Anda di halaman 1dari 4

1.

Pengertian Pajak

Pajak yang merupakan kontribusi wajib dari orang atau badan terhadap negara, yang sifatnya memaksa
sesuai dengan undang-undang tanpa adanya imbalan secara langsung.

2. Dasar Hukum Pajak

Sesuai dengan ketentuan Pasal 23 ayat (2) Undang Undang Dasar 1945, ketentuan-ketentuan
perpajakan yang merupakan landasan pemungutan pajak ditetapkan dengan undang-undang.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang berlaku sejak tahun
1986 merupakan landasan hukum dalam pengenaan pajak sehubungan dengan hak atas bumi dan/atau
perolehan manfaat atas bumi dan/atau kepemilikan, pengusaan dan/atau perolehan manfaat atas
bangunan.

Nomor 12 Tahun 1985, dengan makin meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan meningkatnya
jumlah Objek Pajak serta untuk menyelaraskan pengenaan pajak dengan amanat dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara.

3. Pajak Daerah

Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

4. Pajak Pusat

Pajak pusat adalah setiap pungutan yang wajib dibayarkan oleh wajib pajak, baik orang pribadi maupun
badan, kepada pemerintah pusat. Dapat diartikan bahwa pajak pusat ini diatur oleh pemerintah pusat
melalui DJP dan hasilnya digunakan untuk kepentingan negara.

a. Contoh Jenis-jenis Pajak Pusat dan Pajak Daerah

Berikut ini pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat:

• Pajak Penghasilan (PPh)

• Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

• Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

• Bea Materai

• Pajak Bumi dan Bangunan (PBB perkebunan, Perhutanan, Pertambangan)


b. Berikut ini pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah:

1. Pajak provinsi terdiri dari:

• Pajak Kendaraan Bermotor.

• Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

• Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

• Pajak Air Permukaan.

• Pajak Rokok.

2. Pajak kabupaten/kota terdiri dari:

• Pajak Hotel.

• Pajak Restoran.

• Pajak Hiburan.

• Pajak Reklame.

• Pajak Penerangan Jalan.

• Pajak Mineral Bukan Logam dan Bantuan.

• Pajak Parkir.

• Pajak Air Tanah.

• Pajak Sarang Burung Walet.

• Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

• Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan.

• Sekadar informasi saja, mulai tahun 2014, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perdesaan dan Perkotaan
masuk dalam kategori pajak daerah. Sedangkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perkebunan,
Perhutanan dan Pertambangan masih tetap merupakan pajak pusat.

Contoh Perhitungan Pajak Usaha Dagang:

Perhitungan pajak usaha dagang atau pedagang eceran didasarkan pada Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
atas PPh dan PPN.

Berikut contoh perhitungan pajak usaha dagang atau pajak toko pedagang eceran
1. Pedagang eceran Non PKP
Tuan A merupakan pedagang eceran yang memiliki tokoyang menjual perlengkapan rumah
tangga dengan omzet bruto pada 2022 sebesar Rp4 miliar.

Maka, Tuan A bisa memilih tidak menjadi PKP dan memilih tidak melakukan pembukuan.

Sehingga hanya dikenakan PPh Final 0,5% dari omzet bruto, dengan perhitungan sebagai
berikut:

Omzet bruto 2022 = Rp4.000.000.000


PPh Final PP 23/2018 = 0,5%
PPh Terutang:
= 0,5% x Rp4.000.000.000 = Rp20.000.000

Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah

Di Indonesia, terdapat 3 (tiga) jenis sistem pemungutan pajak, yaitu :

- Self assessment system


- Official assessment system
- Withholding system

Untuk Pajak Daerah sendiri, masuk ke dalam sistem pemungutan pajak berupa self assessment
System dan official assessment system.

Self Assessment System

Merupakan aturan pajak yang membebankan ketentuan dari besarnya pajak yang harus dibayarkan.
Melalui Wajib Pajak secara pribadi yang bersangkutan. Wajib Pajak diharuskan untuk melakukan
perhitungan, pelaporan, dan pembayaran pajak sesuai dengan ketentuan besarnya pajak tersebut
ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat maupun melalui sistem online.

Official Assessment System

Sistem ini membebankan wewenang dalam penentuan besarnya Wajib Pajak terutang kepada pihak
pihak yang menjadi pemungut Wajib Pajak kepada seorang Wajib Pajak. Dalam hal ini, Wajib Pajak
akan diberikan surat ketetapan pajak yang berisi nilai pajak terutang dan Wajib Pajak harus
membayarkan pajak yang terutang tersebut sesuai dengan besaran pajak yang ada dalam surat
ketetapan pajak. Jadi, Wajib Pajak tidak perlu untuk menghitung kembali besarnya pajak terutang,
tetapi hanya perlu untuk membayarkan nilai pajak terutang tersebut.
Withholding System

Sistem pajak ini berupakan sistem perhitungan pajak yang dapat dihitung melalui pihak ketiga. Jadi,
bukan Wajib Pajak atau aparat yang berkaitan dengan pajak yang menghitung besarnya pajak ini,
melainkan pihak ketiga, seperti perusahaan yang melakukan pemotongan dari penghasilan
karyawan yang diperoleh.

Terkait dengan tata cara pemungutan Pajak Daerah yang menjadi kewenangan dari pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara :

1. Pajak dapat dibayarkan oleh Wajib Pajak setelah Wajib Pajak mendapatkan Surat Ketetapan Pajak
Daerah (SKPD) atau dokumen lainnya yang dipersamakan. Cara ini masuk ke dalam official
assessment system

2. Wajib Pajak melakukan perhitungan, pembayaran, dan pelaporan secara pribadi atau sendiri
sesuai dengan pajak terutang melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). Cara ini masuk ke
dalam self assessment system.

Anda mungkin juga menyukai