Anda di halaman 1dari 19

Nama : Synta

AKP 6A

Piutang Pajak Hotel dan Restoran

1. Dasar hukum
1) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
2) Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan Daerah.
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2010
tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan Penetapan
Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak
4) Perda Kab Bengkalis Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
5) Perda Kab Bengkalis Nomor 43 Tahun 2001 Tentang Pajak Restoran
2. Gambaran umum

Menurut Undang-undang mengenai perpajakan, Pajak adalah kontribusi


wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan mempertimbangkan bahwa
pemungutan pajak lebih didasarkan pada hak negara/daerah yang dijamin
dengan undang-undang dan tidak didasarkan pada penyerahan suatu
prestasi kepada pembayar pajak, maka sesuai Standar Akuntansi
Pemerintahan, piutang pajak terjadi pada saat hak daerah untuk menagih
timbul.

Terdapat dua cara yang digunakan untuk pemungutan pajak, yaitu


menggunakan self assessment, dimana wajib pajak menaksir serta
menghitung pajaknya sendiri, dan melalui penetapan oleh kantor pajak.
Dalam hal digunakan self assessment, seperti untuk Pajak Penghasilan,
dimana batas akhir penyampaian SPT Tahunan pada akhir Maret tahun
berikutnya, maka pada akhir tahun buku, apabila ada Surat Ketetapan Pajak,
baik yang berkenaan dengan tahun pajak yang lalu maupun tahun pajak
yang berjalan, merupakan dasar untuk menimbulkan tagihan kepada wajib
pajak dikurangi dengan jumlah yang telah diterima di rekening kas negara.
Dengan demikian di neraca disajikan sebesar tunggakan pajak yang belum
dilunasi oleh wajib pajak.

Dalam hal pengenaan pajak yang dilakukan dengan proses penetapan


oleh kantor pajak, misalnya Pajak Hotel dan Pajak Restoran maka piutang
pajak diakui berdasarkan Surat Ketetapan Pajak atau dokumen lain tentang
penetapan pajak yang dikeluarkan dikurangi dengan jumlah yang telah
diterima dari wajib pajak

Piutang Pajak adalah piutang yang timbul atas pendapatan pajak


sebagaimana diatur dalam undang-undang perpajakan atau peraturan
daerah tentang perpajakan, yang belum dilunasi sampai dengan akhir
periode laporan keuangan. Sesuai kewenangannya, ada perbedaan jenis
pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota.

Piutang Pajak Daerah Pemerintah Kapubaten/Kota


Jenis pajak yang dapat dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota
antara lain:
a) Pajak Hotel;
b) Pajak Restoran;
c) Pajak Hiburan;
d) Pajak Reklame;
e) Pajak Penerangan Jalan;
f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
g) Pajak Parkir;
h) Pajak Air Tanah;
i) Pajak Sarang Burung Walet;
j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan
k) Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
Nilai piutang pajak yang dicantumkan dalam laporan keuangan adalah
sebesar nilai yang tercantum dalam SKP yang hingga akhir periode
pelaporan belum dilunasi oleh Wajib Bayar. Hal ini bisa didapat dengan
melakukan inventarisasi SKP yang hingga akhir periode belum dibayar oleh
Wajib Bayar.

