Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH INTI EKONOMI PUBLIK

SISTEM PERPAJAKAN DAERAH

DOSEN PENGAMPU : SELLY PRIMA DESWENI,S.E.,M..E.

DI SUSUN OLEH :
Vivian Putri - 2102134764
Adelia Amanda Pitaloka - 2102111187
Farhan Alqorni - 2102110707
Naila Azzahra - 2102112317
Anastasya Hutasoit – 2102112351

UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2021/2022
1. Macam macam dan jenis pajak dan restribusi daerah sebagai sumber PAD
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Berdasarkan wewenang pemungutannya, pajak dapat dibagi menjadi dua yaitu
a. Pajak Pusat
Pajak pusat adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah
pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kementerian Keuangan melalui
Direktorat Jenderal Pajak. Pajak pusat ini diatur oleh Undang-Undang (UU) dan
hasilnya akan masuk kedalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Segala pengadministrasian yang berkaitan dengan pajak pusat, akan
dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) dan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak serta di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.
b. Pajak Daerah
Definisi pajak daerah menurut UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor
28 tahun 2009 adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Untuk pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak derah, akan


dilaksanakan di Kantor Dinas Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak Daerah
atau Kantor sejenisnya yang dibawahi oleh Pemerintah Daerah setempat. Pajak
daerah diatur oleh undang-undang dan hasilnya akan masuk ke dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Empat ciri pajak daerah adalah :


a. Pajak daerah dapat berasal dari pajak asli daerah maupun pajak pusat yang
diserahkan kepada daerah sebagai pajak daerah.
b. Pajak daerah dipungut oleh daerah hanya di wilayah administrasi yang
dikuasainya.
c. Pajak daerah digunakan untuk membiayai urusan rumah tangga daerah dan
atau untuk membiayai pengeluaran daerah.
d. Dipungut oleh daerah berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA), sehingga
pajak daerah bersifat memaksa dan dapat dipaksakan kepada masyarakat
yang wajib membayar. Perda mengenai pajak daerah paling sedikit mengatur
mengenai :
- Nama, objek, dan Subjek Pajak.
- Dasar pengenaan, tarif, dan cara penghitungan pajak.
- Wilayah pemungutan.
- Masa Pajak.
- Penetapan.
- Tata cara pembayaran dan penagihan.
- Kedaluwarsa.
- Sanksi administrative.
- Tanggal mulai berlakunya.

Selain 9 (Sembilan) ketentuan diatas, Perda mengenai pajak daerah dapat


mengatur ketentuan mengenai 3 (tiga) hal dibawah ini, yaitu :
- Pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan dalam hal-hal
tertentu atas pokok pajak dan/atau sanksinya.
- Tata cara penghapusan piutang pajak yang kedaluwarsa.
- Asas timbal balik, berupa pemberian pengurangan, keringanan, dan
pembebasan pajak kepada kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara asing
sesuai dengan kelaziman internasional.

Jenis Pajak daerah yang dipungut oleh Pemerintah Daerah baik Propinsi
maupun Kabupaten / Kota adalah sebagai berikut :
A. Pajak Provinsi, meliputi:
- Pajak Kendaraan Bermotor.
- Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
- Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor.
- Pajak Air Permukaan.
- Pajak Rokok.
B. Pajak Kabupaten / Kota, meliputi :
- Pajak Hotel.
- Pajak Restoran.
- Pajak Hiburan.
- Pajak Reklame.
- Pajak Penerangan Jalan.
- Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.
- Pajak Parkir.
- Pajak Air Tanah.
- Pajak sarang Burung Walet.
- Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan perkotaan.
- Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan.

Besarnya tarif definitif untuk pajak daerah ditetapkan dengan Peraturan


Daerah (PERDA), namun nilainya tidak boleh lebih tinggi dari tarif
maksimum yang telah ditentukan dalam UU tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.

Perlu diperhatikan mengenai pajak daerah adalah bahwa daerah dilarang


memungut pajak selain jenis pajak provinsi dan pajak kabupaten / kota
diatas. Bila potensi pendapatan daerah dirasa kurang memadai, maka
pemerintah daerah dapat tidak memungut pajak dari jenis pajak provinsi dan
pajak kota / kabupaten diatas. Khusus untuk Daerah yang setingkat dengan
daerah provinsi, tetapi tidak terbagi dalam daerah kabupaten / kota otonom,
seperti Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jenis pajak yang dapat dipungut
merupakan gabungan dari pajak untuk daerah provinsi dan pajak untuk
daerah kabupaten/kota.

Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah guna


membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah guna meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat. Oleh karena itu kepatuhan Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya secara baik dan benar merupakan
salah satu syarat yang harus dipenuhi. Prinsip pengenaan pajak yang adil
dalam menegakkan besaran pajak.
2. Sistem pengenaan dan pemungutan pajak dan resrtribusi di masing
masing daerah
Di Indonesia, terdapat 3 (tiga) jenis sistem pemungutan pajak, yaitu self
assessment system, official assessment system, dan withholding system. Untuk
Pajak Daerah sendiri, masuk ke dalam sistem pemungutan pajak berupa self
assessment system dan official assessment system.
a. Self Assessment System
Merupakan aturan pajak yang membebankan ketentuan dari besarnya pajak
yang harus dibayarkan melalui Wajib Pajak secara pribadi yang
bersangkutan. Wajib Pajak diharuskan untuk melakukan perhitungan,
pelaporan, dan pembayaran pajak sesuai dengan ketentuan besarnya pajak
tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat maupun melalui sistem
online.
b. Official Assessment System
Sistem ini membebankan wewenang dalam penentuan besarnya Wajib Pajak
terutang kepada pihak perpajakan yang menjadi pemungut Wajib Pajak
kepada seorang Wajib Pajak. Dalam hal ini, Wajib Pajak akan diberikan
surat ketetapan pajak yang berisi nilai pajak terutang dan Wajib Pajak harus
membayarkan pajak yang terutang tersebut sesuai dengan besaran pajak
yang ada dalam surat ketetapan pajak. Jadi, Wajib Pajak tidak perlu untuk
menghitung kembali besarnya pajak terutang, tetapi hanya perlu untuk
membayarkan nilai pajak terutang tersebut.
c. Withholding System
Sistem pajak ini berupakan sistem perhitungan pajak yang dapat dihitung
melalui pihak ketiga. Jadi, bukan Wajib Pajak atau aparat yang berkaitan
dengan pajak yang menghitung besarnya pajak ini, melainkan pihak ketiga,
seperti perusahaan yang melakukan pemotongan dari penghasilan karyawan
yang diperoleh.

Terkait dengan tata cara pemungutan Pajak Daerah yang menjadi kewenangan
dari pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, dapat dilakukan
dengan 2 (dua) cara.

Pajak dapat dibayarkan oleh Wajib Pajak setelah Wajib Pajak mendapatkan
Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lainnya yang
dipersamakan. Cara ini masuk ke dalam official assessment system. Wajib Pajak
melakukan perhitungan, pembayaran, dan pelaporan pribadi atau sendiri sesuai
dengan pajak terutang melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).
Cara ini masuk ke dalam self assessment system.
3. Prinsip pengenaan pajak yang adil dalam menegakkan besarnya pajak
Prinsip yang diterapkan agar adil dalam menegakkan besaran pajak, yaitu :
a. Prinsip Keadilan (Equity)
Keadilan VERTIKAL maupun keadilan HORIZONTAL dalam pemungutan
pajak harus dipenuhi. Prinsip keadilan intinya memperhatikan pengenaan
pajak secara umum serta sesuai dengan kemampuan Wajib Pajak atau
sebanding dengan tingkat penghasilannya.
Keadilan Horizontal yaitu pembayar pajak dengan kondisi sama atau sejajar
akan dikenai beban pajak yang sama.
Sementara keadilan vertikal yaitu ketika pembayar pajak dengan jumlah
penghasilan lebih besar akan menanggung beban pajak lebih besar dibanding
pembayar pajak dengan penghasilan kecil.
b. Prinsip Kepastian (Certainty)
Pemungutan pajak harus dilakukan dengan tegas, jelas, dan terdapat
kepastian dan jaminan hukum. Prinsip kepastian memberikan kemudahan
bagi Wajib Pajak mengenai objek pengenaan pajak, besaran pajak atau dasar
pengenaan pajak, serta segala tata cara dalam memenuhi kewajiban
perpajakan. Hal tersebut dimaksudkan agar mudah dimengerti oleh Wajib
Pajak dan memudahkan administrasi.
c. Prinsip Kecocokan/Kelayakan (Convience)
Pajak yang dipungut hendaknya tidak memberatkan Wajib Pajak serta
hendaknya sejalan dengan sistem self assessment. Artinya, pemerintah
mengutamakan serta memperhatikan layak atau tidaknya seseorang
dikenakan pajak, sehingga orang yang dikenai pajak akan senang hati dan
tulus memenuhi dan membayar kewajiban pajaknya.
d. Prinsip Ekonomi (Economy)

Pada saat menetapkan dan memungut pajak harus mempertimbangkan biaya


pemungutan pajak dan harus proporsional. Pemerintah akan menerapkan sistem
perpajakan yang efektif dan efisien, seperti biaya pemungutan pajak yang
rendah. Jangan sampai biaya pemungutan lebih tinggi dari beban pajak yang
dikenakan.
4. Manfaat dan dampak dari pengenaan pajak dan retribusi
Sebagai sumber utama pendapatan negara, pajak memiliki 4 fungsi umum yaitu
sebagai berikut:
- Fungsi anggaran yaitu, pajak berperan sebagai sumber anggaran atau
tabungan dalam melaksanakan program pembangunan yang dilakukan oleh
negara melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Misalnya pembangunan fasilitas kesehatan, transportasi, dan pendidikan.
- Fungsi mengatur yaitu, pajak berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan
negara. Misalnya tercapainya pertumbuhan ekonomi negara. Contoh:
Berlakunya PP 23/2008 tentang tarif PPh final.
- Fungsi stabilitas yaitu, pajak berperan sebagai penyeimbang situasi
ekonomi negara. Misalnya, Semakin banyak penerimaan negara, maka
semakin stabil perekonomian negara. Semakin stabil perekonomian maka
tingkat inflasi menjadi rendah. Inflasi yang rendah mampu meningkatkan
roda perekonomian masyarakat.
- Fungsi redistribusi pendapatan yaitu, pajak berfungsi sebagai alat untuk
memakmurkan masyarakat. Misalnya, kesempatan wirausaha atau
bertambahnya lapangan pekerjaan.

