
pertambahan nilai barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen kepada konsumen.

Indonesia menerapkan sistem tarif tunggal untuk pemberlakuan PPN, yakni sebesar 10%.
Hal tersebut sesuai dengan dasar hukum PPN di Indonesia yang diatur melalui UU No. 18
Tahun 2000 tentang PPN.

Pajak ini disetor langsung oleh pedagang (sebagai pihak lain) yang tidak berperan sebagai
penanggung pajak. Konsumen akhir memang terbebani pajak tersebut, tetapi ia tidak
membayarkan langsung pajak tersebut kepada pihak berwenang/DJP.

Lebih lanjut, mekanisme pemungutan, pelaporan, dan penyetoran PPN menjadi tanggung
jawab penuh produsen atau penjual. Oleh karena itu, muncul istilah Pengusaha Kena
Pajak (PKP).

 Pajak Bea Masuk

Pajak ini merupakan pungutan dengan jumlah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah
dan dikenakan terhadap barang-barang impor yang masuk ke Indonesia. Besaran biaya
bea masuk tersebut sudah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No. 6/PMK.010/2017. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

Jenis pajak ini patut menjadi perhatian Anda, terutama jika sering bepergian ke luar
negeri atau belanja produk impor secara online.

Nah, penghitungan bea masuk barang impor dilakukan dengan berdasar pada  tiga unsur,
yaitu harga barang (cost), asuransi (insurance), dan biaya angkut (freight). Setelah ditotal,
jumlah tersebut dikonversi ke dalam rupiah sesuai nilai tukar yang berlaku pada hari
penghitungan bea masuk tersebut.   

 Pajak Hiburan ( Pasal 42 UU NO. 28 THN 2009 )

Pajak ini termasuk dalam pajak daerah yang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah
daerah. Hiburan yang dimaksud di sini adalah semua jenis pertunjukan, tontonan,
permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan pungutan bayaran tertentu.
Contohnya, Anda menonton konser musik dan harus membeli tiket dengan harga tertentu.
Dalam biaya tiket itulah dibebankan pajak hiburan tadi. Setiap daerah punya besaran tarif
pajak berbeda-beda. Sebagai contoh, di Jakarta tarif pajak pertunjukan film bioskop
adalah 10% dan konser musik internasional 15%.

2. Pajak Langsung (Direct Tax)

Pajak langsung merupakan pajak yang diberikan secara berkala kepada wajib
pajak berlandaskan surat ketetapan pajak yang dibuat kantor pajak. Di dalam surat
ketetapan pajak terdapat jumlah pajak yang harus dibayar wajib pajak. Pajak langsung
harus ditanggung seseorang yang terkena wajib pajak dan tidak dapat dialihkan kepada
pihak yang lain.

 Pajak Penghasilan (PPh)

Contoh pertama dari pajak langsung adalah pajak penghasilan atau yang kita kenal
dengan PPh. PPh merupakan pajak yang dibebankan kepada individu atau badan tertentu
yang berkaitan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh masing-masing subjek
pajak.  Kewajiban pajak dalam pajak penghasilan melekat pada wajib pajak atau subjek
pajak bersangkutan sehingga tidak dapat diwakilkan.

Pada PPh, subjek pajak yang dimaksud adalah individu yang memiliki penghasilan
kena pajak serta badan atau perusahaan seperti BUMN, BUMD, PT, CV, dan koperasi.
Biasanya, gaji yang telah diterima oleh karyawan, telah dipotong untuk pembayaran PPh
ini, supaya individu wajib pajak bisa langsung melunasinya. Dasar hukum untuk pajak
penghasilan adalah Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 1983. Kemudian mengalami
perubahan berturut-turut, dari mulai UU Nomor 7 & Tahun 1991, UU Nomor 10 &
Tahun 1994, UU Nomor 17 & Tahun 2000, serta terakhir UU Nomor 36 & Tahun 2008.

 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 yang kemudian diamandemen


menjadi Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994, pajak bumi dan bangunan atau PBB
adalah ajak yang dikenakan terhadap bumi atau bangunan yang memang secara nyata
memiliki dan memanfaatkan bangunan. PBB ini merupakan pajak yang bersifat
kebendaan. Besar kecilnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan atau kondisi objek
yaitu bumi atau tanah dan/atau bangunan.
Pihak yang akan dikenakan PBB ini, idealnya akan diberikan surat pemberitahuan
(SPTT) berisikan informasi jumlah pajak yang harus dibayarkan, metode pembayaran,
serta jangka waktu pembayaran. Pada PBB ini, jumlahnya harus disesuaikan dengan Nilai
Jual Objek Pajak (NJOP).

 Pajak Kendaraan Bermotor (pasal 3 UU NO. 28 THN 2000)

Contoh terakhir untuk pajak langsung yang harus kamu pahami adalah pajak
kendaraan bermotor. Pajak ini akan dikenakan atas kepemilikan kendaraan bermotor baik
roda dua atau lebih. Wajib pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan
yang memiliki kendaraan bermotor.

Dasaran jumlah yang digunakan adalah nilai jual kendaraan tersebut, serta bobot
yang mencerminkan keterkaitannya dengan kadar kerusakan jalan. Selain itu, harus bisa
disesuaikan dengan tingkat pencemaran terhadap lingkungan yang diakibatkan dari
penggunaan kendaraan bermotor tersebut.

 B. Jenis Pajak Berdasarkan Instansi Pemungut

Berdasarkan instansi pemungutnya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: pajak


daerah dan pajak negara.