3. Objek, Subjek, Dasar Pengenaan Pajak, dan Tarif Pajak Hotel


dan Restoran
1. Pajak Hotel
Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel
dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel
yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas
olahraga dan hiburan. Jasa penunjang tersebut seperti, fasilitas telepon,
faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi,
dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola Hotel.
Tidak termasuk objek Pajak Hotel adalah:
a. jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah
atau Pemerintah Daerah;
b. jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya;
c. jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;
d. jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti
asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis; dan
e. jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh
Hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum.
Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang
melakukan pembayaran
kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel. Wajib Pajak
Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel.
Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar kepada Hotel. Jumlah pembayaran kepada hotel
termasuk:
a. Jumlah pembayaran setelah potongan harga;
b. Jumlah pembayaran atas pembelian voucher menginap.
Jumlah yang seharusnya dibayar merupakan voucher atau bentuk lain
yang diberikan secara cuma-cumaTarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi
sebesar 10% (sepuluh persen). Tarif Pajak Hotel ditetapkan dengan
Peraturan Daerah. Besaran pokok Pajak Hotel yang terutang dihitung dengan
cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. Pajak Hotel yang
terutang dipungut di wilayah daerah tempat Hotel berlokasi.
2. Pajak Restoran
Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh
Restoran. Pelayanan yang disediakan Restoran meliputi pelayanan penjualan
makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi
di tempat pelayanan maupun di tempat lain.
Tidak termasuk objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang
disediakan oleh Restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi batas
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang
membeli makanan dan/atau minuman dari Restoran. Wajib Pajak Restoran
adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Restoran.
Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang
diterima atau yang seharusnya diterima Restoran.
Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh
persen). Tarif Pajak Restoran ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Besaran
pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
dengan dasar pengenaan pajak Pajak Restoran yang terutang dipungut di
wilayah daerah tempat Restoran
berlokasi.
4. Tata Cara Perhitungan Dan Penetapan Pajak

Wajib Pajak Hotel dan Wajib Pajak Restoran berkewajiban menghitung,


memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang
dengan menggunakan SPTPD. SPTPD harus diisi dengan jelas, benar,
lengkap, dan ditandatangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya. SPTPD Pajak
Hotel dan Pajak Restoran harus disampaikan kepada Bupati paling lambat 15
(lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak dengan dilampirkan
keterangan dan/atau dokumen pendukung. Apabila batas waktu
penyampaian SPTPD jatuh pada hari libur, batas waktu penyampaian SPTPD
jatuh pada hari kerja berikutnya. Apabila wajib pajak tidak melaksanakan
kewajiban melaporkan SPTPD, kepada Bupati paling lambat 15 ( lima belas )
hari setelah berakhirnya masa pajak, maka akan di berikan surat teguran.
Untuk menyampaikan SPTPD dalam memenuhi kewajiban perpajakan
menggunakan blangko. SPTPD dapat disampaikan melalui mekanisme online
SPTPD ( e-SPTPD ), yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Bupati dapat
menerbitkan:

a. SKPDKB dalam hal:


1. jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak
yang terutang tidak atau kurang dibayar ;
2. jika SPTPD tidak disampaikan kepada Bupati dalam jangka waktu
tertentu dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran;
3. jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang
dihitung secara jabatan;
b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/ atau data yang semula belum
terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang
terutang ; dan
c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah
kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

SKPDKB, SKPDKBT, dan SKPDN diserahkan kepada Wajib Pqjak oleh


petugas pada Dinas Pendapatan. Wajib Pajak membayar pajak terutang
berdasarkan SPTPD dan dicatat dalam Kartu Data oleh petugas pada Dinas
Pendapatan. Berdasarkan Kartu Data dan Hasil Pemeriksaan atau
keterangan lain, Petugas pada Dinas Pendapatan membuat Nota Perhitungan
dengan cara menghitung jumlah pajak terutang dan jumlah kredit pajak
yang diperhitungkan dalam Kartu Data.