Dari keempat poin tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki
manfaat baik bagi negara maupun masyarakat itu sendiri.
Manfaat pajak bagi negara, sebagai berikut:
- Membiayai anggaran belanja negara.
- Membiayai pengeluaran reproduktif yang berdampak langsung pada
masyarakat (misalnya, subsidi usaha atau program pengairan sawah)
- Membiayai pengeluaran yang bersifat tidak self-liquiditing. Misalnya objek
rekreasi.
- Membiayai pengeluaran tidak produktif (seperti infrastruktur, pertanahan,
lingkungan hidup, budaya, pemilu, atau keamanan negardikenaka

Manfaat pajak bagi masyarakat, sebagai berikut :


- Mampu menikmati kemudahan dalam berusaha. Program pembangunan
usaha yang dilakukan pemerintah melalui pajak juga hanya bisa dinikmati
oleh pengusaha yang membayar pajak.
- Mampu melakukan segala aktivitas dengan mudah. Kepemilikan NPWP
biasanya menjadi syarat tertentu dalam melakukan aktivitas tertentu.
Pinjaman misalnya.
- Adanya peluang yang besar untuk berkembang melalui pendidikan dan
ketersediaan lapangan kerja dan usaha.
- Bagi perusahaan, kewajiban pajak mampu mempermudah perusahaan dalam
mengembangkan usahanya.
- Melindungi masyarakat dari produksi luar negeri agar bisa lebih bersaing di
dalam negeri. Misalnya pemberlakuan pajak impor atau barang mewah.
Masyarakat dapat menikmati kebijakan pemerintah dalam kondisi genting.
Misalnya subsidi atau bantuan sosial.

Tidak hanya manfaat tetapi pengenaan pajak ini memiliki beberapa dampak,
yaitu :
- Pengaruh pajak juga dapat mengakibatkan adanya penyimpangan dalam
penggunaan faktor produksi Yaitu penggunaan faktor produksi yang
seharusnya dapat menghasilkan produksi maksimum menuju ke arah
penggunaan yang menghasilkan produksi yang lebih sedikit.
- Pengaruh pajak akan mengakibatkan harga barang yg ditawarkan semakin
tinggi,hal ini akan menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kiri,
sehingga jika kurva permintaan tidak bergeser, maka hal ini akan membuat
keseimbangan pasar bergeser ke kiri atas, dimana harga keseimbangan
semakin tinggi sedangkan kuantitas berkurang.
- Semakin besar pajak, semakin banyak jumlah barang yang ditawarkan.
Semakin sedikit pajak, semakin sedikit jumlah barang yang ditawarkan.
Semakin besar pajak, semakin sedikit jumlah barang yang ditawarkan.
- Pajak yang telah disetorkan masyarakat akan digunakan negara untuk
kesejahteraan masyarakat, antara lain: memberi subsidi barang-barang yang
dibutuhkan masyarakat dan membayar utang-utang negara.
5. Permasalahan terkait pemungutan pajak dan retribusi serta kebijakan
pemerintah
Pemungutan pajak di Indonesia mengalami banyak permasalahan, antara lain
disebabkan:
- Kelemahan regulasi dibidang perpajakan itu sendiri,
- Kurangnya sosialisasi dan pengetahuan,
- Tingkat ekonomi dan tingkat kesadaran yang rendah,
- Database yang belum lengkap dan akurat,
- Lemahnya penegakan hukum berupa pengawasan
- Pemberian sanksi yang belum konsisten dan tegas.

Untuk mengatasinya dengan melakukan reformasi dibidang perpajakan, antara


lain:
- Melakukan penyempurnaan regulasi/perangkat aturan,
- Menggalakkan sosialisasi agar menambah pengetahuan untuk
menumbuhkan kesadaran wajib pajak taat pajak,
- melakukan evaluasi,
- Menyediakan database yang lengkap, akurat, terintegrasi dan terjamin
kerahasiannya,
- Meningkatkan penegakan hukum dalam pengawasan dan pemberian sanksi
secara konsisten dan tegas,
- Melakukan pemungutan pajak yang Adil, serta berdasarkan undang-undang,
tidak mengganggu perekonomian, efisien dan sistem yang sederhana.

Anda mungkin juga menyukai