 Pajak Daerah (Lokal)

Dasar hukum Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah adalah Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20 ayat
(2), Pasal 22D, dan Pasal 23A Dasar hukum Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A,
Pasal 18B, Pasal 20 ayat (2), Pasal 22D, dan Pasal 23A Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;;Pajak daerah merupakan pajak yang dipungut
pemerintah daerah dan terbatas hanya pada rakyat daerah itu sendiri, baik yang dipungut
Pemda Tingkat II maupun Pemda Tingkat I. Contohnya pajak hotel, pajak hiburan, pajak
restoran, pajak kendaraan bermotor, BPHTB, PBB (perdesaan dan perkotaan), dan pajak
daerah lainnya. 

 Pajak Negara (Pusat)

Pajak negara merupakan pajak yang dipungut pemerintah pusat melalui instansi
terkait,  yakni  DJP. Contoh  Dasar  Hukum  pemungutan  Pajak  Negara:
Pajak  Penghasilan  (PPh):
Undang-Undang No.7 Tahun 1984 kemudian mengalami perubahan ke Undang-
undang No.36 Tahun 2008. Undang-undang Pajak Penghasilan berlaku mulai tahun
1984 dan merupakan pengganti UU Pajak Perseroan 1925, UU Pajak Pendapatan
1944, U U  PBDR 1970.
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN & PPn
BM):
Undang-undang No.8 tahun 1983 sebagaimana telah dirubah terakhir dengan
Undang-undang  No. 42 tahun 2009. Undang-undang PPN & PPn BM efektif mulai
berlaku sejak tanggal 1 April 1985 dan merupakan pengganti UU pajak Penjualan
1951

Bea Materai:
Undang-undang No.13 Tahun 1985. Undang-Undang Bea Materai berlaku mulai
tanggal 1 januari 1986 mwnggantikan peraturan dan Undang-undang  Bea Materai
yang lama (Aturan Bea Materai 1921)

3. Jenis Pajak Berdasarkan Objek Pajak dan Subjek Pajak

Berdasarkan objek dan subjeknya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu pajak objektif
dan pajak subjektif.

 Pajak Objektif

Pajak objektif adalah pajak yang pengambilannya berdasarkan objeknya. Contohnya:


Dasar hukum pengenaan Pajak PPN ini adalah Undang-Undang Dasar No. 42 tahun 2009
dan pajak kendaraan bermotor.

PMK Nomor 64/PMK.011/2014 sebagai Dasar Hukum PPnBM Kendaraan


Bermotor

PMK Nomor 64/PMK.011/2014 merupakan dasar hukum PPnBM kendaraan


bermotor yang secara rinci menjabarkan tarif PPnBM yang dikenakan atas beberapa
klasifikasi kendaraan bermotor serta penghitungan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPnBM
BKP yang tergolong mewah.

PMK Nomor 64/PMK.011/2014 sebagai dasar hukum PPnBM kendaraan bermotor


juga mengatur mengenai jenis-jenis penyerahan dan impor kendaraan bermotor yang
mendapatkan fasilitas tidak dikenakan PPnBM, serta penyerahan dan impor kendaraan
bermotor yang mendapatkan fasilitas pembebasan dari pungutan PPnBM. Hal ini diatur
dalam Pasal 7 dan Pasal 8 PMK Nomor 64/PMK.011/2014.

Pasal 7 PMK Nomor 64/PMK.011/2014 menyebutkan bahwa, pungutan PPnBM


tidak dikenakan pada barang-barang berikut:

1. Kendaraan CKD

2. Kendaraan sasis

3. Kendaraan pengangkutan barang

4. Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 250
cc
5. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 16 orang atau lebih termasuk
pengemudi

Sementara, Pasal 8 menyebutkan kendaraan bermotor yang mendapat fasilitas


dibebaskan dari pungutan PPnBM adalah kendaraan bermotor yang memenuhi kriteria
berikut ini:

1. Kendaraan bermotor berupa kendaraan ambulance, kendaraan jenazah, kendaraan


pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, dan kendaraan pengangkutan umum.

2. Kendaraan protokoler kenegaraan.

3. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 orang sampai dengan 15 orang,


termasuk pengemudi, yang digunakan untuk kendaraan dinas Tentara Nasional
Indonesia (TNI) atau Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).

4. Kendaraan patroli TNI atau Polri.

 PMK Nomor 64/PMK.011/2014 ini mengalami perubahan kecil menjadi PMK


33/PMK.010/2017. Namun, perubahan yang terjadi hanya pada rincian kendaraan
bermotor yang terkena pungutan PPnBM.

 Pajak Subjektif

Pajak subjektif adalah pajak yang pengambilannya berdasarkan subjeknya.


Contohnya pajak kekayaan dan pajak penghasilan. Pajak penghasilan biasa disebut
dengan Pajak Penghasilan  adalah pajak yang dikenakan untuk orang pribadi, perusahaan
atau badan hukum lainnya atas penghasilan yang didapat. Dasar hukum untuk pajak
penghasilan adalah Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 1983. Kemudian mengalami
perubahan berturut-turut, dari mulai UU Nomor 7 & Tahun 1991, UU Nomor 10 &
Tahun 1994, UU Nomor 17 & Tahun 2000, serta terakhir UU Nomor 36 & Tahun 2008.

Semua administrasi yang berhubungan dengan pajak pusat, dilaksanakan di Kantor


Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan
(KP2KP), Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak serta Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Pajak.

Sedangkan pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak daerah, dilaksanakan di


Kantor Dinas Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak Daerah di bawah Pemerintah Daerah
setempat.

Anda mungkin juga menyukai