Kegiatan Penetapan secara jabatan terdiri dari :

a. membuat Nota Perhitungan Pajak atas dasar Kartu Data dari hasil
pemeriksaan dan/ atau keterangan lain (historis), karena SPTPD tidak
disampaikan dan telah disampaikan Surat Teguran untuk memasukkan
SPTPD;
b. menerbitkan SKPDKB dan membuat daftar SKPDKB atas dasar Nota
Perhitungan Pajak Daerah ;
c. menerbitkan SKPDKBT jika ditemukar data baru dan/ atau data yang
semula belum terungkap yang menyebabkan penambahal jumlah
pajak yang terutang;
d. apabila SKPDKB/ SKPDKBT yang diterbitkan tidak atau kurang dibayar
dan dikenakan sanksi administratif berupa bunga dengan menerbitkan
STPD ; dan
5. Tata Cara Pemungutan Pajak Hotel dan Pajak Restoran

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 91


Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan
Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak, pajak terdiri
atas pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Pajak hotel dan pajak restoran
termasuk dalam jenis pajak yang pemungutan atau pembayarannya
dilakukan dengan sistem dibayar sendiri (self assessment). Hal ini sesuai
dengan Pasal 4, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 91 Tahun
2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan Penetapan
Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak.

Berdasarkan Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999


tentang Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah
dan Penerimaan Pendapatan Lain-Lain, kegiatan pendaftaran dengan cara
dibayar sendiri (self assesment) terdiri dari:

1) Menyiapkan Formulir Pendaftaran;


2) Menyerahkan Formulir Pendaftaran kepada Wajib Pajak setelah dicatat
dalam Daftar Formulir Pendaftaran;
3) Menerima dan memeriksa kelengkapan Formulir Pendaftaran yang
telah diisi oleh Wajib Pajak dan atau yang diberi Kuasa:
a) Apabila pengisiannya benar dan lampirannya lengkap, dalam
Daftar Formulir Pendaftaran diberi tanda dan tanggal
penerimaan dan selanjutnya dicatat dalam Daftar Induk WP,
Daftar WP per Golongan, serta dibuatkan Kartu NPWPD;
b) Apabila belum lengkap Formulir Pendaftaran dan lampirannya
dikembalikan kepada WP untuk melengkapi.

Setelah melakukan pendaftaran sebagai wajib pajak daerah lalu


menunggu proses penetapan dari pemerintah daerah setempat. Kegiatan
penetapan dengan cara dibayar sendiri (self assesment) terdiri dari:

1) Setelah Wajib Pajak membayar pajak terutang berdasarkan SPTPD,


dicatat dalam Kartu Data;
2) Membuat Nota Perhitungan Pajak atas dasar Kartu Data dan Hasil
Pemeriksaan atau keterangan lain, dengan cara menghitung jumlah
pajak terutang dan jumlah kredit pajak yang diperhitungkan dalam
Kartu Data;
3) Jika Pajak terutang kurang atau tidak dibayar maka diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB);
4) Jika tidak terdapat selisih antara pajak terutang dan kredit pajak, maka
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN);
5) Jika terdapat tambahan obyek pajak yang sama sebagai akibat
ditemukannya data baru, maka diterbitkan Surat Ketetapan Pajak
Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT);
6) Jika terdapat kelebihan pembayaran pajak terutang, maka diterbitkan
Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB);
7) Setelah pembuatan Nota Perhitungan Pajak selesai, selanjutnya
menyerahkan kembali Kartu Data kepada Unit Kerja Pendataan;
8) Menerbitkan Daftar SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB, dan SKPDN atas dasar
Surat Ketetapan Pajak Daerah tersebut diatas;
9) Surat ketetapan ditandatangani oleh Kepala Unit Kerja Penetapan atas
nama Kadipenda dan Daftar Surat Ketetapan tersebut diatas
ditandatangani oleh Kepala Unit Kerja Penetapan dan masing-masing
disiapkan tanda terimanya;
10) Menyerahkan copy Daftar Surat Ketetapan diatas kepada Unit
Kepada Pembukuan Penerimaan, Unit Kerja Penagihan, Unit Kerja
Perencanaan dan Pengendalian Operasional;
11) Menyerahkan kepada WP berupa SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN,
kemudian WP menandatangani masing-masing tanda terima dan
mengembalikannya;
12) Jumlah Pajak terutang dalam SKPDKB dikenakan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 25 % (dua puluh lima persen)
dari pokok pajak dan jumlah Pajak terutang dalam SKPDKBT dikenakan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100 % (seratus persen)
dari pokok Pajak;
13) Apabila SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN yang diterbitkan tidak atau
kurang dibayar setelah lewat waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN diterima, dapat memberikan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) tiap bulan dengan
menerbitkan STPD.
Kegiatan Penyetoran melalui Kas Daerah terdiri dari:

1) Kas Daerah menerima uang dari WP disertai dengan media Surat


Ketetapan dan media penyetoran SSPD dan Bukti Setoran Bank;
2) Selanjutnya setelah SSPD ditanda tangani dan dicap oleh Pejabat Kas
Daerah, maka lembar pertama dari SSPD dan Bukti Setoran Bank
diserahkan kembali ke WP;
3) Dua lembar tindasan SSPD dikirim oleh Kas Daerah ke BKP Dipenda
yang dilampiri Bukti Setoran Bank;
4) BKP, setelah menerima media penyetoran yang telah dicap oleh Kas
Daerah dicatat dan dijumlahkan dalam Buku Pembantu Penerimaan
Sejenis melalui Kas Daerah dan selanjutnya dibukukan dalam Buku Kas
Umum;
6. Jenis Surat Dalam Perhitungan Pajak Hotel dan Restoran
1) Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) adalah surat yang
digunakan Wajib Pajak untuk melaporkan penghitungan dan
pembayaran pajak yang terutang.
2) Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) adalah surat yang digunakan Wajib
Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang
terutang ke Kantor Kas Daerah atau ke tempat lain yang ditetapkan
oleh Gubernur Kepala Daerah.
3) Surat ketetapan pajak adalah SKPD (Sementara/Rampung), SKPDKB,
SKPDKBT, SKPLB, SKPDN
4) Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Surat
Putusan Banding;Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) adalah surat
keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang.
5) SKPD Sementara adalah SKPD yang ditetapkan dalam tahun berjalan
dan dapat dilakukan secara berkala, bersifat sementara dan digunakan
sebagai pedoman Wajib Pajak dalam menentukan besarnya utang
pajak yang harus dibayar tiap bulan.
6) SKPD Rampung adalah SKPD yang ditetapkan pada akhir tahun pajak
yang bersangkutan dan bersifat tetap.
7) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) adalah surat
keputusan yang menentukan besarnya jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi,
dan jumlah yang masih harus dibayar.
8) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT)
adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak
yang telah ditetapkan.
9) Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB) adalah surat
keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak
karena jumlah kredit pajak yang telah dibayar lebih besar dari pajak
yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
10) Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN) adalah surat
keputusan yang menentukan jumlah pajak yang terutang sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak.
11) Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) adalah surat untuk
melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga
dan atau denda dan tidak ada kredit pajak.
12) Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan untuk
membetulkan kesalahan tulis,kesalahan hitung, dan atau kekeliruan
dalam penerapan peraturan daerah ini, yang terdapat dalam SKPD
(Sementara/Rampung), SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB, SKPDN, atau
STPD.
13) Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas
keberatan terhadap SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB, SKPDN atau terhadap
pemotongan atau pemungutan oleh Pihak Ketiga yang diajukan oleh
Wajib Pajak.
14) Putusan Banding adalah putusan Badan Penyelesaian Sengketa
Pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang
diajukan.
7. Dokumen Sumber yang Digunakan

Dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi


penerimaan kas (penerimaan pendapatan) adalah sebagai berikut:

1. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) merupakan dokumen yang


dibuat oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah/Pejabat yang ditunjuk
untuk menetapkan Pajak Daerah atas Wajib Pajak.
2. Surat Ketetapan Retribusi (SKR) merupakan dokumen yang dibuat oleh
Pengguna Anggaran/Pejabat yang ditunjuk untuk menetapkan
Retribusi atas Wajib Retribusi.
3. Surat Tanda Setoran (STS) merupakan dokumen yang diselenggarakan
Bendahara Penerimaan untuk menyetor/mencatat transaksi
penerimaan daerah dan bagi PPK-SKPD untuk dijadikan dokumen
dalam menyelenggarakan akuntansi pada SKPD.
4. Bukti Transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer
penerimaan daerah.
5. Nota Kredit Bank merupakan dokumen atau bukti dari Bank yang
menunjukkan adanya transfer uang masuk ke rekening kas umum
daerah.

Jurnal untuk mencatat transaksi penerimaan kas pendapatan di SKPD:

Dr. Kas di Bend. Penerimaan........................XX

Cr. Pajak Daerah ..........................XX

8. Sistem Akuntansi Pendapatan Di SKPD


1. Pihak Pihak Terkait
Pihak Pihak yang terkait dalam sistem akuntansi pendapatan pada
SKPD antara lain Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD),
Bendahara Penerimaan SKPD dan PA/KPA.

a) Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)

Dalam sistem akuntansi Pendapatan LO dan Pendapatan LRA, PPK-


SKPD melaksanakan fungsi akuntansi SKPD, memiliki tugas sebagai berikut:

1) mencatat transaksi/kejadian pendapatan LO dan Pendapatan LRA


berdasarkan bukti bukti transaksi yang sah dan valid ke Buku Jurnal
LRA dan Buku Jurnal LO dan Neraca;
2) melakukan posting jurnal jurnal transaksi/ kejadian pendapatan LO dan
pendapatan LRA kedalam Buku Besar masing masing rekening (rincian
objek);
3) menyusun Laporan Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO), Neraca dan Catatan atas
Laporan keuangan.
b. Bendahara Penerimaan SKPD
1) mencatat dan membukukan semua penerimaan pendapatan kedalam
buku kas penerimaan;
2) membuat Rekap Penerimaan Harian yang bersumber dari Pendapatan;
3) melakukan penyetoran uang yang diterima ke kas daerah setiap hari.
c. PA/KPA
1) menandatangani/mensahkan dokumen surat ketetapan pajak/retribusi
daerah;
2) menandatangani laporan keuangan yang telah disusun oleh Fungsi
Akuntansi SKPD.

Dokumen yang Digunakan


Kelompok Pendapatan Jenis Pendapatan Dokumen
Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah SKP Daerah/SKR
Daerah/
STS/TBP/Dokumen Lain
yang dipersamakan
Jurnal Standar Untuk Pencatatan Pajak

1) Pengakuan pendapatan yang didahului dengan adanya penetapan


terlebih dahulu (earned).

Ketika diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah, SKPD telah berhak


mengakui pendapatan, meskipun belum diterima pembayarannya dari wajib
pajak. Oleh karena itu, PPK-SKPD mengakui adanya pendapatan pajak LO
dengan menjurnal:

Jurnal LO atau Neraca

Piutang Pajak........XXX

Pendapatan Pajak.......LO XXX

Pada saat wajib pajak membayar pajak yang terdapat dalam SKP
tersebut, wajib pajak akan menerima Tanda Bukti Pembayaran (TBP) sebagai
bukti telah membayar pajak. TBP juga menjadi dasar bagi PPK SKPD untuk
mencatat pendapatan pajak tersebut dengan jurnal:

Jurnal LO atau Neraca

Kas di Bendahara Penerimaan XXX

Piutang Pajak...... XXX

Jurnal LRA

Perubahan SAL XXX

Pendapatan Pajak.....LRA XXX

Selanjutnya, Bendahara Penerimaan akan menyetorkan pendapatan


tersebut ke Kas Daerah. Berdasarkan dokumen penyetoran tersebut atau
STS (Surat Tanda Setoran), PPK SKPD menjurnal:
Jurnal LO atau Neraca

RK PPKD XXX

Kas di Bendahara Penerimaan XXX

Bila Wajib Pajak membayar langsung ke rekening Kas Daerah, maka


berdasarkan Nota Kredit dari Bank, PPK-SKPD akan menjurnal:

Jurnal LO atau Neraca

RK PPKD XXX

Piutang Pajak... XXX

Jurnal LRA

Perubahan SAL XXX

Pendapatan Pajak.....LRA XXX

2) Pengakuan pendapatan pajak yang didahului dengan penghitungan


sendiri oleh wajib pajak (self assessment) dan dilanjutkan dengan
pembayaran oleh wajib pajak berdasarkan perhitungan tersebut.

Ketika bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran pajak dari


wajib pajak atas pajak yang sudah dilakukan perhitungan sendiri oleh wajib
pajak (self assessment), PPK-SKPD mengakui adanya pendapatan pajak LO
dan pendapatan pajak LRA dengan menjurnal:

Jurnal LO atau Neraca

Kas di Bendahara Penerimaan XXX

Pendapatan Pajak ...... LO XXX

Jurnal LRA

Perubahan SAL XXX


Pendapatan Pajak ...... LRA XXX

Saat Bendahara Penerimaan menyetorkan pendapatan ini ke Kas


Daerah. Berdasarkan dokumen penyetoran tersebut atau STS (Surat Tanda
Setoran), PPK SKPD menjurnal:

Jurnal LO atau Neraca

RK PPKD xxx

Kas di Bendahara Penerimaan XXX

Selanjutnya, akan dilakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak,


apabila ditemukan adanya kurang bayar maka akan diterbitkan Surat
Keterangan Kurang Bayar. SKPD mengakui adanya penambahan Pendapatan
LO. Berdasarkan Surat Keterangan tersebut PPK SKPD menjurnal:

Jurnal LO atau Neraca

Piutang Pajak...... XXX

Pendapatan Pajak...... LO XXX

Apabila ditemukan adanya lebih bayar maka akan diterbitkan Surat


Keterangan Lebih Bayar. SKPD mengakui adanya pengurangan Pendapatan
LO. Berdasarkan Surat Keterangan tersebut PPK SKPD menjurnal:

Jurnal LO atau Neraca

Pendapatan Pajak...... LO XXX

Utang Kelebihan Pembayaran Pajak XXX

3) Pengakuan pendapatan pajak yang pembayarannya dilakukan di muka


oleh wajib pajak untuk memenuhi kewajiban selama beberapa periode
ke depan.
Ketika bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran pajak dari
wajib pajak atas pajak yang dibayar untuk periode tertentu, PPK-SKPD
mengakui adanya Pendapatan Diterima Dimuka dan Pendapatan Pajak LRA
dengan menjurnal:

Jurnal LO atau Neraca

Kas di Bendahara Penerimaan XXX

Pendapatan Diterima Dimuka XXX

Jurnal LRA

Perubahan SAL XXX

Pendapatan Pajak.....LRA XXX

Selanjutnya, Bendahara Penerimaan akan menyetorkan pendapatan ini


ke Kas Daerah. Berdasarkan dokumen penyetoran tersebut atau STS (Surat
Tanda Setoran), PPK-SKPD menjurnal:

Jurnal LO atau Neraca

RK PPKD XXX

Kas di Bendahara Penerimaan XXX

Diakhir tahun atau akhir periode akan diterbitkan bukti memorial untuk
mengakui pendapatan LO, PPK SKPD menjurnal:

Jurnal LO atau Neraca

Pendapatan Diterima Dimuka XXX

Pendapatan Pajak.....LO XXX

4) Pengakuan pendapatan pajak yang didahului dengan penghitungan


sendiri oleh wajib pajak (self assessment) dan pembayarannya
diterima di muka untuk memenuhi kewajiban selama beberapa periode
ke depan.

Ketika bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran pajak dari


wajib pajak atas pajak yang dibayar untuk periode tertentu, PPK-SKPD
mengakui adanya pendapatan diterima dimuka dan pendapatan pajak LRA
dengan menjurnal:

Jurnal LO atau Neraca

Kas di Bendahara Penerimaan XXX

Pendapatan Diterima Dimuka XXX

Jurnal LRA

Perubahan SAL XXX

Pendapatan Pajak..LRA XXX

Selanjutnya, Bendahara Penerimaan akan menyetorkan pendapatan ini


ke Kas Daerah. Berdasarkan dokumen penyetoran tersebut atau STS (Surat
Tanda Setoran), fungsi akuntansi mencatat dengan jurnal:

Jurnal LO atau Neraca

RK PPKD XXX

Kas di Bendahara Penerimaan XXX

Pada akhir periode SKPD melakukan pemeriksaan. Apabila ditemukan


adanya pajak kurang bayar, SKPD akan mengeluarkan surat ketetapan
kurang bayar. Berdasarkan surat ketetapan tersebut, dicatat dengan jurnal:

Jurnal LO atau Neraca

Pengakuan Pendapatan –LO pada saat pemeriksaan

Pendapatan Diterima Dimuka XXX


Pendapatan Pajak...LO XXX

Pengakuan Piutang atas Pajak Kurang Bayar

Piutang Pajak XXX

Pendapatan Pajak...LO XXX

Apabila ditemukan adanya pajak lebih bayar, SKPD akan


mengeluarkan surat ketetapan lebih bayar atas pajak. Berdasarkan hal
tersebut dicatat pengakuan dengan jurnal:

Jurnal LO atau Neraca

Pengakuan Pendapatan –LO pada saat pemeriksaan

Pendapatan Diterima Dimuka XXX

Pendapatan Pajak....LO XXX

Pengakuan Piutang atas Pajak Lebih Bayar

Pendapatan Pajak....LO XXX

Utang Kelebihan Pembayaran Pajak XXX

9. Contoh soal

Contoh transaksi penerimaan kas, pada Dinas Pendapatan (Dispenda)


yang bertindak sebagai SKPD:

Pada tanggal 5 Februari 2011 PPK-SKPD Dispenda menerima SPJ


Bendahara Penerimaan beserta lampirannya dari Bendahara Penerimaan.
Berdasarkan SPJ dan lampiran tersebut diketahui bahwa selama bulan
Pebruari 2011, Dispenda menerima pendapatan yang diantaranya adalah
sebagai berikut:

5 Pebruari 2011 Dispenda menerima pendapatan yang berasal dari


pembayaran pajak hotel bintang Tiga sebesarRp 10.000.000
5 Pebruari 2011 Dispenda menerima pendapatan dari pembayaran
pajak restoran dari Cafe Del Mar sebesar Rp 2.500.000

Dari transaksi tersebut di atas, PPK-SKPD akan mencatat Jurnal sebagai


Berikut:

Kas di Bend. Penerimaan 10.000.000

Pajak Hotel Bintang Tiga 10.000.000

Kas di Bend. Penerimaan 2.500.000

Pajak Restoran Café 2.500.000

Transaksi tanggal 5 dan 10 Pebruari 2011 merupakan transaksi


penerimaan pendapatan yang biasa dan hanya mempengaruhi akun kas dan
akun pendapatan. Jika pendapatan langsung disetorkan ke rekening Kas
Daerah oleh wajib pajak/wajib retribusi, maka bendahara penerimaan tidak
menerima kas terlebih dahulu. Transaksi ini akan dicatat pada Jurnal Umum.

Contoh adalah transaksi tanggal 5 Pebruari 2011, wajib pajak langsung


menyetorkan ke Kas Daerah dan memberikan tembusan bukti pembayaran
kepada bendahara penerimaan.

RK-Pusat 10.000.000

Pajak Hotel Bintang Tiga 10.000.000

(pencatatan transaksi penerimaan pendapatan yang disetorkan oleh


WP langsung

ke Kas Daerah)

Anda mungkin juga menyukai